MODUL PERKULIAHAN
Kesehatan
Mental
Dinamika Perkembangan
Manusia
Abstract Kompetensi
Dinamika yang dihadapi oleh manusia Mahasiswa mampu menjelaskan
untuk mengembangkan dirinya di dunia tentang dinamika yang dihadapi oleh
yang terus berubah manusia untuk mengembangkan dirinya
di dunia yang terus berubah
Perkembangan Anak
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
01
Psikologi Psikologi P611700012 Nurul Adiningtyas,
S.Psi, M.Psi, Psikolog
Perkembangan anak hingga remaja menunjukkan perubahan yang sangat besar,
baik dari cara berpikir, merasakan emosi, serta berperilaku. Hal-hal yang tadinya biasa
dilakukan pada masa kanak-kanak sering kali berubah total ketika seseorang memasuki
masa remaja.
Paradigma yang digunakan oleh para ahli untuk memandang masa kanak-kanak pun
berubah. Dulu, anak-anak dianggap sebagai miniatur orang dewasa sehingga dianggap
memiliki pola pikir, perasaan dan perilaku yang sama dengan orang dewasa. Sekarang,
anak-anak dan orang dewasa dipandang memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari sisi
psikologis maupun fisiologis. Masa kanak-kanak merupakan sebuah pondasi yang akan
membentuk anak menjadi individu dewasa yang sehat. Interaksi antara orang tua dan anak
menjadi dasar bagi anak untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya saat sekolah,
menumbuhkan rasa kepercayaan diri saat remaja hingga bagaimana pola interaksi mereka
dengan pasangan saat dewasa, termasuk dengan anak-anak mereka. Tentu saja, pola asuh
yang akan mereka terapkan pada anak-anak mereka sangat dipengaruhi oleh pola asuh
yang mereka terima saat masa kanak-kanak (Kirsh, Duffy & Atwater, 2014)
Banyak teori yang diajukan oleh para ahli tentang masa perkembangan anak. Beberapa
diantaranya adalah:
Pendekatan biologis
Pendekatan ekologis
Perspektif psikodinamika
Perspektif teori social learning
Pendekatan Biologis
Microsystem: setting situasi anak saat ini, seperti rumah, sekolah, atau lingkungan
lain tempat anak berada saat itu
Mesosystem: keterkaitan antara beberapa microsystem yang dimiliki oleh anak
Exosystem: anak dan remaja terpengaruh oleh setting sosial yang tidak ada
hubungannya dengan mereka, seperti guru sedang mengalami masalah di rumah
sehingga mempengaruhi emosinya saat mengajar anak di sekolah. Situasi rumah
sang guru adalah hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan anak dan
remaja tetapi memiliki pengaruh terhadap mereka.
Macrosystem: lingkup yang lebih besar tempat anak berada beserta segala nilai,
norma, tujuan, kebiasaan, dan perilaku yang menjadi karakteristik dari komunitas
anak. Yang termasuk ke dalam macrosystem adalah suku, ras, agama, negara, dsb
Pendekatan Psikodinamika
Seperti yang kita tahu, Sigmund Freud adalah pionir dari pendekatan psikodinamika.
Akan tetapi, pandangannya yang sangat subyektif dan terlalu menitikberatkan pada aspek
seksualitas tidak dapat diterapkan secara umum di dunia nyata. Selain itu, Freud hanya
memaparkan fase awal perkembangan dan tidak dapat menjelaskan secara komprehensif
apa yang terjadi pada transisi masa kanak-kanak menuju remaja, serta pasca masa remaja,
Berbeda dengan Freud, Erikson memiliki pandangan yang lebih luas serta
memasukkan peran interaksi individu dengan lingkungannya ke dalam fase perkembangan
yang diteorikannya. Erikson percaya bahwa individu harus mengatasi krisis yang dihadapi
pada tiap masa perkembangan dan keberhasilan atau kegagalan dan mengatasi krisis
tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi tahapan perkembangan selanjutnya. Oleh
sebab itu, perkembangan kepribadian bersifat kumulatif dari pengalaman sebelumnya dan
juga berkesinambungan. (Feist & Feist, 2008)
Sebagian besar yang diiketahui dan dipelajari, terutama pada masa kanak-kanak,
terjadi dalam konteks sosial. Anak-anak belajar dengan cara mengamati perilaku orang lain
serta konsekuensi, baik positif maupun negative, yang menyertainya. Proses belajar melalui
pengamatan ini bergantung pada 4 hal:
Atensi
Retensi
Motivasi
Reproduksi
Keempat hal ini berpengaruh dalam proses modelling dengan cara, seseorang perlu
memperhatikan lingkungan sekitarnya untuk bisa menangkap perilaku, lalu perilaku tersebut
disimpan dalam benaknya. Setelah itu, seseorang harus termotivasi untuk mengulangi
perilaku tersebut dan benar-benar akan melakukan perilaku tersebut di masa yang akan
datang.
Selain keempat komponen tadi, sebuah perilaku akan lebih cenderung diulang jika
terdapat penguatan secara langsung terhadap perbuatan tersebut. Vicarious learning, atau
pengamatan terhadap konsekuensi terhadap perilaku yang diamati juga menjadi
pertimbangan apakah sebuah perilaku akan diikuti atau tidak. Contohnya, seorang anak
yang memperhatikan seseorang melakukan kekerasan dan mendapatkan rasa hormat dari
teman-temannya akan cenderung meniru perilaku tersebut (vicarious learning). Begitu juga
dengan anak yang melakukan perbuatan baik dan mendapatkan hadiah berupa pujian atau
barang, maka perbuatan baik tersebut akan dipertahankan.
Lingkungan dan situasi yang sesuai dengan persepsi anak terhadap suatu perilaku
juga berpengaruh pada pengulangan perilaku tersebut. Misalnya, perilaku agresif akan lebih
Dari berbagai pendekatan di atas, kita mengetahui bahwa ada banyak hal yang
mempengaruhi perkembangan anak. Dari pendekatan Erikson, kita memahami bahwa ada
krisis internal yang terkait interaksi dengan lingkungan yang harus diselesaikan oleh anak.
Selain itu, kita juga mengetahui bahwa Bronfenbrenner berpendapat bahwa lingkungan itu
sendiri bisa mempengaruhi anak mulai dari lingkungan terkecil, lingkungan yang idak ada
hubungan secara langsung dengan anak maupun tuntutan masyarakat. Dari sana kita bisa
menarik kesimpulan bahwa setiap orang memiliki tantangannya masing-masing dan
keberhasilan mereka dalam menghadapi tantangan-tantangan ini sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor yang ada pada diri mereka, seperti factor genetic, factor lingkungan serta
interaksi antara diri kita dengan lingkungan. Kepribadian yang dibentuk dari factor-faktor ini
dipengaruhi oleh reaksi atau pilihan perilaku kita terhadap berbagai stimulus yang ada
dalam diri kita maupun lingkungan. Oleh sebab itu lebih mudah memandang perkembangan
sebagai sebuah kombinasi dibandingkan membedah peran masing-masing factor terhadap
kepribadian.
Temperamen
Temperamen adalah aspek kepribadian yang berkaitan dengan disposisi dan reaksi
emosional serta kecepatan dan intensitasnya; istilah ini sering digunakan untuk merujuk
pada suasana hati atau pola suasana hati seseorang (brittanica.com). Setiap individu
memiliki karakteristik khusus dalam memberikan respon emosional ataupu reaksi perilaku
pada situasi tertentu maupun stressor.
Ada tiga gaya dasar dari temperamen yang telah diidentifikasikan pada masa bayi, yaitu:
Mudah
Sulit
Lambat untuk hangat
Attachment
Menurut Bowlby (Cherry, 2019; Kirsh, Duffy & Atwater, 2014), attachment adalah ikatan
emosional dengan orang lain. Bowlby percaya bahwa ikatan paling awal yang dibentuk oleh
anak-anak dengan pengasuhnya memiliki dampak luar biasa yang berlanjut sepanjang
hidup. Dia menyarankan bahwa attachment juga berfungsi untuk menjaga bayi tetap dekat
dengan ibunya, sehingga meningkatkan peluang anak untuk bertahan hidup.
Peran Ayah dalam Kehidupan Anak. Selama ini, orang akan merujuk kepada ibu ketika
mendiskusikan tentang pengasuhan anak. Akan tetapi penelitian menunjukkan bahwa
Konsep Diri
Konsep diri adalah seperangkat kemampuan, keterampilan dan nilai yang dipercaya oleh
individu menggambarkan dirinya. Akan tetapi, kemampuan untuk mengenali dirinya
dipengaruhi oleh kemampuan membedakan dirinya sebagai individu dengan lingkungannya
(self recognition). Kemampuan mengenali diri ini sudah mulai berkembang sejak anak
berusia di bawah 18 bulan (Kirsh, Duffy & Atwater, 2014)
Sense of self merupakan aspek penting dari fungsi personal dan sosial yang akan
mempengaruhi seseorang dalam mengarahkan dirinya di dunia ini. Keputusan-keputusan
tentang bagaimana lingkungan yang diinginkan oleh seseorang atau nilai yang ingin
dipegang sangat dipengaruhi oleh bagaimana seseorang memandang dirinya. Oleh sebab
itu, orang-orang dengan konsep diri yang baik akan lebih mengerti tentang apa yang ia
inginkan dan bagaimana untuk mencapai apa yang ia inginkan.
Pola Asuh
Pola asuh dipengaruhi oleh 2 dimensi utama (Kirsh, Duffy & Atwater, 2014), yaitu:
Warmth/hostility
Permissiveness/control
Dimensi warmth/hostility merujuk pada bagaimana orang tua berinteraksi dengan anak.
Orang tua yang hangat akan cenderung menunjukkan rasa sayang, peduli, dan responsive
terhadap kebutuhan anak. Sebaliknya, orang tua yang kasar akan sulit menunjukkan sikap
yang hangat dan cenderung merendahkan dan mengkritik anak. Dimensi
permissiveness/control merujuk pada penerapan aturan oleh orang tua. Orang tua yang
permisif biasanya hanya sedikit memiliki aturan dan kalaupun memiliki aturan, tidak
menerapkan secara konsisten serta membiarkan anaknya mengambil keputusan sendiri.n
Orang tua yang memiliki kecenderungan mengontrol menerapkan banyak aturan secara
2021 Nama Mata Kuliah dari Modul
9 Nurul Adiningtyas, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
konsisten dan mengharapkan anak-anak mereka mematuhi aturan-aturan ini. Sering kali
orang tua yang sangat mengontrol juga mengambil keputusan atas hidup anak mereka.
Baumrind (Cho, 2018; Kirsh, Duffy & Atwater, 2014) menurunkan kombinasi dari kedua
dimensi ini menjadi 4 gaya pola asuh:
Authoritarian
Authoritative
Permissive
Uninvolved
Hukuman Fisik. Peneliti menemukan bahwa hukuman fisik memang akan membuat anak
dengan cepat mematuhi orang tua mereka, namun secara jangka panjang, hukuman fisik
dapat menimbulkan masalah perilaku seperti agresivitas, kenakalan, dampai gangguan
mental seperti depresi di kemudian hari. Pemberian negative punishment seperti time-out,
atau mengambil sementara hak istimewa mereka saat mereka melakukan sesuatu yang
tidak seharusnya serta memberikan hadiah atau pujian atas prestasi atau perilaku baik
mereka akan menghasilkan perilaku positif yang akan bertahan dalam jangka waktu yang
relative lebih permanen.
Pengawasan orang tua. Pengawasan orang tua merujuk pada tingkat pengetahuan orang
tua atas keberadaan anak, aktivitas anak sehari-hari maupun teman pergaulan mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan orang tua menyebabkan
meningkatnya gangguan perilaku pada anak. Oleh sebab itu, orang tua diharapkan mampu
untuk memberikan pengawasan pada anak agar dapat dengan segera merespon dan
mengambil tindakan jika terdapat indikasi hal yang negative pada lingkungan anak.
Daftar Pustaka
Cherry, Kendra (2019). What is Attachment Theory? The Importance of Early Emotional
Bonds. https://www.verywellmind.com/what-is-attachment-theory-2795337 (diakses
pada 4 Maret, 2021)
Feist, J & Feist, G.J (2008). Theories of Personality (7th ed). New York: The McGraw-Hill
Kirsh, S.J, Duffy, K.G & Atwater, E (2014). Psychology for Living: Adjustment, Growth, and
Behavior Today (11th ed). Upper Saddle River: Pearson Education