Anda di halaman 1dari 9

Menurut Erikson, perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pengalaman sosial sepanjang

hidupnya sehingga disebut sebagai perkembangan psikososial. Perkembangan ini sangat besar
mempengaruhi kualitas ego seseorang secara sadar. Identitas ego ini akan terus berubah karena
pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dari interaksi sehari-hari dengan orang lain. Selain
identitas ego, persaingan akan memotivasi perkembangan perilaku dan tindakan. Secara
sederhananya, apabila seseorang ditangani dengan baik, maka ia akan memiliki kekuatan dan
kualitas ego yang baik pula.

1. Fase Bayi (0-18 bulan)


Krisis atau konflik utama yang dialami pada fase ini adalah rasa Percaya vs Curiga, dimana
pada tahap ini berperan besar dalam menentukan apakah dia akan mudah percaya atau
curiga kepada orang lain. Orang yang paling berperan penting pada fase ini adalah ibu atau
orang lain yang berperan sebagai ibu.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adalah ketergantungan pada ibu dan
mengekspresikan rasa frustasinya. Selain itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali merasa
takut pada lingkungan sekitar terutama yang tidak dikenalnya dengan baik.
2. Fase Kanak-Kanak (18 bulan - 3 tahun)
Krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu, dimana fase ini banyak
menentukan rasa percaya diri dari sang anak saat beranjak dewasa nanti. Pada fase ini,
sosok yang paling berperan penting adalah kedua orangtua atau sosok yang dianggap orang
tua.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adala bicara, berjalan, harapan yang menonjol,
dan mulai belajar untuk menunda kesenangan. Pada fase ini, anak-anak cenderung stres
apabila berpisah dengan sosok ibu.
3. Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun)
Pada fase ini seluruh anggota di keluarga sang anak sangat berperan besar dengan
pertumbuhan sang anak. Krisis emosi yang paling dirasakan pada fase ini adalah Inisiatif vs
Rasa bersalah, disinilah sang anak belajar banyak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh
serta mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri.

Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada fase ini adalah bertambahnya kosakata
yang dikuasai dan mulai melakukan interaksi dengan kelompok sebaya. Namun, pada fase ini
anak-anak cenderung merasa bersalah dan minder yang diekpresikan dengan menjauhi
kelompok atau menangis.
4. Fase Anak Kecil (5-13 tahun)
Life Education08 Jan 21 | 22:10
8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson
Teori ini banyak disukai dan diterima oleh banyak ahli
8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Tyler Nix
Deny Hung
Verified Writer
Deny Hung Verified Writer
Share to Facebook Share to Twitter
Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di Jerman. Nama Erik
menjadi dikenal banyak orang setelah dia mengemukakan teorinya tentang tahap
perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua. Teori ini diterima banyak
psikolog lainnya karena dianggap sangat menggambarkan perkembangan psikososial
seseorang.

Kira-kira seperti apa sih teori perkembangan psikososial tersebut? Yuk kita cari tahu
bersama-sama!

1. Fase Bayi (0-18 bulan)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonPixabay/ Helena Lopes
Krisis atau konflik utama yang dialami pada fase ini adalah rasa Percaya vs Curiga, dimana
pada tahap ini berperan besar dalam menentukan apakah dia akan mudah percaya atau
curiga kepada orang lain. Orang yang paling berperan penting pada fase ini adalah ibu atau
orang lain yang berperan sebagai ibu.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adalah ketergantungan pada ibu dan
mengekspresikan rasa frustasinya. Selain itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali merasa
takut pada lingkungan sekitar terutama yang tidak dikenalnya dengan baik.

2. Fase Kanak-Kanak (18 bulan - 3 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Edi Libedinsky
Krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu, dimana fase ini banyak
menentukan rasa percaya diri dari sang anak saat beranjak dewasa nanti. Pada fase ini,
sosok yang paling berperan penting adalah kedua orangtua atau sosok yang dianggap orang
tua.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adala bicara, berjalan, harapan yang menonjol,
dan mulai belajar untuk menunda kesenangan. Pada fase ini, anak-anak cenderung stres
apabila berpisah dengan sosok ibu.

3. Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Leo Rivas
Pada fase ini seluruh anggota di keluarga sang anak sangat berperan besar dengan
pertumbuhan sang anak. Krisis emosi yang paling dirasakan pada fase ini adalah Inisiatif vs
Rasa bersalah, disinilah sang anak belajar banyak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh
serta mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri.

Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada fase ini adalah bertambahnya kosakata
yang dikuasai dan mulai melakukan interaksi dengan kelompok sebaya. Namun, pada fase ini
anak-anak cenderung merasa bersalah dan minder yang diekpresikan dengan menjauhi
kelompok atau menangis.

Baca Juga: Gratis! 10 Website Tes Psikologi buat Lebih Mengenali Diri Sendiri

4. Fase Anak Kecil (5-13 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonPexels/ Samer Daboul
Pada fase ini, krisis utama yang dialami adalah rasa Percaya diri vs Rendah Diri terutama
ketika berada dalam kelompok sebaya. Hal ini juga didasari oleh fakta bahwa pihak yang
sangat berperan adalah sekolah dan tetangga, dimana komunitas anak tersebut sudah
meluas dan tidak terbatas pada anggota keluarga lagi.

Pada fase ini sang anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih kompetitif sehingga
mereka lebih menyukai aktifitas yang bersifat kompetitif seperti olahraga, game, dll. Namun,
perlu berhati-hati karena pada fase ini sang anak akan sangat aktif dan sangat marah jika ada
pembatasan. Disini orang tua harus bijak dalam mengatur aktifitas sang anak.
5. Fase Remaja (13-21 tahun)
Fase ini adalah fase paling banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena pada saat ini
krisis utama yang dihadapi adalah Identitas vs Kekacauan Peran, dimana mereka sedang
berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak stabil. Sosok yang berperan pada
fase ini adalah kelompok dan model kepemimpinan, sehingga di fase ini sang anak akan
mudah terbawa emosi kelompok dan nekat melakukan aksi berbahaya atas nama kelompok.

Pada fase ini juga sang anak memiliki hasrat seksual yang lebih aktif sehingga patut diberikan
pengertian yang baik mengenai hubungan seksual. Selain itu, keinginan untuk mencari
identitas dan menjadi sosok yang berguna membuat mereka marah jika harus tergantung
pada orang lain.
6. Fase Dewasa (21-40 tahun)
Setelah melewati fase remaja, kini sang anak telah menjadi dewasa dan memiliki emosi yang
lebih stabil. Namun, pada fase ini tetaplah ada krisis yang dialami yaitu Keintiman vs Isolasi
dimana pada fase ini orang tersebut sedang berusaha mencari pasangan atau justru
menjauhkan dirinya dari berbagai macam hubungan, semuanya tergantung dari berbagai
pengalaman yang dialaminya.

Oleh karena itu, sosok yang sangat berperan pada fase ini adalah pasangan lawan jenis
dimana stres utama yang dialami pada fase ini biasanya berhubungan dengan lawan jenisnya
seperti takut jika bercerai/putus. Tidak hanya mencari pasangan, di fase ini orang tersebut
juga sibuk membangun karir dan mencapai tujuan hidup.
7. Fase Paruh Baya (40-60 tahun)
Setelah mengalami berbagai macam hal dan masalah, di fase ini seseorang memiliki krisis
utama Peduli dan Pemandu Keturunan vs Stagnansi dimana orang tersebut cenderung suka
berbagi pengalaman dan ilmu, serta ingin meninggalkan suatu warisan. Namun demikian
adanya kemungkinan seseorang justru merasa tidak berguna karena pernah mengalami
kegagalan besar di hidupnya.

Pada fase ini keluarga kembali memiliki peran yang penting dalam hidupnya, selain itu
institusi atau pekerjaan tempat dia bernaung juga berperan besar. Hal utama yang dilakukan
pada fase ini umumnya adalah sibuk membuat ide untuk generasi masa depan dan
mencapai tujuan hidupnya. Sedangkan, hal yang dapat membuatnya sangat stres adalah
adanya interupsi pada pekerjaannya dan perpisahan keluarga.
8. Fase Lansia (>60 tahun)

Life Education08 Jan 21 | 22:10


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson
Teori ini banyak disukai dan diterima oleh banyak ahli
8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Tyler Nix
Deny Hung
Verified Writer
Deny Hung Verified Writer
Share to Facebook Share to Twitter
Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di Jerman. Nama Erik
menjadi dikenal banyak orang setelah dia mengemukakan teorinya tentang tahap
perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua. Teori ini diterima banyak
psikolog lainnya karena dianggap sangat menggambarkan perkembangan psikososial
seseorang.

Kira-kira seperti apa sih teori perkembangan psikososial tersebut? Yuk kita cari tahu
bersama-sama!

1. Fase Bayi (0-18 bulan)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonPixabay/ Helena Lopes
Krisis atau konflik utama yang dialami pada fase ini adalah rasa Percaya vs Curiga, dimana
pada tahap ini berperan besar dalam menentukan apakah dia akan mudah percaya atau
curiga kepada orang lain. Orang yang paling berperan penting pada fase ini adalah ibu atau
orang lain yang berperan sebagai ibu.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adalah ketergantungan pada ibu dan
mengekspresikan rasa frustasinya. Selain itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali merasa
takut pada lingkungan sekitar terutama yang tidak dikenalnya dengan baik.

2. Fase Kanak-Kanak (18 bulan - 3 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Edi Libedinsky
Krisis utama yang dialami pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu, dimana fase ini banyak
menentukan rasa percaya diri dari sang anak saat beranjak dewasa nanti. Pada fase ini,
sosok yang paling berperan penting adalah kedua orangtua atau sosok yang dianggap orang
tua.

Aktivitas utama yang dilakukan pada fase ini adala bicara, berjalan, harapan yang menonjol,
dan mulai belajar untuk menunda kesenangan. Pada fase ini, anak-anak cenderung stres
apabila berpisah dengan sosok ibu.

3. Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ Leo Rivas
Pada fase ini seluruh anggota di keluarga sang anak sangat berperan besar dengan
pertumbuhan sang anak. Krisis emosi yang paling dirasakan pada fase ini adalah Inisiatif vs
Rasa bersalah, disinilah sang anak belajar banyak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh
serta mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri.

Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada fase ini adalah bertambahnya kosakata
yang dikuasai dan mulai melakukan interaksi dengan kelompok sebaya. Namun, pada fase ini
anak-anak cenderung merasa bersalah dan minder yang diekpresikan dengan menjauhi
kelompok atau menangis.
Baca Juga: Gratis! 10 Website Tes Psikologi buat Lebih Mengenali Diri Sendiri

4. Fase Anak Kecil (5-13 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonPexels/ Samer Daboul
Pada fase ini, krisis utama yang dialami adalah rasa Percaya diri vs Rendah Diri terutama
ketika berada dalam kelompok sebaya. Hal ini juga didasari oleh fakta bahwa pihak yang
sangat berperan adalah sekolah dan tetangga, dimana komunitas anak tersebut sudah
meluas dan tidak terbatas pada anggota keluarga lagi.

Pada fase ini sang anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih kompetitif sehingga
mereka lebih menyukai aktifitas yang bersifat kompetitif seperti olahraga, game, dll. Namun,
perlu berhati-hati karena pada fase ini sang anak akan sangat aktif dan sangat marah jika ada
pembatasan. Disini orang tua harus bijak dalam mengatur aktifitas sang anak.

LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH


Editor’s Picks
10 Inspirasi Prewedding Modern Ala Ridho D'Academy, Bakal Sah Hari Ini
Menikah Hari Ini, 9 Ide Prewed Tema Adat Ala Ridho D'Academy
5 Zodiak Bersemangat 17 Oktober 2021, Sagitarius Kasmaran

Jomblo Ternyaa Lebih Baik Menurut Sains


Gimana gengs? Lebih enak jadi jomblo gak sih?

===================================================

KOMENTAR SARA DAN BERSIFAT MENGHINA AKAN KAMI HAPUS, JADI BIJAKLAH DALAM
BERKOMENTAR. TERIMA KASIH. :)

===================================================

Subscribe: https://www.youtube.com/c/idntv

===================================================
Temukan informasi menarik lainnya di:
https://idntimes.com
https://www.facebook.com/idntimes/
https://instagram.com/idntimes
https://twitter.com/idntimes
===================================================

5. Fase Remaja (13-21 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonPexels/Anastasiya Gepp
Fase ini adalah fase paling banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena pada saat ini
krisis utama yang dihadapi adalah Identitas vs Kekacauan Peran, dimana mereka sedang
berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak stabil. Sosok yang berperan pada
fase ini adalah kelompok dan model kepemimpinan, sehingga di fase ini sang anak akan
mudah terbawa emosi kelompok dan nekat melakukan aksi berbahaya atas nama kelompok.

Pada fase ini juga sang anak memiliki hasrat seksual yang lebih aktif sehingga patut diberikan
pengertian yang baik mengenai hubungan seksual. Selain itu, keinginan untuk mencari
identitas dan menjadi sosok yang berguna membuat mereka marah jika harus tergantung
pada orang lain.

6. Fase Dewasa (21-40 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik EriksonUnsplash/ bruce mars
Setelah melewati fase remaja, kini sang anak telah menjadi dewasa dan memiliki emosi yang
lebih stabil. Namun, pada fase ini tetaplah ada krisis yang dialami yaitu Keintiman vs Isolasi
dimana pada fase ini orang tersebut sedang berusaha mencari pasangan atau justru
menjauhkan dirinya dari berbagai macam hubungan, semuanya tergantung dari berbagai
pengalaman yang dialaminya.

Oleh karena itu, sosok yang sangat berperan pada fase ini adalah pasangan lawan jenis
dimana stres utama yang dialami pada fase ini biasanya berhubungan dengan lawan jenisnya
seperti takut jika bercerai/putus. Tidak hanya mencari pasangan, di fase ini orang tersebut
juga sibuk membangun karir dan mencapai tujuan hidup.

7. Fase Paruh Baya (40-60 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Eriksonliveabout.com
Setelah mengalami berbagai macam hal dan masalah, di fase ini seseorang memiliki krisis
utama Peduli dan Pemandu Keturunan vs Stagnansi dimana orang tersebut cenderung suka
berbagi pengalaman dan ilmu, serta ingin meninggalkan suatu warisan. Namun demikian
adanya kemungkinan seseorang justru merasa tidak berguna karena pernah mengalami
kegagalan besar di hidupnya.

Pada fase ini keluarga kembali memiliki peran yang penting dalam hidupnya, selain itu
institusi atau pekerjaan tempat dia bernaung juga berperan besar. Hal utama yang dilakukan
pada fase ini umumnya adalah sibuk membuat ide untuk generasi masa depan dan
mencapai tujuan hidupnya. Sedangkan, hal yang dapat membuatnya sangat stres adalah
adanya interupsi pada pekerjaannya dan perpisahan keluarga.

8. Fase Lansia (>60 tahun)


8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Erik Eriksonethicaldigest.com
Akhirnya tibalah kita pada fase akhir kehidupan manusia yaitu fase lansia dimana krisis
utama yang dialami pada fase ini adalah Integritas vs Putus Asa. Rasa integritas cenderung
muncul karena adanya rasa tanggung jawab yang besar akan peran yang didapatnya selama
masa muda sedangkan seringkali rasa putus asa ini muncul karena perasaan kecewa atas
ketidak berhasilan yang pernah dialaminya.

Pada fase ini, sosok yang berpengaruh adalah siapapun yang dapat membuat dirinya merasa
berguna. Oleh karena itu, untuk kamu yang memiliki lansia di rumahnya usahakanlah untuk
selalu mengucapkan "terima kasih" untuk segala bantuan yang diberikannya meski sekecil
apapun. Karena ucapan terima kasih tersebut membuat seseorang merasa dirinya berguna.
Pada fase lansia ini, aktivitas utama yang paling disenanginya adalah berbagi pengalaman
sehingga mereka akan sangat senang jika ada teman bicara. Sedangkan hal yang paling
membuatnya stres adalah perasaan tidak berguna lagi oleh orang-orang di sekelilingnya.
Nama Tahun Aktivitas
Sensorimotor 18-24 bulan Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman
tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik
(melihat, mendengar) dengan tindakan motorik
(menggapai, menyentuh). 

Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah


pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di
dunia secara alami dari tindakannya sendiri.

Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut,


anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini
tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya.
Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu
hilang begitu saja. 

Praoperasional 2-7 tahun Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat
simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif.
Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau
mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide
atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari
membangun pengalaman tentang dunia melalui
adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia
bisa menggunakan pemikiran logis.

Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa


merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi
semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan
simbolik.
Operasional 7-11 tahun Ditandai dengan perkembangan pemikiran yang
Konkret terorganisir dan rasional. Piaget menganggap tahap
konkret sebagai titik balik utama dalam
perkembangan kognitif anak, karena menandai awal
pemikiran logis. Pada tahapan ini, Si Kecil cukup
dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika
pada objek fisik.

Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi


(jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa
memecahkan masalah dengan cara logis, mereka
belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
Operasional 12 tahun Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir
Formal keatas menurut Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan
berlangsung hingga dewasa.Saat remaja memasuki
tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk
berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret.

Seorang remaja bisa melakukan perhitungan


matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran
abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai