Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

“Membuat Analisis Teori Perkembangan Psikososial Erikson serta Best


Practice dalam Pembelajaran dan Pendidikan Anak Usia Dini”

Oleh:

SITTI NURJANNAH
NIM: 220030301039

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan ini. Penulisan analisis ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata Psikologi Pendidikan yaitu
Bapak Dr. Usman, M.Si

Semoga analisis ini dapat menambah wawasan pembaca terkait bagaimana


perkembangan anak menurut teori erikson dan bagaimana karakteristik dari setiap
perkembangan yang akan kami bahas nanti. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen pengampuh mata kuliah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan analisis ini. Dan
juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan,
sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan ini, dan juga penulis menyadari
bahwa penulisan analisis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.

Makassar, 30 Oktober 2022

Penulis
Pada dasarnya, manusia dalam kehidupan mengalami berbagai tahap tumbuh
kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahap tumbuh kembang yang paling
memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak. Oleh karena itu, upaya untuk
mengoptimalkan perkembangan dan kemandirian adalah sangat penting. Pencapaian suatu
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada anak berbeda-beda dan anak perlu
dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang tetapi juga tegas agar anak tidak mengalami
kebingungan.
Berdasarkan perkembangan sosial, kebutuhan anak makin kompleks, dan hubungan
sosialnya makin luas, anak-anak perlu memahami orang dewasa selain orangtua termasuk
guru, anak sudah memerlukan teman sebaya, terlihat pada usia 2-3 tahun anak menunjukkan
minat yang nyata terhadap anak-anak lain, karena itu perlu diupayakan pendidikan anak usia
dini.
Kali ini penulis akan mecoba medeskripsikan akan analisis penulis terhadap teori
psikososial yang mana menurut Erikson ketika individu khususnya pada masa kanak kanak
mengalami peningkatan dalam perkembangan kognitifnya akan beriringan dengan
perkembangan sosio emosional seperti perkembangan konsep diri, cara berinteraksi dengan
individu lain, serta sikap terhadap lingkungan. Dia juga mengemukakan bahwa ketika
tumbuh dan berkembang, individu akan menghadapi dan mengalami serangkaian krisis yang
akan membentuk kepribadiannya. Saat individu berhasil menyelesaikan setiap krisis
psikososial maka individu akan merasa puas, semakin sehat kondisi psikologisnya dan akan
dijadikan sebagai pegangan untuk menyelesaikan krisis yang akan dihadapi kedepannya.
Menurut Ericson ada 8 tahapan perkembangan psikososial yaitu :
1. Kepercayaan versus ketidak percayaan, ini terjadi pada anak usia 0-18 bulan. Erikson
mendefenisikan bahwa kepercayaan dasar sebagai "kepercayaan penting dari orang
lain serta rasa mendasar dari kepercayaan diri sendiri. Bagi anak yang usia 0-18 bulan
sosok yang paling penting baginya adalah ibunya. Bayi dengan sikap percaya dapat
meramalkan bahwa ibunya akan memberinya makan disaat bayi merasa lapar dan
memberinya rasa nyaman disaat bayi ketakutan atau sakit. Meskipun demikian sikap
alamiah pada bayi yang tidak percaya pada orang lain kadang juga muncul, diman ia
mampu mendeteksi kemungkinan bahaya yang dapat terjadi atau membedakan antara
orang yang jujur dan tidak jujur. Bagaimanapun, jika sikap tidak percaya lebih
mendominasi pada anak ataupun orang dewasa maka menjadi frustasi, menarik diri,
curiga, dan kurang percaya diri.
2. Otonomi versus keraguan, ini terjadi pada anak usia usia 18 bulan-3 Tahun
Dengan perkembangan otak dan otot yang begitu pesat, sebagian besar bayi dapat
berjalan dan kosa-kata untuk berkomunikasi dengan orang lain juga sudah ada. Anak
tidak lagi ingin bergantung sepenuhnya pada orang lain. Sebaliknya, mereka berusaha
menuju otonomi, kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.
Keinginan anak akan kekuasaan dan kemandirian seringkali berbenturan dengan
keinginan orang tua. Meskipun anak merasa mampu melakukan beberapa hal untuk
dirinya namun kadang juga muncul persaan dimana anak mengalami kecemasan
untuk berpisah dari orangtua, timbul ketakutan-ketakutan seperti tidak dapat
mengontorol BAK ataupun BAB, serta kehilangan harga diri ketika mengalami
kegagalan. Pada fase ini, kesabaran orang tua dalam mendampingi anak untuk toilet
traning sangat diharapkan. Kerena jika yang berkembang dalam diri anak adalah
perasaan negatif (rasa malu dan ragu) maka anak merasa tidak berdaya dan tidak
yakin pada kemampuannya sendri.
3. Inisiatif versus rasa bersalah, biasanya ini terjadi pada anak usia 3 hingga 6 tahun
dimana kemampuan motorik dan bahasa anak-anak yang terus matang memungkinkan
mereka untuk semakin bersemangat dalam mengeksplorasi lingkungan sosial dan fisik
mereka. Anak usia tiga tahun memiliki rasa inisiatif yang berkembang, yang dapat
didorong oleh orang tua dan anggota keluarga lain atau pengasuh yang mengizinkan
anak-anak untuk berlari, melompat, bermain, meluncur, dan melempar. Anak
membuat rencana dan menjalankan rencananya serta mempelajari batasan-batasan
yang ada di masyarakat. Anak mulai mengambil inisiatif dalam piliha-pilihan yang
mereka buat dan dalam mengejar tujuan-tujuannya, namun beberapa tujuan harus
ditekan atau ditunda dan hal ini akan mendatangkan perasaan bersalah. Perasaan
bersalah juga dapat timbul dari perasaan bahwa mereka harus selalu melakukan
sesuatu, harus selalu bersaing, dan harus selalu “berusaha mencapai” dalam upaya
menjadi orang berharga.
4. Industri versus inferioritas, ini terjadi pada anak usia 6-12 tahun dimana fase ini anak
mulai memasuki dunia pengetahuan yang cukup luas, ia sadar akan teknologi yang
sedang berkembang iapun sadar bahwa belajar tidak hanya disekolah tapi ia bisa
belajar dimana saja. Pengalaman berhasil pada anak memberi perasaan industry yaitu
perasaan kompeten dan menguasai, sementara jika anak mengalami kegagalan, ia
akan merasa bahwa dirinya inferior yaitu perasaan bahwa dirinya tidak mengetahui
dan bisa melakukan apa apa.
5. Identitas versus kebingungan peran. Diusia 12 -18 tahun, anak mulai mencari jati
dirinya lewat lingkungan dan teman sebaya sehingga di usia ini anak tidak lagi
menjalin kedekatan yang intim dengan orang tuanya dan lebih mengutamakan
pertemanan. Erikson percaya bahwa selama masa remaja fisiologi individu yang
berubah dengan cepat, ditambah dengan tekanan untuk membuat keputusan tentang
pendidikan dan karir masa depan, menciptakan kebutuhan untuk mempertanyakan dan
mendefinisikan kembali identitas psikososial yang terbentuk selama tahap-tahap awal.
Masa remaja adalah masa perubahan. Remaja bereksperimen dengan berbagai peran
seksual, pekerjaan, dan pendidikan ketika mereka mencoba untuk mencari tahu siapa
mereka, jika mereka tidak dapat mengintegrasikan identifiasi, peran-peran dirinya
mereka akan menghadapi ketidak butuhan identitas.
6. Keintiman versus isolasi atau dikenal dengan dewasa muda dimana individu telah
menemukan jati dirinya sehingga berani mentukan prinsip dan tujuan hidupnya, siap
untuk membentuk hubungan kepercayaan dan keintiman baru dengan individu lain,
"mitra dalam persahabatan, seks, persaingan, dan kerja sama." Pada masa ini
hubungan dengan lawan jenis merupakan satu bentuk hubungan yang penting,
disamping persahabatan dengan orang-orang. Hubungan yang terbentuk
meningkatkan identitas diri mereka sendiri. Jika usaha seseorang untuk membangun
intimacy gagal maka ia akan merasa terisolasi, dingin dan hampa.
7. Generativitas versus stagnansi dan self absorption, ini terjadi diusia dewasa
pertengahan, dimana individu mulai sadar akan pentingnya membangun dan
membimbing generasi berikutnya entahkah dia sebagai orang tua maupun sebagai
pengajar
8. Integritas versus Keputusasaan, diusia dewasa akhir ini adalah tahap akhir dari
perkembangan psikososial, orang melihat ke belakang sepanjang hidup mereka dan
menyelesaikan krisis identitas akhir mereka. Penerimaan atas pencapaian, kegagalan,
dan keterbatasan akhir membawa serta rasa integritas, atau keutuhan, dan kesadaran
bahwa hidup seseorang telah menjadi tanggung jawab sendiri. Finalitas kematian juga
harus dihadapi dan diterima. Keputusasaan dapat terjadi pada mereka yang menyesali
cara mereka menjalani hidup atau bagaimana hidup mereka berubah.

Demikianlah penjabaran secara sederhana dari tahap perekembangan menurut


erikson, dimana setiap tahap perkembangan tentu memberikan praktek baik (best practice)
dalam pembelajaran & pendidikan bagi anak usia dini diantaranya adalah:
1. Sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum, dimana kita tahu bahwa salah satu
prinsip yang harus ada dalam pengembangan kurikulum yaitu harus menyesuaikan
tahap perkembangan anak, dengan adanya teori ericson ini ketika dimasukkan dalam
kurikulum belajar maka tentu yang terjadi adalah sesuatu yang baik, ibaratnya anak
akan diberi makanan sesuai dengan porsinya sehingga tumbuh kembang anak
berdasarkan enam aspek perkembangan yaitu nilai agama dan moral, sosial
emosianal, bahasa, psikomotorik, kognitif dan nilai seninya dapat terpenuhi secara
merata.
2. Sistem pembelajaran, guru harus menyesuaikan sistem pembelajaran dengan usia
anak dan tahap perkembangan anak. Jika ia mengajar di PAUD maka konsep
pembelajarannya adalah bermain, apapun yang ia ajarakan pada anak semuanya harus
dikemas dengan bermain begitu juga dengan medianya semua harus di modif menjadi
APE (Alat Permainan Edukatif)
3. Sistem penilaian, seperti yang kita pahami bahwa sisitem penilaian yang diberikan
kepada anak juga harus di sesuaikan pada tahap perkembangan anak yang mana pada
anak usia dini penilaian itu berpusat pada proses bukan pada hasil, karena yang dinilai
adalah proses maka penilaian itu tidak bersifat angka melainkan bersifat kualitatif,
berikut adalah pedomannya

1. (BB) artinya Belum Berkembang: bila anak melakukannya harus dengan

bimbingan atau dicontohkan oleh guru

2. (MB) artinya Mulai Berkembang: bila anak melakukannya masih harus

diingatkan atau dibantu oleh guru

3. (BSH) artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak sudah dapat

melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau

dicontohkan oleh guru

4. (BSB) artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah dapat melakukannya

secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai

kemampuan sesuai indikator yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai