Perkembangan Manusia
Aisyah MZ
aisyahmza@gmail.com
Kepribadian individu tumbuh & berkembang secara bertahap.
Tahapan perkembangan manusia (di antaranya perkembangan
kepribadian) dapat dilihat pada teori perkembangan.
Teori perkembangan yg dibahas:
a) Psikoseksual
b) Psikososial
1. Perkembangan psikoseksual
Ciri :
➢ Tugas perkembangan: kemampuan untuk percaya.
➢ Rasa percaya dibangun dari terpenuhinya kebutuhan dasar bayi
a.l. kenyamanan, kehangatan, makanan/ minuman → perlunya
seorang pengasuh yg responsif & sensitif thd kebutuhan tsb.
➢ Jika tidak terpenuhi maka yg muncul adalah kecurigaan
➢ Percaya inilah yg menjadi dasar perkembangan psikososial bayi,
ttg cara dia mempersepsikan dunia sbg tempat yg nyaman &
menyenangkan atau sebaliknya.
2. Otonomi/kemandirian vs malu & keraguan (usia
18 bln – 3 thn)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan: rasa otonomi perlu dikembangkan agar
terbentuk rasa percaya diri & harga diri pd usia selanjutnya.
➢ Anak mulai menemukan bahwa mereka memiliki kehendak mereka
sendiri. Otonomi terbentuk jika anak mendapat kesempatan unt
menyatakan keinginannya.
➢ Masa ini adalah masa peka unt mengajarkan toilet training >>
mengontrol tubuhnya
➢ Sebaliknya, rasa malu & ragu terbentuk jika anak terlalu banyak
dibatasi atau dihukum terlalu keras. Anak menjadi putus asa krn
menganggap dirinya tidak mampu.
3. Inisiatif vs rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan anak: mengusulkan gagasan; ingin ikut serta dlm
berbagai kegiatan. Misal: membereskan tempat tidur, menyiram tanaman
➢ Saat ini masa anak-anak pra sekolah yg mulai menghadapi tantangan baru
yaitu lingkungan sosial yg lebih luas (tidak lagi hanya lingk.rumah).
➢ Anak mulai memilih teman.
➢ Anak perlu diajari rasa tanggung jawab & dilatih unt terbentuknya rasa
inisiatif unt mengatasi tantangan ini. Perlu mengajarkan agar anak lebih
berhati hati & menunjukkan konsekuensi atau akibat suatu perbuatan
➢ Anak belum bisa membedakan perbuatan baik & tidak baik. Jika anak
sering dihukum maka hal itu dimaknainya sbg “dia tidak baik” shg timbul
rasa kecewa & bersalah.
4. Industri/Kompetensi vs inferioritas (usia 6th –
pubertas)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan : mengembangkan kemampuan kompetensi &
menghindari perasaan rendah diri.
➢ Anak mempelajari berbagai hal yg dihargai masyarakat, misalnya
murah hati, sopan, pintar, disiplin, ibadah.
➢ Jika usahanya berhasil maka anak merasa kompeten/mampu. Jika
gagal, maka yg timbul adalah perasaan inferior.
➢ Ortu & guru perlu memahami bhw anak dpt mengembangkan
berbagai kemampuan bukan hanya di bidang akademis saja. Bisa di
bidang seni, olah raga, kecerdasan emosi dll. Anak perlu diasah juga
di bidang tsb
5. Identitas vs krisis identitas (12 – 18 thn)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan: pencapaian identitas pribadi & menghindari
peran ganda >> “siapakah saya & kemanakah saya?”
➢ Pada fase ini, remaja berfokus pd upaya pembentukan identitas,
menemukan citra diri, arti hidup & ingin jadi apa di masa yad.
➢ Elemen terpenting : eksplorasi berbagai alternatif → upaya coba-coba
➢ Remaja diharapkan mampu mengatasi tantangan ini sbg peletak dasar
peran sbg org dewasa (pilihan pekerjaan, persahabatan, hub romantis).
➢ Remaja yg perkembangannya baik akan mampu menemukan pilihan
identitas; sebaliknya perkembangan yg kurang baik menimbulkan
krisis identitas.
6. Intimasi vs isolasi (usia 18 – 35 thn atau 20-40th)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan pd masa ini : kemampuan menjalin hubungan
akrab/dekat dng org lain yaitu mampu memperhatikan & membagi
pengalaman
➢ Tidak lagi mementingkan teman sebaya >> lebih selektif memilih teman
dng orang yg sepaham
➢ Intimasi (menurut Erikson) → menemukan diri sendiri sekaligus kehilangan
diri sendiri dlm diri org lain (mampu mempercayai orang lain).
➢ Org dewasa dng perkembangan yg baik mampu menjalin intimasi berupa
persahabatan & hub romantis. Jika tidak mampu maka yg terjadi yaitu
mengalami isolasi (merasa terasing)
➢ Pada masa ini, individu belajar membuat komitmen pribadi unt org lain sbg
pasangan atau sbg orang tua.
7. Generativitas vs stagnasi (usia 35 – 55 thn atau
40-60 th)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan: mengabdikan diri melalui produktivitas dalam
karir, keluarga, & kepentingan masyarakat.
➢ Generativitas → memberikan kontribusi pd perkembangan generasi
berikutnya a.l. pengasuhan anak
➢ Ortu yg terlibat aktif dlm pengasuhan anak mendpt keuntungan secara
psikologis : kepuasan hidup, perkawinan & karir.
➢ Individu yg tdk terlibat dlm pengembangan keluarga & masy, dpt
merasa hidupnya stagnasi (terhenti atau tdk berkembang)>> terlalu
fokus pd dirinya sendiri
8. Integritas vs keputusasaan (usia 55 thn hingga
kematian)
Ciri :
➢ Tugas perkembangan: pencapaian integritas diri & menghindari
keputusasaan.
➢ Tahap ini berkenaan dng cara seseorang menghadapi fase akhir
kehidupannya.
➢ Individu mereview & mengevaluasi perjalanan hidupnya. Jika berhasil
menangani masalah yg timbul pd tahapan sebelumnya maka akan
mendapatkan perasaan senang.
➢ Jika yg terjadi sebaliknya maka rasa negatif yg muncul yaitu keputusasaan.
➢ Individu pd fase ini perlu mendapat perhatian ttg penurunan kekuatan fisik,
penyakit, masa pensiun, kehilangan anggota keluarga & kesepian krn jauh
dr org yg disayangi. Perlunya persiapan untuk kematian dng dignity.
Hubungan pola pengasuhan dng perkembangan
anak secara psikososial
Diana Baumrind (1991, 1993) menggambarkan empat
gaya dasar interaksi antara orang tua dan anak-anak
mereka.
1. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting)
Ciri : orang tua bersifat otoriter , melakukan kontrol yg ketat
pada anak, komunikasi verbal jarang dilakukan.
Anak-anak dari orang tua yg otoriter kadang-kadang
menunjukkan keterampilan sosial yg kurang, sedikit berinisiatif
& membandingkan dirinya dng orang lain.
Budaya cukup berpengaruh thd hasil pola asuh otoriter : pd
budaya Timur Tengah anak tidak menunjukkan dampak negatif;
pd budaya Latin gaya ini dianggap sesuai unt memberikan
dasar respek anak pd arti keluarga & pendidikan.
2. Authoritative parenting
Ciri : mendorong anak menjadi mandiri, namun tetap
menetapkan batas & kontrol pd perilaku anak.
Gaya pengasuhan ini lebih kolaboratif & terjadi komunikasi
yg cukup intensif antara ortu & anak ttg berbagai hal. Ortu
bersifat hangat pd anak.
Anak yg orang tuanya otoritatif cenderung kompeten
secara sosial, mandiri, dan bertanggung jawab secara
sosial.
3. Orangtua lalai (neglectful parenting)
Ciri : ortu kurang terlibat dalam kehidupan anak.
Anak-anak dari orang tua lalai kemungkinan
mengembangkan perasaan bahwa aspek lain dari kehidupan
orang tua mereka lebih penting daripada mereka.
Anak yg orang tuanya lalai cenderung kurang kompeten
secara sosial, kurang mampu menangani kemandirian, dan
(terutama) kurang mampu mengendalikan diri.
4. Permissive parenting
Ciri : ortu kurang menetapkan batas pd perilaku anak →
membiarkan anak melakukan apa saja yg diinginkannya.
Ortu jenis ini percaya bhw mengasuh anak dng sedikit pembatasan
pd anak akan menghasilkan anak yg kreatif & percaya diri.
Namun ternyata → kurang baik dlm kompetensi sosial; kurang bisa
menghormati orang lain, selalu ingin memahami sesuatu dng cara
mereka sendiri; mengalami kesulitan mengendalikan perilakunya.
Pada dasarnya, anak memerlukan pedoman yg tegas dlm
pengasuhan untuk memperoleh keterampilan mengontrol diri,
mengatur emosi & perilakunya.
Peran orang tua sbg pengasuh utama sangat penting
untuk perkembangan anak, namun teman sebaya juga
berperan besar dalam perkembangan sosial & emosional
anak.
Apa tujuan Anda ?
Refleksidiri → bagaimana anda melihat diri Anda pada
masa lalu, masa sekarang & yang akan datang ?
Visi → apa yg anda bayangkan tentang diri Anda 1 thn dan 5
thn ke depan ?
Ingin punya apa ? Berbuat apa ? Menjadi siapa ? Dikenang
sebagai apa ?
Apa kelebihan Anda ? Kekurangan? Kesempatan ?
Hambatan yg mungkin terjadi?
Refleksi diri → bagaimana anda melihat diri pd
masa lalu, masa sekarang & yg akan datang ?
Masa Lalu Masa Kini Masa Yang akan Datang
Visi/tujuan saya :
1 tahun ke depan:
3 tahun ke depan:
5 tahun ke depan:
SWOT pribadi
Strength Weaknesses
kekuatan kelemahan
Threats
Opportunities
ancaman/
kesempatan
kendala
Tugas