e. Jabatan Fungsional : -
g. Telepon/Fax : 0632-322903
h. Email : sinagalamria83@gmail.com
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan religiusitas dan
kecerdasan emosional sehingga perilaku menolong pada mahasiswa meningkat. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan menjadi suatu esensi awal dalam bersikap untuk
menolong orang lain, meningkatkan kesadaran untuk saling tolong-menolong antar sesama
manusia dan menimbulkan budaya tolong-menolong yang baik tanpa mengharapkan imbalan
apapun.
Proposal Penelitian
Hubungan Antara Religiusitas Dan Kecerdasan Emosional
OLEH:
BALIGE
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong-menolong, sangat ironis jika
realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu jauh dari nilai-nilai
reflektif budaya. Nilai-nilai dasar dalam masyarakat seperti sifat dan perilaku sopan santun,
mulai luntur dan bahkan telah diabaikan oleh sebagian masyarakat terutama kalangan remaja.
Sekolah merupakan sarana mengenyam pendidikan dalam meningkatkan kehidupan yang lebih
baik. Sekolah Menengah Atas rata-rata di tempati oleh siswa dengan rentang umur 15-18 tahun
dan bisa dikatakan usia remaja. Pada masa remaja inilah terjadi peralihan antara masa anak-
anak menuju masa dewasa dan terdapat perubahanperubahan yang muncul dimana perubahan
tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik, kognitif dan psikososial (Papalia & Feldman,
2013). Individu remaja diharapkan untuk belajar berpartisipasi sebagai individu dewasa yang
bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat
Perilaku menolong merupakan bagian tingkah laku prososial yaitu tindakan menolong yang
menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang
yang melakukan tindakan tersebut (Batson, 1998). Perilaku menolong dipandang sebagai
segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.
Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup di dalam kesusahan dan membutuhkan
pertolongan, maka adalah menjadi sebuah kewajiban bagi tiap individu untuk memberikan
bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Jika dihubungkan dengan situasi saat ini,
kemajuan teknologi dan komunikasi telah menjadikan individu semakin lebih mementingkan
lebih peduli dengan urusan dirinya sendiri sehingga hal ini dapat memunculkan sifat atau sikap
individualisme atau lebih kepada mementingkan dirinya sendiri dibanding kepentingan orang
lain. Dengan adanya sikap individualisme akan berakibat pada semakin tingginya pertimbangan
untung rugi dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan, termasuk juga perilaku dalam
tengah-tengah masyarakat serta seluruh aspek kehidupan. Dampak positif tersebut terlihat pada
tumbuhnya rasa kedamaian dan keharmonisan, saling menghargai antar sesama, sikap
nasionalisme yang tinggi, idialisme sehat yang membawa kearah perkembangan masyarakat
yang sejahtera. Perilaku menolong dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk
memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang (Batson, 1998). Perilaku menolong
merupakan bagian tingkah laku prososial yaitu tindakan menolong yang menguntungkan orang
lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan
tersebut.
Secara rinci perilaku menolong ditentukan oleh beberapa faktor, dan faktor tersebut
Schoenrade dan Ventis (dalam Zhao, 2012) mengungkapkan faktor utama yang mempengaruhi
perilaku menolong adalah religiusitas atau tingkat keyakinan agama yang dimiliki seseorang.
Keyakinan agama yang kuat dapat mendorong seseorang untuk lebih semakin altruistik. Dalam
studinya, Pichon, Boccato, dan Saroglou (dalam Zhao, 2012) juga menunjukkan bahwa
hubungan antara agama dan perilaku menolong sangat kuat. Agama secara luas dianggap
sebagai sumber altruistik, seperti perilaku mengasihi sesama, merawat orang miskin, dan
bersikap baik terhadap orang miskin. Sebuah penelitian mengidentifikasi hubungan positif
antara aspek komitmen keagamaan danperilaku menolong (Post et al, 2002 & Smith 2003)
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan, maka perumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara Religiusitas Dan
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Religiusitas
3. Metode Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas dan pandangan
yang baru kepada masyarakat luas mengenai hubungan antara Religiusitas Dan Kecerdasan
4. Karakteristik Subyek
kategori usia, responden berusia 19 tahun dengan jumlah sebanyak 17 orang, responden yang
berusia 20 dengan jumlah sebanyak 44 orang, responden yang berusia 21 dengan jumlah
sebanyak 12 orang, responden yang berusia 22 tahun dengan jumlah sebanyak 19 orang
responden yang berusia 23 tahun dengan jumlah 8 orang dan responden yang berusia 24 dengan
jumlah 11 orang.
5. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti. Masalah yang
diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan religiusitas dan kecerdasan emosional dengan
yang berhubungan dengan topikpenelitian dan kemudian merangkum dan menyusunnya dalam
bentuk bacaan yang sistematis. Setelah itu, penulis menentukan variabel yang hendak diteliti
dan menentukan hipotesis penelitian. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
religiusitas, kecerdasan emosional dan perilaku menolong. Setelah itu, penulis menyusun alat
ukur untuk variabel religiusitas, kecerdasan emosional dan perilaku menolong dengan
melakukan uji validas terhadap alat ukur tersebut. Setelah alat ukur selesai disusun, peneliti
Penelitian ini dilakukan di kampus X yang dipilih oleh penulis sebagai setting penelitian.
Dalam penelitian ini, instrument atau alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini
terbagi atas dua bagian, yaitu yang pertama lembar pernyataan peneliti, informed consent dan
data diri subyek. Pada bagian kedua berisi seluruh pernyataan yang merupakan alat ukur
variabel penelitian serta petunjuk pengisisan kuesioner. Alat ukur pertama untuk mengukur
variabel religiusitas, alat ukur kedua untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan alat
7. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada Juli 2018 dan berakhir Desember 2018. Penelitian ini
dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti. Masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hubungan religiusitas dan kecerdasan emosional dengan perilaku
berhubungan dengan topik penelitian dan kemudian merangkum dan menyusunnya dalam
bentuk bacaan yang sistematis. Setelah itu, penulis menentukan variabel yang hendak diteliti
dan menentukan hipotesis penelitian. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
Anggaran biaya ditulis dengan terperinci dan jelas dengan format sebagaimana pada
lampiran Sedangkan ringkasan anggaran biaya disusun sesuai dengan format tabel dengan