Memori Episodik : Mencakup kesadaran tentang ingatan event yang dialami secara pribadi, berkait
dengan kesadaran Autonoetic yang disebut self-knowing karena merupakan bentuk kesadaran paling
canggih yang memungkinkan individu mengingat peristiwa-peristiwa pribadinya yang dianggap
sebagai fakta hidup di masa lalu. Misalnya kesadaran tentang kapan dia lahir, dimana dia lahir, siapa
orang tuanya, dimana alamatnya sekarang.
Memori Semantik merupakan kesadaran yang berkaitan dengan ingatan tentang pengetahuan yang
ada di lingkungan sekeliling individu, berkait dengan kesadaran Noetic yang disebut knowing karena
sangat berkait dengan hal-hal simbolis sehingga kesadaran akan suatu objek/peristiwa dapat terjadi
karena ketidakadaan objek/peristiwa tersebut. Kesadaran tentang iklim, cuaca, hubungan
bertetangga, penataan lingkungan rumah, benda-benda di rumah, pengetahuan tentang kepualauan,
peta, jalan, warna rumah, situasi kantor.
Memori Prosedural adalah kesadaran yang berkaitan dengan ingatan tentang bagaimana segala
sesuatu dilakukan (akuisisi, retensi, ketrampilan) berkait dengan kesadaran Anoetic yang disebut
Nonknowing karena diikat oleh situasi yang berlaku dan memungkinkan seseorang mencatat tanda-
tanda dalam lingkungan & memberi respon perilaku yang sesuai dengan lingkungan saat itu.
Misalnya secara sadar kita harus melakukan sesuatu apabila listrik tiba-tiba mati, tiba-tiba berada di
depan mobil yang berjalan kencang, tiba-tiba menginjak paku, atau cara-cara menyalakan komputer,
cara-cara mengendarai motor dari mulai memanaskan mesin samapai berhenti dsb.
Tingkat kesadaran
A. Tingkat Kesadaran pada indera. Bila individu lost in thought umumnya perhatian akan terfokus
pada salah satu indera akibatnya tidak semua sensasi dapat diperhatikan. Individu tidak bisa
konsentrasi pada banyak hal sekaligus. Bila fokus perhatian hanya pada salah satu stimulus maka
stimulus tersebut yang daya retensinya akan lebih baik. Misalnya saat kuliah perhatian hanya tertuju
pada dosen meskipun ada suara mobil, motor, lalu lalang orang, suara hujan dsb.
B. Tingkat Kesadaran pada fenomena internal (memori, dsb). Sesuatu yang diindera maka akan
dimasukkan dalam kondisi preconscious (preconscious state). Saat mengingat kembali maka yang ada
dalam preconscious akan dibawa ke kesadaran (conscious state) tetapi ada memori yang kurang dapat
diakses dan disebut gagasan-gagasan tak sadar (unconscious ideas) gagasan tak sadar inilah yang
dimaksud oleh Sigmund Freud sebagai hal yang ditekan karena mengancam kepribadian.
Bila kesadaran baik, maka orientasi : waktu, tempat dan orang baik, pemahaman baik, Informasi yang
masuk efektif (melalui memori dan pertimbangan. Kesadaran melibatkan :
Pemantauan diri dan lingkungan sehingga dapat melakukan kegiatan secara normal
Pengendalian diri dan lingkungan, sehingga kita dapat memulai dan mengakhiri aktivitas perilaku
dan kognitif
Perhatian yang melibatkan panca indera
Teori kesadaran Sigmun Freud
1. Alam Sadar (conciousness)
Alam Sadar (conciousness) merupakan bagian dari pikiran dimana
persepsi yang berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh (pikiran) di
bawa ke kesadaran. Dalam proses yang bersumber dari internal, hanya
pikiran yang ada di alam pra sadar yang dapat di bawa ke alam sadar
Kesadaran merupakan fenomena subjektif yang isinya dapat
dikomunikasikan hanya melalui bahasa dan perilaku. Kesadaran
menggunakan energi psikis, artinya seseorang menyadari suatu ide
atau perasaan akibat adanya sejumlah energi psikis. Energi psikis
bentuk konkritnya berupa aliran listrik yang mengalir dalam serabut
syaraf melalui neurotransmitter.
Kesadaran sebagai alat pencerap apa yang menjadi perhatian bekerja
sama dengan alam pra sadar. Melalui perhatian individu dapat menjadi
sadar (tahu) tentang rangsang yang masuk dari dunia luar, kesadaran
dapat menfokuskan beberapa stimulus dan mengabaikan stimulus
lain.
2. Alam Pra Sadar
Belum ada pada waktu lahir dan berkembang pada masa anak-
anak
Berdekatan dan bekerja sama dengan alam sadar
Kegiatan mental alam pra sadar dinamakan proses sekunder
Sangat erat dengan prinsip realita (ego)
Menjaga jangan sampai hasrat-hasrat yang bertentangan
dengan kenyataan keluar ke alam
sadar
Terdiri dari peristiwa-peristiwa, proses dan isi pikir yang dapat
dibawa ke alam sadar
dengan memusatkan perhatian
3. Alam Tidak Sadar (unconciousness)
Mengandung berbagai ide dan afek yang ditekan
Hasrat/ keinginan tidak dapat dibawa ke alam sadar, hanya
kan mendorong alam sadar
untuk melakukan sesuatu
Menurut Freud, beberapa memori dan keinginan yang
menyakitkan, konflik-konflik masa
lalu yang tidak dikehendaki, trumatik dan tidak diinginkan
cenderung untuk direpresi
(penekanan/ditekan) ke alam bawah sadar, hal ini akan
terus mempengaruhi perilaku kita
walau kita tidak menyadarinya.
MACAM DAN TINGKATANNYA
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
Berikut ini akan diuraikan tiga tingkat kesadaran selanjutnya, yaitu
Existential, Transpersonal Bands, dan Level of Mind.
1. Tingkat Existential
Pada level ini Wilber menyodorkan istilah yang berasal dari filsuf-filsuf
eksistensial, yaitu penyatuan diri dengan orang lain (uniting the self and
others). Para filsuf eksistensialis mengakui bahwa makhluk di bumi
memiliki ikatan otentik antara total being individu dengan lingkungannya.
Mereka meyakini bahwa ”Aku” individu hanya eksis ketika berada dalam
relasi dengan orang-orang lain, dan bahwa kehilangan kesadaran berarti
memutuskan hubungan antara diri dengan orang-orang lain.
Di sisi lain, meningkatkan kesadaran berarti melibatkan diri dalam
hubungan mendalam dengan orang-orang lain, yang hasilnya akan
memperkaya kesadaran internal (inner awareness) seseorang.
Menurut Wilber, peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat
dicapai secara sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang),
menghentikan semua konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan
eksistensi dasar seseorang.
Untuk menguatkan identitas seseorang agar lebih permanen pada level ini,
biasanya diperlukan bentuk-bentuk terapi eksistensial semacam meditasi,
hatha yoga, terapi Gestalt, psikologi humanistik, dsb.
2. Tingkat Transpersonal Bands
Pada level ini individu mulai menyadari dan mengakui bentuk-bentuk
pengetahuan yang tidak bersifat dualistis (antara subjek dan objek
pengetahuan tidak terpisah). Individu mulai merealisasi dan
mengalami apa yang disebut sebagai reliansi/keyakinan eksklusif
dalam pengalaman.
Wilber bersandar pada konsep Jung dalam menggambarkan elemen-
elemen yang ada dalam tingkat transpersonal ini. Jung menggunakan
istilah synchronicity, yaitu suatu kejadian yang penuh makna antara
gejala psikis dan fisik. Bila dua kejadian, yang satu bersifat psikis dan
yang lain bersifat fisik, terjadi dalam waktu yang sama, ini berarti
terjadi synchronicity.
Aspek psikis dalam fenomena ini dapat termanifestasi dalam
suatu bentuk mimpi, ide, atau intuisi, yang kemudian menjadi
kenyataan secara fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang memikirkan
orang lain, menit berikutnya ia menerima telepon dari orang yang
baru saja dipikirkan. Contoh lain, seseorang bermimpi tentang
pesawat jatuh dan ketika ia membaca koran pada pagi harinya ternyata
mimpinya itu benar-benar terjadi semalam.
Gejala synchronicity muncul bila secara fisik individu dalam
keadaan kurang sadar, misalnya bermimpi atau merenung.
Pengetahuan sinkronistik ini meningkatkan kemampuan dalam
pengambilan keputusan, yaitu dengan meningkatkan kepekaan
intuitif, yang diberdayakan setelah semua data empiris dijajaki
secara objektif. Pada tingkat kesadaran ini individu mengalami
perasaan transendensi, mengalami sebagai saksi supra-
individual. Artinya individu mampu mengamati aliran dari
sesuatu, tanpa menyela, mengomentari, atau memanipulasi alur
peristiwa.
Kapasitas untuk melakukan sintesis, membuat hubungan antara
konteks-konteks yang berbeda, dan mengintegrasikan konsep,
yang telah mulai dimiliki pada saat mencapai tingkat
eksistensial, pada tingkat transpersonal ini kapasitas tersebut
difasilitasi. Dengan cara memandang dunia seperti ini, semua
gejala tampak sebagai gerakan atau aktivitas yang
berkesinambungan; semua elemen tampak “terkoneksi
(connected)”, saling berhubungan, dan merefleksikan suatu
kesatuan dengan esensi yang sama.
3. Level of Mind
Berikut adalah tingkat kesadaran paling tinggi dalam Spectrum
of Consciousness dari Wilber. Dalam menggambarkan Level of
Mind, Wilber menyatakan bahwa “Diri” orang yang mengalami
kesadaran sebenarnya bukanlah real self (“Diri” sesungguhnya)
dari orang tersebut.
Bagaimanapun cara seseorang melihat, berpikir, dan
merasakan dirinya, “Diri” merupakan sesuatu yang kompleks.
Ide, konsep, pikiran, emosi, dan objek mental semuanya secara
konstan menyedot energi kita, yang menyebabkan adanya suatu
tabir antara diri kita dengan realitas.
Pada tingkat ini, individu menyingkap tabir tersebut, sehingga
memungkinkan dia mengalami realitas secara langsung. Ini
disebut pengetahuan yang tidak dualistis (nondual knowing).
Krishnamurti menggambarkan kesadaran seperti ini sebagai
kesadaran intensif tanpa pilihan, tidak terkontaminasi oleh
pikiran-pikiran, simbol-simbol, atau dualitas; suatu kesadaran
tentang apa (what is).