Dosen :
OLEH :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kekuasaan dan Politik Dalam Keperawatan
1. Kekuasaan
Beberapa pengertian kekuasaan yaitu:
a. Kekuasaan adalah kapasitas atau kemampuan untuk menghasilkan
dampak atau akibat pada orang lain” (House, 1984).
b. Kekuasaan adalah potensi untuk mempengaruhi orang lain” (Bass,
1990). Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, dan kemampuan untuk mengatasi (bertahan dari) pengaruh
orang lain yang tidak diinginkan (Wagner dan Hollenbeck, 2005).
c. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, sehingga orang lain tersebut akan berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang memiliki kekuasaan
(Robbins dan Judge, 2007) (Marianti & Marianti, 2011).
d. Kekuasaan didefinisikan sebagai potensi seorang dapat
mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut menuruti
kemauan orang pertama. Dalam kontes saling pengaruh-
mempengaruhi ini, maka tiap-tiap aktor dapat saling beradu
kekuasaan untuk memenangkan ‘kepentingan’, dengan taktik
memainkan kekusaannya masing-masing.
2. Politik
Beberapa pakar mendefinisikan politik dalam perspektif berbeda
berdasarkan ideologi politik (Heywood, 2000; Marsh & Stoker, 2002),
yaitu:
a. Politik sebagai pemerintahan. Politik adalah berhubungan dengan seni
pemerintahan dan aktivitas sebuah negara. Ini berhubungan dengan
Behavioralists dan Institutionalist ilmu politik.
b. Politik sebagai kehidupan publik. Politik adalah berhubungan dengan
masalah urusan masyarakat. Cara pandang politik ini berhubungan
dengan teori pilihan rasional (Rational Choice Theory).
c. Politik sebagai resolusi konflik. Politik adalah berhubungan dengan
ungkapan dan resolusi konflik melalui kompromi, konsiliasi, negosiasi,
dan strategi lainnya. Ini berhubungan dengan para ahli hubungan
internasional (International Relations Theorists).
d. Politik sebagai kekuasaan. Politik adalah proses melalui outcome yang
ingin dihasilkan, dicapai dalam produksi, distribusi dan penggunaan
sumber daya yang terbatas dalam semua area eksistensi sosial. Cara
pandang ini berhubungan dengan ilmu politik Feminist dan Marxist
(Feminist and Marxist political science) (Sukri Palutturi, 2013).
3. Praktik Politik dalam Organisasi
Setiap orang lain termasuk manajer menggunakan taktik dan strategi
untuk mempengaruhi orang lain dengan menggunakan sumber kekuasaan
yang dimiliki. Secara deskriptif, beberapa taktik yang dipakai adalah
sebagai berikut:
a. Membentuk koalisi dengan pihak lain untuk meningkatkan dukungan
dan sumber daya
b. Menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk
persepsi dan perilaku orang-orang sesuai dengan peran dan fungsinya
c. Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain
dengan mengubah persepsi dan tindakan pihak lain
d. Memperluas jumlah orang yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi
kepentingan kita untuk mendapatkan perhatian yang lebih luas
e. Melaksanakan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang
bersinggungan dengan kepentingan kita untuk mendapatkan kompromi
f. Memilih waktu yang tepat untuk setiap tindakan agar situasi
menguntungkan kita (manajer).
4. Pentingnya Perawat Berada di Area Politik
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah
bahwasanya dunia politik bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan
berjuang bersamanya mungkin dapat terasa asing bagi profesi
keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang
perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia
yang juga memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk
memilih wakilwakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak
ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan.
Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun
membutuhkan penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan
diselesaikannya permasalahan yang ada, yang tentunya akan membawa
kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya menjadikan
RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan
seorang perawat di badan legislative sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan
seorang perawat mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan
permasalahan yang ada di profesi keperawatan salah satunya seperti yang
disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan
keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat
bias dipertanggung jawabkan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi
pendidikan keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan
institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang
di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan keperawatan,
semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai
tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya
dengan regulasi pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan
bagaimana kita melakukan persiapan yang matang sebelum membuat dan
memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan fondasi
yang kokoh dan system yang mensupport akan terbentuknya generasi
perawat-perawat yang siap tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan
klinik akan menjadiakan profesi keperawatan semakin mantap dalam
langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah
yang jelas akan menjadikan perawat semakin professional dan
proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain
itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi adanya
overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya
malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi. Banyak hal yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke dunia politik.
Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu
partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di
kancah perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi
legislative, ada partai yang melakukan pengkaderan dari awal yang
mampu menyiapkan calon-calon legislative dari embrio yang akan
diberikan suntikan ideology dari partai tersebut, ada juga partai yang
memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang
bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.
Selain penjelasan diatas, pentingnya dunia politik bagi keperawatan
adalah:
a. Politik menciptakan iklim yang kondusif bagi keperawatan terutama
mendapatkan legitimasi masyarakat dalam upaya mendukung usaha-
usaha memberikan asuhan keperwatan.
b. Politik memberikan kemudahan terhadap pencapaian tujuan
keperawatan dalam melakukan intervensi kepada masayarakat melalui
serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh profesi keperawatan berupa
kebijakan strategis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Manfaat Keterlibatan Perawat di Area Politik
a. Terciptanya suatu regulasi dalam pendidikan perawat Banyak sekali
keuntungan yang akan didapatkan ketika regulasi (undang-undang)
keperawatan telah di tetapkan, salah satunya adalah mengenai
regulasi pendidikan keperawatan di Indonesia. Walaupun regulasi
pendidikan seharusnya wewenang Dinas Pendidikan Tinggi, namun
saat ini profesi keperawatan mengalami dualisme arah, kiblat
pendidikan keperawatan yang ganda ini menjadikan profesi
keperawatan semakin ruwet dan kemungkinan akan menyulitkan
dalam birokasi-birokrasi pengurusannya.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi
pendidikan keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang,
dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu akan output
perawat yang di luluskan setiap periodenya.
Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi
terstandardisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar,
nilai jual dan menjadi profesi yang di pertimbangkan.
b. Terciptanya suatu regulasi kewenangan perawat di lahan klinik
Tidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan, dimana regulasi
pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang
matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita
melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang
mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap
tempur.
c. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan
profesi keperawatan semakin mantap dalam langkahnya.
Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas
akan menjadikan perawat semakin professional dan proporsional
sesuai dengan tanggung jawab yang harus di penuhi, selain itu dalam
regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi adanya overlap dan
salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadi
malpraktek yang kemungkinan dapat terjadi.
5. Ruang Lingkup Ilmu Politik di Dalam Keperawatan
Lingkup keberadaaan perawat di dalam area politik tidak hanya
terbatas pada kepentingan perawat itu sendiri seperti menciptakan iklim
yang kondusif bagi keperawatan terutama mendapatkan legitimasi
masyarakat dalam upaya mendukung usaha-usaha memberikan asuhan
keperwatan.tapi juga bagaiman suatu regulasi/undang-undang di
keperwatan itu bisa tercipta.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam
berperan secara active maupun passive dalam dunia politik. Mulai dari
kemampuan yang harus dimiliki bidang politik hingga talenta yang harus
di miliki mengenai sense of politic.
Dalam wikipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat
mengikuti dan berhak menjadi insan politik dengan mengikuti suatu
partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat
atau LSM (lembaga swadaya masyarakat). Maka dari hal tersebut
seseorang berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai
insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara
baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan
perpolitikan di Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan
mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi profesi
keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat
dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib
perawat itu sendiri.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan
kekuasaan(politik) bisa juga diterapkan dalam bekerja dengan pasien dan
dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan
dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung
antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah untuk memahami sifat
alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam
mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset,
dalam mempengaruhi sumber daya, dan dalam politik kesehatan local dan
nasional.
Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga
meningkatkan kesejahteraan pasien secara umum. Ini berarti
memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff,
efisiensi dan efektifitas prosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit, dan kesehatan masyarakat.
B. Manajemen dan Pemimpin dalam Keperwatan Menggunakan
Kekuasaan Secara Efektif
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan
ketrampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan
sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan
merupakan interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu
organisasi dalam pencapain tujuan.
Claus dan Bailey dalam Lancaster dan Lancaster (1982), mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu kelompok kegiatan yang mempengaruhi anggota
kelompok, bergerak menuju pencapain tujuan yang ditentukan.
Kepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan
mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., & Swansburg, R. J., 1998).
Berdasarkan ketiga pandangan ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan suatu
organisasi. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan
ketrampilan seorang pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat-perawat
lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan
keperawatan dapat tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda
dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu
dapat ditingkatkan.
2. Tipe Kepemimpinan
Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:
a. Kepemimpinan Formal.
Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan, duduk
dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ada legitimasi.
2) Kekuasaan dan kewenangan jelas.
3) Memenuhi persyaratan formal.
4) Didukung oleh organisasi formal.
5) Mendapat imbalan/penghargaan.
6) Memperoleh promosi dan mutasi.
7) Dapat dikenai sanksi dan hukuman.
b. Kepemimpinan Informal.
Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki beberapa
keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak memiliki legitimasi.
2) Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat.
3) Tidak mendapat dukungan organisasi formal.
4) Tidak mendapat imbalan jasa / sukarela.
5) Tidak dapat dipromosikan atau dimutasikan.
6) Tidak perlu persyaratan formal.
7) Tidak dapat dihukum secara formal.
Kepemimpinan informal pada dasarnya ditentukan oleh status sosial, meliputi:
Keturunan, kekayaan, pendidikan, pengalaman hidup, kharismatik dan karakteristik
herediter atau jasa.
c. Pemimpin Yang Efektif Dalam Keperawatan
Menurut Tappen (1995) ada enam komponen penting ciri dari pemimpin yang efektif
untuk mengarahkan orang-orang/ bawahan dalam organisasi keperawatan, antara lain:
1. Memiliki Pengetahuan yang cukup.
a) Pengetahuan kepemimpinan:
Teori kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan.
Pemimpin yang efektif.
b) Pengetahuan keperawatan:
Subtansi ilmu keperawatan.
Ketrampilan.
Peningkatan dan pengembangan ilmu
keperawatan secara terus menerus.
Menyadari kekuatan.
Kekuasaan personal untuk orang
lain.
c) Berpikir kritis:
Mengkaji asumsi gagasan dan
kegiatan yang masuk akal.
Pemimpin berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
Pekerjaan yang rutinitas akan
menghambat inovasi.
2. Memiliki Kesadaran diri.
Kesadaran diri berkontribusi kepada pengembangan hubungan interpersonal yang
efektif. Peningkatan kesadaran diri sendiri dapat terjadi dengan mempelajari
perilaku manusia, mengobservasi reaksi orang lain terhadap perilaku kita dan
umpan balik dari orang lain tentang perilaku yang kita tampilkan. Komponen
kesadaran diri sangat membantu untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif,
karena:
a) Dapat mengenal diri sendiri.
b) Dapat mengenal gejala dari kecemasan.
c) Dapat mengungkapkan perasaan dengan kehangatan dan
menghormati orang lain dengan positif.
d) Seseorang akan lebih fleksibel, lebih mandiri, kurang tergantung
pada orang lain bila menyadari dan menerima keunikan dirinya.
e) Bila kesadaran diri rendah, cenderung mempunyai respons yang
berbeda dari yang diharapkan orang lain.
f) Kesadaran diri penting, karena kita akan menyukai diri sendiri, lebih
menyenangkan, dan memikirkan diri kita sebagai seorang pemimpin.
3. Komunikasi yang Efektif.
Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik dalam suatu kepemimpinan,
seorang pemimpin yang efektif harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Pendengar aktif, sebagai pendengar yang baik membutuhkan
kosentrasi dan berusaha untuk melakukan klarifikasi bila terjadi ketidak
jelasan informasi, menebak atau mengira-ngira akan menimbulkan
ketidak akuratan.
b) Mengikuti aliran informasi, hal ini dilakukan dengan cara sering
bertemu yang bertujuan untuk mencegah salah pengertian.
c) Asertif, komunikasi yang diulang berkali-kali, jelas dan langsung
adalah penting untuk kepemimpinan yang efektif.
d) Memberikan umpan balik, karena umpan balik sangat dibutuhkan
oleh anggota tim.
e) Hubungan dan jaringan komunikasi.
f) Mengkomunikasikan visi.
4. Komunikasi yang Efektif.
Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik dalam suatu
kepemimpinan, seorang pemimpin yang efektif harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Pendengar aktif, sebagai pendengar yang baik membutuhkan
kosentrasi dan berusaha untuk melakukan klarifikasi bila terjadi ketidak
jelasan informasi, menebak atau mengira-ngira akan menimbulkan
ketidak akuratan.
b) Mengikuti aliran informasi, hal ini dilakukan dengan cara sering
bertemu yang bertujuan untuk mencegah salah pengertian.
c) Asertif, komunikasi yang diulang berkali-kali, jelas dan langsung
adalah penting untuk kepemimpinan yang efektif.
d) Memberikan umpan balik, karena umpan balik sangat dibutuhkan
oleh anggota tim.
e) Hubungan dan jaringan komunikasi.
f) Mengkomunikasikan visi.
5. Memiliki Tujuan.
Kepemimpinan yang efektif harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
meliputi:
a) Tujuan lingkungan (organisasi) dan tujuan kelompok.
b) Tujuan individual (anggota dan pemimpin)
c) Sebuah tujuan, butuh kebersamaan dan pengertian untuk group.
d) Kewajiban pemimpin “bagaimana memulai sesuatu dalam group”.
e) Untuk mencapai kebersamaan, pemimpin harus memberikan
informasi yang tepat.
6. Melakukan Tindakan/aksi.
a) Pemimpin berorientasi pada kemampuan menentukan dan tindakan.
b) Pemimpin tidak dapat menunggu orang lain memberitahu apa yang
harus dikerjakan.
c) Berfikir dahulu sebelum berbuat.
d) Bekerja dengan orang lain.
e) Inisiatif dalam pikiran dan kegiatan
d. Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai
diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan.
Menurut Kron (1981) kegiatan tersebut meliputi:
1) Perencanaan dan pengorganisasian.
2) Membuat penugasan dan memberi pengarahan.
3) Pemberian bimbingan.
4) Mendorong kerja sama dan partisipasi.
5) Kegiatan koordinasi.
6) Evaluasi hasil penampilan kerja.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang pemimpin keperawatan dapat
melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen, oleh karena itu setiap
manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi perawat-perawat dibawah
pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya secara bersama
sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. Dalam melaksanakan kepemimpinan,
seorang manajer keperawatan dapat menggunakan gaya otokratik, demokratik atau
bebas tidak tergantung pada situasi termasuk kemampuan perawat yang dipimpinnya.
perawat dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi
juga menjadi pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang
perawat perlu memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai kepribadian
yang mantap artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung pada orang lain
(Marianti & Marianti, 2011).
C. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan
keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi:
a. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan
diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai
seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
b. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu
membaut seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan benar. Untuk ini diperlukan kemampuan dalam hubungan antar
manusia dan teknik-teknik keperawatan.
c. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang poenting dalam keperawatan.
Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metoda
mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan
dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan
dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan klien.
d. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu mennyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.
Kerjasama dapat ditingakatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu
mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.
Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai
termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
e. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
f. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap
staf dan pekereaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan
untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat
mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekuranngan yanng ada. Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan
dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang
efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala
ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggungjawab dalam:
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan.
Seorang Pemimpin ataupun Manajer sering memerintahkan anggota tim
atau bawahannya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dengan
pemberian perintah dan dituruti oleh bawahannya, berarti Pemimpin ataupun
Manajer tersebut telah menggunakan kekuasaannya dalam organisasi. Jadi
pada dasarnya, yang dimaksud dengan Kekuasaan
(Power) adalah kemampuan memengaruhi orang lain untuk bersedia untuk
melakukan sesuatu yang diinginkannya. Kemampuan untuk memengaruhi orang
lain merupakan inti penting dari Kepemimpinan. Pada dasarnya, Kekuasaan
seseorang dalam suatu perusahaan berasal dari posisi yang ditempatinya atau
otoritas yang dimilikinya dalam organisasi.
Penggunaan Kekuasaan oleh seorang pemimpin dalam menimbulkan dua
dampak yaitu dampak Positif dan dampak Negatif. Penggunaan Kekuasaan
yang efektif akan meningkatkan motivasi bawahannya sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sebaliknya, penggunaan
kekuasaan yang tidak efektif oleh seorang pemimpin akan mengakibatkan
dampak negatif sehingga pekerjaan ataupun tugas yang diberikan kepada
bawahannya tidak dalam dilaksanakan dengan baik.
Jenis-jenis Kekuasaan (Power) dalam Organisasi
Untuk lebih memahami Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin ataupun
manajer, sebaiknya kita mengetahui jenis-jenis Kekuasaan tersebut. Berikut
ini adalah 5 Jenis Kekuasaan dalam suatu Organisasi.
1. Kekuasaan Balas Jasa (Reward Power)
Seperti namanya, Kekuasaan jenis ini adalah kekuasaan yang
menggunakan Balas Jasa atau Reward untuk memengaruhi seseorang
untuk bersedia melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Balas jasa atau
Reward dapat berupa Gaji, Upah, Bonus, Promosi, Pujian, Pengakuan
ataupun penempatan tugas yang lebih menarik. Namun melalui
Kekuasaan Balas jasa ini, seorang pemimpin/manajer juga dapat menunda
pemberian Reward (balas jasa) tersebut sebagai hukumannya jika
bawahannya tidak melakukan apa yang telah diperintahkan. Kekuasaan
Balas Jasa (reward) ini timbul karena Posisi atau Jabatan seseorang yang
memungkinkan dirinya memberikan penghargaan atau imbalan terhadap
pekerjaan ataupun tugas yang dilakukan oleh orang lain. Contohnya
seorang Manajer yang memiliki kekuasaan untuk melakukan penilaian
kinerja sehingga dapat menentukan besaran kenaikan gaji terhadap
bawahannya.
2. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan Paksaan atau Coercive Power ini lebih cenderung ke
penggunaan ancaman atau hukuman untuk memengaruhi seseorang untuk
bersedia melakukan sesuatu sesuai dengna keinginannya. Kekuasaan
Paksaan ini adalah kebalikan atau sisi negatif dari Kekuasaan Balas Jasa
(Reward Power). Contoh ancaman atau hukuman yang diberlakukan jika
tidak mengikuti perintah yang diinstruksikan antara lain seperti
pemberian surat peringatan, penurunan gaji, penurunan jabatan dan
bahkan pemberhentian kerja atau PHK.
3. Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Kekuasaan Rujukan atau Referent Power ini merupakan kekuasaan yang
diperoleh atas dasar kekaguman, keteladanan, kharisma dan kepribadian
dari seorang pemimpin. Contohnya Gandhi yang memimpin jutaan orang
karena kepribadian dan Karismatiknya.
4. Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan Sah atau Legitimate Power ini berasal dari posisi resmi yang
dijabat oleh seseorang, baik itu dalam suatu organisasi, birokrasi ataupun
pemerintahan. Kekuasaan Sah adalah Kekuasaan yang diperoleh dari
konsekuensi hirarki dalam organisasi. Seseorang yang menduduki posisi
tertentu dalam organisasi memiliki hak dan wewenang untuk memberikan
perintah dan instruksi dan mereka sebagai bawahan ataupun anggota tim
berkewajiban untuk mengikuti instruksi atau perintah tersebut.
5. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan Keahlian atau Expert Power ini muncul karena adanya keahlian
ataupun keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. Seringkali seseorang
yang memiliki pengalaman dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan ahli
dalam suatu organisasi meskipun orang tersebut bukanlah Manajer
ataupun Pemimpin. Individu-individu yang memiliki
keterampilan/keahlian tersebut biasanya dipercayai oleh Manajernya untuk
membimbing karyawan lainnya dengan benar (Budi. K, 2018)
CARA MENGGUNAKAN KEKUASAAN
1. Kekuasaan untuk membuat keputusan
Membuat keputusan, apalagi sebuah keputusan yang win-win
solution memang tidak mudah. Seorang atasan harus bisa membuat
keputusan yang bermanfaat bagi keuntungan perusahaan, sekaligus demi
kepentingan para karyawan.
Untuk menggunakan kekuasaan ini, pemimpin dituntut untuk
mempertimbangkan semua keputusan yang akan di buat. Sebelumnya,
pemmpin harus membuat list mengenai hal positif dan negatif dari
keputusan yang akan mereka buat atau ambil.
Usahakan untuk selalu mengambil keputusan yang menguntungkan
lebih banyak pihak secara adil.
2. Kekuasaan untuk memberikan penghargaan
Sebagai pemimpin, maka mereka punya hak atau kekuasaan untuk
memberikan penghargaan kepada anak buah. Penghargaan itu bisa
berbentuk kenaikan gaji, pemberian bonus, atau memberikan promosi.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang keren, maka kekuasaan
tersebut juga harus di gunakan dengan seadil-adilnya. Pemimpin harus
objektif dalam memberikan penghargaan, agar tidak menimbulkan gosip
miring atau kecemburuan di antara para karyawan.
Agar bisa objektif, maka pemimpin harus benar-benar intens dalam
memahami hasil kerja semua bawahannya. Pemimpin juga harus rajin
berinteraksi dengan mereka, agar pemimpin juga bisa menggali lebih
dalam mengenai potensi-potensi yang ada dalam diri anak bawahannya.
3. Kekuasaan untuk memberikan sanksi
Sama seperti kekuasaan untuk memberikan penghargaan, maka
kekuasaan untuk memberikan sanksi ini juga harus digunakan secara
objektif.
Sebelum memberikan hukuman atau sanksi kepada bawahan atau
anggota tim yang tidak bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku,
maka pemimpin betul-betul harus mempertimbangkannya.
Selain itu, pertimbangkan juga apakah sanksi yang akan diberikan
dapat membuat karyawan yang bersangkutn mau memperbaiki diri atau
justru malah akan membuatnya down. Jika pemberian suatu sanksi
ternyata malah merugikan banyak pihak, maka tentu harus
dipertimbangkan untuk memberikan sanksi yang lain, yang lebih
bermanfaat.
4. Kekuasaan untuk memilih anggota tim
Pemimpin adalah ketua tim, maka pemimpin juga punya hak atau kuasa
untuk menentukan anggota timnya. Jika pemimpin baru akan membentuk
sebuah tim, maka akan lebih mudah. Pemimpin tinggal menyeleksi dan
memilih orang-oang yang kriterianya sesuai dengan yang mreka inginkan.
Tapi, jika pemimpin mendapatkan promosi untuk menjadi seorang
manajer, itu artinya pemimpin sudah memiliki anggota tim.
Untuk menggunakan kekuasaan ini, berarti pemimpin harus pandai
untuk membaca situasi. Serta bisa melakukan pemetaan mengenai
kelebihan dan kekurangan setiap orang yang ada di tim. Kemudian, bisa
menggunakannya untuk kemajuan tim yang Anda pimpin.
Berikan tugas yang sesuai untuk masing-masing anggota tim, maka
mereka akan bisa bekerja dengan sebaik-baiknya. Kalau anggota tim
bekerja dengan baik, maka tim juga akan produktif.
5. Kekuasaan untuk mengatur lingkungan kerja agar selalu kondusif
Mengatur orang banyak memang tidak mudah. Setiap orang akan
punya pola pikir dan karakternya masing-masing. Perbedaan ini tidak
jarang dapat menimbulkan friksi di dalam tim.
Di saat seperti ini, maka kepiawaian Anda sangat diuji. Anda
berhak untuk melakukan apapun yang dianggap perlu untuk menjaga
situasi dan lingkungan kerja yang kondusif.
Jika terjadi masalah di antara anggota tim, maka Anda harus
melihat apa sebenarnya yang terjadi. Dengan melakukan evaluasi bersama
anggota tim yang bermasalah itu, maka Anda dapat menemukan jalan
keluar yang menguntungkan semua pihak.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Selain
menggunakan kekuasaan, ada berbagai cara yang dapat digunakan oleh orang
yang berada dalam organisasi untuk mempengaruhi orang lain. Taktik-taktik
mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan,
setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka
seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan
yang dimilikinya Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti
taktik-taktik yangbiasa digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis
dan Schmidt, 1982).
Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan
salah satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut
Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil
penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan
di dalam organisasi (Hughes et all, 2009), yaitu:
1. Persuasi Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang logis dan
bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
2. Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau
proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain.
Misalnya dengan memberikan penjelasan yang menarik tentang nilai-nilai
yang diinginkan, kebutuhan, harapan, dan aspirasinya.
3. Konsultasi (Consultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk
berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana atau perubahan yang akan
dilaksanakan.
4. Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata yang
membahagiakan, memberikan pujian, atau sikap bersahabat dalam
memohon sesuatu.
5. Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu
karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
6. Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang
dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu
permintaan tertentu.
7. Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan
dari orang lain untuk membujuk atau sebagai alasan agar orang yang
dijadikan target setuju.
8. Tekanan (Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang
berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
9. Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang
lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau dengan
mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau
aturan organisasi.
PERAWAT MANAJER
A. Perawat Manajer Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 40 tahun 2017 Tentang
Pengembangan Jenjang Karir Professional Perawat Klinis, bahwa peningkatan
profesionalisme perawat dilakukan melalui pengembangan karir perawat yang
dilaksanakan melalui penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan
kompetensinya, yaitu:
a. Perawat Klinis (PK)
b. Perawat Manajer (PM)
c. Perawat Pendidik (PP)
d. Perawat Peneliti/Riset (PR)
Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan
di sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah (front line manajer),
tingkat menengah (middle manajer) maupun tingkat atas (top manajer).
B. Tingkatan Perawat Manajer
Masing-masing pengembangan karir perawat di Rumah Sakit maupun
pelayanan primer memiliki 5 (lima) level yaitu level I sampai dengan level V.
PM I : Lower manager
PM II, III : Middle manager
PM IV dan V : Top Manager
Pada level perawat manajer dapat dibagi beserta dengan peran dan fungsinya
masing-masing yaitu Front line manajer atau lower manager yaitu berperan
sebagai kepala unit ruang rawat atau kepala ruangan, middle manager yaitu
perawat manajer yang berperan sebagai seksi koordinator pelayanan pada area
tertentu dan top manager yaitu perawat manajer yang berperan sebagai kepala
bidang/direktur pelayanan keperawatan di sebuah rumah sakit.
Selain itu, middle manager bertugas mengkoordinasikan antara lower manager
dan top manager, serta masih terlibat dalam beberapa perencanaan jangka
panjang dan penetapan kebijakan unit. Lower manager memiliki unit kerja
spesifik yaitu berurusan langsung dengan unit-unit perawatan, kebutuhan unit
perawatan, serta kebutuhan perawat di ruangan. Lower manager harus
memiliki keterampilan manajemen yang baik karena lower manager yang
berhubungan langsung dengan pasien dan tim perawatan (Marquis, Bessie L &
Huston, 2012).
3 PM III
Kasie Kasie Kabid Kabid
4 PM IV Kabid Kabid - -
Dir.Keperawatan/
PM V Wadir. - - -
5
Keperawatan
Staffing
Mengembangkan dan menentukan sistem rekrutmen √
Mampu mengelola program pengembangan staf dan √ √
pengembangan rencana operator.
Controling
Mampu menjadi pengontrol √ √ √
DAFTAR PUSTAKA
Lancaster, J. & Lancaster, W. (1982), Change agent as leaders in nursing, The nurse as a
change agent, St. Louis: CV Mosby Company.
Sullivan, E. J. & Decker, P. J., (1989), Effective management in nursing, Mendo park:
Addison –Wesley Publishing Company.