KESEHATAN JIWA
Diajukan kepada Bapak Dr. H. Rifki Rosyad, MA sebagai dosen pengampu mata kuliah
Kesehatan Jiwa untuk memenuhi tugas ujian akhir semester.
Disusun oleh:
TASAWUF PSIKOTERAPI 3C
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
A. Identitas Buku Mental Hygiene
Penerbit : Maestro, Alamat : Sekolah Timur 170 Bandung 40134, no. Telepon :
02291446066-081394410870.
ISBN : 979-99030-6-8
B. Identitas Pengarang
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. lahir di Bandung, 20 Juni 1952. Beliau adalah guru
besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di UPI ini beliau memangku jabatan
sebagai Kepala UPT Layanan Bimbingan dan Konseling dan ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling SPS. Beliau menikah dengan ibu Dra. Nani M. Sugandhi, M.Pd., yang
dikaruniai dua orang anak: Rizqi M. Ridwan, M.Sc. dan Ilhamullah Yusuf, S.T.
Pendidikan: Samud Institut Islam Agama Siliwangi Bandung (1975); Sarmud Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan Konseling IKIP (1982); S2 Bimbingan dan Konseling PPs IKIP
Bandung IKIP (1989); S3 Bimbingan dan Konseling PPs IKIP Bandung (1998).
Menerbitkan Buku: Selain buku ini sudah terbit buku Psikologi Kependidikan (1992);
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (2000); Landasan Bimbingan dan Konseling
(2005); Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (2005); Teori Kepribadian (2007);
Psikologi Belajar Agama (2008).
Buku ini didedikasikan untuk masyarakat luas, terkhususnya mahasiswa yang ingin
mengetahui “mental hygiene” baik secara konseptual maupun aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Sistematika Penulisan
Dalam bab I lebih menjelaskan tentang sejarah dari mental hygiene sendiri, dari mulai era
pra ilmuah sampai era modern. Bab II lebih banyak menjelaskan tentang kesehatan mental yang
mendasar, di bab II ini dijelaskan juga pengertian dari mental hygiene, karakteristik, fungsi
mental hygiene, prinsip-prinsip serta ruang lingkup mental hygienen contohnya seperti dalam
keluarga, sekolah, tempat kerja, di kehidupan politik, hukum dan lain-lain.
Pada bab III ini lebih menjelaskan kepada penyesuaian diri dan kesehatan mental, Jadi
bagaimana kita sebagai manusia bisa dapat menyesuaikan diri dengan suatu penyakit tersebut.
Dijelaskan juga tentang keterkaitan antara penyesuain diri dengan kesehatan mental lalu ada
penyesuaian yang menyimpang dan dijelaskan pula gelaja-gejalanya. Kecenderungan
perkembangan kesehatan mental merupakan bagian dari bab IV yang di dalamnya terdapat
bagian gaya hidup modern dan kesehatan mental pada anak dan remaja. Kaitannya antara bab
III dan bab IV ini adalah bahwa yang mengalami penyesuaian yang menyimpang yaitu
kebanyakan dari kalangan anak dan juga remaja. Para anak dan remaja terkadang mereka sulit
dalam penyesuaian terhadap dirinya karena mereka belum mempunyai banyak pengalaman dan
juga tidak terbukanya kepada orang tuanya.
Dalam bab V ini lebih menjelaskan kepada manajemen stres, menjelaskan teori dari stres,
gejala, faktor-faktor, bagaimana mengelola stres tersebut dan juga di jelaskan stres pada setiap
periode kehidupan dari mulai masa bayi hingga orang dewasa. Bab VI menjelaskan tentang
pengaruh agama terhadap kesehatan mental. di bab VI juga menjelaskan bagaimana kita dapat
memelihara fitrah, jiwa, akal, dan keturunan. Antara bab V dan bab VI sangatlah berkaitan
karena stres yang di jelaskan di bab V akan sangat berkaitan dengan agama yang di dalamnya
itu pasti berhubungan dengan sang maha pencipta, yang seharusnya kita hanya
menggantungkan jiwa dan raga ini hanya padaNya.
Bab VII menjelaskan tentang pengembangan kesehatan mental, dari mulai hal yang terkecil
sampai besar. Pengembangan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Dan bab yang terakhir
yaitu menjelaskan tentang konseling islam. Pada bab ini juga dijelaskan bagaimana
perkembangan potensi individu dan juga terdapat tujuan dari konseling islam ini. Jadi
bagaimana kita bisa menjadi pendengar yang baik untuk keluarga, sekolah dan masyarakat
sekitar.
E. Daftar Isi
A. Teori Stres
B. Stres pada Setiap Periode Kehidupan
1. Stres pada Bayi
2. Stres pada Anak
3. Stres pada Remaja
4. Stres pada Orang Dewasa
C. Gejala Stres
D. Faktor Penyebab Stres
E. Mengelola Stres
1. Dukungan Sosial
2. Kepribadian
1. Memelihara fitrah
2. Memelihara jiwa
3. Memelihara akal
4. Memelihara keturunan
Konseling Islam
Daftar Pustaka
Indeks
F. Resume
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan
terhadap paham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.
Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon
tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut.
Orang Yunani kuno mempercayai bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa
marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kemuncul Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-367). Dia
dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam hal pengobatan, yaitu
dengan menggunakan pendekatan "Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa
gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates menolak, pengaruh roh, dewa, setan
atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, "Jika anda memotong batok kepala, maka
anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat
roh, dewa atau hantu yang memelukai badan anda."
Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib bedah hewan. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak digunakan lagi di kalangan
Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan
sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala
Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya di rantai, dikat ke tembok dan
tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap
sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak
yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak
dirinya sendiri.
B. Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap yang rasional (ilmiah) terjadi pada saat
berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika, yaitu pada tahun 1783. Ketika
itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylania. Di
rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai "lunatics" (orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebabdan cara menyembuhkan
penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup (kurang sekali alat
pentilasinya), dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang
menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah melalui penulisan atikel-
artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya setelah usaha itu
dilakukan (selama 13 tahun), yaitu pada tahun 1796 di rumah sakit dibangunlah ruangan khusus
bagi para pasien penderita gangguan mental. Ruangan untuk pasien wanita dan pria dipisahkan.
Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan
memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan mental hygiene dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli,
terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental
dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946,
yaitu ketika Presiden Amemerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act.
Dokumen ini merupakan "blueprint" komprehensif, yang berisi rogram jangka panjang yang
diarahkan untuk meningkatkanlesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Gerakan mentail hygiene ini terus berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika
terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan
ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health
Organization.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap pandangan dan keyakinan hidup, harus
dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya
keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan
pertentangan batin (konflik).
Dapat diartikan juga bahwa kesehatan mental adalah: terhindarnya seseorang dari gejala-
gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfatkan segala
potensi yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta
tercapainya keharmonisan jiwa.
Setiap manusia seharusnya harus lebih mngenali gejala-gejala awal dari gangguan
mental. Gangguan mental ini sangat berpengaruh dari faktor lingkungan,. Lingkungan itu
baik di keluarga, sekolah, kerja, hukum, politik agama dan lain-lain. Karena pada
hakikatnya kehidupan ini pasti selalu ada problem-problem di setiap lingkungan. Setiap
orang berbeda-beda cara menghadapi atau menyesuaikan dirinya dengan masalahnya. Oleh
sebab itu setiap orang wajib memahami gejala-gejala awal dari masalah yang terdapat
dilingkungan agar pada saat turun ke lapangan sudah mengetahui apa saja yang harus
dilakukan/ditindak lanjuti.
B. Amelioratif (perbaikan)
C. Suportif (pengembangan)
Suportif fungsinya merupakan upaya untuk mengembangkan mental yang sehat atau
kepribadian, sehingga seseorang mampu menghindari kesulitan-kesulitan psikologis yang
mungkin dialaminya. Fungsi-fungsi mental hygiene itu dapat digambarkan sebagai berikut.
BAB III PENYESUAIAN DIRI DAN KESEHATAN MENTAL
Penyesuaian adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan
memperhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana seseorang hidup.
Keterkaitan antara kesehatan mental dengan penyesuain diri adalah bahwa (1) kesehatan
mental merupakan kunci dari penyesuain diri yang sehat, (2) kesehatan mental merupakan
bagian integral dari proses adjustment secara keseluruhan, dan (3) kualitas mental yang sehat
merupakan fundamen yang penting bagi “good adjustment”. Untuk memahami pernyataan-
pernyataan tersebut berikut contohnya: Siswa yang mengalami depresi (kualitas kesehatan
mental) tidak akan dapat belajar dengan baik (kualitas penyesuaian).
Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap suatu hal, belum tentu mentalnya tidak
sehat. Contohnya: seseorang yang tidak dapat memenuhi persyaratan pekerjaan, tidak dapat
dikatakan bahwa dia itu sehat atau sakit mentalnya. Orang itu baru dapat dikatakan mentalnya
tidak sehat, apabila kesulitan yang dialaminya dalam memenuhi persyaratan pekerjaan itu
menyebabkan berkembangnya perasaan frustasi, tidak bahagia, rasa benci, atau rasa
permusuhan.
Berdasarkan pengertian diatas, seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang
normal, yang bail (well adjustment) apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan
norma agama.
C. Penyesuaian yang Menyimpang
Penyesuain diri yang menyimpang adalah pemenuhan kebutuhan atau pemecahan masalah
dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dikjunjung tnggi oleh
masyarakat.
1. Reaksi Bertahan
Individu dikepung oleh tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar yang
kadang-kadang mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya itu
dengan mereaksikan pada mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Mekanisme
petahanan dapat diartikan sebagai respon yang tidak disadari yang berkembang dalam
struktur kepribadian individu, dan menjadi menetap, sebab dapat mereduksi ketegangan
dan frustasi, dan dapat memuaskan tuntutan-tuntutan penyesuaian diri.
Agresi adalah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan frustasi melalui media
tingkah laku yang merusak, berkuasa atau mendominasi. Reaksi agresi tidak
berkontribusi atau tidak memberikan nilai manfaat bagi kesejahteraan rohaniah individu
atau penyelesaian masalah yang dihadapinya.
Reaksi escape dan withdrawal merupakan pertahanan diri terhadap tuntutan, desakan,
atau ancaman dari lingkungan. Escape mereflesikan perasaan kejenuhan atau putus asa;
sementara withdrawal mengindikasikan kecemasaan atau ketakutan.
a. Neurosis
Neurosis adalah gangguan kepribadian yang relatif ringan, sebagai akibat dari
ketegangan yang kronis, konflik, frustasi dan ketidakmampuan pribadi yang
terekspresikan dalm gejala-gejala perilaku sindroma.
b. Psikisis
Psikosis adalah bentuk kekacauan kepribadian yang serius, dimana penderitanya
kehilangan kontak dengan dunia nyata, yang direflesikan ke dalam gangguan persepsi,
berpikir, emosi dan orientasi pribadi.
Tingkah laku anti sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma
masyarakat (baik secara formal hukum/perundang-undangan, maupun informal=adat
istiadat), dan norma agama.
Penelitian terhadap masyarakat Barat dikemukakan bahwa akibat lain dari gaya hidup
modern, seperti di negera industri adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang
cukup kompleks. Probiem tersebut seperti: (1) ketegangan fisik dan psikis (2) kehidupan yang
serba rumit, (3) kekhawatiran atau kecemasan akan masa depan, (4) makin tidak manusiawinya
hubungan antar individu, (5) rasa terasing, dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
lainnya, (6) renggangnya hubungan kekeluargaan, (7) terjadinya penyimpangan moral dan
sistem nilai, dan (8) hilangnuaidentitas diri (Rusdi Muslim, Suara Pembaharuan, 9/10/1993)
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak dan remaja pun dapat mengalami masalah-
masalah kesehatan mental yang mempengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak.
Masalah-masalah kesehatan mental menyebabkan kegagalan studi, konflik keluarga,
penggunaan obat terlarang, kriminalitas dan bunuh diri. Di samping itu masalah kesehatan
mental pun dapat membatasi kemampuannya untuk menjadi orang yang produktif. Masalah
yang sering dialami oleh anak-anak dan remaja, diantaranya depresi, rasa cemas, hiperaktif dan
gangguan makan.
A. Teori Stres
Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada (inheren) dalam diri setiap orang. Artinya
stres dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia kedudukan, jabatan atau
status sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh siapa saja.
Stres dapat berpengaruh positif juga negatif. Pengaruh positif yaitu mendorong individu
untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh
negatif yaitu menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah atau
depresi; dan memicu sakit kepala, perut, insomia, tekanan darah tinggi atau stoke.
Stres umumnya pada bayi sebagai pengaruh lingkungan yang tidak ramah
(unfamiliar), dan adanya keharusan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan atau
peraturan orang tua.Dalam menyesuaikan siri terhadap tuntutan tersebut, dia harus
mengendalikan dorongan-dorongan alamiah atau naluriahnya. Tuntutan atau peraturan
yang harus diikuti itu diantaranya: menerima penyapihan dari ibunya, belajar cara
makan dan mematuhi jadwal waktunya, berlatih buang air kecil pad tempatnya dan
mencebok setelahnya. Kemampuan penyesuaian diri bayi terhadap tuntutan tersebut
ternyata tidak berlangsung secara otomatis, tetapi melalui suatu proses yang tidak
jarang menimbulkan kesulitan. Pada proses inilah bayi sering mengalami stres.
Stres pada anak biasanya bersumber dari keluarga, teman-teman dan sekolahnya.
Stres yang bersumber dari keluarga biasanya kurang kasih sayang dari orang tua dll.
Yang menjadi sumber stres pada masa remaja adalah konflik atau pertentangan
antara dominasi, peraturan atau tuntutan orang tua dengan kebutuhan remaja untuk ebas
atau independence dari peraturan tersebut. Untuk mencapai kebabsan tersebut biasanya
para remaja bereaksi yang negatif. Gejala-gejala umum dari kesulitan penyesuaian diri
remaja ini diantaranya: bolos sekolah, bersikap keras/melawan dan berbohong.
C. Gejala Stres
1. Gejala Fisik, diantaranya: sakit kepala, sakit lambung (mag), hypertensi, sakkt jantung,
insomia, mudah lelah dll.
2. Gela Psikis, diantaranya : gelisah, cemas, tidak dapat kontrasi, belajar atau bekerja,
sikap apatis, pesimis, hilang rasa humor, sering melamun, sering marah-marah dll.
D. Faktor Penyebab Stres
Faktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut.
1. Fisik-biologik, seperti: penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang
berfungsinya salah satu anggota tubuh,merasa penampilan kurang menarik, misalnya
wajah tidak ganteng/cantik dan postur tubuh yang dipersepsikan tidak ideal.
2. Psikologik, seperti: negative thinking, frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh
sesuatu yang diinginkan), hasad, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik prinadi
dll.
3. Sosial, seperti: Kehidupan keluarga, hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis
(broken home), perselingkuhan suami/istri, perceraian, anak nakal dll. Faktor
pekerjaan, kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran karena di PHK, perselisihan
dengan atasan dll. Iklim lingkungan, maraknya kriminalitas, harga kebutuhan pokok
mulai naik, kemarau panjang, udara yang sangat panas/dingin dll.
Keterkaitan antara stressor, respon, dan dampak stres dapat dilihat pada bagian berikut.
depresi
E. Mengelola Stres
1. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “nbantuan dari orang lain yang memiliki
kedekatan (saudara atau teman) terhadap seseorang yang mengalami stres.” Pengertian lain
dari Rietschlin (Shelley E taylor: 2003), yaitu “pemberian informasi dari orang lain yang
mempunyai kepedulian atau kedekatan hubungan, seperti orangtua, suami/istri, teman dan
orang-orang yang aktif dalam lembaga keagamaan”.
Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap “coping” atau usaha dalam
mengatasi stres yang dihadapinya.
Hardiness adalah tippe “tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen,
internal locus control dan kesadaran akan tantangan (challenge)”. Suzanne Kobasa (1979).
b. Optimism
c. Humoris
Orang yang senang humor (humoris) cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi
stres daripada orang yang tidak senang humor (seperti orang yang bersikap kaku, dingin,
pemurung atau pemarah).
Manusia, menurut fitrahnya, adalah makhluk beragama yaitu makhluk yang memiliki rasa
dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Fitrah inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya, dan juga yang mengangkat derajat
kemuliaannya di sisi Allah SWT. Mengamalkan ajaran agma, berarti mewujudkan jati diri,
identitas diri (self identity) yang hakiki, yaitu sebagai Abdullah (hamba Allah) dan
Khalifatullah (Khalifah Allah) dimuka bumi.
1. Memelihara fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bersih dari dosa dan noda. Namun karena manusia
mempunyai hawa nafsu (naluri atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan), dan
juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha menggoda atau menyesatkan manusia dari
kebenaran, yaitu setan, maka manusia sering terjerumus melakukan perbuatan dosa. Agar
manusia, dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan setan (sehingga
dirinya tetap suci), maka manusia harus beragama, atau bertakwa kepada Allah, yaitu beriman
dan beramal shaleh, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila
manusia telah bertakwa kepada Tuhan, berarti dia telah memelihara fitrahnya, dan ini berarti
bahwa dia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.
2. Memelihara jiwa
Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan manusia. Dalam
memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyiksaan, atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
3. Memelihara akal
Allah memberikan akal kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya.
Melalui kemampuannya inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya
(beradab). Begitu pentingnya peran akal ini, maka agama memberi perunjuk kepada manusia
untuk mengembangkan dan memelinaranya, yaitu hendaknya manusia (a) mensyukuri nikmat
akal itu, dengan cara memanfaatkannya seoptimal mungkin untuk berpikir, belajar, atau
mencari ilmu; dan (b) menjauhkan diri dari perbuatan yang merusak akal, seperti: meminum
minuman keras (miras),menggunakan obat-obat terlarang, menggunakan narkoba (naza), dan
hal-hal lain yang merusak keberfungsian akal yang sehat. Memelihara Keturunan Agama
mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara
4. Memelihara keturunan
Keturunan atau sistem regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara
keturunan itu adalah pernikahan. Pernikahan merupakan upacara agama yang sakral (suci),
yang wajib ditempuh oleh pasangan pria dan wanita sebelum melakukan hubungan biologis
sebagai suami-istri. Pernikahan ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah
(tenteram, nyaman), mawaddah (cinta kasih, mutual respect), dan rahmah (mendapat curahan
karunia dari Allah).
M. Surya (1977) mengemukakan bahwa agama memegang peranan penting yaitu sebagai
penentu dalam proses penyesuaian diri. Hal ini diakui oleh ahli klinis, psikiartis, pendeta, dan
konselor bahwa agama adalah faktor penting dalam memelihara dan memperbaiki kesehatan
mental.
Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustrasi, dan
ketegangan lainnya, dan memberikan suasana damai dan tenang. Agama merupakan sumber
nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan,
dan kestabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup
yang mutlak. Shalat dan doa merupakan medium dalam agama untuk menuju ke arah
kehidupan yang berarti.
Keluarga merupakan aset yang paling penting dalam kehidupan individu, karena sejatinya
manusia adalah makhluk sosial. begitu menurut fitrahnya, budayanya, dan begitulah perintah
Allah SWT. Keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi,
terutama kebutuhan bagi perkembangan kepribadiannya, dan pengembangan ras manusia.
Keluarga adalah upaya pertama untuk memenuhi kehidupan individu. Melalui perawatan, dan
perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik
fisik-biologis maupun sosio psikologisnya.
Keluarga bahagia sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama
anak). Fungsi dari dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang;
dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga.
Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik dapat memicu
timbulnya berbagai masalah kesehatan mental (mental ilness) bagi anak. Penerapan nilai-nilai
agama dalam keluarga merupakan landasan fundamental bagi perkembangan tatanan
masyarakat yang damai dan sejahtera. Namun sebaliknya, apabila terjadi erosi nilai-nilai agama
dalam keluarga maka akan timbul malapetaka kemanusiaan. Maka dari itu fungsi orang tua
disini adalah sangat penting bagi anaknya. Orangtua harus dapat mencuiptakan lingkungan
yang baik untuk sanganak karena seorang anak itu masih tahap meniru apa yang dilakukan oleh
orangtuanya, maka itu orangtua harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986: 322)
mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian
siswa, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah sebagi subsiusi
keluarga, dan guru subtitusi orangtua. Ada beberapa alasanmengapa sekolah memainkan
peranan penting bagi perkembangan kepribadian anak: (a) para siswa harus hadir di ssekolah,
(b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan masa perkembangan
“konsep diri” nya, (c) anak-anak banyak menghabiskan waktunya disekolah ari pada di tempat
lain/ di rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswaa untuk meraih kesuksesan,
(e) sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistik.
Pengembangan kesehatan mental dalam masyarakat sangat lah penting bagi kehidupannya.
karena perkembangan kesehatan mental seseorang akan d sangat dipengaruhi oleh suasana
kehidupan masyarakat dimana ia tinggal.
Dampak negatif bagi masyarakat terhadap kesehatan mental di antaranya sebagai berikut.
Konseling dalam konsep ini adalah membantu individu agar mampu mengembangkan
potensinya menjadi insan yang dapat memaknai hidupya sebagai hamba dan khalifah Allah
dimuka bumi. Konseling ini dapat dimaksudkan sebaga pendekatan yang bersifat
pengembangan, pencegahan maupun penyembuhan.
Konseling islam
Terkait dengan konseling religius, dalam hal ini konseling islami, diartikan sebagai
"pemberian bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen
beragamanya. Sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan
kesejahteraan hidup bersama, baik secara fisik-jasmaniah maupun psikis-ruhaniah, baik
kebahagiaan di dunia ini maupun diakhirat kelak.
konseling ini merupakan proses motivasional agar memiliKi kesadaran untuk come back
to religion. Karena agama akan memberikan pencerahan terhadap sikap, pola pikir, dan
perilakunya ke arah kehidupan personal dan sosial yang sakinah, mawaddan, rahmah dan
ukhuwwah, sehingga terhindar dari mental yang tidak sehat, atau sifat-sifat individualistik,
nafsu eksploitatif (tamak atau rakus), borjuistik, materialistik dan hedonistik (hubbud dunya
wakaráhiyatul maut), yang menjadi pemicu munculnya malapetaka di muka bumi ini (alfasâdu
fil ardhi). Orang yang punya penyakit rohaniah hubbud dunya wakaráhiyatul maut, dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, atau keinginan-keinginannya tidak lagi memperhatikan norma
agama atau etika moral (batha l-haram), tetapimenggunakan prinsip menghalalkan segala cara.
Kekurangan: Kekurangan dalam buku ini hanya sedikit, buku ini masih ada kata-kata
yang sedikit terbelit-belit yang mungkin agak sedikit susah dicerna jika dibaca oleh
anak-anak/remaja. Dari cover bukunya juga jika anak-anak yang melihat bukunya
mungkin agak kurang tertarik karena cover bukunya bergambar sederhana saja. Tetapi
jika orang dewasa contohnya seperti masyarakat/mahasiswa yang memang sedang
mempelajari/mengalami gangguan-gangguan sepertinya mereka tertarik karena
bukunya pun mengaitkan antara kesehatan mental dengan agama khususnya islam.
Kelebihan: Kelebihan buku ini adalah mudah untuk dipahami kata-katanya jika di
pamahi oleh orang dewasa. Dalam bukunya juga dijelaskan apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang itu bisa terkena kesehatan mental dan juga dijelaskan pula
dengan solusisnya, dan yang lebih bagusnya dari buku ini selalu mengaitkan semuanya
pada agama (Tuhan). Lalu didalamnya juga terdapat gambar-gambar (foto) yang
membuat menarik pembaca.
Saran: Cover bukunya harus di perbaharui lagi karena memang agak sedikit kurang
menarik dan mungkin si pembeli akan bosan mungkin dengan cover yang lama. Jika
boleh saran mungkin bukunya harus dikhususkan antara untuk anak-anak dan remaja
terpisah bukunya dengan orang dewasa.