Anda di halaman 1dari 3

PSIKOLOGI PERKEMBANGAAN MENURUT ERIK ERIKSON

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang lahir pada 15 juni 1902 di Frunkfurt Am Main,Jerman.
Erikson menjadi terkenal karena upayanya untuk mengembangkan teori tahap perkembangan
manusia yang dirintis oleh freud.Sigmund Freud adalah seorang Austria yang mendirikan aliran
psikoanalisis dalam ilmu psikolog.
Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik (ilmu yang
mempelajari perubahan karakter suatu individu) yang menyatakan bahwa perkembangan manusia
harus melalui 8 tahap Perkembangan seseorang tergantung dari dia telah melewati satu tahap
sehingga naik ke tahap berikutnya.

Erik juga mengatakan bahwa psikososial sangat berkaitan dengan perkembangan manusia
artinya tahap-tahap perkembangan manusia dari lahir sampai lansia dibentuk oleh pengaruh-
pengaruh sosial atau berinteraksi dengan sesama yang membuat seseorang matang secara fisik dan
psikologis. Psikososial memiliki arti hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan
mental atau emosionalnya,contohnya hubungan antara ketakutan seseorang (psikologis) dengan
bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Selain itu,menurut Erikson perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
sosial seseorang sepanjang hidupnya. Perkembangan ini juga sangat berpengaruh terhadap ego
seseorang.Namun ego ini dapat berubah karena pengalaman baru atau informasi yang ia dapat dari
interaksi dengan orang lain.

Dalam setiap tahap perkembangan Erikson percaya bahwa akan ada konflik yang akan menjadi
titik balik dari perkembangan seseorang. Konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologis
seseorang maupun kegagalan dalam mengembangkan kualitas tersebut.Jika ia berhasil menangani
konfliknya maka kekuatan psikologisnya akan meningkat namun jika ia gagal menangani konfliknya
ia mungkin akan sulit mengembangkan keterampilan penting yang dibutuhkan meningkatkan rasa
diri yang kuat.
Erikson juga mempercayai bahwa kemampuan untuk memotivasi sikap atau perbuatan dapat
membantu perkembangan ke arah yang positif.
Pada saat seseorang mampu memotivasi sikap atau perbuatannya maka ia akan memiliki kekuatan
dan kualitas ego yang baik, tapi jika ia gagal memotivasi dirinya sendiri maka akan muncul perasaan
tidak mampu dan ego yang tidak dapat dikontrol.Karena itu bagi Erikson memotivasi diri itu
sangatlah penting bagi perkembangan seseorang.

Pembagian tahapan-tahapan berdasarkan periode dalam hidup manusia menurut Erik Erikson
yaitu : fase bayi (0-18 bulan),fase kanak -kanak (18 bulan-3 tahun), fase awal anak kecil (3 tahun-5
tahun),fase anak kecil (5 tahun-13 tahun),fase remaja (13 tahun-21 tahun),fase dewasa ( 21 tahun-
40 tahun),fase paruh baya (40 – 60 tahun), fase lansia (>60 tahun).
Berikut penjelasannya satu persatu :

A.Fase Bayi (0-18 bulan)

Konflik utama pada fase ini menurut Erik Erikson yaitu rasa percaya vs curiga, fase ini
menentukan apakah bayi akan memiliki rasa percaya atau rasa curiga pada orang lain.
Contohnya pada saat orang asing ingin menggendong
seorang bayi,bayi tersebut akan menunjukan rasa curiga akibat dia tidak mengenal orang tersebut
namun ia akan menunjukan rasa percaya apa bila ia mengenal atau sudah dekat dengan orang
tersebut.orang yang paling berperan penting pada fase ini yaitu ibu atau orang yang sudah memiliki
ikatan dengan sang bayi.

B.Fase Kanak-Kanak (18 bln-3 tahun)

Konflik utama pada fase ini yaitu otonom vs malu-malu, fase ini menentukan rasa percaya diri
sang anak ketika beranjak dewasa.
Hal2 yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yaitu berbicara didepan
umum,berani menyampaikan pendapat,memiliki motivasi untuk diri sendiri dan sebagainya.

C.Fase Awal Anak Kecil ( 3-5 tahun)

Konflik pada fase ini yaitu inisiatif vs rasa bersalah pada fase ini anak mulai belajar mengenai
sesuatu yang boleh dan tidak boleh ia lakukan serta belajar untuk mengerjakan semuanya
sendiri.pada fase ini juga anak sudah mulai menghafal beberapa kosakata dan bermain dengan
teman sebayanya,namun sang anak juga cenderung merasa minder dan mengekspresikannya
dengan menangis atau menjauh.

D.Fase Anak Kecil (5-13 tahun)

Konflik pada fase ini yaitu rasa percaya diri vs rendah diri terutama pada saat anak bersama
teman sebayanya anak sering kali membandingkan dirinya dengan temannya yang lain yang
membuat ia menjadi rendah diri atau justru sebaliknya yaitu percaya diri pada fase ini lingkungan
pergaulan sang anak mulai meluas sehingga peran orang tua dan sekolah sangat penting untuk
memperhatikan anak tersebut.
Pada fase ini anak juga mulai aktif secara fisik dan lebih kompetitif ( bersaing ) sehingga mereka lebih
menyukai aktivitas yang kompetitif seperti olahraga,game,dll.

E.Fase Remaja ( 13-21 tahun)

Konflik pada fase ini yaitu indentitas vs kekacauan peran dimana para remaja sedang dalam
proses mencari jati diri mereka sehingga emosi mereka pun kadang tidak terkontrol.pada fase ini
juga anak remaja memiliki hasrat seksual yang lebih aktif sehingga perlu pengertian lebih mengenai
hubungan seksual.karena itu anak harus di beri pengajaran tentang mencari indentitas dan
menjadikan mereka sosok yang berguna.agar mereka menjadi orang yang tidak bergantung pada
orang lain serta dapat mengendalikan emosi dalam diri mereka. Orang-orang yang berperan penting
pada fase ini yaitu orang tua,sekolah,kelompok,dan lain-lain.

F.Fase Dewasa ( 21-40 tahun)

Ketika anak telah melewati masa remaja maka ia telah menjadi dewasa dan dapat
mengendalikan emosi dalam dirinya.Namun, tetap ada konflik yang dialami pada fase ini yaitu
keintiman vs isolasi, fase dimana seseorang sedang mencari pasangan hidupnya atau justru ia
menghindar dari segala hubungan atau interaksi dengan sesama semua tergantung dari pengalaman
apa yang pernah ia alami.karena itu sosok yang berperan pada fase ini yaitu pasangan lawan
jenis.Fase ini tidak hanya membahas tentang pasangan hidup tapi pada fase ini seseorang juga fokus
pada karir atau tujuan hidupnya.

G.Fase Paruh Baya ( 40-60 tahun)


Pada fase ini seseorang mengalami konflik peduli dan pemandu keturunan vs stagnansi (
sesuatu yang mengalami perlambatan atau hambatan).
Orang-orang pada fase ini cenderung ingin berbagi pengalaman atau ilmu yang mereka dapat atau
ingin meninggalkan suatu warisan namun terkadang ada seseorang yang takut untuk membagi
pengalamannya karena ia mungkin pernah mengalami suatu kegagalan dalam hidupnya.Pada fase ini
keluarga kembali menjadi sosok yang paling berperan penting. Pada fase ini mereka sibuk
memikirkan ide yang akan mereka berikan bagi generasi muda seperti anak atau cucu mereka.
Sedangkan hal yang dapat membuatnya stress seperti perpisahan dengan keluarga dan teman-
teman sekerjanya.

H.Fase Lansia (>60 tahun)

Dan fase terakhir dari perjalanan hidup manusia adalah lansia.Konflik yang harus dihadapi
pada fase ini yaitu integritas (keutuhan,kesatuan,kelengkapan) vs putus asa.
Integritas cenderung muncul akibat rasa tanggung jawab yang besar karena peran yang pernah ia
dapat pada masa muda sedangkan rasa putus asa muncul karena perasaan kecewa akibat ketidak
berhasilan yang pernah ia alami.
Pada fase ini sosok yang berperan penting adalah semua orang yang membuat dia merasa nyaman.
Seorang lansia terkadang juga memerlukan suatu perhatian dari seseorang.
Aktivitas yang sering di lakukan pada fase ini hampir sama dengan fase paruh baya yaitu saling
berbagi pengalaman sehingga mereka akan sangat senang ketika memiliki teman bicara sedangkan
yang membuat mereka stress perasaan tidak berguna bagi orang-orang sekitarnya.

Jadi,itulah 8 tahap perkembangan yang dilalui sepanjang hidup manusia menurut Erik
Erikson. Itulah sebabnya Erik Erikson mengatakan bahwa perkembangan emosi seseorang
berkaitan erat dengan fase pertumbuhannya dari bayi sampai ia lansia.

Sumber:https//wordpress.com, https//id.m.wikipedia.org,
https//www.idntimes.com, https// bppps.kemensos.go.id

Anda mungkin juga menyukai