Anda di halaman 1dari 2

Kreativitas merupakan cara berpikir keluar dari kotak alias thinking outside the box.

Berpikir keluar dari kotak berarti berpikir di luar kewajaran. Jika kebanyakan orang
berpendapat bahwa magicom hanya untuk memasak nasi, maka memasak nasi
menggunakan magicom itu wajar. Apabila ada sebagian orang yang menggunakan
magicom untuk memasak mi instan, maka orang itu dianggap tidak wajar bagai
beberapa orang bahkan dianggap jorok. Namun sebagian pula menganggap orang
tersebut merupakan orang yang kreatif.

Mengapa pola pikir functional fixedness menghambat kreativitas? Karena, ia


menghalangi individu untuk berpikir di luar kotak (out of the box). Dengan pola pikir
functional fixedness, pikiran bawah sadar mencegah individu menggunakan benda-
benda di sekitar untuk berbagai fungsi yang berbeda-beda. Pola pikir itu membuat
bawah sadar berpikir bahwa satu-satunya fungsi magicom adalah untuk memasak nasi
dan tidak lebih.

Ketika menjumpai masalah, orang yang memiliki pola pikir functional fixedness
tidak dapat memberdayakan benda-benda di sekitarnya untuk memecahkannya. Ia
tidak sanggup memecahkan masalah lantaran ia berpaku pada nama benda-benda di
sekitarnya. Menurutnya, sikat gigi hanya berfungsi untuk menyikat gigi, tidak kurang
dan tidak lebih. Ia tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalahn yang tidak
berkaitan dengan gigi. Sama halnya dengan sikat gigi, ia pun menyikapi gunting kuku
demikian. Menurutnya, satu-satunya fungsi gunting kuku ya untuk memotong kuku.
Ia tidak boleh digunakan untuk melakukan hal lainnya..

Karl Duncker, ahli psikologi penggagas functional fixedness memberikan contoh


menarik bagaimana pola pikir tersebut menghambat kreativitas seseorang. Dalam
sebuah percobaan yang disebut candle task, partisipan diminta untuk menempelkan
sebatang lilin pada dinding sedemikian sehingga lelehan lilin tidak jatuh ke lantai.
Bagi masing-masing partisipan, disediakan satu box korek api, satu box paku payung,
dan sebuah lilin. Ketika percobaan itu berlangsung, partisipan bingung melakukan
tugas tersebut (menempelkan lilin ke dinding sedemikian sehingga ketika dinyalakan,
lelehannya tidak jatuh ke lantai).
Hal itu menunjukkan partisipan memiliki pola pikir functional fixedness yang
menghambat mereka untuk berpikir lebih kreatif. Dengan pola pikir itu, tidak
terpikirkan di benak mereka untuk memberdayakan kotak korek api sebagai alas
untuk menaruh lilin agar lilin dapat menempel di dinding dan agar lelehannya tidak
jatuh ke lantai. Dalam pikiran mereka, kotak tersebut hanya berfungsi sebagai tempat
penyimpanan korek, tidak kurang dan tidak lebih. Dan, pemikiran itulah yang
menghambat mereka untuk lebih kreatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif,
individu perlu membuang pola pikir functional fixedness. Caranya dengan berpikir
dialektis dimana individu menganggap segala sesuatu berhubungan dengan lainnya.
Fungsinya tidak terbatas hanya pada satu hal saja. Ketika individu berpikir dialektis,
ia menganggap fungsi benda di sekitarnya bisa berubah-ubah sesuai dengan situasi
dan kondisi. Tidak ada fungsi yang kekal alias absolut.

Sumber: Psychologytoday.com

Anda mungkin juga menyukai