Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1


. SILPIDAYANI
. YESSI IRASANDI
. IKA MARLINA
. ANA ELIVTIANA
. HERMAN ZUHDI
. HARMAYANI NASUTION
. RIRI NOVIARTI
. DINA MARIANA
. ROSMITA
a. Sejarah dan Ruang Lingkup Hukum Kesehatan

 Kesehatan merupakan anugerah yang diberikan pencipta kepada setiap untuk


dijaga, karena dengan adanya anugerah kesehatan tersebut semua manusia
dapat melakukan aktifitas dengan baik dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun tidak semua manusia dapat menjaga dan memelihara kesehatannya
dengan baik, sehingga adakalanya manusia mengalami sakit yang
membutuhkan perawatan medis untuk dipulihkan kesehatannya.
 Hukum Kedokteran dan Hukum Kesehatan mulai diperkenalkan di Indonesia
dengan terbentuk Kelompok Studi untuk Hukum Kedokteran Universitas
Indonesia pada tanggal 1 November 1982 di RSCM, oleh beberapa dokter dan
Sarjana Hukum yang mengikuti Kongres Sedunia Hukum Kedokteran di Gent,
Belgia Tahun 1982. Kelompok studi ini lalu membentuk Perhimpunan untuk
Hukum Kedokteran Indonesia (PERHUKI) pada 7 Juli 1983.
b. Sejarah Ilmu Keperawatan dan
Perkembangannya
 KEPERAWATAN merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan
individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan
menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.
 Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive
Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan yang berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia
C.Konsep dan Makna Etika
 Istilah etika (ethice) berasal dari Bahasa Yunani yang berarti perilaku
seseorang, adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, watak, serta
kecenderungan hati, untuk melakukan suatu perbuatan. Selain itu, istilah
etika juga dipahami sebagai kajian tentang tingkah laku manusia, tentang apa
itu baik atau buruk, benar atau salah, sengaja atau tidak. Menurut pakar
filsafat Mesir yang tersohor, Ahmad Amin (1983: 3).
 Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Lanjutan……..

 Sementara Hamzah Ya’qub (1983: 12) menyatakan etika sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. M.
Amin Abdullah (2002: 15) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari
tentang baik dan buruk. Beliau selanjutnya menyatakan bahwa, etika
berfungsi sebagai teori perbuatan baik dan buruk, yang praktiknya dapat
dilakukan dalam disiplin filsafat.
D.TEORI TETEOLOGI
 Istilah teleologi berasal dari Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti tujuan. Teori
ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung pada
tujuan yang dicapainya. Suatu perbuatan yang memang bermaksud baik, tetapi
tidak menghasilkan sesuatu yang bermakna, menurut aliran ini tidak pantas
disebut baik (Bertens 2000: 67). Berlaku jujur, bijaksana, komited pada janji,
ikhlas, menghormati orang yang lebih tua, adalah baik, karena hasil dari
perbuatan tersebut adalah baik. Bukan karena sifat-sifat interen dari perbuatan
tersebut. Begitu juga dengan perilaku berbohong, sombong, melanggar hak orang
lain, menipu masyarakat, adalah buruk, karena apa yang dihasilkan dari
perbuatan tersebut adalah buruk
 Jika perbuatan tersebut memberi akibat baik, maka perbuatan tersebut dianggap
bermoral dan kalau perbuatan tersebut meninggalkan akibat yang buruk maka
perbuatan tersebut dianggap sebagai tidak bermoral. Jadi sekali lagi, teori ini
mementingkan dampak dari suatu perbuatan. Dengan kata lain, sebelum
seseorang itu melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, maka ia perlu
memikirkan terlebih dahulu dampak apa yang ditimbulkan, baik atau buruk.
CONTOH KASUS DARI TEORI TETEOLOGI

 Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit.tindakan
ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hokum tindakan ini
melanggar hukum sehingga etika teteologi lebih bersifat situasional,karena
tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi
khusus tertentu.
E.Teori Deontologi (Deontological
Theory)
 Istilah deontologi berasal dari perkataan Yunani, “deon”, yang berarti,
“kewajiban” atau “sesuatu yang diwajibkan”. Tokoh teori deontologi adalah
Immanuel Kant (1724-1804).
 Dalam teori ini yang menjadi dasar baik dan buruknya suatu perilaku itu
adalah kewajiban. Suatu perbuatan itu baik, dan karena itu kita wajib
melakukannya. Sementara perbuatan itu buruk, maka dilarang bagi kita.
CONTOH KASUS TEORI DEONTOLOGI

 Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka
itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
F. Prinsip-prinsip etik

 1. Otonomi (Autonomy)
 Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
 Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
 Contoh seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk
apa obat tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak
menjelaskan suatu tindakan.
2. Berbuat baik (Beneficience)

 Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
 Contoh seorang pasien mengalami pendarahan setelah melahirkan, menurut
program terapi pasien tersebut harus diberi transusi darah, tetapi pasien
mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse bertentangan dengan
keyakinannya, dengan demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik
dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan transfusi
setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakannnya.
3. Keadilan (Justice)

 Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
 Contoh dalam keperawatan di ruang penyakit bedah, sebelum operasi pasien
harus mendapatkan penjelasan tentang persiapan pembedahan baik pasien di
ruang VIP aupun kelas III, apabila perawat hanya memberikan kesempatan
salah satunya maka elanggar prinsip justice ini.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

 Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
 Contoh ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seseorang
perawat harus mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara.
5. Kejujuran (Veracity)

 Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
 Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
 Perinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien emungkinkan untuk menerima
jawaban yang sebenarnya tetapi perawat enjawab tidak benar.
6. Menepati janji (Fidelity)

 Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya


terhadap orang lain.
 Contoh bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka
tidak boleh mengingkari janji tersebut.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)

 Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
 Contoh perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien kepada orang lain,
kecuali seizin klien atau keluarga demi kepentingan hukum.
8. Akuntabilitas (Accountability)

 Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh kasus 1

 Sdr. Hangky , umur 20 tahun, mahasiswa semester IV perguruan tinggi negeri di


Malang. Karena kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan
harus bed rest dalam waktu lama. Akibat dari bed rest, ia menderita pneuomia
dan ulkus decubitus yang luas. Dokter menetapkan untuk pemasangan infus dan
pemberian antibiotik dosis tnggi. Pada waktu akan dilakukan tindakan
pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien meminta untuk
tidak memberikan obat atau melakukan tindakan apapun kepadanya. Klien
menyatakan ingin meninggal dengan damai dan bermartabat.
 Masalah / konflik terjadinya terkait dengan hak klien untuk menentukan hal
yang terbaik untuk dirinya sendiri.
 Apa yang sebaiknya perawat lakukan pada situasi tersebut ? Gunakan teori etika
atau moral dan tahapan proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian
dilema etis tersebut ?
Lanjutan ………..
 Jawaban
 Identifikasi kasus
 Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan pasien terhadap
tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema moral : memenuhi permintaan
pasien atau melakukan tindakan tanpa persetujuannya. Mari kita menyelidiki argumen pro
dan kontranya.
 Argumen Pro
 Tindakan perawat untuk memberikan infus dan injeksi antibiotik memanglah tidak dapat
mengembalikan keadaan pasien sebelumnya, sehingga hal itu adalah hak pasien untuk
menentukan. Perawat dan keluarga bisa menjelaskan semua kebaikan dari pemasangan infus
dan injeksi antibiotic dan konsekuensi apabila tidak dilakukan tindakan tersebut, tetapi
sesudah itu pasien berhak megambil keputusan. Pada kasus ini pasien bisa dikatakan kurang
kompeten tetapi hal itu adalah prinsip personal dari individu itu sendiri yang harus dihormati
oleh perawat. Dari kondisi pasca kecelakan itu sendiri pasien telah dinyatakan lumpuh total
sehingga dia tidak akan bisa beraktifitas seperti dahulu kala. Belum tentu benar prinsip
pasien itu adalah keegoisan pribadi, sebagaimana perawat yang harus melakukan
pekerjaannya sebagai bentuk keprofesionalanya terhadap profesinya yang itu sediri bias
dikatakan keegoisan pribadi pula. Sehingga perawat juga harus menurunkan egonya untuk
menghormati prinsip pasien.
Lanjutan ……
Argumen Kontra
 Bagi dunia medis sulit untuk diterima bahwa seorang pasien memilih untuk mati jika secara
medis ia bisa diselamatkan. Salah satu prinsip dasar dalam prinsip etika keperawatan adalah
berbuat baik. Yang paling baik yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan pasien yang terancam
maut. Pasien ini termasuk masih bisa diselamatkan. Tentu saja tidak pernah ada kepastian
bahwa di masa mendatang kelumpuhan akan bisa sembuh. Hanya, pemulihan kesehatan itu harus
berlangsung lama dengan keadaan cacat seumur hidup. Hal itu pasti berat untuk pasien yang
sepanjang hidupnya selalu aktif dan tak tergantung pada orang lain. Tetapi di rumah sakit
mempunyai fasilitas yang memadai untuk membantu dia menyesuaikan diri dengan keadaan
lumpuh. Semua itu sudah dijelaskan kepadanya. Rupanya dia bersikap kurang rasional, kalau ia
memilih untuk mati saja. Apalagi kalau penyakit yang dideritanya dibiarkan terus tanpa
penanganan pasien akan mengalami banyak penderitaan lagi yang sebenarnya tidak perlu. Baik
bagi dia sendiri maupun untuk keluarganya akan timbul keadaan tidak nyaman jika masalah ini
dibiarkan menjadi sebab kematiannya. Hidup menjadi seseorang yang lumpuh total adalah
sangat berat namun bila pasien ingin meninggal karena tak tertangani dengan baik akibat adanya
pneuomia dan ulkus decubitus yang luas itu akan membawa penderitan bagi dirinya dan orang
orang terdekatnya. Tetapi dengan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik penderitaan
itu bisa dihindari. Pada kasus ini perawat mengalami dilema antara memenuhi keinginan pasien
atau melakukan tindakan tapa persetujuan pasien.
Lanjutan…..
 Sehingga menurut kelompok kami terdapat dua solusi utuk kasus ini, yaitu:
 a. Tetap melakukan tindakan pemasang infus dan injeksi antibiotik kepada pasien
walaupun tanpa persetujuan pasien, karena apabila tidak dilakukan maka dapat
memperparah kondisi pasien itu sediri, sesuai dengan prinsip etika (Beneficience) dan
Utilitarianism Theory.*)
 b. Dengan berat hati perawat tidak melakukan tindakan pemasang infus dan injeksi
antibiotik kepada pasien untuk menghormati keputusanya setelah semua
konsekuensinya telah dijelaskan kepada pasien, sesuai dengan prinsip etika kebebasan
pasien (Autonomy) dan Deontology Theory.
Kesimpulan…..
 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikemukakan bahwa etika adalah suatu
kajian ilmiah tentang perilaku manusia dalam masyarakat, yakni suatu bidang yang
mendefenisikan perilaku manusia sebagai benar atau salah, baik atau buruk, patut atau tidak
patut.
 Teori ini menyatakan bahwa manusia hidup bermasyarakat, karena itu kelompok masyarakatlah
yang paling berwenang dalam menggariskan kebenaran sosial. Masyarakat mempengaruhi tindak
tanduk, sikap dan cara berpikir individu. Sesuatu tindakan itu dianggap baik atau buruk, patut
atau tidak patut, bermoral atau tidak bermoral jika selaras dengan nilainilai, norma-norma, dan
undangundang dalam masyarakat tersebut. Kedua, adalah, teori kepribadian mulia (personality
virtue theory).
 Teori ini bersumber dari pemikiran Aristoteles (384-322 SM). Menurut teori ini, usaha
pengembangan moral seharusnya mengarah pada pembentukan watak mulia dan terbaik, bukan
kepatuhan kepada peraturan masyarakat. Berdasarkan teori ini, masalah yang lebih ditekankan
adalah dimensi individu atau manusianya, dan bukan perbuatan yang dihasilkannya.

Anda mungkin juga menyukai