diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri belum ada sejak bayi dilahirkan, tetapi
berkembang secara bertahap, saat bayi dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh- kembang anak. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan maupun tidak mampu, perasaan di terimah atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang lain yang diinginkan serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau penghargaan yang pantas. Komponen a. Citra Tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. d. Peran Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. e. Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain Jenis-jenis Konsep Diri Menurut Calhoum dan Acocella (1990),
Dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu :
konsep diri positif Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. konsep diri negatif Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe,yaitu: Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Faktor yang mempengaruhi Konsep diri
Tingkat pekembangan dan kematangan
Keluarga dan budaya Faktor ekternal dan internal Pengalaman Penyakit Stresor Komponen Konsep Diri
Gambaran citra diri (body image) mencangkup sikap individu
terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur, danfungsinyaPerasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas dan maskulinitas, keremajaan, kesehatan,dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesunggunya. Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksiaCitra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan pemuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya. Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat memengaruhi sikap seseorang. Misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tato, dan sebagainya. Konsep diri terbagi atas :
Gambaran Citra Diri
Harga Diri Peran Identitas diri Konsep Diri & Proses Keperawatan
Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif
dan subjektif yang berfokus pada stesor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang mungkin dirasakan perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan, awitan penyakit kronis, atau tuna wisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh, keengganan untuk mencoba hal-hal baru, dan intekasi verbal dan non verbal antara klien dengan orang lain. Data pengkajian membutuhkan interprestasi yang cermat oleh perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk ganguan kosep diri mungkin menunjukkkan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defenisi identitas, citra tubuh, harga tubuh, atau kinerja peran. Peristiwa yang mempunyai dampak pada ‘diri’ menimbulkan stresor pada konsep diri. Jika stresor cukup besar, atau jika stresor ditimbulkan pada klien dalam priode yang cukup lama, maka klien akan menjadi simpomatis. (Potter & Perry, 2005) TERIMA KASIH