Anda di halaman 1dari 5

YAKOBUS 32 – IMAN DAN KETABAHAN

Hari ini kita akan membahas Yakobus 5:7-11. Pernahkah Anda perhatikan bahwa ayat 7-11 ini punya
tema yang jelas? Kalau Anda baca dengan cermat, Anda akan lihat bahwa kata ‘kesabaran atau sabar
(endurance)’ ini muncul samapi enam kali. Dalam satu perikop singkat, yakni 5 ayat, kata ‘sabar’ ini
muncul sampai enam kali, jadi tema perikop ini pasti berkaitan dengan hal kesabaran.

Di dalam Pendalaman Alkitab yang lalu mengenai kitab Yakobus ini, kita telah melihat bahwa fokus dari
Yakobus pasal 5 adalah penghakiman Allah. Tentu saja, kesabaran sangat erat kaitannya dengan
kedatangan serta penghakiman Tuhan, ini karena ujian yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di akhir
zaman ini sangat berat dan sukar. Oleh karenanya, Yesus juga mengingatkan kita di dalam Matius 24:13
bahwa kita harus bertahan sampai pada kesudahannya untuk bisa diselamatkan. Di satu sisi, rasul
Yakobus berkata bahwa penghakiman Allah sudah dekat; di sisi lain, dia mendorong kita untuk bersabar
sampai pada akhirnya, supaya kita bisa berdiri tegak pada hari kedatangan Tuhan. Ini adalah pokok
pertama yang bisa kita lihat dari isi Yakobus 5:7-11.

Pokok kedua yang perlu kita perhatikan adalah, sekalipun kata ‘sabar’ ini muncul sebanyak enam kali.
Dalam keenam penampilannya itu menggunakan dua kata Yunani yang berbeda. Sebagai contoh, kata
sabar di ayat 11 berbeda dengan kata sabar di ayat 7-10. Sekalipun makna dasarnya sama, yaitu sabar,
namun ada sedikit perbedaan makna di sana. Kata sabar di dalam ayat 11 berkaitan dengan kesabaran
dalam menanggung penderitaan yang sukar dan menyakitkan. Akan tetapi, kata sabar di ayat 7-10 tidak
selalu terkait dengan penderitaan jasmani. Malahan, kata sabar di ayat 7-10 itu lebih berkaitan dengan
kesabaran dalam hal menunggu. Sekalipun makna utamanya sama saja, namun ada perbedaan dalam
perinciannya. Ini adalah pokok kedua yang perlu untuk dicermati.

Pokok ketiga yang bisa kita lihat adalah: Dalam perikop yang singkat ini, rasul Yakobus memakai tiga
perumpamaan untuk mengajar kita tentang arti penting kesabaran. Di ayat 7-9, dia menggambarkan
kesabaran seorang petani sebagai perumpamaan pertama. Di ayat 10, dia memakai kesabaran seorang
nabi sebagai perumpamaan yang kedua. Di ayat 11, dia memakai kesabaran Ayub sebagai
perumpamaannya. Ketiga ini punya kesamaan tetapi juga ada perbedaannya.

Itulah tiga pokok yang bisa kita tarik dari perikop ini.

Pertama, mari kita amati perumpamaan tentang petani di ayat 7. Jika Anda dibesarkan di wilayah
pedesaan, Anda akan bisa memahami pesan yang disampaikan di sini. Menjadi seorang petani menuntut
banyak kesabaran, dan kesabaran yang harus ditempuh oleh petani itu tidak terkait dengan penderitaan
jasmani, melainkan penantian hujan musim semi dan hujan musim gugur, serta penantian hasil panen.
Seringkali, saat kita menjadi tidak sabar, kita cenderung untuk memakai cara kita sendiri dengan
mencampuri pekerjaan alam. Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, kesabaran bukanlah hal yang
mudah untuk dipelajari. Mereka yang tinggal di kota-kota sangat mengutamakan efisiensi dan
kecepatan. Kita tidak punya kesabaran seperti yang dimiliki oleh para petani.

Kesabaran yang dibahas oleh Yakobus di sini adalah kesabaran dalam hal menunggu. Kesabaran jenis ini
berkaitan dengan iman. Iman kita perlu dilengkapi dengan kesabaran sebelum bisa dikatakan utuh.
Bahkan orang-orang yang tidak percaya tahu bahwa cita-cita membutuhkan kesabaran untuk bisa
diwujudkan. Ibarat niat yang kita canangkan di setiap awal tahun, yang mungkin mencakup keinginan
untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk serta membangun hal-hal yang berguna. Semua cita-
cita itu sangat baik, akan tetapi banyak orang yang gagal mewujudkan dan berhenti setelah berjalan
sekitar beberapa minggu atau bulan karena kurangnya kesabaran. Cita-cita yang tidak didukung oleh
kesabaran adalah omong kosong. Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan rohani. Iman kita kepada
Allah harus dipertahankan. Untuk mempertahankan iman, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Sama
seperti yang disebutkan dalam perumpamaan tentang penabur benih, mengenai banyaknya orang
menjadi Kristen hanya karena mengikuti perasaan. Ketika berhadapan dengan ujian, mereka akan
menyerah. Dari sini, kita bisa melihat bahwa iman mereka tidak disertai dengan kesabaran dan tidak
akan memberi hasil.

Mari bersama-sama kita baca Ibrani 6:12. Kata ‘kesabaran’ di sini berasal dari kata Yunani yang sama
dengan Yakobus 5:7-8. Penulis kitab Ibrani mengingatkan kita bahwa kita harus meniru para pendahulu
rohani yang telah mewarisi janji dalam iman dan kesabaran. Mereka telah menunjukkan kepada kita
bahwa iman harus dilengkapi dengan kesabaran. Iman tanpa kesabaran adalah omong kosong. Mereka
yang bisa mewarisi janji Allah adalah mereka yang imannya bisa melewati ujian waktu. Inilah dasar yang
dipakai oleh Yakobus dalam menyajikan perumpamaan tentang petani. Petani harus percaya bahwa
Allah pasti akan memberikan hujan musim semi dan musim gugur pada saat yang tepat untuk menolong
mereka menikmati panen. Karena itulah maka mereka harus sabar menanti. Hanya petani yang sabar
menanti yang akan memanen hasil.

Mari kita baca Ibrani 6:15. Ayat ini menunjukkan bahwa karena kesabaran Abraham, maka dia
menerima pemenuhan janji itu. Ungkapan ‘menanti dengan sabar’ berasal dari kata Yunani yang sama
dengan yang tertulis di dalam Yakobus 5:7-8. Di sini kita melihat bahwa kesabaran dikaitkan dengan
pewarisan janji. Penulis kitab Ibrani memakai contoh Abraham untuk mengingatkan kita bahwa iman
harus dibarengi dengan kesabaran, tanpa kesabaran maka iman tidak akan memberi hasil. Karakteristik
dari kata ‘sabar’ di dalam ayat ini adalah ‘tekun’. Jadi, sabar yang dimaksud bukanlah kesabaran yang
ditujukan untuk menghadapi satu peristiwa saja, melainkan kesabaran yang tekun menanti dalam jangka
waktu yang lama. Dan justru itulah karakteristik Abraham. Dia harus menunggu dengan sabar selama 25
tahun untuk bisa melihat awal dari pemenuhan janji Allah. Penantian Abraham ini adalah semacam ujian
iman baginya yang diberikan oleh Allah. Dan, sama halnya dengan Abraham, Allah ingin agar setiap
orang Kristen belajar dari teladan kesabaran Abraham.

Mengapa rasul Yakobus mendadak memakai perumpamaan tentang petani untuk mengingatkan orang-
orang percaya tentang hal kesabaran? Apa kaitannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya? Dalam
Pendalaman Alkitab mengenai kitab Yakobus yang lalu, saya telah menunjukkan melalui 2 Timotius 3:1-2
bahwa karakteristik akhir zaman adalah individualisme dan kecintaan akan uang yang melanda
masyarakat. Karakteristik ini tidak dikhususkan pada orang yang tidak percaya, tentu saja kecintaan
pada uang dan keegoisan bukanlah hal yang asing bagi mereka. Pada zaman akhir, akan banyak orang
Kristen yang hatinya berpaling kepada dunia, mengejar kenikmatan duniawi. Melibatkan diri dalam
pesta pora dan kesenangan itu membutuhkan uang dan dan secara alamiah mereka akan mencintai
uang untuk bisa meraih semua itu. Inilah karakteristik akhir zaman. Jika Anda hidup di tengah keadaan
semacam ini, saat Anda melihat semua orang di gereja mengejar kekayaan, dan mereka mengumbar
kesenangan dan kekuasaan dari kekayaan itu, bagaimana reaksi Anda? Apakah Anda akan tetap
memelihara iman Anda kepada Tuhan? Apakah Anda akan tetapi tinggal di dalam ajaran Yesus dan tidak
menimbun harta duniawi?

Banyak tempat yang sedang mengalami dampak dari reformasi ekonomi. Setiap orang ingin menjadi
pengusaha, ingin berbisnis dan menjadi kaya. Sekarang ini orang bisa memberi produk-produk canggih
buatan asing di seluruh pelosok negeri, dan barang-barang berteknologi tinggi sudah tersedia di mana-
mana. Selama Anda punya uang, Anda bebas menikmati barang-barang mainan dan semua kesenangan
itu. Orang-orang kaya tidak sekadar bisa menikmati pesta pora, mereka juga punya kuasa untuk berdiri
di atas hukum dan menindas orang-orang miskin sesuka hati. Seeprti yang disampaikan dalam Yakobus
5:6, orang kaya bisa menelikung hukum dan menindas orang benar, bahkan membunuh mereka. Jika
Anda adalah pendatang yang bekeja di negara asing, bagaimana reaksi Anda melihat situasi ini? Bisakah
Anda bertahan dalam iman dan tidak larut dalam trend mengejar kesenangan? Mungkin Anda harus
menghadapi celaan dan hinaan dari orang-orang kaya. Apakah Anda akan membalas kejahatan dengan
kejahatan pula? Bisakah Anda tetap bertahan dalam ajaran Tuhan? Ini adalah ujian iman yang harus
dihadapi oleh setiap orang Krsiten pada akhir zaman ini.

Saya tekankan sekali lagi: Kesabaran yang dibahas di dalam Yakobus 5:7-8 tidak bisa secara khusus
mengacu pada kesabaran dalam menghadapi masa kesukaran besar. Yang ditekankan di sini adalah
kesabaran dalam menahan godaan dari dunia dan menolak pengaruh cemar dari dunia. Kesabaran jenis
ini ditujukan untuk menantikan janji Allah. Saat kita hidup di akhir zaman, kita akan menghadapi segala
macam godaan. Akankah iman kita kepada Tuan goyah karena semua cobaan ini? Bisakah kita
mempertahankan iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan dengan kasih karunia Tuhan? Di ayat 8,
rasul Yakobus meminta kita untuk bersikap proaktif dalam menghadpi ujian di hadapan kita dan bahwa
kita harus memperkuat iman kita. Dia juga memberi kita harapan di ayat 8 ini karena hari Tuhan sudah
dekat dan hanya mereka yang bertahan sampai pada akhirnya yang boleh menerima janji Allah dan tidak
menjadi malu.

Bagaimana cara kita menguatkan hati kita dan juga para saudara seiman? Mari kita baca 2 Petrus 1:12.
Petrus memberitahu kita bahwa Firman Tuhan bisa menguatkan hati kita. Jadi, kita perlu berdiam diri
dalam ajaran Tuhan dan tidak berkompromi dengan dunia akibat pengalaman kenikmatan yang
membuai. Kita harus membiarkan firman Allah menjadi pelita bagi kaki kita dan membiarkan firman itu
menguatkan hati kita setiap hari, mengingatkan kita untuk tidak menyimpang dari kehendak-Nya. Orang
Kristen yang tinggal dalam kehendak Firman Allah akan dipandang sebagai orang bodoh di akhir zaman.
Oleh karenanya, yang terutama adalah bahwa kita harus memelihara ajaran Yesus.

Mari kita beralih ke 1 Tesalonika 3:12-13. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di ayat ini untuk
meningkatkan kasih supaya ketika Yesus dan orang-orang kudusnya kembali nanti, maka hati kita
dikuatkan dan didapati tanpa cela. Rasul Paulus mendorong jemaat untuk bersiap menyambut
kedatangan Kristus dengan membangun kasih satu sama lain. Ini karena Yesus sudah mengingatkan kita
di dalam Matius 24:12 bahwa kedurhakaan akan bertambah di akhir zaman dan kasih orang-orang
Kristen akan menjadi dingin. Firman Tuhan Yesus ini perlu untuk kita camkan. Kita bukan hanya perlu
saling menguatkan, kita perlu mewujudkannya lewat tindakan yang nyata. Rasul Yakobus mengingatkan
kita di dalam Yakobus 5:9 untuk tidak saling bersungut-sungut agar kita tidak dihukum. Saling bersungut-
sungut adalah kebalikan dari saling mengasihi. Kedatangan Kristus yang kedua kali itu memberi harapan
dan kemuliaan kekal bagi orang-orang percaya. Kalau kita tidak bisa bertahan sampai pada akhirnya,
kalau kita tidak saling menguatkan, maka kedatangan kembali Kristus akan menjadi kutuk buat kita.
Dengan demikian, pokok kedua yang harus kita pegang adalah bahwa kita harus giat saling mengasihi,
saling menguatkan satu sama lain.

Mari kita baca 1 Petrus 5:10 untuk mengetahui pokok pegangan yang ketiga. Sekalipun kita akan
menghadapi ujian yang berbeda-beda, janganlah lupa bahwa Allah sangat berkenan menganugerahkan
kita kasih karunia-Nya untuk menguatkan hati kita. Kita tidak akan mampu mempertahankan iman kita
dengan kekuatan kita sendiri. Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa Allah akan mengizinkan kita untuk
menghadapi penderitaan dan ujian untuk sementara waktu. Saat kita menghadapi ujian, janganlah
menyerah, karena Petrus memberitahu kita bahwa ujian itu hanya sementara saja. Setelah kita
menjalaninya, Allah akan lebih menguatkan hati kita. Dengan demikian kita harus bersikap lebih positif
dalam menghadapi setiap ujian, karena kita tahu bahwa Allah memakai semua ujian itu untuk
memurnikan iman kita dan memperkuat kita.
Karena keterbatasan waktu, kita hanya bisa berfokus pada perumpamaan tentang petani di dalam
Yakobus 5:7-9 hari ini. Perumpamaan ini dipakai untuk menolong kita memahami hubungan antara iman
dengan kesabaran. Saya harap setiap orang bisa memahami arti penting dari kesabaran. Perlu kita
camkan bahwa kesabaran di sini tidak harus dikaitkan dengan penderitaan jasmani. Mungkin akan ada
banyak orang yang punya keberanian duniawi untuk menanggung penderitaan jasmani buat Tuhan.
Akan tetapi mereka gagal mewaspadai ragam ujian yang lain dari dunia – uang dan kenikmatan – yakni
jenis ujian yang dihadapi oleh tanah jenis ketiga dalam perumpamaan tentang penabur benih. Sebelum
penderitaan jasmani tiba, sudah banyak orang yang jatuh oleh godaan keduniawian dan uang. Mereka
sudah tak mampu bertahan dalam iman dan berkompromi dengan dunia.

Mari kita saling mengingatkan bahwa hari Tuhan sudah dekat. Kita tidak boleh saling memprovokasi satu
sama lain atau mengeluh tentang sesama. Ingat akan isi firman dalam Alkitab: Mereka yang bertahan
sampai pada kesudahannya pasti akan menerima janji Allah.

Oleh Pendeta Jeremiah

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai