Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

ADAPTASI KEHAMILAN

Dosen : Ns. Ira Mulya Sari, M.Kep., Sp.Kep.An.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4:

1.Haiyun Pitria (1911311036)

2. Nindy Zumratul Qadri (1911312054)

3. Fitri Yani (1911313014)

4. Khaira agusda dasril (1911313044)

KELAS: 3A-2019

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Pertama kami ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Adaptasi Kehamilan” ini. Makalah ini
kiranya tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong kami untuk
menyelesaikannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
temanteman karena sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, pendapat, dan
usulan dari pembaca demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga apa yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi kami (kelompok 4) dalam pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang.

Padang, 02 February 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2

2.1 Adaptasi Anatomi dan Fisiologis Kehamilan..............................................................2

2.2 Adaptasi Psikologis pada Kehamilan........................................................................18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................31

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................31

3.2 Saran...........................................................................................................................31

Daftar Pustaka...........................................................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang
dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan,
perubahan sistem kardiovaskuler, integument dan metabolism sebagai persiapan menyongsong
kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi. Dalam menjalani proses
kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-perubahan anatomi pada tubuhnya sesuai
dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III
kehamilan.Perubahan-perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan sistem reproduksi,
payudara, endokrin, kekebalan, perkemihan, pencernaan, muskuloskeletal, kardiovaskuler,
perubahan sistem integumen, perubahan sistem metabolisme, sistem pernafasan, dan sistem
persyarafan.

Memang adakalanya perubahan yang terjadi tidakbegitu nyaman dirasakan. Namun


demikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proses kehamilan
berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal. Sebaliknya bila gejala-
gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
seperti mengganggu aktivitas dan bahkan sampai dehidrasi tentu bukan hal yang normal lagi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologis pada masa kehamilan ?


2. Apa saja perubahan psikologis pada masa kehamilan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi pada ibu
hamil
2. Untuk mengetahui bagaiamana perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Anatomi dan Fisiologis Kehamilan

Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu hamil. Kebanyakan dari perasaan ketidaknyamanan tersebut
berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan aspek emosi
dalam masa kehamilan (Walsh, 2007). Kehamilan merupakan masa transisi bagi wanita, karena
terdapat banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis (Bobak, et al.,
2005).

Perubahan anatomi dan fisiologi pada saat kehamilan yaitu :

1. Sistem Reproduksi dan Payudara


Perubahan fisiologis dalam masa kehamilan banyak perubahan-perubahan yang terjadi
setelah fertilisasi dan berlanjut sepanjang kehamilan.Berikut beberapa perubahan anatomi dan
fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya :
A. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Vulva Vagina
Sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi atau penumpukan pembuluh darah
dan pengaruh hormon esterogen yang menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut
dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan mukosa
vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada
otot polos yang merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak. Respon lain
pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan
bersifat sangat asam karena adanya peningkatan PH asam sekitar 31 (5,2 – 6). Keasaman ini
berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri pathogen/bakteri penyebab penyakit
(Kumalasari,2015).
2) Uterus/ Rahim

2
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi
yang sedang tumbuh. Perubahan ini disebabkan antara lain:
a. Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
b. Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan jaringan abnormal) yang
meyebabkan otot-otot rahim menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti
pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Kumalasari,2015)
c. Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim selama hamil. Ukuran uterus
sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan berat 50 gram.Uterus bertambah berat
sekitar 70-1.100 gram selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur kehamilan
aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada perubahan posisi
uterus di bulan 32 pertama berbentuk seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat,
akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar
telur ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan
kehamilan sebesar telur angsa (Kumalasari,2015). Dinding – dinding rahim yang dapat
melunak dan elastis menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut
dengan Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri dan serviks di minggu
kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan tanda Hegar. Perhitungan lain
berdasarkan perubahan tinggi fundus menurut dengan jalan mengukur tinggi fundus
uteri dari simfisis maka diperoleh, usia kehamilan 22-28 minggu : 24-26 cm, 28
minggu
: 26,7 cm, 30 minggu : 29-30 cm, 32 minggu : 29,5-30 cm, 34 minggu : 30 cm, 36
minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm, 40 minggu : 37,7 cm.
3) Serviks
Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan kandungan air meningkat
sehingga serviks mengalami penigkatan vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya 33 suplai
darah dan terjadi penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak tanda
(Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini dapat terjadi pada tiga bulan pertama
usia kehamilan (Kumalasari,2015).
4) Ovarium
Manuaba mengemukakan dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
3
sempurna pada usia 16 minggu.Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpus luteum terus tumbuh
hingga terbentuk plasenta yang mengambil alih pengeluaran hormon estrogen dan progesterone
(Kumalasari,2015).
5) Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
Melanocyte Stimulating Hormone atau hormon yang mempengaruhi warna kulit pada lobus
hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis (kelenjar pengatur hormon adrenalin).
Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae gravidarum), garis gelap mengikuti garis
diperut (linia nigra), areola mama, papilla mamae,pipi (cloasma 34 gravidarum). Setelah
persalinan hiperpigmentasi ini akan berkurang dan hilang (Kumalasari,2015).
6) Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi baru
lahir.Perubahan yang terlihat diantaranya :
1) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakan karena adanya peningkatan
pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah yang meningkat akibat perubahan
hormon selama hamil
2) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit payudara yang membesar dan terlihat
jelas
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
sekunder atau warna tampak kehitaman pada puting susu yang menonjol dan keras
4) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar putting payudara yang
terletak di dalam areola mamame membesar dan dapat terlihat dari luar. Kelenjar ini
mengeluarkan banyak cairan minyak agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga
tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan
yang dikeluarkan bewarna jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu warna
cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai
anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini di sebut kolostrum (Saminem,2008).

4
2. Sistem Endokrin, Kekebalan dan Perkemihan
A. Perubahan sistem endokrin
Perubahan fisiologis dalam kehamilan salah satunya dipengaruhi oleh perubahan sekresi
hormone. Adanya HCG yang direproduksi oleh sel-sel trofoblas menyebabkan peningkatan
produksi “ovarian steroid hormone”. Pada saat kehamilan, fungsi endokrin dari plasenta menjadi
lebih luas untuk menghasilkan hormone maupun “releasing factor”. Efek dari produk yang
dihasilkan plasenta ini tidak hanya berpengaruh pada sirkulasi maternal, namun juga berperan
dalam sirkulasi janin. Kondisi ini merupakan bentuk penyesuaian tubuh maternal akibat dari
perubahan fisiologis oleh adanya hormone kehamilan dan persiapan pertumbuhan janin
(Irianti,Bayu,dkk. 2015:29). Adapun perubahan hormone yang terjadi secara khas pada periode
kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Produksi hormone plasenta
Salah satu fungsi dari plasenta adalah sebagai organ endokrin. Keberadaannya pada masa
kehamilan sangat berpengaruh pada system hormonal maternal, yang selanjutnya juga
memberikan dampak terhadap janin. Hormone yang diproduksi oleh plasenta ini meliputi hCG,
hormone-hormon steroid, hPL, pGH, Relaxin, pRH, dan lain-lain (inhibin, corticosteroid, ACTH,
TSH, IGFs, endothelin dan prostaglandin) (Irianti,Bayu,dkk. 2015:30). Adapun profil dan peran
beberapa hormone tersebut adalah sebagai berikut :
a) hCG (human Chorionic Gonadotropin)
Merupakan hormone glikoprotein yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi dengan
berat molekul 36-40 kDa, yang dihasilkan oleh trofoblas sejak hari ke7 setelah terjadinya
fertilisasi. Namun, keberadaannya baru bisa terdeteksi didalam sirkulasi darah maternal pada hari
ke 10, yaitu ketika trofoblas telah terimplantasi dan menyatu dengan pembuluh darah maternal
dan dapat terdeteksi didalam urin pada minggu ke 2 pasca fertilisasi. hCg terdiri atas 2 subunit,
yaitu subunit α hCG dan subunit β-hCG. Subunit α dihasilkan oleh citotrofoblas, terdiri atas 92
asam amino dengan berat molekul 14,5 kDa dan akan terus meningkat selama kehamilan, serta
mencapai puncaknya pada usia kehamilan 36 minggu. Khususnya sub-unit α memiliki struktur
yang identic dengan hormone glikoprotein lainnya yaitu Luteinizing Hormone (LH), follicle
asatimulating Hormone (FSH), dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH).
Subunit β dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas, terdiri dari 145 asam amino dengan berat
molekul 22,2 kDa dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 10 miggu, kemudian berangsur-
5
angsur menurun. Keberadaan hCG pada awal kehamilan berperan dalam mempertahankan
korpus luteum tidak terjadi atresia, sehingga masih mampu menghasilkan progesterone. Dengan
tetap adanya progesterone, maka uterus dipertahankan tetap dalam keadaan tenang.
Dalam kondisi normal, reproduksi Hcg mencapai puncaknya pada usia kehamilan 8-10 minggu,
kemudian berangsur-angsur menurun dan tetap dalam jumlah yang rendah selama kehamilan.
Keberadaan hCG yang memanjang biasanya terjadi pada kehamilan mola, karena sel-sel mola
juga mampu menghasilkan hCG. Pada kondisi hCG tetap rendah (tidak mencapai puncak), maka
hCG dapat dihubungkan dengan pertumbuhan plasenta yang abnormal, biasa terjadi pada
kehamilan ektopik.
Efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya hCG adalah :
a. Memberikan efek luteutropik pada corpus luteum, sehingga corpus luteum dapat tetap
memproduksi estrogen dan progesterone.
b. Menstimulasi produksi progesterone oleh plasenta
c. Mengatur aktivitas tirotropik
d. Berhubungan dengan terjadinya mual muntah
e. Menstimulasi kelenjar tiroid maternal, mengakibatkan peningkatan nafsu makan dan
meningkatnya cadangan lemak
f. Meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
g. Menurunkan kemampuan osmotic, sehingga cepat haus dan produksi ADH yang
meningkat
h. Mencegah penolakan janin oleh maternal dengan menekan respon limfosit maternal
i. Membantu pertumbuhan myometrium
j. Menghambat kontraksi myometrium
k. Membantu invasi trofoblas
l. Berpengaruh pada perkembangan jaringan system syaraf janin
m. Berperan dalam diferensiasi jenis kelamin laki-laki dan menstimulasi testis untuk
memproduksi testosterone
n. Menstimulasi kelenjar adrenal janin untuk meningkatkan produksi corticosteroid

b) Hormon steroid

6
Proses steroidogenesis pada kehamilan dipengaruhi oleh interaksi dan kerjasama antara ibu,
plasenta maupun janin. Faktor ibu sebagai pemicu produksi progesterone oleh plasenta,
sedangkan faktor janin pemicu produksi estrogen oleh plasenta.
1) Progesterone
Progesterone disintetis dari progesterone maternal didalam sinsitiotrofoblas.
Progesterone plasenta dibutuhkan janin untuk memproduksi testosterone, corticosteroid
dan mineralocorticoid. Progesterone dikenal juga sebagai hormone kehamilan, berperan
dalam stimulasi system pernafasan, system relaksasi otot polos (yang ada didalam
pembuluh darah, uterus dan usus), peningkatan suhu tubuh, peningkatan pengeluaran
sodium dan klorida, serta imunosupresan plasenta (Picciano, 2003).
Kenaikan level progesterone dalam sirkulasi darah maternal telah terjadi sejak
dimulainya kehamilan. Pada awal kehamilan, progesterone (17α hydroxyprogesteron)
diproduksi oleh corpus luteum, kemudian produksi ini menurun pada minggu ke-6 hingga
ke-9. Selanjutnya progesterone akan dipertahankan jumlah reproduksinya oleh plasenta.
Produksi progesterone telah dimulai sejak minggu ke 5-6 kehamilan. Kondisi pergantian
organ yang memenuhi kebutuhan progesterone dari corpus luteum ke plasenta ini dikenal
dengan istilah luteoplacental shift. Periode transisi ini sangat penting dalam menentukan
keberhasilan periode awal kehamilan.
Produksi progesterone oleh corpus luteum diawal kehamilan yang tidak adekuat, atau
kenikan progesterone yang dihasilkan plasenta tidak mengimbangi penurunan yang
dilakukan corpus luteum, dapat menyebabkan terjadinya abortus.
Pada akhir trimester pertama, level progesterone mengalami kenaikan hingga 50%
dibandingkan produksinya pada level luteal. Pada keadaan normal hanya diproduksi
kurang dari 1 ng/ml menjadi 11,2-90 ng/ml pada trimester I, 25.6-89,4 pada trimester II,
dan menurun kembali TM III menjadi 48/4-42,5 ng/ml. (Beshay & Carr, 2011).
Peningkatan terus terjadi hingga pada usia kehamilan aterm yaitu level progesterone
meningkat hngga 3 kali lipat. Kenaikan level progesterone yang signifikasi ni
menyebabkan plasenta memegang peranan penting dalam regulasi system hormone
steroid pada kehamilan.
2) Estrogen

7
Oestriol merupakan jenis estrogen primer yang ada pada kehamilan. Pada awal kehamilan
terjadi peningkatan level osetrone dan oestradiol, sedangkan oestriol mulai meningkat
pada usia kehamilan 9 minggu, yaitu seiiring dengan sintetis dehydroepiandrosterone
sulphate (DHES) oleh kelenjar adrenal fetus. DHES diproduksi oleh pregnenolone
plasenta dan merupakan substrat yang dibutuhkan plasenta untuk memproduksi oetriol,
Level oestrone dan oetradiol meningkat sekitar 100 kali, sedangkan level oestradiol
meningkat 1000 kali selama kehamilan (Blacburn,2012). Dimana peningkatan yang
terjadi yaitu 56±35 pg/100 ml pada saat sebelum hamil menjadi 675±820 pg/100 ml
(Persechini, 2012). Pada penilaian kesejahteraan, penurunan kadar oestriol
mengindikasikan terjadinya keabnormalan yaitu dikenal fetal disstres. Seiiring dengan
perkembangannya, penilaian kesejahteraan janin dengan oestriol ini digantikan oleh
Doppler dan penilaian profil biofisik. Pengukuran oestriol lebih digunakan pada
pemeriksaan khusus, seperti Bart’s (triple) tes untuk mendeteksi Down Syndrome.
Peran penting keberadaan estrogen dalam kehamilan ini adalah meningkatkan
perkembangan endometrium dan payudara, meningkatkan efektivitas myometrium,
meningkatkan sensitivitas karbon dioksida, meningkatkan sekresi prolactin,
meningkatkan vasodilatasi myometrium, menstimulasi retensi cairan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap progesterone pada akhir masa kehamilan.
3) hPL (hormone Placental Lactogen)
hPL biasa juga disebut dengan human chorionic somatomammotropin, diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas. Sekresi hPL meningkat setelah penurunan level hCG. Menjelang usia
kehamilan aterm produksi hPL adalah 1-3 g/ hari. hPL bersifat lactoganik dan juga
berperan dalam menstimulasi pertumubuhan jaringan maternal maupun fetal
(Irianti,Bayu,dkk. 2015:35).
hPL bersifat antagonis terhadap insulin, sehingga dengan adanya hPL meningkatkan
metabolism maternal dan menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energy. Ibu
dengan diabetes dengan kehamilan berisiko memiliki janin makrosomia karena
sensitifitas insulin akibat keberadaan hPL menyebabkan penurunan penggunaan glukosa
oleh sel maternal. Akibatnya glukosa maternal lebih banyak masuk kedalam sirkulasi
darah janin, dan digunakan untuk pertumbuhan janin. Keberadaan hPL ini juga mencegah
terjadinya penolakan janin oleh tubuh maternal. Level hPL yang rendah berhubungan
8
dengan kegagalan kehamilan dan terjadinya abortus spontan. Selain itu, level hPL yang
rendah juga berhubungan dengan terjadinya preeklampsi, kehamilan mola
(molahidatidosa), koriomkarsinoma dan insufiensi plasenta. Sedangkan level hPL terlalu
tinggi berhubungan dengan kehamilan multiple, tumor plasenta, intact molar pregnancy,
diabetes dan inkontabilitas resus (Irianti,Bayu,dkk. 2015:35).
4) PGH (Placental Growth Hormon)
Hormone pertumbuhan/PGH disekresi oleh kelenjar hipofisis pada awal kehamilan, dan
akan menurun seara bertahap. Pada usia kehamilan 8 minggu hormone pertumbuhan telah
dapat dideteksi dan pada 17 minggu plasenta (sinsitiotrofoblas) menjadi tempat utama
sekresi hormone pertumbuhan. PGH memiliki sifat high sommatogenik activity yaitu
meningkatkan aktivitas pertumbuhan dan low lactogenic activit sebagai hormone yang
memperlambat aktivitas laktasi. Secara umum, PGH menggantikan kehamilan dan
berperan penting dalam memfasilitasi adaptasi metabolic maternal terhadap adanya
kehamilan serta menyediakan kebutuhan glulkosa fetal. Dalam keadaan tidak hamil
kisarannya yaitu 0,5-7,5 mg/mL, pada kehamilan normal ditrimester
pertama antara 5-7,5 mg/mL, trimester kedua 3,5 mg/mL dan trimester ketiga 14 mg/mL
(Irianti,Bayu,dkk. 2015:36).
5) Relaxin
Relaxin diproduksi oleh corpus luteum dan level relaxin tertinggi terjadi pada trimester I.
relaxin berperan dalam pelunakan ligament tulang panggul, stretching ligament, dan
secara klinis juga dapat digunakan untuk menstimulasi pematangan serviks pada
persalinan dengan induksi (Irianti,Bayu,dkk. 2015:37).
c) Hormon Adrenal
1) Kortisol
Kadar kortisol meningkat dalam serum namun sebagian besar terikat oleh transkortin
(globulin). Hal ini menyebabkan resistensi insulin dan peningkatan gula darah terutama
setelah makan sehingga glukosa lebih banyak tersedia bagi janin. Selain itu, dengan adanya
peningkatan kadar progesterone selama kehamilan maka semakin tinggi tingkat kortisol
yang diperlukan untuk mempertahankan homoestatis. Kadar kortikotropin (ACTH) darah
sangat menurun pada awal kehamilan dan akan terus meningkat siring dengan
perkembangan kehamilan (Irianti,Bayu,dkk. 2015:37).
9
(1) Aldosterone
Kadar aldosterone meningkat pada usia kehamilan 15 minggu, pada trimester III sekresi
aldosterone sekitar 1 mg/hari. Meningkatnya aldosterone menyebabkan meningkatnya
kadar renin-angiotensin terutama pada pertengahan kehamilan yang menyebabkan
meningkatnya aliran glomerulus ginjal (Irianti,Bayu,dkk. 2015:37).
(2) Deoksikortikosteron
Kadar deoksikortikosteron dalam darah janin lebih tinggi dibandingkan dengan ibu. Hal ini
berpengaruh pada keseimbangan tubuh ibu dan akan meningkat selama kehamilan
mendekati 1500 pg/mL. Pada aterm, peningkatan ini bukan berasal dari sekresi adrenal
tetapi mencerminkan peningkatan produksi oleh ginjal akibat stimulasi estrogen
(Irianti,Bayu,dkk. 2015:38).
(3) Androstenedion dan Testoteron
Kadar androstenedion dan testoteron selama kehamilan meningkat, kemungkinan berasal
dari ovarium, namun tidak ada atau sedikit yang mengalir ke darah janin sehingga itu tidak
dijumpai dalam darah janin atau konsentrasinya rendah (Irianti,Bayu,dkk. 2015:38).

d) Hormon Pituitari/Hipofisis
Kelenjar hipofisis berperan dalam pengeluaran hormone yang penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan dalam uterus, dalam kehamilan normal kelenjar hipofisis membesar
sekitar 135%. Hormone-hormon yang diproduksi didalam hipofisis pun mengalami
perubahan akibat kehamilan. Tingginya level estrogen pada saat hamil menghambat
pengeluaran FSH dan LH, oleh karenanya hamper tidak ditemukan FSH dan LH pada saat
hamil. Produksi ACTH juga meningkat sebagai akibat meningkatnya aktivitas adrenal.
Terjadinya peningkatan hormone lainnya yaitu MSH, yang menyebabkan terjadinya
hiperpigmentasi pada kehamilan (Irianti,Bayu,dkk. 2015:38)
B. Perubahan sistem kekebalan
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibu nya karna hasil pertemuan dua gamet
yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh , hal ini
merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenar nya yang
Berlangsung pada tubuh bumil. Imunologi dalam janin kebanyakan : dari ibu ke janin sekitar 16

10
mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah , tetapi sebagian besar lagi
diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Selain itu,
kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan, hingga mencapai
kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga term. Perubahan-
perubahan ini dapat menjelaskan peningkatan risiko infeksi yang tidak masuk akal pada wanita
hamil.
C. Perubahan sistem perkemihan
Perubahan terjadi secara signifikan pada sistem perkemihan selama kehamilan, selain
mengelola zat-zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat peningkatan volume darah dan curah
jantung organ perkemihan juga mengelola produk sisa metabolism dan menjadi organ utama
yang mengekresi produk sisa dari janin (Irianti,Bayu,dkk. 2015:45).
1) Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul
kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan. Bila satu organ membesar, maka
organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih
pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama
kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada kehamilan normal
fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat
pada awal kehamilan.
Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan
juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada
posisi rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil
berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan
volume darah ginjal.
2) Trimester II

11
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari
panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung
kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi
mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama, pembesaran uterus mennekan
kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit
urine.
3) Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu
juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap
lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran
uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.

3. Sistem Pencernaan, Musculoskeletal, Kardiovaskuler, dan Integument


a. Sistem Pencernaan
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan tidak enak (nausea akibat kadar hormon
estrogen yang meningkat). Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga morbilitas
seluruh taktus digestivusi juga kurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Gejalah muntah biasanya terjadi pada pagi hari
yang biasa dikenal dengan morning sickness hal ini di sebabkan karna hormon Estrogen dan
HCG meningkat. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin
berkaitan dengan persepsi wanita tersebut tentang suatu keinginan yang berlebihan terhadap
suatu makanan. (Sulistyawati,Ari.2009)
Terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat. Selain itu
perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut
yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar,kearah atas
dan lateral dan penurunan asam lambung, melambatkan pengosongan lambung. Sistem
gastrointestinal terpengaruh dalam beberapa hal karena kehamilan, tingginya kadar progesteron

12
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan
kontraksi otot-otot polos. Sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak dan asam lambung
menurun, pembesaran uterus menekan diagfragma, lambung dan intestine.
(Sulistyawati,Ari.2009)
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam selama masa
kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi. Pada bulan-
bulan terakhir, nyeri ulu hati dan regurgitas (pencernaan asam) merupakan ketidak nyamanan
yang disebabkan tekanan keatas dari pembesaran uterus. Pelebaran pembuluh darah rectum
(hemoroid) dapat terjadi. Pada persalinan, rectum dan otot-otot yang memberikan sokongan
sangat tegang. (Sulistyawati,Ari.2009)
b. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada muskuloskeletal, keseimbangan
kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisi khususnya produk susu
terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal. Selama masa
kehamilan wanita membutuhkan kira-kira 1/3 lebih banyak kalsium dan posfor. Karies gigi tidak
disebabkan oleh dekalasifikasi, sejak kalsium dan gigi dibentuk. Terdapat bukti bahwa saliva
yang sama pada saat hamil membuat aktifitas penghancur bakteri email yang menyebabkan
karies Pada trimester II, peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
wanita berubah secara menyolok. Otot dinding perut meregang dan akhirnya sedikit kehilangan
tonus otot. Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah menyebabkan isi
perut menonjol digaris tengah. Umbilikus menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah
melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali tetapi, pemisahan otot (diastasi recti) menetap.
(Sulistyawati,Ari.2009)
Dilain pihak, sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Postur tubuh
wanita secara bertahap mengalami perubahan karenan janin membesar dalam abdomen. Untuk
mengkompensasikan penambahan berat ini, bahu lebih tertarik kebelakang dan tulang belakang
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dapat menyebabkan nyeri tulang
punggung pada wanita. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat berdiri akan
semakin membuat kurva punggung dan lumbal menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit. Kram
otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan. Penyebabnya tidak
diketehui, tetapi berhubungan dengan metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang.
13
Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi
wanita yang tua dapat mengalami gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup berat
selama kehamilan. (Sulistyawati,Ari.2009)
c. Sistem Kardiovaskuler/Sirkulasi Darah
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada, bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah
dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan
keluar. (Sulistyawati,Ari.2009)
1) Fungsi sistem kardiovaskuler ( jantung )
Memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ
tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ
tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ
tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai
sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas
tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas
jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
(Sulistyawati,Ari.2009)
Perubahan anatomi dan fisiologi adaptasi pada ibu hamil kardiovaskuler
a) Trimester I
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke plasenta, uterus yang
membesar pula, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula,
mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus menerus
meningkat sampai 30-34 minggu, sampai ia mencapai titik maksimum. Perubahan ratarata
volume plasenta maternal berkisar antara 20-100%. RBC meningkat 18% tanpa suplemen-
suplemen zat besi dan terjadi peningkatan yang lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum
suplemen zat besi. Karena volume plasma meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC
meningkat hanya 18-30%, maka terjadi penurunan hematokrit selama kehamilan normal
sehingga disebut anemia fisiologis. (Sulistyawati,Ari.2009)
14
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi penurunan
dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot halus oleh
progestrone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic pada 10-15
mmHg. Selama kehamilan normal cardiac output meningkatkan sekitar 30-50% dn
mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap tinggi selama
persalinan. Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung
terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Impuls pada apeks, titik impuls
maksimum (point of maksimum impuls/PMII) bergerak ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm.
Derajat pergeseran tergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta posisi uterus. Pada
akhir trimester I mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahanya
cardiac output. Hidung tersembat /berdasas karena pengaruh hormone estrogen dan
progesterone terjadi pembesaran kapiler, relaksai otot vaskuler serta peningkatan sirkulasi
darah. (Sulistyawati,Ari.2009)
b) Trimester II
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi, setelah
24 minggu tekanan darah sedikit demmi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum
aterem. Perbubahan auskultasi mengiringi perubahaqn ukuran dari posisi jantung,
peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil uskultasi
yang umum terjadi selama masa kehamilan. (Sulistyawati,Ari.2009)
Bunyi splitting S1 dan S2 lebih jelas terdengar. S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke-
20 gestasi. Selain itu murmurejeksi sistoloik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal.
Antara minggu ke-14 dan ke -20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali
permenit, kemudian menetap sampai aterm, dapat timbul palpitasi.
c) Trimester III
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000 penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelh
melakukan latihan yang berat, distribusi tipe sel juga kan mengaami
perubahan. Pada kehamilan, terutama trimesetr ke-3, terjadi peningkatan jumlah granulosit
dan limfosit dan secara bersamaan limfosit dan monosit.
15
d. Sistem Integumen / Kulit
Sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi terhadap lingkungan
sekitarnya, merupakan organ terbesar (16 % dari BB), yang membungkus seluruh permukaan
tubuh. membungkus seluruh permukaan tubuh . (Sulistyawati,Ari.2009)
Perubahan anatomi dan fisologi adaptasi pada ibu hamil system integument
a) Trimester I
Perubahan keseimbangan hormon dan peregagangan mekanis menyebabkan timbulnya
beberapa perubahan dalam sistem integument selama masa kehamilan. Perubahan yang
umum terjadi adalah peningkatan penebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi,
pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea,
peningkatan sirkulasi dan aktifitas vasomotor.
Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan strie-gravidarum, atau tanda regangan,
respon alegri kulit meningkat. Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-
alat tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH)
yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior
hipofisis, kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung, dikenal sebagai
diasmagravidarum, didaerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola
mammae. (Sulistyawati,Ari.2009)
Linea alba pada kehamila menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea, linea nigra adalah
garis pigmentasi dari simpisis pubisa sampai kebagian atas fundus di garis tengah tubuh,
kulit perut juga tampak seolaholah retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan disebut striae livide.
Setelah partus, striae livide ini berubah menjadi putih disebut striae albicans, pada
seorang multigraviada sering tanpak striae livide dan bersama dengan striae albicans,
angioma atau telengiektasis umumnya disebut vascular spiders. Angioma adalah ujung
arteriola yang berdenyut dan sedikit menonjol, berbebtuk kecil seperti bintang atau cabang,
spiders hasil peningkatan kadar estrogen dalam sirkulasi, biasanya ditemukan di leher, daa,
lengan, spiders juga dideskripsikan berwarna kebiruan dan tidak hilang bila ditekan.
Vascular spiders terlihat pada bulan ke-2 – ke-5 kehamilan pada 65% wanita kulit putih dan
10% wanita afrka-amerika. Biasanya hilang setelah melahirkan, bercak berbatas tegas atau

16
mottling difus yang berwarna kemerahan tanpak pada permukaan telapak tangan 60%
wanita hamil berkulit putih dan 35% wanita afrika=amerika
Epulis ialah suatu noddul berwarna merah pada gusi yang mudah berdarah lesi ini dapat
imbul pada sekitar bulan ke-3 dan biasasanya terus memebesar seiring kemajuan kehamilan.
Pertumbuhan kuku mengalami percepatan selama masa hamil. Kulit berminyak dan acne
vulgaris dapat timbul selama kehamilan, pada wanita lain, kulit bersih dan kulit berseri,
dapat terjadi peningkatan pertumbuhan rambut halus, tapi akan hilang setelah kehamilan
berakhir.
b) Trimester II
Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, kadar MSH pun meningkat, pada
terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae-gravidarum livide atau alba,
areola mammae, papila mammae, linea nigra, pipih (chloasma gravidarum). Setelah
persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang. (Sulistyawati,Ari.2009)
c) Trimester III
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan
striae gravidarum. Pada mutipara selain striae kemerahan itu sering kali di temukan garis
berwarna perak berkilau yangmerupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada kebanyakan
perempuan kulit digaris pertengahan perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang di
sebut dengan linea nigra, kadangkadang muncul dalam ukuran yang variasi pada wajah dan
leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum, selain itu pada areola dan
daerah genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan
biasanya akan hilang setelah persalinan (Sulistyawati,Ari.2009).

2.2. Adaptasi Psikologis pada Kehamilan

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan
emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditimbulkan dari
norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan
17
pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat
gangguan jiwa yang berat. Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap
pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, kasih sayang, dan empati) pada wanita hamil
dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyesuaian
persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal).

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi. Trimester pertama :
sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini mempunyai risiko tinggi
untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman. Trimester kedua : fluktuasi emosional
sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih terfokus pada berbagai perubahan tubuh
yang terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi
yang dikandungnya. Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses
persalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau
mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akah dihadapi.

a. Trimester I meliputi: Ambivalen, takut, fantasi dan khawatir

b. Trimester II : 1) Perasaan lebih nyaman 2) Kebutuhan mempelajari perkembangan dan


pertumbuhan janin lebih meningkat

c. Trimester III : 1) Memiliki perasaan aneh 2) Sembrono 3) Lebih introvert 4)


Merefleksikan pengalaman masa lalu

A. Adaptasi Maternal

Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan
sebagi ibu, suatu proses belajar ang kompleks secara sosial dan kognitif. Pada kehamilan awal
tidak ada yang berbeda. Ketika fetusnya muali bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut
mulai menaruh perhatian pada kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya atau
teman- teman lain yang pernah hamil. Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan
dapat menimbulkan stress, tetapi imbalannya adalah wanita tersebut siap memasuki fase baru
untuk bertanggung jawab dan member perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang
tua dan menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya
sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk

18
lain. Perkembangan ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang
mencakup menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali
hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi yang sedang dikandungnya, serta
menyiapkan kelahiran anaknya (Wayland & Tate, 1993; Zachariah, 1994). Dukungan suami
secara emosional adalah faktor yang penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ini.

B. Peran dan Hubungan Ibu

1. Peran Ibu

Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya.
Persepsi lingkungan sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita dapat mempengaruhi
pilihannya antara menjadi ibu, atau perempuan berkarier, menikah atau tetap membujang atau
menjadi bebas bukan tergantung pada orang lain. Bermain peran dengan boneka, mengasuh bai
dan mengasuh saudara dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang
mempunyai bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi
ibu.

2. Hubungan Interpersonal

Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai ibu. Pada saat
anggota keluarga menyadari peran baru mereka, bisa terjadi konflik dan ketegangan. Diperlukan
komunikasi yang efektif antara suami dengan keluarganya. Komponen-komponen yang penting
disekeliling ibu hamil adalah ibunya sendiri, reaksi terhadap kehamilan anaknya, menghargai
kemandirian anaknya, keberadaannya dimasa lampau dan sekarang, dan keinginan untuk
mengenangnya (Mercer, 1995).

Reaksi ibu terhadap anaknya yang mengandung penting sebagai penerimaannya sebagai
nenek. Bila ibu mendukung, akan bisa berdiskusi dengan ibunya tentang kehamilan, melahirkan
dan perasaannya apakah merasa senang atau ada penolakan sesuai dengan pengetahuannya.
Rubbin (1975) menyatakan bahwa bila ibu dari perempuan yang mengandung terlihat tidak
senang dengan kehamilan tersebut, anak perempuanya mulai ragu terhadap dirinya dan dapat
memberikan akaknya pada orang lain. Sebaliknya, bila ibunya menghargai otonominya, anak
perempuan tersebut merasa percaya diri. Pemikiran ibu hamil dan nenek dari calon anaknya,

19
membantu anak perempuan tersebut mengantisipasi dan mempersiapkan persalinannya dengan
penuh kasih sayang. Walaupun hubungan dengan ibunya adalah penting, tetapi yang terpenting
adalah suami, atau ayah dari janinnya. Seorang perempuan yang berhubungan harmonis dengan
suaminya, akan mempunyai pengaruh emosional dan gejala fisik lebih sedikit, termasuk
komplikasi waktu melahirkan dan penyesuaian postpartum.

Ada dua kebutuhan ibu selama hamil, perasaan dicintai, nilai-nilai dan mempunyai anak dari
suaminya. Tambahan anak akan mengubah hubungan dengan suami, menjadi lebih dekat pada
waktu hamil dan mereka akan menemukan peran baru suami yang dipercaya dan mendukung
serta berbagi rasa saling membutuhkan (Mercer, 1995). Hubungan seksual selama hamil bersifat
individual, bergantung pada faktor-faktor fisik, emosional, mitos tentang seks waktu hamil,
adanya disfungsi seksual dan perubahan fisik pada ibu hamil. Mitos tentang fungsi tubuh dan
fantasi tentang pengaruh hubungan seksual terhadap cacat janin, retardasi mental, dan kelainan-
kelainan bayi lainnya. Beberapa pasangan merasa cemas terhadap kemungkinan genitalia ibu
akan berubah drastis karena melahirkan, tetapi malu menyampaikan kepada petugas kesehatan.

Ketidaknyamanan dalam hubungan seksual dapat menjadi tekanan pada perut, juga penetrasi
yang dalam dapat mengakibatkan kram dan sakit bokong. Dengan berlanjutnya kehamilan,
terjadi perubahan bentuk tubuh, citra tubuh yang mempengaruhi suami/ istri tidak nyaman
terhadap keinginan berhubungan seksual. Selama trimester pertama, hasrat seksual bisa
menurun, terutama trimester bila ibu pengalami penegangan payudara, mual, lelah, dan
mengantuk. Pada trimester kedua ibu akan mengalami peregangan pelvis yang dapat
meningkatkan hasrat seksualnya. Pada trimester ketiga terjadi keluhan somatik dan keluhan fisik
yang menimbulkan ketidaknyamanan yang menghilangkan hasrat seksualnya (Reynerson &
Lowdermilk, 1993). Diperlukan kebebasan untuk mengutarakan respon seksual antarpasangan,
sehingga bisa berbagi perasaan untuk menghilangkan perasaan sensitif. Suami harus mengetahui
perubahan fisik dan emosional pada ibu hamil agar tidak merasa bingung.

3. Hubungan Ibu dengan Janin

Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil, ketika ibu mengkhayal dan memimpikan
dirinya sebagai ibu (Rubbin, 1975). Ibu ingin dekat, hangat, bercerita kepada bayinya dan

20
mencoba membayangkan adanya tangisan bayi, gangguan terhadap kurangnya kebebasan dan
kegiatan mengasuh anak. Hubungan ibu dan anak berkembang dalam 3 fase selama hamil.

a. Fase 1

Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan pernyataan “saya hamil” dan
menyatakan ide tentang anak di dalam tubuhnya dan gambaran dirinya sebagi berikut :

1) Pikiran terpusat pada dirinya

2) Menyadari kenyataan dirinya hamil

3) Fetus adalah bagian dari dirinya

4) Fetus seolah-olah tidak nyata. (Lumley, 1982)

b. Fase 2

Pada saat ini ibu merasakan sebagi berikut

1) Menerima tumbuhnya fetus yang merupakan makhluk yang berbeda dengan dirinya (pada
bulan ke-5)

2) Timbul pernyataan “saya akan mempunyai seorang bayi”

3) Tumbuh kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lalin yang terpisah dari tubuhnya.

4) Terlibat dalam hubungan ibu-anak, asuhan dan tanggung jawab

5) Mengembangakan kelekatan (attachment). Perempuan yang menyulai kehamilannya dan


direncanakan akan senang dengan kehamilannya, merasa lekat dengan bayinya yang
dimulai lebih awal daripada perempuan lain (Koniak-Griffin, 1988).

6) Menerima kenyataan, mendengar denyut jantung janin, merasakan gerakan anak


menempatkan perempuan tersebut pada kondisi yang tenang, sehingga dapat lebih
berintrospeksi dan berfantasi tentang anaknya. Ia akan senang pada anak kecil.

c. Fase 3

21
Ini adalah proses kelekatan dan ibu merasakan sebagai berikut

1) Merasa realistik

2) Mempersiapkan kelahiran

3) Persiapan menjadi orang tua

4) Spekulasi mengenai jenis kelamin anak

5) Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinganya ke perut ibu dan berbicara dengan
fetus.

C. Respon Psikologis Keluarga yang Mengharapkan Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu tantangan, suatu titik balik dari kehidupan keluarga dan
biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamialn yang diharapkan atau tidak. Untuk
keluarga pemula, kehamilan adalah periode transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua
dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai tanggung jawab. Perempuan itu akan
menjadi seorang ibu dan suaminya akan menjadi seorang ayah. Hubungan mereka satu sama lain
berubah, juga dengan keluarga besar atau masyarakat yang membutuhkan penyesuaian kembali
dalam dinamika keluarga. Bila ibu hamil tanpa suami, ia mengalami perubahan peran dan
matang secara psikologis. Ia juga menghadapi kenyataan dan merencanakan sebagai orang tua
tunggal. Bahkan kalau ia igin melepas anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya dengan
pemikiran masih ada yang tergantung kepadanya. Perempuan tersebut memerlukan dukungan
yang baik. Ibu hamil, apapun keadaannya perlu mempersiapkan biaya, lebih-lebih yang tanpa
suami. Akankah ibu bekerja selama hamil dan kembali bekerja setelah bayinya lahir? Harus
diambil suatu keputusan yang memerlukan suatu diskusi dan nasihat. Juga perlu diberikan
pendidikan pada kelas khusus bagi ibu atau pasangan suami-istri tentang kehamilan dan
persalinan. Persalinan merupakan ancaman yang menakutkan. Nyeri, kerusakan tubuh,
ganggungan fungsi tubuh, dan bahkan kematian adalah risiko yang mengancam ibu. Laki-laki
menghadapi risiko rusaknya tubuh, gangguan kesehatan dan kematian istrinya. Juga ketakutan
bayinya sakit atau cacat. Pasangan tersebut merasa cemas karena tidak ada yang memberinya
jaminan selamat. Pada suatu keluarga dengan ibu hamil, perlu dipelihara keterbukaan,
keseimbangan, menjaga tudas perkembangan, mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi
22
konflik. Selama hamil, pasangan merencakan bersama kelahiran anak pertama mereka,
mengumpulkan informasi bagaimana menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan sosial untuk
kesejahteraan psikososial ibu hamil adalah faktor yang penting. Jaringan sosial seringkali dipakai
sebagai sumber terbesar mendapatkan nasihat kehamilan. Anggota keluarga yang lain, terutama
anak-anak yang lain dan kakek/neneknya juga harus menyesuaikan diri dengan ibu hamil. Untuk
beberapa pasangan, kehamilan dapat berkembang menjadi krisis yang merupakan gangguan atau
konflik dan tidak dapat memelihara keseimbangan. Kehamilan merupakan kematangan dari
krisis yang normal yang terjadi pada suatu keluarga. Kelemahan ego, kehilangan pertahanan diri,
tidak tertanggulanginya masalah yang muncul dan perubahan hubungan. Bila krisis tidak dapat
ditanggulangi, akan menghasilkan perilaku yang tidak bisa beradaptasi pada satu atau lebih
anggota keluarga dan kemungkinan keluarga pecah. Keluarga yang mampu menanggulangi krisis
akan kembali berfungsi secara normal dan bahkan terjadi ikatan yang lebih kuat.

D. Respon Emosional Ibu Saat Hamil

Kondisi hamil menganggu citra tubuh dan juga ia perlu mengkaji kembali perubahan peran
dan hubungan sosialnya. Stres ibu hamil dipengaruhi oleh emosinya, lingkungan sosial, latar
belakang budaya, dan penerimaan atau penolakan terhadap kehamilannya. Respons emosi dan
psikologis ibu hamil selama hamil termasuk menolak, menerima, introversi, perubahan perasaan
dan perubahan citra tubuh.

Menurut teori Rubbin, perubahan psikologis terbagi menjadi :

1. Trimester pertama

a. Ambivalen

Perasaan menolak (ambivalen) disebabkan karena ada perasaan khawatir bahwa waktunya
“salah”, bahwa kehamilan ini tidak diinginkan, “nanti” dan “tidak sekarang” karena merasa takut
dan cemas, merasa ragu-ragu pada peran yang baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan ibu
perempuan tersebut atau ketakutan terhadap kehamilan dan persalinan. Akibat dari penolakan
memanjang dan lebih sering depresi, ketidaknyamanan fisik, ketidakpuasan dengan bentuk
badannya, perubahan perasaan yang drastis dan kesulitan menerima perubahan akibat kehamilan
(Lederman, 1996). Menurut Orr dan Miller (1997) perempuan dengan kehamilan yang tidak

23
diinginkan akan mengalami peningkatan depresi, stres, penuruanan dukungan dari ayah dan
menurunkan kepuasan hidupnya. Pada awal-awal bulan kehamilan bisa jadi ibu hamil
menginginkan abortus terapeutik yang dapat menyebabkan perasaan bersalah telah menyakiti
bayinya.

b. Cemas

Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan, yang hubungan
ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stresor, yang
bida menjadi masalah bila berlebihan. Perawat perlu memastikan :

1) Apakah cemas pada ibu hamil benar-benar timbul


2) Apakah cemas bisa menjadi stres
3) Apakah menurunkan kecemasan pada kehamilan bisa menguntungkan atau bahkan
tidak perlu
Menurut David (1961), Crandon (1979), tingginya kecemasan pada ibu hamil
dihubungkan dengan kejadian abnormal sebelumnya, misalnya abortus, kasus-kasus yang terjadi
pada akhir kehamilan. Menurut Niven (1992) kejadian antara emosional dan khawatir telah
dicatat pada perempuan yang sebelumnya kehilangan bayi atau melahirkan dengan kesulitan.
Cemas yang teratasi sering berhubungan dengan penyesuaian postnatal yang lebih baik (Pitt,
1968; Breen, 1973) dan cemas pada kehamilan secara konsisten tidak bergubungan dengan
komplikasi pada persalinan (Beck, 1976; Astbury, 1980). Sher (1989) mencatat bahwa tingkat
kecemasan mempunyai efek negatif pada reaksi staf kesehatan terhadap ibu hamil.

Penelitian secara umum memperlihatkan bahwa intervensi pada kecemasan mempunyai


efek yang menguntungkan (Ridgeway & Matthews, 1981; Wallace, 1984) sebagai berikut

1) Persiapan untuk kecemasan


a) Antisipasi
b) Pendidikan
c) Pengetahuan
d) Strategi
2) Penurunan kecemasan
a) Psikologis
24
b) Fisik
c) Lingkungan
d) Biologis
3) Pengawasan kecemasan
a) Strategi koping
b) Pendekatan
4) Penghilang stresor
a) Menghindari
b) Memeriksa kembali prosedur dan protokol
5) Penghilangan persepsi
a) Pengobatan
b) Relaksasi
c) Distraksi
Secara individu cemas dapat mengganggu, Cohen et al. (1989) menyatakan bahwa
seorang perempuan yang panik dapat mengalami abrupsio plasenta. Menurut Reading (1983),
faktor-faktor yang dapat mengurangi efek dari kecemasan, penilaian kecemasan, dukungan
psikososial, dan strategi koping. Intervensi bisa dilakukan untuk faktor-faktor tersebut. .stres
yang berkelanjutan dapat meningkatkan perilaku yang negatif, misalnya merokok atau minum
alkohol.

c. Depresi

Banyak penelitian tentang depresi berfokus depresi pada postpartum atau menilai depresi
antenatal sebagai usaha untuk memprediksi depresi postpartum. Murray & Murray (1975) dan
Ellior (1984) mencatat bahwa angka depresi tidak signifikan pada kehamilan.

2. Trimester Kedua

a. Menerima kehamilan

Langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu adalah menerima ide untuk
hamil (Mercer, 1995). Tingkat penerimaan ini digambarkan dengan kesiapan wanita tersebut
untuk hamil dan respon emosionalnya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya hamil.
Penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya anak secara nyata.
25
Kehamilan yang tidak diterima, tidak sama dengan menolak seorang anak. Seorang wanita bisa
tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang akan dilahirkan. Wanita yang berbahagia dan
senang dengan kehamilannya memperlihatkan tidak adanya kekurangan secara biologis. Mereka
mempunyai harga diri tinggi dan percaya terhadap dirinya, bayinya, serta kepada anggota
keluarga yang lain. Walaupun dengan kondisi yang prima, banyak wanita mengalami kondisi
yang labil secara emosional, terjadi perubahan perasaan secara cepat, tidak dapat diprediksi.
Perubahan hormonal ikut mempengaruhi perubahan perasaan seperti menjelang menstruasi atau
selama menopause.

Penanganan kondisi ini termasuk intervensi dan dukungan yang memerlukan perhatian dan
konseling seputar kelahiran, misalnya cemas dan depresi pada kehamilan, baik normal ataupun
abnormal. Juga dikaji secara klinis tentang trauma emosional dan medis yang merupakan
pengalaman banyak wanita dalam melahirkan. Banyak perempuan mendramatisir perubahan
yang timbul dan merasa sangat sensitif, tetapi ada juga yang tidak terlalu merasakan adanya
perubahan. Eliot et al. (1983) menyatakan bahwa pertimbangan perempuan bervariasi, baik
hamil maupun tidak dengan meneliti tingkat pengalaman, harus dihindarkan. Ukuran-ukuran ini
sering merupakan prediksi tentang hasil pada postnatal dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada
trimester kedua adalah relative tenang yang dialami, yaitu morning sickness sudah lewat dan
ancaman abortus spontang juga sudah lewat.

b. Murung

Emosi ibu hamil mempunyai bermacam-macam karakteriktik menangis, karena sebab-


sebab yang sepele. Bila ditanya mengapa, ia akan sulit memberi jawaban. Situasi ini mungkin
tidak mengenakkan bagi suami dan keluarganya, yang menyebabkan bingung. Karena suami
tidak bisa menangani masalah ini, ia bisa menjauh atau bersikap tidak peduli. Karena ibu hamil
membutuhkan lebih banyak kasih sayang dan perhatian, sikap suami dapat menyebabkan ia akan
merasa tidak dicintai dan tidak didukung. Pasangan suami-istri perlu diberi pengertian bahwa ini
adalah karakteristik ibu hamil, agar lebih mudah mengataasi keadaan.

c. Perubahan Citra tubuh

Perubahan tubuh ibu hamil yang berlangsung cepat, akan menimbulkan perubahan citra
tubuh. Tingkat perubahan dengan faktor-faktor kepribadian, respons sosial dan sikap
26
menghadapi kehamilain. Perubahan citra tubuh adalah normal tetapi dapat menimbulkan stres.
Diperlukan penjelasan dan diskusi depada pasangan yang dapat membantu menghilangkan stres
dalam kehamilan.

3 Trimester Ketiga

Pada Trimester ketiga ini, ibu merasa :

a) Memiliki perasaan aneh


b) Sembrono
c) Lebih introvert
d) Merefleksikan pengalaman masa lalu

E. Tugas-Tugas Psikologis Ibu

Rubbin (1984) mengidentifikasi 4 tugas ibu hamil untuk memelihara fetusnya dan keluarga
memasukkan anak tersebut ke dalam sistem keluarga, yaitu :

1. Memastikan keamanan kehamilan dan persalinan dengan cara :

a) Mencari pemeriksaan ibu hamil yang baik

b) Mencari aktivitas merawat diri (toileting, olahraga, bahaya konsumsi alkohol)

2. Mencari lingkungan yang menerima anaknya. Ia memerlukan dukungan dari


kelompoknya, misalnya keluarga atau bergabung pada kelompok. Figur dsuami perlu
membantu penyesuaian untuk mendapatkan identitasnya sebagai ibu. Bila di rumah ada
anak-anak yang lain ibu juga perlu memastikan penerimaan mereka terhadap anak yang
akan lahir. Diperlukan hubungan eksklusif, perempuan dan suami atau ibu dengan anak
pertama yang dapat menimbulkan stres. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau
orang tua tunggal akan lebih sulit.

3. Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu. Selama trimester pertama keberadaan
anak adalah abstrak. Dengan “quickening” anak mulai menjadi nyata ada dan ibunya
mengembangkan hubungan melalui pengalaman atas gerakan anak dalam perutnya
merupakan cara yang eksklusif untuk merasakan cintanya. Ia lalu berfantasi

27
membayangkan anak yang ideal, yang akan memotivasinya untuk berperan sebagai ibu
(Mercer, 1995). Rasa cintanya itu akan meningkatkan komitmennya untuk melindungi
fetusnya termasuk setelah lahir.

F. Adaptasi Psikologis Keluarga

1. Adaptasi Ayah

Ayah seringkali kelihatan “standar” sebagai pengamat istrinya hamil. Ia diperlukan waktu
konsepsi, membayar biaya, dan menyiapkan penuntun untuk matangnya anak. Sekarang
pandangan tersebut telah berubah dan seorang ayah sekarang diharapkan berperan secara penuh
merawat, terlibat sebagai ayah, dan pemberi nafkah sebagai respons tekanan masyarakat.
Pengaruh dari perubahan feminisme dan tekanan ekonomi menyebabkan lebih banyak
perempuan bekerja di luat rumah dan berbagi peran sebagai orang tua. Kemudian sudah banyak
laki-laki lebih terlibat dalam melahirkan dan sebagai orang tua. Pada pria terjadi perasaan
menolak. Perasaan ini yang tergantung dari banyak faktor, misalnya apakah kehamilan itu
direncakanan,bagaimana hubungan laki-laki tersebut dengan istri/pasangannya, pengalaman
sebelumnya dengan kehamilan dan kestabilan ekonominya.

a. Sumber stress ayah

Seorang ayah mengalami stress dalam transisi menjadi orang tua, yang disebabkan oleh :
1) Masalah keuangan
2) Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil
3) Cemas bayinya tidak sehat atau normal
4) Khawatir tentang nyeri istrinya melahirkan
5) Peran selama melahirkan
Sumber stress yang lain adalah :
1) Perubahan hubungan dengan istri/pasangan
2) Hilangnya respons seksual
3) Perubahan hubungan dengan keluarga atau teman-teman laki- lakinya
4) Kemampuan sebagai orang tua
Peran ayah berkembang sejalan dengan peran ibu. Secara umum, ayah yang stress
menyukai anak-anak, senang berperan sebagai ayah, dan senang mengasuh anak, percaya diri
28
dan mampu menjadi ayah, membagi pengalaman tentang kehamilan dan melahirkan dengan
pasangannya (Jordan, 1990).

b. Cauvade

Secara tradisional, cauvade adalah ritual atau tabu oleh laki-laki dalam transisi menjadi
ayah. Ini berhubungan secara biofisik dan psikososial dengan istri dan anak. Misalnya, dilarang
makan makanan tertentu, dilarang membawa senjata sebelum anaknya lahir, timbul gejala-gejala
fisik berupa lelah, nafsu makan meningkat, susah tidur, depresi, sakit kepala, sakit punggung.
Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang memperlihatkan sindrom cauvade, ingin
mempersiapkan peran sebagai ayah yang lebih tinggi dan terlibat lebih aktif dalam persiapan
mempunyai anak (Longobucco & Freston, 1989).

c. Menyiapkan Kelahiran

Banyak aktivitas yang dilakukan untuk menyambut kelahiran dengan membaca buku,
melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan menjadi orang tua, dan berdiskusi dengan
wanita-wanita lain. Mereka mencari tahu cara perawatan-perawatan yang memungkinkan
(Patterson et al, 1990). Para multipara, mereka telah mempunyai riwayat sendiri tentang
melahirkan yang mempengaruhi persiapan persalinannya. Cemas bisa timbul karena perhatian
tentang jalan lahir yang aman selama proses (Mercer, 1995; Rubbin, 1975). Rasa cemas tersebut
kadang-kadang tidak dikeluarkan, tetapi bidan perlu tahu isyarat/ tanda tersebut. Banyak wanita
takut terhadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum, karena mereka tidak mengerti
anatomi dan proses melahirkan. Ibu perlu diberi pendidikan bagaimana perilaku yang betul
selama melahirkan. Persiapan yang terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara
sehat tentang nyeri, menyeimbangkan risiko dengan rasa senang, dan keinginan tentang hadiah
akhir berupa bayi (Laderman, 1984).

Menghadapi akhir trimester III, ibu hamil mengalamani sulit bernafas dan gerakan fetus
lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering kencing, susah defekasi dan varises,
selama ini dapat menjadi masalah. Membesarnya tubuh ibu mempengaruhi kemampuan ibu
untuk mengasuh anak-anak yang lain, melaksanakan pekerjaan rutin dan memerlukan posisi
yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Saat ini wanita tersebut menjadi pasien yang akan
melahirkan, yang memiliki perasaan senang, takut, atau campuran perasaan. Keinginan kuat
29
untuk mengalami berakhirnya kehamilan membuat wanita tersebut siap untuk menghadapi
kelahiran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan :

1. Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan
sosial (keharmonisan, penghargaan, kasih sayang, dan empati) pada wanita hamil dan
dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyesuaian
persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal).

2. Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil, ketika ibu mengkhayal dan
memimpikan dirinya sebagai ibu.

3. Pada suatu keluarga dengan ibu hamil, perlu dipelihara keterbukaan, keseimbangan,
menjaga tudas perkembangan, mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi konflik.

4. Respons emosi dan psikologis ibu hamil antara lain; ambivalen, cemas, depresi,
menerima kehamilan, murung, perubahan citra tubuh.

3.2 Saran

Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup pembelajaran yang ada.
Namun, kami menyadari bahwasanya masih banyak kesalahan maupun kekurangan baik didalam
penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik dan saran yang bersifat membangun

30
untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga materi yang ada didalam makalah ini dapat
berguna bagi kita semua yang mempelajarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Adaptasi, P., & Dalam, F. (2019). PERUBAHAN ADAPTASI FISIOLOGIS DALAM


KEHAMILAN.

Bobak, Jensen, Lowdermik. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Ii, B. A. B., & Pustaka, K. (2017). Perubahan anatomi dan fisiologi pada saat kehamilan. 1–46.

Saminem, SKM. 2009. Kehamilan Normal. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanti Ni Nengah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai