Anda di halaman 1dari 12

POKOK BAHASAN

STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA DAN PENGABILAN KEPUTUSAN

TUJUAN

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu menjelaskan struktur kekuatan keluarga dan pengambilan
keputusan

Tujuan Instruksional khusus :


Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan konsep kekuatan dalam keluarga.
2. Menjelaskan variabel yang mempengaruhi kekuatan dalam keluarga.
3. Menguraikan klasifikasi struktur kekuatan keluarga.
4. Menjelaskan kekuatan dalam keluarga sehat.
5. Menjelaskan kekuatan dalam keluarga tidak sehat.
6. Menerapkan proses keperawatan pada struktur kekuatan keluarga

1
A. KONSEP KEKUATAN DALAM KELUARGA

1. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke
arah positif. Kekuatan juga merupakan hal yang multidimensi yang mana dapat
mempengaruhi sosiobudaya dan interaksi dalam masyarakat.
Kekuatan keluarga sebagai karakteristik dalam sistem keluarga adalah
kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota
keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Komponen utama dalam kekuatan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan
keputusan. Pengaruh adalah sinonim dari kekuatan, yang didefinisikan sebagai
tingkat penggunaan tekanan baik formal maupun non formal yang dilakukan oleh
salah satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya yang berhasil
memaksakan pandangan orang tersebut, walaupun itu berlawanan.

2. Otoritas atau kekuasaan


Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2002).
Menurut Mc Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan
didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun
aktual dari seorang individu untuk mengontrol mempengaruhi dan merubah
tingkah laku seseorang.
Kekuasaan dapat dihubungkan dengan bagian dari kepercayaan keluarga
yang mana didasarkan dengan budaya dan norma-norma yang berlaku dan
di desain untuk anggota keluarga yang dibenarkan untuk membuat keputusan dan
menentukan pendapat.

2
3. Dasar Kekuatan
a. Legitimate power/authority atau kekuasaan/wewenang yang sah (hak untuk
mengontrol)
Disebut juga sebagai wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan
bersama dan persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak
untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain. Kekuasaan ini
didukung oleh peran, posisi, hak-hak secara budaya atau tradisi seperti orang
tua terhadap anak.
b. Helpass or powerless power atau kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa
Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan yang
sah yang didasarkan pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang
membutuhkan atau dari mereka yang tidak berdaya yang mengharapkan dari
mereka yang mempunyai posisi untuk memberikan bantuan. Seperti kekuasaan
orang yang sedang sakit, cacat atau lanjut usia.
c. Referent Power (seseorang yang ditiru)
Kekuasaan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain karena
identifikasi positif terhadap mereka , seperti identifikasi positif seorang anak
dengan orang tua (sebagai role model).
d. Resource or expert power atau kekuasaan sumber atau ahli (pendapat ahli)
Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari
sumber-sumber berharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu
hubungan seperti penggunaan teknik antar pribadi. Kekuasaan ahli adalah
sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubungan jika seorang yang sedang
dipengaruhi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan khusus,
ketrampilan/keahlian, atau pengalaman.
e. Reward power atau kekuasaan penghargaan
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh
seorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan
seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
f. Coercive power atau kekuasaan paksaan atau dominasi
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan
paksaan, ancaman atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

3
g. Informational power atau kekuasaan informasional
Dasar kekuasaan ini adalah melalui persuasi. Tipe kekuasaan ini sama
dengan kekuasaan ahli tetapi lingkupnya lebih sempit.
h. Affective power atau kekuasaan afektif
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan afeksi
atau kehangatan, cinta kasih. Misalnya hubungan seksual pasangan suami istri.
i. Tension management power atau kekuasaan manajemen ketegangan
Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari kontrol yang dicapai oleh satu
pasangan dengan mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga
melalui perdebatan, ketidaksepakatan dalam memasukkan anggota keluarga
untuk mengalah.

4. Hasil dari kekuatan


Area kedua dalam pengkajian hubungan kekuatan keluarga adalah hasil
keputusan. Yang mana berfokus kepada siapa pembuat keputusan akhir atau yang
berhasil mengontrol atau mempengaruhi.
Tanggung jawab dan pengambilan keputusan dalam keluarga mungkin tidak
ada hubungan dengan pola dominan dalam kekuatan keluarga. Perawat
keluarga dapat dengan mudah mengambil tanggung jawab dan memberikan
keputusan terhadap salah satu anggota keluarga daripada anggota keluarga lain
yang lebih dominan dalam keluarga tersebut.

5. Pengambilan keputusan dalam keluarga


Kekuatan keluarga biasanya digunakan untuk mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan mengacu pada proses langsung untuk mendapatkan
persetujuan dan komitmen anggota keluarga dalam mempertahankan status
quo. Proses pengambilan keputusan didasarkan pada hasil dari kekuatan tersebut
seperti
:
a. Konsensus
Tindakan tertentu secara bersama disetujui oleh semua yang terlibat. Terdapat
tanggung jawab seimbang pada keputusan serta kepuasan, oleh anggota
keluarga atau rekanan.

4
b. Tawar menawar atau akomodasi
Suatu perjanjian untuk setuju menggunakan keputusan umum
dalam
menghadapi perbedaan yang tidak dapat disatukan. Akomodasi : tawar-
menawar (bargaining), kompromi, paksaan.
c. Kompromi atau de facto
Hasil perdebatan dimana tidak terdapat resolusi bila isu tidak dibawa dan
didiskusikan. Keputusan ini, kemudian dibuat dengan tak ada aktivitas daripada
dengan perencanaan.
d. Paksaan

B. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN


DALAM KELUARGA
1. Hirarki kekuasaan keluarga
Dalam keluarga inti tradisional dan keluarga inti masa kini, struktur keluarga
jelas merupakan sebuah hierarki yang berarti struktur kekuatan keluarga
tersebut mengikat dan diturunkan. Laki-laki mempertahankan kekuatannya dari
perempuan, begitu juga orang tua terhadap anaknya.
2. Tipe bentuk keluarga (orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga
inti dua orang tua tradisional)
Bentuk keluarga merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi dinamika
kekuatan dalam sebuah keluarga.
3. Pembentukan koalisi
Koalisi adalah salah satu aliansi sementara yang didasarkan isu atau aliansi
jangka panjang untuk membentuk dominasi dari satu atau lebih anggota
keluarga. Pembentukan koalisi anggota keluarga biasanya didasarkan pada
hubungan kekuatan masing-masing individu. Koalisi dalam
keluarga
merupakan hal yang paling menyehatkan untuk menaikkan derajat
kekuatannya.
4. Jaringan komunikasi keluarga
Jaringan komunikasi ini berhubungan dengan struktur kekuatan. Usia,
personalitas anggota keluarga secara alami mempengaruhi jaringan komunikasi
keluarga dan intensitasnya.
5. Perbedaan gender

5
6. Kelas sosial
a. Lower class families
Laki-laki dalam keluarga miskin lebih cenderung melakukan proclaim
kekuasaan untuk mendapatkan pengakuan atas kekuasaan istrinya.
Sedangkan istri cenderung lebih merasa bertanggung jawab dibandingkan
dengan istri dari kelas sosial yang lain. Biasanya mereka lebih bertanggung
jawab dalam mengatur keuangan yang diberikan suami.
b. Working class families
Edukasi dalam keluarga merupakan faktor penting dalam struktur kekuatan
dan kekuasaan dalam keluarga ini. Biasanya suami lebih dominan karena
merasa mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
c. Middle class families
Dalam keluarga ini biasanya mendasarkan pada perasaan atau egalitarian.
Suami biasanya banyak memberikan waktu untuk berbagi dan bersikap
penuh perasaan kepada istrinya.
7. Tahap perkembangan keluarga
8. Latar belakang budaya dan religius

C. KLASIFIKASI STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA


Sistem klasifikasi yang biasanya digunakan adalah dominasi satu anggota
keluarga yang memiliki struktur kekuatan egalitarian atau ketidakefektifan
kepemimpinan. Dua tipe keluarga yang banyak di deskripsikan.
1. Patriakal (keluarga tradisional)
Ayah adalah kepala keluarga dengan kekuatan keluarga berada di tangannya,
sedangkan anggota keluarga lainnya berada dibawah koordinasinya.
2. Demokratis, egalitarian atau keluarga modern
Dalam tipe ini lebih mendasarkan keseimbangan peran antara suami istri
dengan
pengambilan keputusan melalui konsensus dan meningkatkan partisipasi anak
ketika mereka sudah lebih tua.

Klasifikasi kekuasaan dalam subsistem perkawinan (Herbert, 1945)


a. Pola kekuasaan otokrasi/otoriter
Apabila keluarga didominasi oleh satu orang anggota keluarga saja
6
b. Pola kekuasaan sinkratis
Apabila keputusan termasuk perkawinan dan keluarga, dilakukan oleh kedua
pasangan menikah.
c. Pola kekuasaan otonom
Apabila kedua pasangan berfungsi secara mandiri satu sama lain, baik dalam
pengambilan keputusan maupun aktivitas mereka.

D. KEKUATAN DALAM KELUARGA SEHAT


Lewis dan asosiasinya (1976) melakukan penelitian yang menghasilkan
analisis bahwa keluarga dinyatakan sehat berdasarkan tiga kategori dari severe
disfungsional sampai sehat optimal. Dari severe disfungsional
menunjukkan bahwa struktur keluarganya chaotic. Sedangkan keluarga yang
sehat dikarenakan
strukturnya yang lebih fleksibel. Kekuatan dalam keluarga sehat antara lain
:
1. Orang tua memerankan peran koalisi yang krusial dalam mengembangkan
semua potensi keluarga.
2. Kepemimpinan dikembangkan oleh orang tua melalui koalisi sebagai model
pembelajaran nilai terhadap anak.
3. Kepemimpinan diberikan oleh orang tua.
4. Pernikahan egalitarian memperkecil jarak dan dominasi.
5. Kekuatan dan peran yang jelas dalam keluarga.

E. KEKUATAN DALAM KELUARGA TIDAK SEHAT


Kekerasan dalam keluarga saat merupakan masalah kesehatan utama.
Kekerasan alammi termasuk didalamnya jarak yang besar, perlakuan kasar dan
pengabaian. Kekerasan merupakan wujud dari penggunaan kekuatan dalam
keluarga yang tidak sehat.
Beberapa teori mengenai kekerasan dalam keluarga, antara lain :
1. Pandangan individual : berfokus kepada karakteristik personal dan penyebab
dari KDRT.
2. Pandangan sosiokultural : faktor sosiobudaya, dihubungkan dengan perbedaan
sosial dan budaya dalam menyelesaikan, mendeskripsikan dan menganalisa
masalah.
3. Pandangan sosial-psikologis : menjelaskan bahwa kekerasan dalam keluarga
adalah fungsi yang menghubungkan7 individu dan masyarakat dengan
menggunakan isu kekuatan, kontrol, kelas sosial (kemiskinan), kesempatan
kerja dan transfer kemiskinan.
Steinmetz, dkk (1995), percaya bahwa kekuatan adalah komponen krisi
dalam kekerasan yang disebabkan oleh :
a. Karakteristik dan legitimasi interaksi intrafamiliar antar pasangan dan
antara orang tua dan anak.
b. Dikembangkan atas indikasi nilai sosial setempat oleh keluarga lain.
c. Kekuatan adalah kemampuan spesifik keluarga didasarkan pada nilai
keluarga dalam komunitas keluarga.

1. Intimate partner abuse


Melakukan sebuah pukulan kepada pasangan saat ini akan sangat mudah
diketahui oleh media massa dan para professional dan merupakan sebuah
masalah sosial yang sangat signifikan terjadi. Strauss (1990) menggunakan
taktik untuk mengatasi frustasi dan stressor melalui kisah perjalanan yang telah
dilalui. Biasanya wanita yang menjadi korban, akan tetapi laki-laki juga bisa
menjadi korban, tetapi dianggap lebih biasa oleh masyarakat.
Kekerasan didefinisikan oleh Wallace sebagai tindakan yang disengaja
atau
tindakan yang berkelanjutan yang menyebabkan cedera pada pasangan.
Bolton dan Bolton (1987) menemukan hubungan karakteristik personal dalam
hubungan suami/istri dengan pelaku tindak kekerasan yang dibutuhkannya
kontrol terhadap kebiasaan suami/istri pelaku tindak kekerasan. Pengontrolan
tersebut merupakan hal yang absolute harus dilakukan ketika berada di rumah.
Wallace (1996) mempercayai bahwa abuse pada pasangan dikarenakan banyak
penyebab dari masyarakat, seperti stres sosial, perbedaan kekuatan dalam
pernikahan, kemandirian istri, penggunaan alkohol oleh suami, kehamilan, ijin
pernikahan, rendahnya penghargaan diri, masalah financial, dan lain-lain.
2. Child abuse
Peningkatan kejadian ini pada anak-anak akhir-akhir ini meningkat secara
drastis, para peneliti mempercayai bahwa KDRT tidak begitu saja terjadi secara
dramatikal, namun sudah ada sejak lama dalam keluarga, akan tetapi
kesadaran publik dan penurunan toleransi pada kejadian ini meningkat pada
akhir-akhir
ini.

8
Child abuse dapat berupa fisik, emosi, seksual atau kombinasi. Kekerasan
fisik didefinisikan sebagai tindakan yang dapat menghasilkan cedera fisik oleh
seseorang yang melakukan penjagaan atau mengontrol seorang anak.
Kekerasan ini banyak terjadi pada semua status sosial, ras, dan bentuk keluarga
baiklaki- laki maupun perempuan. Kebiasaan orang tua yang berhubungan
dengan kekerasan fisik antara lain stres hidup, kesepian, depresi, kecemasan,
kebiasaan dan tingkah laku buruk orang tua, konflik pernikahan dan
penggunaan alkohol yang berlebih.
Kekerasan seksual yang dilakukan orang tua biasanya dikarenakan oleh
kondisi sosial dan masalah psikologis. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya
berubah melakukan kekerasan dalam kehidupan sehari-harinya. Perasaan
bersalah, rasa malu, takut, marah biasanya ditunjukkan dalam kehidupannya di
sekolah sebagai pelampiasannya.
3. Sibling abuse
Kekerasan terhadap saudara kandung didefinisikan sebagai berbagai
macam bentuk kekerasan fisik, mental, atau seksual yang dilakukan oleh anak
dalam unit keluarga kepada anak yang lain. Biasanya dilakukan oleh anak
yang lebih tua, kekerasan terhadap saudara yang banyak dilaporkan adalah
kekerasan
fisik (menggertak, memukul, dan menendang), kekerasan emosional
(panggilan jelek, memberikan ketakutan berulang, menghancurkan
harapan personal,
mengejek), dan kekerasan seksual.
4. Parent abuse
Kekerasan terhadap orang tua banyak dilakukan oleh remaja untuk
menunjukkan kemarahannya.
5. Elder abuse
Kekerasan dan pengabaian lansia meningkat akhir-akhir ini yang
didefinisikan sebagai tingkah laku yang menghasilkan cedera fisik,
psikologis, material yang menyebabkan kerugian, penyia-nyiaan pada lansia.

F. PROSES KEPERAWATAN
1. Area pengkajian
Bagaimana perawat mengukur kekuatan dalam sebuah keluarga? Ini
merupakan
pertanyaan kunci. Studi tentang kekuatan
9 keluarga masih dibawah kritik karena
ketidaksepahaman bagaimana cara mengukur kekuatan keluarga dalam
metodologi yang sangat terbatas. Namun, sekarang ini telah dipercaya bahwa
kombinasi interaksi keluarga dengan pelaporan diri oleh anggota keluarga
mungkin bisa didapatkan data yang valid mengenai kekuatan keluarga.
Saffilos-Rothschild (1976) menuliskan salah satu pasangan dalam keluarga
mungkin memegang peranan kekuatan mengatur, sedangkan yang lain
mempunyai kekuatan untuk mengimplementasikannya. Sehingga dalam
membuat keputusan dalam keluarganya didasarkan pada tahap perkembangan
keluarga tersebut dan karakteristik dari keluarga itu sendiri.
a. Hasil kekuatan
Siapa yang mengatakan terakhir atau siapa yang menang. Siapa yang
membuat keputusan. Bagaimana pentingnya pengambilan keputusan atau
isu dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih
spesifik atau diikuti validasi dan observasi bila memungkinkan. Pertanyaan
spesifik yang mungkin membantu antara lain :
 Financial : siapa yang membuat budget, membayar bill dan bagaimana
menyisihkan uang.
 Sosial : siapa yang memutuskan bagaimana menghabiskan malam atau
siapa teman atau hubungan.
 Keputusan utama : siapa yang memutuskan perubahan pekerjaan dan
tempat tinggal.
 Membesarkan anak : siapa yang membuat aturan dan memutuskan
kegiatan anak.

b. Proses pengambilan keputusan


Apa teknik yang digunakan untukmengambil keputusan dan seberapa luas
keputusan tersebut.
 Konsensus
 Akomodasi : tawar menawar, kompromi, paksaan
 De facto
c. Dasar kekuatan
Sumber-sumber kekuatan antara lain :
 Kekuatan legitimasi/kewenangan
 Helpless atau powerless power

10
 Referent power
 Resource and expert power
 Reward power
 Coercive power
 Informational power-direct and indirect
 Affective power
 Tension management power
Pertanyaan yang diajukan didasarkan pada sumber-sumber tersebut dan
pertanyaan spesifik lainnya dalam membuat keputusan.
d. Variabel yang mempengaruhi kekuatan keluarga
Multipel variabel dalam kekuatan keluarga, antara lain :
 Hierarki kekuatan keluarga
 Bentuk keluarga
 Koalisi
 Jaringan komunikasi keluarga
 Perbedaan gender
 Usia dan tahap perkembangan keluarga
 Budaya dan interpersonal
 Kelas sosial
Mengenali pengaruh yang berkembang dalam keluarga dapat membantu
perawat memberikan intervensi dan interpretasi pada keluarga
e. Sistem keluarga secara menyeluruh dan subsistem kekuatan
Setelah melakukan pengkajian dalam area yang luas, perawat mungkin
bisa
mengenali karakteristik mana yang lebih mendominasi seperti anggota
keluarga yang dewasa, anak, atau kakek nenek, seperti egalitarian,
sinkratik atau otonomi, seperti kurangnya kemampuan memimpin atau
chaotic.
Untuk mengkaji pola kekuatan, bisa ditanyakan pertanyaan terbuka.
Subsistem juga perlu dikaji melalui observasi interaksi orang dewasa,
orang tua anak dan wawancara mengenai karakteristik kekuatan subsistem
keluarga.

11
2. Diagnosa Keperawatan
Kepahaman dalam struktur kekuatan keluarga dibutuhkan untuk membuat
formula yang tepat dalam mendiagnosa dan memberikan intervensi
keperawatan yang efektif.
Ketika keputusan dalam perawatan kesehatan dibuat oleh family, perawat
harus tahu siapa yang memerang kekuatan dalam keputusan mereka,
pengetahuan bagaimana keputusan dibuat akan memberikan bimbingan kepada
perawat untuk berbicara kepada orang yang tepat mengenai keputusan yang
diambil oleh keluarga.
Saat keluarga sudah mendapatkan kejelasan, kekuatan hierarki
dalamkeluarga akan berfungsi dengan baik, sehingga perawat data
mendukung, menguatkan, membantu menyusun kembali struktur kesehatan
keluarga dengan menggunakan kekuatan hubungan dalam keluarga.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan perawat biasanya ditujukan kepada konflik
pembuatan keputusan dan konflik kekuatan yang lain. Jika keluarga
tertarik dalam konflik, perawat akan membantu memecahkan konflik tersebut.
Apabila kekerasan dalam rumah tangga ditemukan, perawat akan
memberikan bantuan dengan memberikan perlindungan anggota keluarga.
Tujuan yang ingin dicapai antara lain:
 Mengenali dan melaporkan kekerasan anak
 Mendukung dan mengarahkan keluarga
 Koordinasi perawatan keluarga dan kolaborasi degan anggota keluarga. Selain
itu, perawat juga dapat memberikan kekuasaan kepada anggota keluarga yang
lain untuk menjadi lebih kuat dan memandirikan hubungan keluarga dengan
otonomi dan respek mutual.

12

Anda mungkin juga menyukai