Anda di halaman 1dari 31

Bab 14: Teori Kepribadian

Bagian 1 Teori Kepribadian Psikodinamika


Bagian 2 Penelitian Modern Mengenai
Kepribadian
Bagian 3 Pengaruh Genetika terhadap
Kepribadian
Bagian 4 Pengaruh Lingkungan terhadap
Kepribadian
Bagian 5 Pengaruh Budaya terhadap
Kepribadian
Bagian 7 Pengalaman Batin
Bagian 8 Psikologi dalam Hidup Anda
Di dalam psikologi, kepribadian (personality) mengacu pada pola
perilaku, tingkah laku, pikiran, motif, dan emosi unik yang menjadi ciri
individu dari waktu ke waktu dan pada situasi yang berbeda.

Trait adalah kebiasaan berperilaku, berpikir, dan merasakan: pemalu,


ceria, ramah, memusuhi, suram, dan sebagainya.
Teori Kepribadian Psikodinamika

Psikoanalisis Teori psikodinamika


Merupakan salah satu teori Merupakan teori-teori yang
kepribadian dan metode psikoterapi menjelaskan perilaku dan kepribadian
yang dikembangkan oleh Sigmund dalam hal dinamika energi tidak sadar
Freud; menekankan motivasi dan yang ada di dalam diri individu.
konflik tidak sadar.
Freud dan Psikoanalisis

Struktur Kepribadian
Menurut teori Freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan superego.

Id, yang telah ada sejak manusia dilahirkan, merupakan sumber energi
psikologis yang tidak disadari dan motivasi untuk menghindari rasa sakit serta
mendapatkan kesenangan. Id memiliki dua insting yang saling bersaing: insting
untuk hidup atau insting seksual (yang digerakkan oleh energi psikis yang
disebut libido) dan insting kematian atau agresivitas.

Ego adalah penengah di antara kebutuhan insting dan tuntutan sosial yang ada
di masyarakat.

Superego, yang merupakan sistem kepribadian terakhir yang muncul, adalah


bentuk suara hati nurani yang mewakili moralitas dan otoritas orang tua.
Mekanisme pertahanan diri adalah metode yang digunakan oleh ego untuk
mencegah kecemasan atau pikiran-pikiran mengancam yang tidak disadari
memasuki kesadaran.

Berikut adalah lima mekanisme pertahanan diri utama yang diidentifikasi oleh
Freud dan psikoanalis lainnya (A. Freud, 1967; Vailant, 1992):

Represi (repression) terjadi ketika ide, memori, atau emosi

1 yang mengancam ditahan agar tidak keluar ke tataran


kesadaran.

Proyeksi (projection) terjadi saat perasaan-perasaan yang tidak


2 dapat diterima atau mengancam di dalam diri seseorang
direpresi dan kemudian dialihkan kepada orang lain.

Pengalihan (displacement) terjadi saat seseorang mengarahkan


emosiemosi yang membuat mereka tidak nyaman atau berkonflik
3 (umumnya kemarahan dan hasrat) terhadap seseorang, hewan, atau
objek yang bukan merupakan sasaran emosi mereka yang
sesungguhnya.
4 Regresi (regression) terjadi ketika seseorang mundur ke fase
perkembangan psikologis sebelumnya.

Penyangkalan (denial) terjadi ketika seseorang menolak mengakui


telah terjadi sesuatu yang tidak nyaman, seperti perlakuan buruk

5 yang dilakukan pasangan; bahwa mereka memiliki masalah, seperti


minum alkohol secara berlebihan; atau bahwa mereka merasakan
emosi yang terlarang, seperti kemarahan.
Perkembangan Kepribadian
Thapan-tahapan psikoseksual pada teori Freud merupakan gagasan bahwa
energi seksual memiliki bentuk lain ketika anak tumbuh dewasa; tahap-tahap
psikoseksual adalah tahap oral, anal, phallic (Oedipal), latency, dan genital.

1 Tahap oral, yang terjadi pada tahun pertama kehidupan


manusia, yaitu saat bayi mengenal dunianya melalui mulut.

Tahap phallic (Oedipal), yang berlangsung kira-kira dari usia 3


sampai 5 (atau 6) tahun. Menurut Freud, selama tahap ini, anak
memiliki keinginan tidak sadar untuk memiliki orang tua yang

2 berbeda jenis kelamin dan menyingkirkan orang tua dengan


jenis kelamin yang sama.
• Oedipus complex pada psikoanalisis, sebuah konflik yang terjadi
pada tahap phallic (Oedipal), di mana timbul hasrat anak terhadap
orang tua yang berlainan jenis kelamin dan memandang orang tua
dengan jenis kelamin yang sama sebagai musuhnya.

Tahap latency yang nonseksual dan bersiap masuk ke tahap genital,


3 yang dimulai saat pubertas dan merupakan awal dari seksualitas
dewasa.
Pendekatan Psikodinamika Lainnya

Aliran Relasi-Objek
Sebuah pendekatan psikodinamika yang menekankan pentingnya dua tahun
pertama kehidupan bayi dan pembentukan hubungan dengan bayi, terutama
dengan ibunya.
• Pemilihan kata objek alih-alih kata yang lebih ramah seperti manusia atau
orang tua dalam aliran relasi-objek dikarenakan kelekatan bayi tidak hanya
muncul terhadap manusia (biasanya ibu), tetapi juga kepada persepsi bayi
mengenai ibu yang terus berubah.
Mengevaluasi Teori Psikodinamika

Ilmuwan psikologi telah menunjukkan


bahwa teori-teori psikodinamika
bertanggung jawab atas tiga kegagalan
ilmiah:
1. Melanggar principle of falsifiability
2. Membentuk prinsip-prinsip
universal berdasarkan pengalaman
menangani segelintir pasien yang
tidak lazim
3. Mendasarkan perkembangan teori
kepribadian pada peristiwaperistiwa
masa lalu orang dewasa. Mereka
bekerja secara terbalik, menciptakan
teori berdasarkan tema ingatan orang
dewasa mengenai masa kecil mereka.
Penelitian Modern Mengenai Kepribadian
Para filsuf Yunani kuno berpikir bahwa kepribadian manusia dapat dibedakan
menjadi empat kategori dasar yang ditentukan oleh campuran cairan tubuh.

Tes Kepribadian Populer

Myers–Briggs Type Indicator, sangatlah populer di bidang bisnis, seminar


motivasi, dan layanan biro jodoh; kira-kira 2,5 juta orang Amerika mengikuti tes
ini setiap tahunnya (Gladwell, 2004).
• Tes ini menggolongkan individu ke dalam satu dari 16 tipe kepribadian yang
berbeda, tergantung kepada gabungan berbagai kecenderungan individu
tersebut, yaitu ekstrover atau introver, logis atau intuitif.

Tes objektif (inventori) (objective tests [inventories]) merupakan kuesioner


terstandardisasi yang membutuhkan respons tertulis, biasanya berupa pilihan ganda
atau pilihan benar-salah.
• Tes ini menyediakan informasi terkait berbagai aspek kepribadian, termasuk nilai,
minat, harga diri, masalah emosional, dan cara seseorang merespons situasi
tertentu.
Trait Inti dalam Kepribadian

Menurut Gordon Allport, sebagian besar dari kita memiliki lima sampai sepuluh
trait utama (central traits) yang merefleksikan karakteristik kita dalam
berperilaku, berhubungan dengan orang lain, dan bereaksi di sebuah situasi baru.

Sebaliknya, trait sekunder (secondary traits) merupakan aspek kepribadian


yang lebih mungkin berubah, seperti selera musik, kebiasaan, opini, dan lain-
lain.
Saat ini, ratusan penelitian analisis faktor mendukung keberadaan sebuah
kelompok trait yang berisi lima “faktor kuat” utama kepribadian yang secara
luas dikenal sebagai Big Five:

Ekstrover versus introver menggambarkan apakah seseorang mudah


bergaul atau pemalu.

Neurosis (negatif secara emosional) versus emosi yang stabil


menggambarkan tingkat kecemasan seseorang, ketidakmampuan untuk
mengendalikan dorongan, dan kecenderungan untuk merasakan emosi negatif,
seperti kemarahan, rasa bersalah, kebencian, dan penolakan.

Keramahan versus permusuhan menggambarkan apakah seseorang bersifat


santai atau mudah tersinggung, kooperatif atau membangkang, merasa aman
atau curiga dan cemburu.
Penuh pertimbangan versus impulsif menggambarkan apakah seseorang
bertanggung jawab atau tidak dapat diandalkan, gigih atau mudah menyerah,
tegas atau tidak dapat menentukan pendapat, rapi atau ceroboh, disiplin atau
impulsif.

Keterbukaan terhadap pengalaman baru versus penolakan terhadap


pengalaman baru menggambarkan apakah seseorang memiliki rasa ingin
tahu, imajinatif, selalu mempertanyakan segala hal, dan kreatif; atau selalu
mengikuti orang lain, tidak imajinatif, mudah ditebak, dan tidak nyaman dengan
sesuatu yang baru.
Para psikolog klinis menemukan bahwa berbagai trait penting yang terlibat di
dalam gangguan mental tidak ada di dalam Big Five. Trait yang dimaksud, seperti
psikopati (tidak memiliki rasa penyesalan dan empati), mementingkan diri sendiri
(self absorption), impulsivitas, dan obsesi (Westen dan Shedler, 1999).

Penelitian kepribadian juga menilai ada trait penting lain yang tidak terdapat di
dalam Big Five, seperti religiositas, ketidakjujuran, rasa humor, kemandirian,
dan kecenderungan untuk tampil sesuai dengan konvensi (Abrahamson, Baker,
dan Caspi, 2002; Paunonen dan Ashton, 2001).
Pengaruh Genetika terhadap Kepribadian
Para peneliti mengukur kontribusi aspek genetis terhadap kepribadian melalui
tiga cara: mempelajari trait kepribadian pada spesies lain, mempelajari
temperamen bayi dan anak manusia, dan melakukan penelitian hereditas
terhadap individu kembar serta individu yang diadopsi saat masih kecil.

BIOLOGI dan Trait yang Dimiliki Hewan

Para peneliti ini berpendapat bahwa seperti halnya dengan manusia yang
beradaptasi untuk merespons dunia dan lingkungan mereka , hal yang sama
juga berlaku pada hewan (lihat contoh prcobaan pada gurita).

Sampai saat ini, sebagian besar faktor kepribadian Big Five telah diidentifikasi
di 64 spesies berbeda, termasuk cumi-cumi.
Hereditas dan Tempramen

Temperamen (temperaments) adalah kecenderungan untuk merespons


lingkungan dengan cara tertentu (Clark dan Watson, 2008).
• Temperamen meliputi reaktivitas (tingkat kesenangan, rangsangan, atau
responsivitas bayi), ketenangan (seberapa mudah bayi merasa tenang ketika
sedang marah), dan emosi negatif serta positif.

Hereditas dan Trait

Kewarisan adalah proporsi dari variansi total dari sebuah trait yang dapat
diatribusikan kepada variasi genetis pada suatu kelompok (lihat penelitian pada
anak kembar).

Temuan di bidang genetika perilaku telah memunculkan hasil yang sangat konsisten
terkait dengan dugaan bahwa trait merupakan hal yang diwariskan secara genetis:
Pada Big Five atau trait lain, seperti agresivitas dan kebahagiaan secara umum,
indeks kewarisan untuk trait-trait ini lazimnya berada pada kisaran 0,50
Mengevaluasi Teori Genetika

Psikolog berharap bahwa salah satu cara cerdas untuk memanfaatkan temuan
penelitian genetika perilaku dapat membantu seseorang untuk lebih menerima
diri dan anak-anak mereka.
Pengaruh Lingkungan terhadap
Kepribadian
Pada bagian ini, kita akan melihat pengaruh relatif dari tiga aspek lingkungan:
situasi khusus di tempat Anda berada, cara orang tua Anda memperlakukan
Anda, dan siapa teman-teman Anda.

Situasi dan Pembelajaran Sosial

Perilaku seseorang sering kali berbeda ketika ia sedang bersama orang tuanya
dan ketika ia sedang bersama teman-temannya; perilakunya di rumah dan di
situasi lain berbeda.

Saat ini, sebagian besar peneliti kepribadian menyadari bahwa seseorang


dapat memiliki seperangkat trait dasar dan perilaku mereka dapat berubah-
ubah di situasi yang berbeda (Fleeson, 2004).
TEORI SOSIOKOGNITIF (ALBERT BANDURA)
Determinisme resiprokal pada teori pembelajaran sosialkognitif, merupakan
interaksi dua arah di antara aspek-aspek lingkungan dan individu dalam
membentuk trait kepribadian.
Apa yang membuat anak-anak yang tinggal di dalam keluarga yang sama menjadi
orang-orang yang berbeda, terlepas dari gen mereka? Sepertinya, jawabannya
adalah perbedaan pengalaman memengaruhi anak-anak secara berbeda:
kebetulan yang tidak dapat diperkirakan, situasi tempat anak berkembang, dan
kelompok sebaya anak (Harris, 2006; Plomin, 2011; Rutter, et al., 2001).

Ahli perilaku genetika menyebut pengalaman unik dan kebetulan, yang tidak
dialami oleh anggota keluarga lain, sebagai lingkungan yang tidak terbagi
(nonshared environment).
Pengaruh Orang Tua dan Keterbatasannya

Keyakinan bahwa kepribadian terutama ditentukan oleh bagaimana orang tua


memperlakukan anak mereka sudah mulai runtuh karena bukti yang
memberatkan ini (Harris, 2006, 2009; Plomin, 2011):

Lingkungan rumah yang dibagi memiliki pengaruh yang relatif kecil


terhadap sebagian besar trait kepribadian.

Hanya sedikit orang tua yang memiliki satu pola asuh anak yang
konsisten dan memberlakukannya ke semua anak mereka.
Kekuatan Teman Sebaya

Sebagaimana orang dewasa, seorang anak hidup di dua lingkungan: di rumah


dan di luar rumah.
• Di rumah, anak belajar tentang norma-norma berperilaku yang diterapkan
orang tua mereka dan cara melepaskan diri dari norma-norma tersebut.
• Begitu mereka pergi ke sekolah, mereka mengikuti cara berpakaian,
kebiasaan, bahasa, dan peraturan teman sebaya mereka.

Untuk melihat faktor apa yang lebih kuat memengaruhi kepribadian dan
perilaku anak, kita harus melihat situasi di mana nilai yang dijunjung kelompok
sebaya bertentangan dengan nilai yang dijunjung orang tua.

Teman sebaya memiliki peran yang sangat besar di dalam pembentukan trait
kepribadian dan perilaku seseorang sehingga membuat seseorang
mengutamakan atribut atau kemampuan tertentu dan menyembunyikan atribut
atau kemampuan lain yang tidak sesuai norma yang berlaku.
Pengaruh Budaya terhadap Kepribadian
Budaya merupakan suatu program yang berisi aturan-aturan yang dibagikan
yang mengatur perilaku para anggota komunitas atau masyarakat dan
seperangkat nilai, kepercayaan, dan sikap yang dibagikan oleh sebagian besar
anggota komunitas tersebut.

Budaya, Nilai, dan Trait


Budaya individualis (individualist cultures), kebebasan individu sering kali
lebih penting dari kepentingan kelompok dan identitas diri sering kali
didefinisikan sebagai sekumpulan trait kepribadian (“Saya mudah bergaul,
ramah, dan ambisius”) atau dalam bidang pekerjaan (“Saya psikolog”).

Budaya kolektivis (collectivist cultures), keharmonisan kelompok sering kali


lebih penting daripada keinginan individual dan identitas diri didefinisikan dalam
konteks hubungan pribadi dan masyarakat (“Saya adalah anak seorang petani,
pendongeng generasi ketiga dari keluarga Ibu, dan petani generasi kelima dari
keluarga Ayah....”)
Cara para individualis dan kolektivis dalam mendefinisikan diri memengaruhi
berbagai aspek kehidupan, termasuk trait kepribadian apa yang dihargai,
bagaimana dan apakah kita mengekspresikan emosi, seberapa besar kita
menghargai sebuah hubungan atau mempertahankan kebebasan, dan sebebas
apa kita dapat mengekspresikan amarah atau agresivitas (Forbes, et al., 2009;
Oyserman dan Lee, 2008).

Budaya dan Trait


Saat orang gagal memahami pengaruh budaya terhadap perilaku, mereka
sering kali mengatribusikan tindakan orang lain yang misterius atau
mengganggu ke dalam trait kepribadian individu meskipun perbuatan
tersebut disebabkan oleh norma budaya.
Mengevaluasi Pendekatan Budaya

Individu memang dipengaruhi oleh budaya, tetapi pengaruh tersebut sangat


bervariasi pada setiap orang.

Psikolog kebudayaan menghadapi masalah bagaimana menggambarkan


pengaruh budaya terhadap kepribadian tanpa melakukan penyederhanaan
ataupun memunculkan stereotip (Church dan Lonner, 1998).

Penelitian budaya tidak mengandalkan asumsi bahwa semua anggota di dalam


suatu kebudayaan berperilaku sama atau memiliki trait kepribadian yang sama.
Setiap orang memiliki temperamen, keyakinan, serta sejarah belajar yang
bervariasi dan variasi ini terjadi pada setiap kebudayaan.

Terlepas dari perbedaan yang ada, budaya berbagi banyak kekhawatiran dan
kebutuhan akan cinta, kelekatan, keluarga, pekerjaan, dan tradisi religius
ataupun komunitas yang dimiliki manusia.
Pengalaman Batin

Pendekatan Humanis

Abraham Maslow
• Masalah psikologi, menurut Maslow (1970-1971), adalah bahwa psikologi
telah mengabaikan berbagai aspek positif kehidupan, seperti kesenangan,
tawa, cinta, kebahagiaan, dan pengalaman-pengalaman puncak (peak
experiences).
• Trait-trait yang menurut Maslow sangat penting dalam kepribadian bukanlah
Big Five, melainkan kualitas dari orang yang telah mencapai aktualisasi diri
—orang yang berusaha menjalani hidup yang berarti, menantang, dan
memuaskan.
Pendekatan Naratif

Narasi hidup adalah cerita yang dikembangkan oleh setiap manusia yang
digunakan untuk menjelaskan dirinya sendiri dan membuat setiap kejadian
yang dialami berarti (Bruner, 1990; McAdams, 2008; McAdams dan Pals, 2006;
Sarbin, 1997).

Narasi kehidupan yang Anda buat untuk diri sendiri mencerminkan kebutuhan
dan menjustifikasi tindakan yang Anda lakukan (atau gagal lakukan) untuk
memecahkan masalah Anda.

Dalam pandangan naratif, cerita Anda mengenai cara Anda memandang dan
mendeskripsikan diri adalah inti dari kepribadian Anda. Narasi ini merangkum
segala hal yang telah terjadi di dalam hidup Anda dan semua faktor yang
memengaruhi aspek biologis, psikologis, dan hubungan Anda. Semua hal
tersebut membuat Anda unik.
Mengevaluasi Pendekatan Humanis dan Naratif

Humanis Naratif
• Kritik ilmiah terbesar terhadap • Untuk pendekatan naratif,
psikologi humanis adalah banyak penelitian terus berkembang dan
asumsi dalam teori ini tidak dapat menunjukkan bagaimana cerita-
diuji. cerita yang kita ceritakan tentang
• Banyak konsep humanis, yang diri kita sendiri memainkan peran
meskipun secara intuitif sangat penting di dalam membentuk
menarik, sesungguhnya sulit kepribadian unik seseorang
didefinisikan secara operasional. (McAdams dan Pals, 2006).
• Terlepas dari kritik di atas, psikolog
humanis telah menjadikan
penelitian tentang kepribadian
menjadi lebih berimbang.

Para pengikut pandangan humanis, eksistensialis, dan narasi terhadap


kepribadian meyakini satu pesan utama: Kita memiliki kekuatan untuk
menentukan nasib kita sendiri, bahkan ketika nasib membawa kita kepada
tragedi.

Anda mungkin juga menyukai