Plastisin atau lilin mainan memiliki bentuk yang sangat lentur dan mudah dibentuk.
Begitu juga dengan dimensi dan komponen perkembangan, mereka dapat dibentuk
dan diubah bentuknya. Dengan kata lain, perkembangan terjadi karena ada aspek-
aspek dalam diri manusia yang dapat diubah. Sebagai contoh, orang-orang kerap
berpikir bahwa semakin tua semakin sulit seseorang belajar. Walaupun
demikian, penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan strategi yang tepat,
orang lanjut usia masih dapat mempelajari hal-hal baru.
Dalam fase ini, anak memulai mengembangkan otonomi diri, kemampuan melakukan sebuah hal
secara mandiri. Proses stimulasi kemandirian seperti toilet training, makan minum sendiri, berpakaian,
memilih dan bermain sendiri menjadi stimulasi krusial anak untuk mengembangkan kontrol dirinya.
Jika kemandirian anak dan kontrol dirinya berkembang, anak bisa mengatasi rasa malu dan keraguan
akan kemampuannya.
Dalam fase ini, anak mulai mencoba dan mengembangkan inisiatifnya. Anak banyak bertanya dan
mencoba hal-hal baru yang ada di sekitarnya.
Jika pertanyaan dan keingintahuan ini difasilitasi, anak akan mengembangkan kepercayaan diri untuk
berinisiatif. Sebaliknya, jika keingintahuan anak diabaikan dan anak sering mendapat
larangan/kritikan saat ingin mencoba sesuatu, anak akan merasa bersalah atau inisiatif dan
keingintahuannya.
Dalam rentang usia ini, anak-anak mulai berinteraksi dengan temannya di sekolah dan mulai
menjalani kegiatan belajar yang lebih formal. Anak mulai mengembangkan rasa bangga, mampu
memahami/melakukan, dan mencapai prestasi dengan kemampuan mereka.
Dalam tahap ini, anak-anak membutuhkan apresiasi, dukungan dan dorongan untuk mengembangkan
rasa mampu (kompetensi). Sebaliknya, tantangan anak pada fase ini adalah merasa rendah diri
(inferior) karena tidak mampu dan tidak mendapatkan dukungan/apresiasi yang dibutuhkannya.
Pada fase ini, anak mulai membangun identitas dirinya. Anak bertanya-tanya dan mencari jawaban
untuk pertanyaan: siapa saya? Pada fase membangun identitas pribadi ini, anak remaja
mengeksplorasi perilaku, peran, dan identitas yang berbeda.
Para remaja yang menemukan rasa identitas akan merasa aman, mandiri, dan siap menghadapi masa
depan, sementara mereka yang tetap bingung mungkin merasa tersesat, tidak aman, dan tidak yakin
akan tempat mereka di dunia.
Itulah sebabnya, penting bagi orangtua dan orang dewasa memberikan dukungan yang memberikan
anak agar bisa menemukan identitas dirinya dengan nyaman dan aman.
Di tahap awal dewasa (19 – 40 tahun), seseorang mulai berada dalam tahap tahap psikososial keenam
yang berfokus pada pembentukan hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain.
Seseorang mulai mengenal pacaran, melakukan pernikahan, membentuk keluarga, dan membangun
persahabatan.
Jika berhasil membangun hubungan cinta dengan orang lain, individu dapat mengalami cinta dan
menikmati keintiman. Mereka yang gagal membentuk hubungan yang intim dengan orang lain bisa
merasa terisolasi dan sendirian.
Dalam tahap psikososial berikutnya, tantangan yang dihadapi bergeser menjadi rasa berguna dan
bertumbuh. Seseorang membutuhkan tujuan dan berkontribusi yang melampaui individualitasnya.
Membesarkan keluarga, bekerja, dan berkontribusi pada komunitas adalah contoh cara seseorang
mengembangkan rasa memiliki tujuan. Mereka yang gagal menemukan cara untuk berkontribusi
mungkin merasa terputus dan tidak berguna.
- Tahap Kematangan (Integrity vs. Despair)
Tahap psikososial terakhir dimulai sekitar usia 65 tahun.
Selama periode waktu ini, individu melihat kembali hidupnya. Pertanyaan utama selama tahap ini
adalah, “Apakah saya menjalani kehidupan yang bermakna?”
Mereka yang merasa hidupnya bermakna akan merasakan kedamaian, kebijaksanaan, dan kepuasan,
bahkan ketika menghadapi kematian.
Sebaliknya, seseorang yang merasa gagal dan tidak menjalani hidup dengan baik, mereka akan
merasakan kepahitan, penyesalan, bahkan perasaan putus asa.
Bronfenbrenner membagi beberapa aspek teori ekologi dalam psikologi perkembangan yang
dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu:
- Mikrosistem
Lingkungan mikrosistem adalah lingkungan yang paling kecil dan langsung dihadapi anak, yaitu
lingkungan dimana ia hidup dan bertemu dengan orang – orang yang berinteraksi secara
langsung. Mikrosistem mencakup rumah, sekolah atau penitipan anak, kelompok teman sebaya
atau lingkungan komunitas dari sang anak. Interaksi didalam mikrosistem biasanya melibatkan
keterlibatan pribadi dengan keluarga, teman sekelas, guru, pengasuh yang memberi pengaruh
kepada anak.
- Mesosistem
Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda dimana seorang anak
berada. Pada intinya mesosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan
melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara
keluarga dan sekolah dalam psikologi perkembangan. Bermain dengan teman sebaya
dengan relasi yang baik dapat mengurangi tekanan pada anak, meningkatkan
perkembangan secara kognitif, dan lain sebagainya. Contoh lain, ketika seorang anak
diabaikan orang tuanya, ia mungkin akan mengalami kemungkinan kecil untuk
mengembangkan perilaku yang positif terhadap gurunya, merasa canggung dengan teman
sekelasnya dan menarik diri dari pergaulan.
- Eksosistem
Eksosistem berkaitan dengan hubungan yang mungkin terjadi antara dua atau lebih
setting lingkungan, salah satunya kemungkinan bukan lingkungan yang melibatkan
seorang anak namun tetap mempengaruhinya walau bagaimanapun. Orang lain atau
tempat lain yang tidak berinteraksi secara langsung dengan anak namun tetap dapat
mempunyai pengaruh kepada anak meliputi eksosistem tersebut.
- Makrosistem
Lingkungan yang paling besar dan jauh dari orang – orang dan tempat yang masih dapat
memberikan pengaruh signifikan pada anak adalah makrosistem. Lingkungan ini tersusun
akan pola budaya dan nilai – nilai sang anak, khususnya keyakinan dan ide dominan anak
sebagaimana sistem politik dan ekonomi. Konteks budaya akan melibarkan status sosial
dan ekonomi dari seseorang atau keluarganya, etnis atau ras.
- Chronosistem
Chronosistem memberikan kegunaan dari dimensi waktu yang mempertunjukkan
pengaruh akan perubahan dan kontinuitas dalam lingkungan seorang anak. Chronosistem
bisa berupa perubahan, transisi dan tingkatan dalam struktur keluarga, alamat, status
pekerjaan orang tua, perubahan sosial dalam masyarakat seperti ekonomi dan perang.
Mungkin juga melibatkan konteks sosial budaya yang dapat mempengaruhi seseorang.
4) - Menurut teori perkembangan kognitif Jean Piaget, semua manusia mengalami interaksi
antara perkembangan internal dan pengalaman dengan dunia sekitar, yang menciptakan
perubahan dalam kehidupan. Ini terjadi dalam dua cara, pertama melalui penambahan
informasi baru ke ide-ide yang ada yang dikenal sebagai asimilasi dan modifikasi skema
kognitif (pintasan mental) untuk menghubungkan informasi baru yang dikenal sebagai
akomodasi. Menurut Piaget, semua anak melewati empat tahap perkembangan kognitif.
Mereka,
-Tahapsensorimotor
-Tahappraoperasi
-Tahapoperasionalkonkret
- Tahap operasional formal
Vygotsky menganggap bahasa sebagai bagian penting dalam teorinya karena ia memahami
bahwa bahasa memiliki peran khusus dalam perkembangan kognitif. Secara khusus ia berbicara
tentang konsep self-talk. Sementara Piaget percaya ini egosentris, Vygotsky melihat self-talk
sebagai alat pengarahan yang membantu pemikiran dan memandu tindakan individu. Akhirnya,
ia berbicara tentang zona perkembangan proksimal. Sementara Piaget dan Vygotsky setuju
bahwa ada batasan untuk perkembangan kognitif anak-anak, Vygotsky tidak membatasi anak
pada tahap perkembangan. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa dengan memberikan bantuan yang
diperlukan anak dapat mencapai tugas-tugas yang menantang dalam zona perkembangan
proksimal.
- Perbedaan lain antara kedua teori tersebut berasal dari perhatian yang diberikan pada
faktor sosial. Piaget percaya bahwa belajar lebih merupakan eksplorasi independen
sedangkan Vygotsky melihatnya lebih sebagai upaya kooperatif terutama melalui zona
perkembangan proksimal ketika seorang anak dibantu untuk mengembangkan
kemampuannya.
menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini
disimpan.
Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian diteruskan
untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak semua
informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam penyimpanan di
memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong adanya
latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi yang
disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya tersedia tetapi
juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan tersedia tetapi
tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor
yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar,
yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar
dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :[9]
1. Antara stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.