Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PROPOSAL SEMINAR PSIKOLOGI ISLAM

HOMESICKNESS PADA MAHASISWA RANTAU

Dosen Pengampu :

Tukiman Khateni S.Ag.,M.Si

Disusun Oleh :

1. Mutiara Ledinski 218110261

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNVERSITAS ISLAM RIAU

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya dan dengan

doa dan usaha bersama sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah yang

membahas tentang ”Homesickness Pada Mahaswa Rantau”. Penulisan makalah ini

bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Seminar Psikologi Islam”. Kami menyadari

kemampuan dan usaha yang kami lakukan belum sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu,

kami memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang membuat lancarnya makalah yang

kami buat ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini kami lakukan dengan ketulusan hati agar hasilnya sesuai

dengan yang kami harapkan. Untuk itu, harapan kami kepada pembaca untuk memberikan

saran dan kritik yang membangun agar makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga makalah

ini bisa bermanfaat dan dipergunakan sebagaimana mestinya baik bagi mahasiswa/i maupun

khalayak pada umumnya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak Tukiman Khateni

S.Ag.,M.Si

Pekanbaru, 11 November 2023

Mutiara Ledinski

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3

BAB II.......................................................................................................................................4
2.1 DASAR TEORI..............................................................................................................4

2.2 ASPEK - ASPEK...........................................................................................................5

2.3 INDIKATOR – INDIKATOR.......................................................................................7

2.4 GEJALA-GEJALA HOMESICKNESS.......................................................................7

BAB III....................................................................................................................................10
3.1 TIPE PENELITIAN.....................................................................................................10

3.2 UNIT ANALISIS.........................................................................................................10

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA.........................................................................10

3.4 TRINGULASI DATA..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap individu. Karena

pendidikan memiliki signifikansi yang besar untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Banyak dari masyarakat yang menempuh pendidikan jauh dari tempat

tinggal guna mengejar pengetahuan sebanyak mungkin. Kegel (2009) dalam Mariska

(2018) menjelaskan bahwa ketika mahasiswa pergi ke luar daerah untuk mengejar

peluang akademik, mereka sering menghadapi perasaan kesedihan akibat rindu

kepada keluarga, teman-teman, rumah, dan budaya asal mereka. Selain itu, mereka

juga harus beradaptasi dengan lingkungan sosial yang baru dan menyesuaikan diri

dengan budaya serta tuntutan yang berbeda di tempat yang baru.

Menurut Yusrina, dkk., (2023) bahwa mahasiswa perantau sering menghadapi

tantangan yang berkaitan dengan lingkungan dan aktivitas akademik yang baru.

Mereka menjalani kehidupan jauh dari rumah, yang secara tidak langsung dapat

memisahkan mereka dari kebiasaan dan norma-norma sosial yang biasanya ada di

lingkungan tempat asal mereka. Hal ini sering kali menghasilkan masalah dalam

kehidupan mahasiswa perantau. Beberapa permasalahan yang kerap dihadapi oleh

mahasiswa perantau termasuk penyesuaian diri.

Mariska (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa penyesuaian diri

berpengaruh terhadap munculnya homesickness pada mahasiswa perantau tahun

pertama. Homesickness dapat diartikan sebagai perasaan terpisah dari lingkungan asal

yang pada gilirannya memengaruhi timbulnya emosi negatif pada individu yang

1
mengalaminya (Stroebe, 2015). Salah satu faktor penyebab homesickness pada

mahasiswa perantau adalah kurangnya kemampuan individu untuk beradaptasi dengan

baik di lingkungan tempat tinggal baru mereka.

Transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi atau lingkup

perkuliahan membawa perubahan signifikan. Terutama, individu yang sudah

memasuki tahun pertama perkuliahan memiliki kemungkinan besar untuk mengalami

homesickness. Transisi ini dianggap sebagai tekanan terutama bagi mahasiswa rantau,

karena mereka dihadapkan pada perubahan lingkungan yang memerlukan

penyesuaian diri di lingkungan baru. Charles & Luong (2011) dalam Santrock (2012:

452) menunjukkan bahwa individu yang mengalami tahap perkembangan emerging

adulthood, yaitu transisi dari remaja ke dewasa awal, cenderung menunjukkan

stabilitas emosi yang lebih baik, tanggung jawab yang lebih besar, dan perilaku

berisiko yang lebih rendah .

Mahasiswa yang diharapkan memiliki tingkat kemandirian yang tinggi untuk

beradaptasi dengan lingkungan baru karena mereka sudah memasuki tahap remaja

akhir menuju dewasa awal, yang sering dianggap sebagai periode kematangan

emosional dan sosial. Namun, Sebagian mahasiswa dalam menghadapi tantangan

seperti kesulitan dalam penyesuaian diri, kurangnya dukungan sosial, dan beban tugas

yang berat selama masa perkuliahan, perasaan homesickness yang mereka alami dapat

menghasilkan dampak yang lebih buruk yaitu isolasi sosial.

Berdasarakan hasil observasi bahwa tingkat kematangan ini tidak selalu bisa

menghilangkan potensi terjadinya homesickness. Faktanya, pengalaman

homesickness dapat tetap muncul dan berlanjut, karena dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang bersifat psikologis dan aspek lingkungan yang kompleks. Oleh karena itu

2
homesickness merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh mahasiswa

perantau di berbagai universitas di seluruh dunia.

Sebab homesickness dapat menyebabkan berbagai hambatan yang mencakup

ketidaknyamanan dalam belajar, hilangnya semangat hidup, munculnya pemikiran

dan perasaan negatif, tingkat stres yang meningkat, rasa frustrasi, emosi negatif, dan

masalah lainnya. Hewstone, dkk., (2002) dalam Mariska (2018) menjelaskan bahwa

homesickness mengakibatkan seseorang merindukan kampung halaman mereka, yang

pada gilirannya membuat mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan

lingkungan baru. Sehingga penelitian ini berjudul “Keadaan Homesick Pada

Mahasiswa Universitas Islam Riau”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah permasalahan yang telah diuraikan,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran keadaan

homesick pada mahasiswa di Universitas Islam Riau

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DASAR TEORI


Menurut KBBI homesickness atau homesick artinya rindu, hendak

pulang kampung. Menurut Thurber & Walton homesickness merupakan suatu

keadaan distress yang disebabkan karena individu berpisah dari tempat

tinggalnya. Homesickness ditandai dengan kognisi kuat tentang rumah dan

hal-hal yang berkaitan dengan kelekatan terhadap objek tertentu.

Homesickness didefinisikan sebagai suatu emosi negatif yang disebabkan

oleh perpisahan dari keterikatan dengan rumah, yang ditandai dengan

sulitnya beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki kerinduan

terhadap kegiatan serta suasana rumah.

Fisher mendefinisikan homesickness sebagai proses emosional-

kognitif yang komplek, mencakup mengingat rumah, keinginan untuk selalu

kembali ke rumah, juga disertai dengan perasaan depresi dan gejala

psikosomatis. Fisher juga menyatakan Homesick dapat dialami oleh siapa

saja, baik dari budaya, ras, dan usia yang berbeda. Van Tilburg, Vingerhoets

& Van Heck juga mendefinisikan homesickness sebagai “penderitaan” atau

suatu keadaan yang dialami individu yang jauh dari rumah, yang

meninggalkan kebiasaan dan lingkungan lama dengan perasaan asing

terhadap lingkungan baru. Homesickness adalah perasaan ingin kembali ke

lingkungan asal, lingkungan yang akrab dengan pribadi kita. Terkadang

homesickness menggambarkan gejala seperti, kesepian, ketidaknyamanan

dan gangguan kesulitan dalam penyesuain. Homesickness menurut peneliti

4
adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan perasaan sedih dan

menderita ketika teringat dengan rumah dan lingkungan yang ditinggali

sebelumnya.

Menurut Furnham (dalam Tillburg & Vingerhoets, 2005: 20)

homesickness muncul sebagai pemikiran yang kuat tentang rumah, perasaan

untuk selalu ingin pulang ke rumah, kesedihan yang mendalam untuk rumah,

dan adanya perasaan tidak nyaman yang dimiliki saat berada di tempat yang

baru. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai homesickness tersebut,

dapat disimpulkan bahwa homesickness merupakan suatu distress atau

perasaan tidak nyaman yang dapat terjadi karena individu berpisah dari

lingkungan tempat tinggalnya serta ditandai dengan emosi negatif,

dialaminya pemikiran yang kuat tentang rumah serta gejala somatik.

2.2 ASPEK - ASPEK


Tilburg mengklasifikasikan homesickness memiliki tiga aspek, yakni aspek

kognitif, perilaku dan emosional :

a. Aspek kognitif

Karakteristik kognitif individu yang mengalami homesickness adalah pikiran

yang muncul secara terus menerus tentang rumah yang ditinggalkan, tidak

hanya orang-orang terdekat, tapi juga bangunan fisik rumah, tanah kelahiran,

masakan rumah, binatang peliharaan, dan keinginan-keinginan untuk pulang

ke rumah. Karakteristik kognitif lain yang muncul pada individu yang

mengalami homesickness adalah munculnya pikiran-pikiran negatif mengenai

lingkungan baru yang ditempatinya dan kesulitan konsentrasi. Kesulitan

5
konsentrasi ini disebabkan karena pikiran yang selalu memikirkan tentang

rumah, penyimpangan memori, perilaku neurotik, dan isolasi sosial. Penelitian

Fisher & Hood menunjukkan bahwa individu yang mengalami homesickness

cenderung memandang rumah yang tinggalkannya secara positif. Penelitian

Thurber & Sigman menyatakan bahwa individu yang mengalami homesickness

cenderung memiliki tingkat perceived control yang rendah terhadap situasi

yang dijalaninya.

b. Aspek perilaku

Individu yang mengalami homesickness cenderung menampilkan perilaku

apatis, lesu, kurang inisiatif, dan juga kurang memiliki minat pada lingkungan

baru yang mereka hadapi. Individu yang mengalami homesickness cenderung

menarik diri dari lingkungan sosialnya yang menyebabkan individu kesulitan

dalam mendapatkan teman. Individu yang mengalami homesickness juga

memiliki kecenderungan menjaga kedekatan dengan orang-orang yang

ditinggalkan di rumah.

c. Aspek emosi

Individu yang mengalami homesickness cenderung membenci dan merasa

tidak puas dengan tempat barunya. Kane menyatakan bahwa ketidakpuasan

yang dirasakan individu yang mengalami homesickness lebih tertuju pada

teman-teman dan kehidupan sosial ditempat baru, daripada akomodasi dan

kehidupan akademis. Homesickness cenderung melibatkan emosi marah

sebagai aksi protes terhadap keharusan meninggalkan rumah dan protes

terhadap orang-orang atau kondisi lingkungan baru. Penelitian Burt

6
mengemukakan individu yang mengalami homesickness dicirikan dengan

munculnya simptom-simptom kecemasan dan depresi.

2.3 INDIKATOR – INDIKATOR

Indikator – indikator pada homesick menurut Van Tilburg, Vingerhoets &

Van Heck, diantaranya adalah :

1. Aspek kognitif

 Kesulitan konsentrasi

 Munculnya pikiran negatif

 Memikirkan rumah yang ditinggalkan

2. Aspek perilaku

 Menarik diri dari lingkungan sosial

 Menjaga kedekatan dengan orang-orang yang ditinggalkan dirumah

 Kurangnya minat pada lingkungan baru

3. Aspek emosi

 Kecemasan

 Ketidakpuasan pada tempat baru

 Marah dengan keadaan

2.4 GEJALA – GEJALA HOMESICKNESS

Gejala homesickness yang dialami setiap individu tentunya berbeda, ada yang

murni dari psikologis ada juga yang bersifat fisiologis. Gejala psikologi

meliputi:

a. Perubahan suasana hati (Mood swing)

7
Mood swing adalah perubahan suasana hati seseorang yang berlangsung

sangat cepat. Perubahan tersebut bisa dilihat dari perubahan raut wajah, cara

berbicara, juga dari sikap atau perilaku yang ditunjukan. Pada umumnya,

terjadinya mood swing merupakan respon tubuh terhadap situasi atau kondisi

yang sedang terjadi.

b. Gelisah

Gelisah adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan

tubuh dan pikiran untuk beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi yang

kemungkinan disebabkan oleh disorientasi dan ketakutan. Bright Side

menyebutkan bahwa rasa gelisah adalah kondisi disaat seseorang sulit untuk

merasa tenang baik secara fisik dan mental. Rasa gelisah biasanya

diekspresikan dengan gerakan tubuh seperti tangan atau kaki yang terus

menerus bergerak.

c. Kecemasan

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan

psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut,

kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Merasa cemas merupakan

hal normal dan memang biasa dihadapi semua orang.

Namun, rasa cemas yang muncul secara sering atau berlebihan bisa

jadi tanda gangguan kecemasan. Rasa cemas disebut gangguan psikologis

ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-

hari dan menjalani kegiatan produktif.

d. Malas dalam beraktivitas

8
Malas adalah kondisi ketika seseorang menghindari pekerjaan yang

seharusnya dapat dikerjakan dengan potensi dan energi yang dimiliki.18 Sifat

malas adalah dampak dari kurangnya kecakapan dalam mengatur waktu dan

kurangnya disiplin diri, bukan dari faktor genetik. Dalam buku Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia oleh M.K. Abdullah, malas memiliki arti enggan,

segan.

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk


mengeksplorasi dan mengembangkan pemahaman secara detail mengenai
fenomena homesickness yang dialami mahasiswa serta menggali deskripsi
komperehensif mencakup perilaku, motivasi, persepsi, dan tindakan seorang
mahasiswa dalam menanggapi homesickness di kampus. Metode penelitian
yang digunakan adalah studi kasus. Penggunaan metode studi kasus bertujuan
agar penelitian berfokus pada satu fenomena yang dikaji dan didalami, yaitu
homesickness pada mahasiswa rantau, sehingga studi kasus digunakan sebagai
strategi penelitian untuk mendapatkan pemahaman terperinci mengenai gejala-
gejala homesickness, faktor personal yang menimbulkan homesickness, serta
dampak yang dialami sehari-hari.

3.2 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian. Unit analisis merupakan prosedur pengambilan sample yang

didalamnya mencakup sampling dan satuan kajian. Subjek penelitian dipilih

berdasarkan kebutuhan rumusan dan tujuan peneltitian. Peneliti mengambil

subjek sesuai kriteria yang ditentukan.

3.3 Pengumpulan Data

Instrumen kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri atau

dikenal sebagai “human instrument”. Peneliti memiliki peran penting sebagai

“alat” untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Oleh karena itu, peneliti

perlu mengumpulkan data secara mendalam dan komperehensif.

3.4 Tringulasi Data Penelitian

10
Uji keabsahan data kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

transferbility (validitas eksternal). Dalam penelitian ini keabsahan data

diperoleh dari uji kreadibilitas data yang ditentukan dengan ttringulasi, yaitu

trungulasi sumber dan teknik. Tringulasi sumber untuk menguji kreadibilitas

data yang akan dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Tringulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data

yang dilakukan dengan cara melihat data dari sumber yang sama teknik

berbeda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Mita Lestari, “ Hubungan Antara Sense of Belonging dengan Homesickness”

Rosalia Wenita, “Strategi koping siswa kelas X SMA Pangudi Luhur van Lith yang

mengalami homesickness”

Edward A, Walton, “ Preventing and Treating Homesickness”, Journal of American College

Health, (2007), 416.

Istanto. T.L & Engry, A “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Homesickness Pada

Mahasiswa Rantau Yang Berasal Dari Luar Pulau Jawa Di Universitas Katolik Widya

Mandala Surabaya Kampus Pakuwon City”. Vol 7, 2019.

Mariska, A. (2018). Pengaruh penyesuaian diri dan kematangan emosi terhadap

homesickness. Jurnal Psikoborneo, 6(3), 310-316.

Yusrina, N., Hidayati, H., & Arnita, Y. (2023). GAMBARAN HOMESICKNESS PADA

SISWA DI PESANTREN KOTA BANDA ACEH. Jurnal Ilmu Keperawatan, 11(1).

Santrock, J.W. (2012). Life Span Development (14th Edition). New York: McGraw Hill Companies, Inc

12

Anda mungkin juga menyukai