Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

METODE PENELITIAN
KUALITATIF,
OBSERVASI DAN
WAWANCARA

Lima Pendekatan Penelitian Kualitatif:


Narrative, Fenomenologi, Grounded
theory, Etnografi, Studi Kasus

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


W611700022

2
Psikologi Psikologi Arya Sentana Krisnadiharja,
M.Psi.,CH.,CHt
Penelitian Narasi
Penelitian narasi memiliki banyak bentuk, menggunakan ragam praktik-praktik analitis dan

mengakar dalam masyarakat yang berbeda dan disiplin ilmu kemanusiaan (Datute dan Lightfoot,

2004). Narasi mungkin sebuah istilah yang diperuntukkan untuk semua teks atau wacana, atau ia

mungkin berupa teks dalam konteks sebuah mode penyelidikan dalam penelitian kualitatif (Chase,

2005), dengan fokus khusus pada sejarah yang diceritakan oleh individu (Polkinghorne, 1995).

Seperti saran Pinnegar dan Daynes (2006), narasi dapat berbentuk dua hal, yaitu metode dan

fenomena studi. Seperti halnya metode, ia mulai dengan pengalaman-pengalaman yang

terekspresikan dalam hidup dan pengisahan sejarah individu. Para penulis telah menyediakan pola-

pola untuk menganalisa dan memahami kehidupan dan pengisahan. Penulis akan

mendefinisikannya di sini sebagai jenis disain kualitatif yang mana narasi difahami sebagai

pembicaraan atau teks tulisan yang memberikan sekumpulan peristiwa/tindakan atau rangkaian

peristiwa/ tindakan, yang secara kronologis memiliki keterhubungan (Czarniawska,2004, hlm.17).

Prosedur untuk penerapan penelitian ini terdiri dari pemokusan pada studi terhadap satu atau dua

individu, pengumpulan data melalui pengumpulan kisah-kisah mereka, pelaporan pengalaman-

pengalaman individual dan penataan secara kronologis (atau menggunakan tahapan wacana

kehidupan) makna-makna pengalaman tersebut.

Meskipun penelitian narasi aslinya berasal dari kajian literatur, sejarah, antropologi, sosiologi,

sosiolinguistik, dan pendidikan, sejumlah disiplin studi tertentu telah menggunakan pendekatan

tersebut (kelompok penelitian narasi) tersebut (Chase,2005). Penulis menemukan gejala ini dalam

sebuah karya para posmodern yang berorientasi keorganisasian di dalam karya Czarniawska

(2004); juga dalam tulisan perspektif pengembangan kemanusiaan dalam karya Daiute dan

Lightfoot (2004); Pendekatan psikologi di Lieblich karya Tuval-Mashiach dan Zilber (1998);

pendekatan sosiologis dalam Cortazzi (1993), Riessman (1993); dan kuantitatif (misalnya, sejarah

statistik dalam pemodelan sejarah peristiwa) dan pendekatan kualitatif dalam karya Elliot (2005).

Sumbangan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pada penelitian narasi juga telah didukung oleh

seri tahunan studi narasi kehidupan yang mulai pada tahun 1993 (lihat misalnya, Josselson dan
Lieblich, 1993), dan jurnal penyelidikan narasi dengan banyaknya jumlah buku yang ditulis akhir-

akhir ini dalam penelitian narasi, hal ini tentunya merupakan sebuah field in making (Chase,2005,

hlm.651). Dalam diskusi tentang prosedur narasi dimana penulis mendasarkan pada sebuah buku

yang mudah diperoleh yang ditulis untuk para pelaku ilmu sosial yang disebut penyelidikan narasi

(Clandinin dan Conelly, 2000) yang bertema Apa yang dilakukan oleh peneliti narasi?

Penelitian Fenomenologi
Pengertian dan Latar Belakang
Ketika sebuah studi narasi melaporkan sebuah kehidupan dari seorang individu tunggal, studi

fenomenologi mendeskripsikan makna bagi sejumlah individu mengenai pengalaman hidup mereka

mengenai sebuah konsep atau sebuah gejala. Para peneliti fenomenologi fokus pada penggambaran

apa yang dimiliki oleh semua partisipan secara umum seperti yang mereka alami mengenai sebuah

gejala (misalnya, kegagalan adalah pengalaman universal). Tujuan utama fenomenologi adalah

untuk mengkhususkan pengalaman individu dengan sebuah gejala untuk sebuah gambaran inti yang

universal (sebuah pemahaman mengenai sangat alaminya sesuatu, Van Manen, 1990, hlm. 177).

Untuk tiba pada batas akhir ini, para peneliti kualitatif mengidentifikasi sebuah gejala (sebuah objek

pengalaman manusia, Van Manen, 1990, hlm. 163). Pengalaman manusia ini mungkin saja gejala

seperti insomnia, tersisihkan, kemarahan, kesedihan, mengalami pembedahan langsung arteri

koroner (Moustakas, 1994). Para penyelidik kemudian mengumpulkan data dari pribadi-pribadi

yang mengalami gejala tersebut dan mengembangkan sebuah deskripsi campuran mengenai inti

pengalaman bagi semua individu. Deskripsi ini terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimana

mereka mengalaminya (Moustakas, 1994).

Di depan semua prosedur ini, fenomenologi memiliki sebuah komponen filosofi yang kokoh

mengenainya. Ia menggambarkan dengan kental dalam sebuah tulisan tentang ahli matematika

berkebangsaan Jerman bernama Edmund Husserl (1859-1938) dan siapa yang ikut memengaruhi

pandangannya, seperti Heidegger, Sartre dan Merleau-Ponty (Spiegelberg, 1982). Fenomenologi

populer di bidang ilmu sosial dan kesehatan, khususnya dalam sosiologi (Borgatta dan Borgatta,

1992; Swingewood, 1991), Psikologi (Giorgi, 1995; Polkinghorne, 1989), keperawatan dan ilmu
kesehatan (Nieswiadomy, 1993; Oiler, 1986), dan pendidikan (Tesch, 1988; Van Mannen, 1990).

Gagasan Husserl adalah abstrak dan seperti pada tahun 1945, Merleau-Ponty (1962) masih

memunculkan pertanyaan seputar, Apa itu fenomenologi?. Faktanya, Husserl telah dikenal

menangani semua proyek baru-baru ini dibawah model fenomenologi (Natanson, 1973).

Penelitian Teori Dasar


Meskipun sebuah fenomenologi menekankan makna sebuah pengalaman bagi sejumlah individu,

maksud dari sebuah studi teori dasar adalah untuk bergerak melampaui deskripsi dan untuk

melakukan jeneralisir atau mengungkap sebuah teori, sebuah analitis abstrak yang

menggambarkan sebuah proses (atau tindakan atau interaksi, Strauss dan Corbin, 1998). Seluruh

partisipan dalam studi semuanya akan mengalami proses, dan pengembangan teori yang mungkin

ikut membantu menjelaskan praktik atau menyediakan sebuah kerangka kerja untuk penelitian

selanjutnya. Gagasan utamanya adalah bahwa pengembangan teori ini tidak datang dengan

sendirinya, tetapi lebih merupakan jeneralisir atau dasar/landasan dalam data dari para partisipan

yang memiliki pengalaman proses (Strauss dan Corbin, 1998). Kemudian, teori dasar adalah sebuah

disain penelitian kualitatif dimana para penyelidik menjeneralisir sebuah penjelasan umum (sebuah

teori) dari sebuah proses, tindakan atau interaksi yang terbentuk oleh pandangan-pandangan

terhadap sejumlah besar partisipan (Strauss dan Corbin, 1998).

Disain kualitatif telah dikembangkan pada tahun 1967 oleh dua peneliti, yaitu Barney Glaser

dan Anselm Strauss, sosok yang merasakan bahwa teori-teori yang digunakan dalam penelitian

seringkali tidak memadai dan kurang sesuai untuk partisipan dalam sebuah studi. Mereka

memperluas gagasan mereka melalui sejumlah buku yang ditulis (Glasser, 1978; Glaser dan

Strauss, 1967; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Hal ini berlawanan dengan orientasi a priori

(berdasar teori daripada kenyataan yang sebenarnya), orientasi teoritis dalam sosiologi, teori dasar

berpegangan bahwa teori harus berlandas pada data yang berasal dari lapangan, khususnya dalam

tindakan-tindakan, hubungan atau proses melalui antarhubungan kelompok-kelompok informasi

berdasarkan data yang dikumpulkan dari para individu.


Walaupun kolaborasi awal antara Strauss dan Glaser yang menghasilkan sejumlah kerja

seperti dalam karya Awareness of Dying (kesadaran akan kematian) (Glaser dan Strauss, 1965) dan

Time for Dying (Glaser dan Strauss, 1968), dua pengarang pada puncaknya tidak sepakat tentang

pemaknaan dan prosedur teori dasar. Glaser telah mengkritik pendekatan Strauss terhadap teori

dasar sebagai terlalu kaku dan terstruktur (Glaser, 1992). Dan lebih baru lagi, karya Charmaz

(2006) yang telah membela para kontruktifis teori dasar, kemudian memperkenalkan perspektif lain

ke dalam pembicaraan tentang prosedur. Melalui penafsiran-penafsiran yang berbeda ini, teori

dasar telah memeroleh popularitas dalam sejumlah bidang seperti sosiologi, keperawatan,

pendidikan dan psikologi, sama baik dengan bidang ilmu sosial lainnya.

Perspektif teori dasar lainnya yaitu yang berasal dari Clarke (2005) yang, sama lamanya dengan

Charmaz, mencari cara untuk menegaskan kembali teori dasar dari pondasi positifismenya (hlm.

xxiii). Clarke bagaimanapun juga melangkah lebih jauh dibanding Charmaz yang menyarankan

bahwa situasi sosial harus berasal dari unit analisis kita dalam teori dasar dan bahwa tiga mode

sosiologi dapat bermanfaat dalam penganalisaan situasi ini, dunia/arena sosial, dan peta kartograpi

posisional untuk pengumpulan dan penganalisaan data kualitatif. Ia lebih jauh memperluas teori

dasar dalam after the postmodern turn (setelah giliran posmodern) (hlm. xxiv) dan berdasarkan

perspektif posmodern (misalnya, lingkungan politis peneliti dan para penafsir, merefleksikan sisi

tertentu peneliti, memahami permasalahan penyajian ulang informasi, pertanyaan legitimasi dan

otoritas dan memosisikan kembali para peneliti jauh dari kesan Mengetahui semua analis kepada

posisi mengakui posisi partisipan) (hlm, xxvii, xxviii). Clarke dengan sering mengarahkan pada

penulis posmodern dan posstruktural yaitu Michael Foucalt (1972) untuk membantu mengarahkan

wacana teori dasar.

Penelitian Etnografi
Definisi dan Latar Belakang
Meski para peneliti teori dasar membangun sebuah teori dari pengujian banyak individu yang

berbagi dalam proses tindakan atau interaksi yang sama, studi partisipasi sepertinya tidak dapat

ditempatkan pada tempat yang sama atau berinteraksi dengan begitu sering sebagai landasan yang
mereka bangun, berbagi pola perilaku, keyakinan dan bahasa. Seorang etnograper tertarik dalam

pemeriksaan pola berbagi ini dan sebuah unit analisis yang lebih besar dari 20 para individu yang

dilibatkan dalam sebuah studi teori dasar. Etnografi berfokus pada sebuah kelompok budaya

sepenuhnya, diakui meski terkadang kelompok budaya ini mungkin sebuah komunitas (sejumlah

guru, secuil pekerja sosial) tetapi secara khusus adalah luas dan melibatkan banyak orang yang

saling berinteraksi sepanjang waktu (guru dalam sebuah sekolah secara keseluruhan, atau sebuah

komunitas kelompok kerja sosial). Etnografi merupakan sebuah disain kualitatif dimana para

peneliti menggambarkan dan menafsirkan pola-pola berbagi dan mempelajari bentuk nilai-nilai,

perilaku, keyakinan dan bahasa darii sebuah kelompok budaya berbagi (Harris, 1968). Sebagai dua

bentuk dari proses dan hasil penelitian (Agar, 1980), etnografi merupakan sebuah cara mempelajari

sebuah kelompok budaya berbagi juga pada akhirnya yang akan menulis produk dari penelitian

tersebut. Sebagai proses, egtnografi melibatkan pengamatan mendalam terhadap kelompok, paling

sering melalui pengamatan partisipan, dimana para peneliti membenamkan diri dari waktu ke waktu

tinggal bersama masyarakat, mengamati dan mewawancarai kelompok partisipan. Para pelaku

etnografi mempelajari makna perilaku, bahasa dan interaksi di antara anggota kelompok budaya

berbagi.

Etnografi dimulai dalam studi perbandingan antropologi budaya yang dilakukan pada awal

abad 20 seperti Boas, Malinowski, Radcliffe-Brown dan Mead. Walaupun para peneliti ini pada

awalnya mengambil disiplin ilmu alam sebagai model untuk penelitian, mereka membedakan dari

penggunaan pendekatan saintifik tradisional melalui pengumpulan (data) dari tangan pertama

(pelaku langsung) yang tertuju pada budaya primitif yang ada (Atkinson dan Hammersley, 1994).

Pada tahun 1920 an dan 1930 an, ahli sosiologi seperti Park, Dewey dan Mead di Universitas

Chicago mengadaptasi metodologi di bidang antropologi terhadap studi kelompok budaya di

Amerika Serikat (Bogdan dan Biklen, 1992). Belakangan ini, pendekatan saintifik terhadap

etnografi telah meluas meliputi mazhab atau subtipe etnografi dengan tujuan dan orientasi teoritis

yang berbeda, seperti fungsionalisme struktural, interaksionalisme simbolis, antropologi kognitif

dan budaya, feminisme, Marsisme, etnometodologi, teori kritis, studi budaya dan posmodernisme
(Atkinson dan Hammersley, 1994). Hal ini telah mengarahkan pada pengurangan sifat ortodok

dalam etnografi dan memiliki hasil dalam pendekatan pluralistik. Banyak buku-buku istimewa yang

tersedia terkait etnografi, termasuk karya Van Mannen (1988) ‘Ragam Wajah Etnografi; Wolcott

(1999) dalam karya Cara Memahami Etnografi; LeCompte dan Schensul (1999) dalam Prosedur

Etnografi yang disajikan dalam bentuk buku ringkasan; Atkinson, Coffey dan Dealmont (2003)

dalam Praktik Etnografi; dan Madison (2005) dalan Etnografi Kritis.

Penelitian Studi Kasus


Definisi dan Latar Belakang
Keseluruhan kelompok budaya berbagi dalam etnografi mungkin dapat dipertimbangkan sebagai

sebuah kasus, tetapi yang dimaksudkan etnografi adalah untuk menentukan bagaimana sebuah

budaya, dibanding memahami sebuah permasalahan atau persoalan menggunakan kasus tertentu

sebagai sebuah gambaran khusus. Kemudian, penelitian studi kasus mencakup studi mengenai

sebuah persoalan yang diselidiki melalui satu atau lebih kasus dalam sebuah sistem yang berbatas

(misalnya, sebuah latar, sebuah konteks). Meskipun Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian

studi kasus bukanlah sebuah metodologi akan tetapi sebuah pilihan mengenai apa yang sedang

distudi (misalnya, sebuah kasus dalam sebuah sistem yang berbatas), sementara pakar teori lain

menyajikan studi kasus sebagai sebuah strategi penyelidikan, sebuah metodologi atau sebuah

strategi penelitian yang komprehensif (Denzin dan Lincoln, 2005, Merriam, 1998, Yin, 2003).

Penulis lebih memilih melihat studi kasus sebagai sebuah metodologi, sebuah jenis rancangan

dalam penelitian kualitatif, atau sebuah objek studi, sama seperti sebuah hasil penyelidikan.

Penelitian studi kasus merupakan pendekatan kualitatif yang mana para peneliti memeriksa sebuah

sistem yang berbatas (sebuah kasus) atau sistem ganda berbatas (banyak kasus) secara rinci, dalam

pengumpulan data yang mendalam meliputi sumber informasi ganda (misalnya, pengamatan,

wawancara, materi audiovisual, dokumen dan laporan) dan melaporkan sebuah deskripsi kasus dan

sebuah kasus berbasis tema, sebagai contoh, sejumlah program-program (sebuah studi multi situs/

lapangan) atau sebuah program tunggal (studi di lapangan) mungkin dapat dipilih sebagai studi.
Pendekatan studi kasus telah akrab bagi para ilmuan sosial karena kepopularitasannya di bidang

psikologi (Freud), kesehatan (analisis kasus sebuah masalah), hukum, dan ilmu-ilmu politik

(laporan kasus). Penelitian studi kasus memiliki sejarah panjang dan khusus ke sejunlah disiplin

ilmu. Hamel, Dufour dan Fortin (1993) melacak asal muasal studi kasus ilmu-ilmu sosial modern

melalui sosiologi dan antropologi. Mereka mengutip karya antropologi milik Malinowski tentang

Pulau-pulau Trobriand, karya sosiologis pengarang Perancis tentang studi keluarga, studi kasus

Departemen Sosiologi Universitas Chicago dari tahun 1920 an dan 1930 an dan tahun 1950 an

(misalnya, Thomas dan Znanieck, 1958 studi mengenai Petani Sopan di Amerika dan Eopa) sebagai

pengantar penelitian studi kasus. Saat ini, penulis studi kasus memiliki sebuah aturan teks dan

pendekatan luas yang dapat dipilih. Yin (2003), sebagai contoh kedua penelitian baik pendekatan

kuantitatif maupun kualitatif pengembangan studi kasus dan membicarakan eksplanatori,

eksploratori dan studi kasus kualitatif deskriptif. Merriam (1998) mendukung pendekatan umum

terhadap studi kasus kualitatif dalam bidang pendidikan. Stake (1995) secara sistematis menyusun

sejumlah prosedur untuk penelitian studi kasus dan mengutipnya secara ekstensif dalam contoh

karyanya Harper School. Buku karya Stake yang terakhir ini menyajikan sebuah analisis studi

kasus ganda sebuah pendekatan langkah demi langkah dan menyediakan gambaran yang memadai

tentang studi kasus ganda di Ukraina, Slovakia, dan Rumania (Stake, 2006).
Tabel 4.1 Perbandingan Karakteristik Kelima Pendekatan Kualitatif
Karakteristik Narasi Fenomenologi Teori Dasar Etnografi Studi Kasus
Fokus Menyelidiki Memahami inti Mengembangkan Menggambarkan dan Mengembangkan
kehidupan pengalaman sebuah teori dasar menafsirkan sebuah sebuah gambaran dan
seorang individu dalam data yang kelompok budaya analisis mendalam
berasal dari lapangan berbagi sebuah kasus tunggal
penelitian atau kasus ganda
Jenis Keperluan untuk Keperluan untuk Mendasarkan sebuah Menggambarkan dan Menyediakan sebuah
Permasalahan mencerikan menggambarkan teori dalam sudut menafsirkan pola pemahaman
yang paling sesuai pengalaman inti sebuah pandang partisipan berbagi budaya sebuah mendalam mengenai
untuk disain individu fenomena kelompok sebuah atau banyak
kehidupan kasus
Latar belakang Penggambaran Penggambaran dari Penggambaran dari Penggambaran dari Penggambaran dari
disiplin ilmu dari ilmu ilmu psikologi dan ilmu sosiologi ilmu sosiologi ilmu psikologi,
kemanusiaan pendidikan hukum, ilmu politik
meliputi dan kesehatan
antropologi,
leteratur, sejarah,
psikologi, dan
sosiologi
Unit Analisis Mempelajari satu Mempelajari Mempelajari proses, Mempelajari sebuah
Mempelajari sebuah
atau lebih beberapa individu tindakan atau interaksi kelompok yang peristiwa, sebuah
individu yang berbagi yang meliputi banyak berbagi budaya yang
program, sebuah
sebuah pengalaman individu sama aktivitas dan
melibatkan banyak
individu
Bentuk Mengutamakan Mengutamakan Mengutamakan Mengutamakan Menggunakan banyak
pengumpulan data penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan sumber, seperti
wawancara dan wawancara dengan wawancara dengan 20- pengamatan dan wawancara,
dokumen individu meskipun 60 individu wawancara, tetapi pengamatan,
dokumen, mungkin pengumpulan dokumen dan alat
observasi, dan seni sumber data lain perlengkapan sehari-
mungkin pula dapat selama waktu hari
dipertimbangkan perpanjangan di
lapangan penelitian
Strategi analisa Menganalisa data Menganalisa data Menganalisa data Menganalisa data Menganalisa data
data untuk sejarah, untuk pernyataan melalui pengkodean melalui deskripsi melalui deskripsi
pengisahan penting, pemaknaan terbuka, pengkodean kelompok budaya kasus dan tema kasus
kembali unit, tekstural dan poros, dan pengkodean berbagi, tema-tema sama seperti tema-
kisah/sejarah, deskripsi struktural, seleksi tentang kelompok. tema lintas kasus
pengembangan deskripsi tentang
tema, sering sebuah esensi
menggunakan
sebuah rentetan
kronologi
Penulisan laporan Mengembangkan Mendeskripsikan isiPenerapan sebuah teori Mendeskripsikan Mengembangkan
sebuah nrasi pengalaman yang digambarkan bagaimana sebuah sebuah analisa rinci
tentang kisah dalam sebuah bingkai aktivitas kelompok mengenai sebuah atau
kehidupan budaya berbagi lebih banyak kasus
seseorang
Tabel 4.2 Struktur Pelaporan Masing-Masing Pendekatan
Pendekatan Narasi Fenomenologi Teori Dasar Etnografi Studi Kasus
pelaporan
Struktur umum Pendahuluan Pendahuluan (masalah, Pendahuluan (masalah, Pendahuluan (masalah, Memasukkan
studi (masalah, pertanyaan) pertanyaan) pertanyaan) peredupan
pertanyaan) Pendahuluan
(masalah, pertanyaan,
studi kasus,
pengumpulan data,
prosedur penelitian prosedur Prosedur penelitian Prosedur penelitian hasil analisis)
(sebuah narasi, penelitian(sebuah (teori dasar, (etnografi,
pentingnya asumsi fenomenologi pengumpulan data, pengumpulan data,
individu, dan filosofis, hasil analisis) hasil analisis)
pengumpulan data, pengumpulan data dan
hasil analisis) analisis)
Pelaporan Pernyataan-pernyataan Pengkodean terbuka Deskripsi budaya Deskripsi
kisah/sejarah penting kasus/kasus-kasus
dan isinya
Para individu Makna pernyataan- Pengkodean poros Analisis tema budaya Pengembangan
menteorisasikan pernyataan permasalahan
tentang kehidupan
mereka
Mengenali Tema-tema pemaknaan Pengkodean selektif, Penafsiran, Rincian tentang
segmentasi narasi model dan proposisi pengalaman masalah terpilih
teoritis pembelajaran, Pernyataan yang
Bentuk-bentuk Deskripsi yang Diskusi mengenai teori pertanyaan yang tegas
pengenalan makna mendalam mengenai dan mempertentangkan timbul
(peristiwa, proses, fenomena dengan literatur yang
epipanis, tema) sudah ada
Ringkasan Penutupan
/penyorotan
Diadaptasi dari Diadaptasi dari karya Diadaptasi dari karya Diadaptasi dari karya Diadaptasi dari karya
karya Denzin, Moustakas, 1994 Strauss dan Corbin, Wolcott Stake, 1995)
1989a, 1989b 1990
Daftar Pustaka
1. Creswell, W.J.(2009).Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches.California : Sage
Publications, Inc.
2. Rahayu, I.T., Tristiadi.(2004).Observasi dan Wawancara.Jakarta : Bayumedia Publishing
3. Authors.(2012).Handbook of Research Methods In Psychology. APA
4. Kerlinger, F. N.,Lef, H. B.(2000).Foundation of Behavioral Research (4th Ed.).USA : Wodsworth
Thomson Learning

Anda mungkin juga menyukai