Pendekatan Budaya
Identifikasi budaya merupakan bagian dan langkah awal ketika seorang perawat akan
melakukan pengkajian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cross, dkk bahwa memberikan
acuan lima elemen budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplementasikan oleh perawat
dalam intervensi keperawatan, yaitu menilai keanekaragaman budaya, memiliki kapasitas
assessment budaya, menyadari budaya bersifat dinamis, mempunyai pengetahuan budaya dan
mempunyai adaptsi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksi dan
memahami keanekaragaman budaya (Cross, 1989). Dalam kegiatan pengkajian perawat
sekaligus mengindentifikasi pasien sehingga minimal dapat diketahui latar belakang budaya
pasien. Dengan demikian secara otomatis perawat akan dapat menyusun perencanaan
keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
Meyer, 1996, memberikan tuntutan empat hal yang harus dipunyai seorang perawat
sebagai provider dalam mengimplmentasikan asuhan keperawatan yaitu mempunyai
kapabilitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang bebeda suku dan
ras, mempunyai kemampuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latar
belakang, mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan kepercayaan.
Dapat disimpulkan bahwa Pendekatan budaya dalam praktek keperawatan dilakukan
dengan beberapa tahap yaitu identifikasi, analisa situasi, menyusun strategi dan
mengevaluasi. Asuhan Keperawatan Peka Budaya merupakan asuhan keperawatan yang
menggunakan kompetensi budaya dalam membantu pasien memenuhi kebutuhan sesuai
dengan kebutuhan budayanya (Leininger & McFarland, 2002a; Leininger & McFarland,
2002b). Pelatihan asuhan keperawatan peka budaya merupakan salah satu bentuk upaya
peningkatan kompetensi kultural perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Pelatihan asuhan keperawatan peka budaya yang diberikan pada
perawat dapat meningkatkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan budaya perawat
secara bermakna.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan atau memberdayakan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).
Analisis Kasus Pertama, sangat jelas bahwa terapis menggunakan standar Eropa Barat
untuk menilai normalitas-abnormalitas dan tujuan yang diinginkan-tidak
diinginkan.Kedua, budaya telah ditemukan untuk mempengaruhi bantuan-mencari
perilaku dan bagaimana psikologis tertekan dinyatakan dalam konselingKetiga,
sebenarnya proses konseling dan psikoterapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
yang dipegang oleh beragam budaya klienKasus Betty menggambarkan fokus utama
dari bab ini: memahami kebutuhan untuk strategi intervensi sesuai dengan budaya
Gaya Komunikasi Terapi yang efektif tergantung pada terapis dan klien bisa
mengirim dan menerima pesan baik verbal dan nonverbal secara akurat dan tepatGaya
komunikasi memiliki dampak yang luar biasa pada kita tatap muka pertemuan dengan
orang lainGaya komunikasi yang paling kuat diwujudkan dalam komunikasi
nonverbal
Komunikasi Nonverbal Proxemics : mengacu pada persepsi dan penggunaan ruang
pribadi dan interpersonal. Jelas norma eksis mengenai penggunaan jarak fisik dalam
interaksi sosial.Kinesics : istilah yang digunakan untuk merujuk pada gerakan tubuh.
Ini mencakup hal-hal seperti ekspresi wajah, postur, karakteristik gerakan, gerakan,
dan kontak mata.Paralanguage : digunakan untuk merujuk isyarat vokal lain yang
digunakan individu untuk berkomunikasiKonteks Komunikasi Tinggi Rendah :
Sebuah konteks tinggi (HC) komunikasi atau pesan merupakan salah satu yang
berlabuh dalam konteks fisik (situasi) atau terinternalisasi dalam diri seseorang.
Referensi :
Asriwati, Irawati. 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta :
DEEPUBLISH.