Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH TINGGI DIAKONES Kode

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN


Jl.Gereja – Kapernaum – Balige – Toba Samosir,
22314 Sumut – Indonesia Telp./Fax: 0632 – 322903,
E-mail: pdhkbp@fastermail.com

FORMULIR PROPOSAL PENELITIAN Revisi :


Tanggal:

FORMULIR PROPOSAL PENELITIAN

1. Judul Usulan Penelitian Hubungan Antara Religiusitas Dan Kecerdasan


Emosional dengan Perilaku Menolong Pada Mahasiswa
di Kampus X
2. Identitas Peneliti

a. Nama Lengkap : Diak. Lamria Sinaga, M.Si

b. Tempat/T. Lahir : Ramunia, 1 Juli 1980

c. Alamat : Jl. Gereja No 17 Kapernaum Balige Tobasa-Sumut

d. Program Studi : Pastoral Konseling

e. Jabatan Fungsional : -

f. Alamat Surat : Jl. Gereja No 17 Kapernaum Balige Tobasa-Sumut

g. Telepon/Fax : 0632-322903

h. Email : sinagalamria83@gmail.com

3. Masa Pelaksanaan Penelitian

a. Mulai : Juli 2018

b. Berakhir : Desember 2018

4. Lokasi Penelitian : Kampus X Tapanuli Utara dan Tobasa

5. Target yang akan dicapai (Temuan Baru)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan religiusitas dan

kecerdasan emosional sehingga perilaku menolong pada mahasiswa meningkat. Selain itu,

penelitian ini juga dapat digunakan menjadi suatu esensi awal dalam bersikap untuk

menolong orang lain, meningkatkan kesadaran untuk saling tolong-menolong antar sesama
manusia dan menimbulkan budaya tolong-menolong yang baik tanpa mengharapkan imbalan

apapun.

Balige, Desember 2018


Diketahui/disetujui Oleh: Diajukan Oleh
Ketua STD HKBP

Diak. Serepina Sitanggang, MRE Diak. Lamria Sinaga,M.Si


NIDN.2318125501 NIDN. 2301078001

Proposal Penelitian
Hubungan Antara Religiusitas Dan Kecerdasan Emosional

dengan Perilaku Menolong Pada Mahasiswa di Kampus X

OLEH:

Diak. LAMRIA SINAGA, M.Si

SEKOLAH TINGGI DIAKONES HKBP

BALIGE

2018

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong-menolong, sangat ironis jika

realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu jauh dari nilai-nilai

reflektif budaya. Nilai-nilai dasar dalam masyarakat seperti sifat dan perilaku sopan santun,

kebersamaan, gotong royong, dan tolong-menolong seiring dengan berkembangnya jaman

mulai luntur dan bahkan telah diabaikan oleh sebagian masyarakat terutama kalangan remaja.

Sekolah merupakan sarana mengenyam pendidikan dalam meningkatkan kehidupan yang lebih

baik. Sekolah Menengah Atas rata-rata di tempati oleh siswa dengan rentang umur 15-18 tahun

dan bisa dikatakan usia remaja. Pada masa remaja inilah terjadi peralihan antara masa anak-

anak menuju masa dewasa dan terdapat perubahanperubahan yang muncul dimana perubahan

tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik, kognitif dan psikososial (Papalia & Feldman,

2013). Individu remaja diharapkan untuk belajar berpartisipasi sebagai individu dewasa yang

bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat

dalam bertingkah laku.

Perilaku menolong merupakan bagian tingkah laku prososial yaitu tindakan menolong yang

menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang

yang melakukan tindakan tersebut (Batson, 1998). Perilaku menolong dipandang sebagai

segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.

Mengingat masih banyak orang-orang yang hidup di dalam kesusahan dan membutuhkan

pertolongan, maka adalah menjadi sebuah kewajiban bagi tiap individu untuk memberikan

bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Jika dihubungkan dengan situasi saat ini,

kemajuan teknologi dan komunikasi telah menjadikan individu semakin lebih mementingkan

dirinya sendiri sehingga rasa tolong-menolong antar sesama semakin rendah.


Semakin berkembangnya aktivitas pada setiap individu, maka individu juga akan semakin

lebih peduli dengan urusan dirinya sendiri sehingga hal ini dapat memunculkan sifat atau sikap

individualisme atau lebih kepada mementingkan dirinya sendiri dibanding kepentingan orang

lain. Dengan adanya sikap individualisme akan berakibat pada semakin tingginya pertimbangan

untung rugi dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan, termasuk juga perilaku dalam

menolong orang lain.

Pentingnya perilaku menolong dalam kehidupan masyarakat membawa dampak positif di

tengah-tengah masyarakat serta seluruh aspek kehidupan. Dampak positif tersebut terlihat pada

tumbuhnya rasa kedamaian dan keharmonisan, saling menghargai antar sesama, sikap

nasionalisme yang tinggi, idialisme sehat yang membawa kearah perkembangan masyarakat

yang sejahtera. Perilaku menolong dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk

memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang (Batson, 1998). Perilaku menolong

merupakan bagian tingkah laku prososial yaitu tindakan menolong yang menguntungkan orang

lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan

tersebut.

Secara rinci perilaku menolong ditentukan oleh beberapa faktor, dan faktor tersebut

diasumsikan dapat memberi pengaruh terhadap munculnya perilaku menolong. Batson,

Schoenrade dan Ventis (dalam Zhao, 2012) mengungkapkan faktor utama yang mempengaruhi

perilaku menolong adalah religiusitas atau tingkat keyakinan agama yang dimiliki seseorang.

Keyakinan agama yang kuat dapat mendorong seseorang untuk lebih semakin altruistik. Dalam

studinya, Pichon, Boccato, dan Saroglou (dalam Zhao, 2012) juga menunjukkan bahwa

hubungan antara agama dan perilaku menolong sangat kuat. Agama secara luas dianggap

sebagai sumber altruistik, seperti perilaku mengasihi sesama, merawat orang miskin, dan

bersikap baik terhadap orang miskin. Sebuah penelitian mengidentifikasi hubungan positif

antara aspek komitmen keagamaan danperilaku menolong (Post et al, 2002 & Smith 2003)
1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan, maka perumusan masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara Religiusitas Dan

Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Menolong Pada Mahasiswa di Kampus X.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Religiusitas

dan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Menolong Pada Mahasiswa X?

3. Metode Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas dan pandangan

yang baru kepada masyarakat luas mengenai hubungan antara Religiusitas Dan Kecerdasan

Emosional dengan Perilaku Menolong Pada Mahasiswa di Kampus X

4. Karakteristik Subyek

Subyek penelitian berjumlah 111 orang mahasiswa. Karakteristik responden berdasarkan

kategori usia, responden berusia 19 tahun dengan jumlah sebanyak 17 orang, responden yang

berusia 20 dengan jumlah sebanyak 44 orang, responden yang berusia 21 dengan jumlah

sebanyak 12 orang, responden yang berusia 22 tahun dengan jumlah sebanyak 19 orang

responden yang berusia 23 tahun dengan jumlah 8 orang dan responden yang berusia 24 dengan

jumlah 11 orang.

5. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti. Masalah yang

diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan religiusitas dan kecerdasan emosional dengan

perilaku menolong. Setelah masalah diidentifikasi, kemudian penulis mengumpulkan teori-teori

yang berhubungan dengan topikpenelitian dan kemudian merangkum dan menyusunnya dalam

bentuk bacaan yang sistematis. Setelah itu, penulis menentukan variabel yang hendak diteliti

dan menentukan hipotesis penelitian. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

religiusitas, kecerdasan emosional dan perilaku menolong. Setelah itu, penulis menyusun alat
ukur untuk variabel religiusitas, kecerdasan emosional dan perilaku menolong dengan

melakukan uji validas terhadap alat ukur tersebut. Setelah alat ukur selesai disusun, peneliti

kemudian menyebarkan kepada responden penelitian yaitu kepada Mahasiswa di kampus X.

6. Setting, Lokasi dan Perlengkapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus X yang dipilih oleh penulis sebagai setting penelitian.

Dalam penelitian ini, instrument atau alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini

terbagi atas dua bagian, yaitu yang pertama lembar pernyataan peneliti, informed consent dan

data diri subyek. Pada bagian kedua berisi seluruh pernyataan yang merupakan alat ukur

variabel penelitian serta petunjuk pengisisan kuesioner. Alat ukur pertama untuk mengukur

variabel religiusitas, alat ukur kedua untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan alat

ukur ketiga untuk mengukur variabel perilaku menolong.

7. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai pada Juli 2018 dan berakhir Desember 2018. Penelitian ini

dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti. Masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah hubungan religiusitas dan kecerdasan emosional dengan perilaku

menolong. Setelah masalah diidentifikasi, kemudian penulis mengumpulkan teori-teori yang

berhubungan dengan topik penelitian dan kemudian merangkum dan menyusunnya dalam

bentuk bacaan yang sistematis. Setelah itu, penulis menentukan variabel yang hendak diteliti

dan menentukan hipotesis penelitian. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

religiusitas, kecerdasan emosional dan perilaku menolong.


8. Rencana Anggaran Biaya

Anggaran biaya ditulis dengan terperinci dan jelas dengan format sebagaimana pada

lampiran Sedangkan ringkasan anggaran biaya disusun sesuai dengan format tabel dengan

komponen sebagai berikut:

No. Keterangan Biaya


1 Persiapan
- Administrasi Rp. 1.000.000,-
- Pengadaan Alat dan Bahan Rp. 1.000.000,-
2 Penelitian Lapangan
- Transportasi+Konsumsi Rp. 1.000.000,-
- Pengolahan data Rp. 2.000.000,-
5 Penyusunan dan Penggandaan Laporan Rp. 2.000.000,-
6 Seminar Hasil Rp 2.500.000,-
7 Biaya Lain-Lain Rp 1.000.000,-
Total Biaya Rp. 10.000.000

Anda mungkin juga menyukai