Anda di halaman 1dari 20

FAMILY IN LATER LIFE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Psikologi Keluarga Kelas 2

Dosen Pengampu :
Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A.
Dra. Darosy Endah Hyoscyamina, M.Pd.

Kelompok 16
Disusun Oleh :

1. Ifania Kamilla Prameshella Putri 15000120140256


2. Carmenita Natali 15000120140169
3. Nurul Rizki Isnaeni 15000120140103
4. Muhammad Hanif 15000120140135
5. Constantya Permata Sari 15000120140226

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
AGUSTUS, 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena atas rahmat dan berkat
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Family In Later Life”
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas pada mata
kuliah Psikologi Keluarga, kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna serta menambah
wawasan bagi para pembaca nya tentang sebuah keluarga di kemudian hari.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A. beserta
Ibu Dra. Darosy Endah Hyoscyamina, M.Pd. Selaku dosen pada mata kuliah Psikologi
Keluarga yang telah memberikan tugas ini serta membimbing kami dalam penyusunan tugas
ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangannya serta jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu kami sangat menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 26 Agustus 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI…...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Keluarga ................................................................................................ 5
B. Pembagian Tahapan Siklus Kehidupan ..............................................................5
C. Family In Later Life ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15
B. Kontribusi Anggota Kelompok .......................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA… ............................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia telah melewati beberapa perkembangan yang
memiliki tugas di setiap tahapnya. Seperti tugas yang muncul pada saat periode tertentu
dari kehidupan suatu individu. Pada saat dewasa dini terdapat tugas seperti perkawinan
kemudian mulai membentuk keluarga.

Pada teori perkembangan keluarga Laszloffy (2002) dikemukakan bahwa setiap


keluarga akan berkembang dalam cara yang sama melalui delapan tahap perkembangan
keluarga. Dalam setiap tahapan perkembangan keluarga tersebut akan dihadapkan
dengan tugas perkembangan yang berorientasi terhadap keberhasilan. Meskipun tidak
semua keluarga akan mengalami tugas perkembangan yang sama dalam satu waktu,
namun hampir keseluruhan keluarga akan mengalami tugas perkembangan pada tahap
perkembangan keluarga (Mattessich dan Hill, dalam Davies & Gentle, 2012).

Dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan keluarga adalah suatu hal yang
pasti dilalui oleh keluarga yang terdapat pada setiap tahapan perkembangan keluarga,
yang mana pada satu tahap dengan tahap perkembangan selanjutnya akan memiliki
tugas yang berbeda namun saling berkaitan dalam terlaksananya tahap perkembangan
secara berkelanjutan. Tugas-tugas yang dapat dilakukan secara optimal pada tahap
pertama akan dapat mempengaruhi keberlangsungan keluarga dalam melanjutkan
tahapan keluarga selanjutnya.

Berdasarkan paparan tersebut kami berusaha untuk memberikan penjelasan


terkait dengan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga pada setiap tahap yang
berlangsung. Tak lupa dengan bentuk pengasuhan yang akan turut menyertai
berjalannya tugas perkembangan keluarga pada tahapan perkembangan keluarga.
Tahapan perkembangan keluarga yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah pada
tahapan perkembangan Family in Later Life.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga?

2. Apa saja tahapan dan tugas perkembangan keluarga?

3
3. Bagaimana dinamika dan tugas perkembangan keluarga pada tahapan family in
later life?
4. Bagaimana pengasuhan keluarga pada tahapan family in later life?
5. Bagaimana kasus dalam tahapan family in later life?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Keluarga.

2. Untuk mengetahui Tahapan Perkembangan Keluarga.


3. Untuk mengetahui dinamika dan tugas perkembangan keluarga pada tahapan family
in later life.
4. Untuk mengetahui pengasuhan keluarga pada tahapan family in later life.
5. Untuk mengetahui kasus dalam tahapan family in later life.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah,mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang
layak,bertaqwa kepada Tuhan,memiliki hubungan yang selaras,serasi dan seimbang
antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN,1999 dalam
Sudiharto,2010). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal pada suatu tempat di
bawah atap yang sama dengan keadaan saling ketergantungan (Leny & Jhonson, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena adanya hubungan darah
atau perkawinan dimana mereka hidup dalam satu rumah tangga yang mana satu sama
lain saling berinteraksi dan memiliki peran masing-masing dalam mempertahankan
kebudayaan (Friedman,2010). Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga
dengan berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan mempertahankan kebudayaan
(Ali,2010) Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
istri dan anak, yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan erat dalam mencapai
tujuan tertentu. Interaksi yang baik dan ditentukan oleh kualitas pemahaman anak dan
orang tua menjadi hal yang penting pada masa perkembangan anak Soetjiningsih,
2012). Sulistyo (2012) mengungkapkan bahwa keluarga adalah kumpulan anggota
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari anggota rumah tangga yang
saling berinteraksi, berhubungan, dan ketergantungan satu sama lain dalam peran dan
mempertahankan kebudayaan.

B. Pembagian Tahapan Siklus Kehidupan


● Dewasa dan belum menikah (unattached young adult)
Pada tahapan ini seorang individu akan memformulasikan hal-hal yang menjadi
tujuan hidupnya dalam perkembangannya untuk menjadi "seseorang". Termasuk
dalam membentuk sebuah keluarga.
Masalah-masalah yang sering muncul pada tahap ini adalah :

5
1) Masalah media
Akne, dysmenorrhea dan masalah yang berhubungan dengan seks seperti
penyakit kelamin dan kehamilan yang tak diinginkan.
2) Masalah emosional
Psikosomatis yang berhubungan dengan pekerjaan baru, depresi karena
penyesuaian terhadap lingkungan baru dan ekspektasi dari orang-orang
terdekat.
3) Masalah sosial
Tekanan dari teman-teman dalam penggunaan alkohol, merokok, tekanan
dari pacar untuk menikah.

● Tahap awal perkawinan (the newly married couple)


Pada tahap ini sering terjadi penggabungan dua keluarga melalui sebuah
perkawinan. Ini adalah masa transisi bagi pasangan yang baru menikah dari
kehidupan lajang pasangan suami istri.
Masalah yang sering muncul pada tahap ini adalah :
1) Masalah medis
Kehamilan yang terlalu cepat, penyakit kelamin, masalah ginekologi dan
fertilitas.
2) Masalah emosional dan sosial
Depresi karena cepat menikah atau karena kehamilan yang tidak diinginkan,
masalah perbedaan komunikasi dan kepribadian antar suami istri, masalah
dengan mertua dan masalah keuangan.
Ada beberapa tahapan dalam perkawinan :
1) Tahapan bulan madu (honeymoon stage) : 0-2 tahun
Masalah yang sering terjadi disini adalah komitmen terhadap perkawinan
tersebut. Setiap pasangan harus berdiferensiasi dari keluarga masing-masing
dan mengatur waktu antara pasangan, keluarga dan teman.
2) Tahapan awal perkawinan (early marriage stage) : 2-10 tahun
Masalah yang sering terjadi adalah bagaimana mematangkan hubungan
perkawinan. Setiap pasangan harus menjaga romatisme dalam perkawinan,
mengatur waktu agar seimbang antara kebersamaan dan perpisahan dan
memperbaharui komitmen perkawinan.
3) Tahap pertengahan perkawinan (middle marriage stage) : 10-25 tahun

6
Masalah emosional yang muncul adalah menelaah kembali hubungan
perkawinan. Setiap pasangan harus menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada usia pertengahan dan harus memperbaharui perkawinan.
4) Tahap jangka panjang perkawinan (long term marriage stage) : >25 tahun.
Masalah emosional yang muncul adalah perpisahan dan perencanaan dalam
menghadapi kehidupan usia lanjut. Pasangan harus menjaga fungsi dari
masing-masing pasangan dan jika terjadi harus menghadapi kematian dari
pasangan.
● Tahap keluarga dengan anak-anak (the family with young children)
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga beranjak dewasa. Pada tahap ini juga
anak-anak mulai sekolah, yang merupakan kontak pertamanya dengan orang lain di luar
keluarganya.
1) Masalah media
Masalah kandungan dan kebidanan, keluarga berencana, penyakit kelamin.
2) Masalah emosional dan sosial
Tekanan dari teman sebaya di lingkungannya dalam penggunaan alkohol,
narkoba, perselingkuhan, gangguan dalam kemampuan seks, masalah
pekerjaan, masalah dalam mengasuh anak, masalah keuangan.
● Tahap keluarga dengan anak-anak dewasa (the family with adolescent)
Pada saat anak-anak beranjak dewasa, pasangan tersebut mulai memasuki usia
pertengahan dan orang tua mereka memasuki usia lanjut.
1) Masalah medis
Masalah penggunaan obat-obat terlarang pada anak, akne, bau badan, masalah
menstruasi pada anak dan tanda-tanda premenopause pada orang tua.
2) Masalah sosial dan emosional
Anak bereksperimen dalam seks, homoseksual pada anak, konflik dengan orang
tua, tekanan teman sebaya dan krisis usia pertengahan pada orang tua

● Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (launching family)


Tahap ini dimulai saat anak pertama mulai meninggalkan rumah keluarga dan berakhir
setelah anak terakhir juga meninggalkan rumah keluargan.
1) Masalah medis

7
Masalah obstetri dan ginekologi, masalah kesehatan yang terjadi secara
episodik, masalah kesehatan yang berhubungan dengan remaja dan dewasa
muda, penyakit degeneratif pada orang tua.
2) Masalah sosial dan ekonomi
Masalah kemandirian, konflik dengan orang tua, sindroma kesepian pada orang
tua, penurunan karir sejalan dengan bertambahnya usia orang tua.

● Tahap keluarga pada usia lanjut (family in later life)


Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah, dilanjutkan dengan
pensiunnya salah satu atau kedua pasangan dan berakhirnya saat keduanya meninggal.
Masalah yang sering muncul adalah :
1) Masalah media
Penyakit degeneratif, masalah menopausal, masalah urologis.
2) Masalah sosial dan ekonomi
Depresi karena ditinggal mati pasangan, kesepian, psikosomatis karena
ditinggal anak-anak.
Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga (Eight-Stage Family
Life Cycle) dan setiap tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas tersendiri :
1. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki
anak).
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan
anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga istri, dan
keluarga sendiri.
2. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang
anak pertama yang baru lahir).
a) Persiapan menjadi orang tua.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual, dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. “Families with preschool children (oldest child 2,5-6 years)” (Keluarga dengan
anak pertama yang berusia prasekolah).

8
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan
anak yang telah masuk sekolah dasar).
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baikdi sekolah maupun di luar sekolah.
5. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak
yang telah remaja).
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orangtua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tua dan anaknya yang berusia remaja.
6. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving
home)” (Keluarga dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

9
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah pensiun).
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain: mempertahankan kesehatan
pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan sebagainya.
8. “Aging family members (retirement to death of bothspouse)” (Keluarga dengan
orang tua yang telah lanjut usia).
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.

C. Tahapan Family In Later Life


Tahap keluarga yang terakhir ditandai dengan pasangan suami istri mulai
menginjak usia lanjut. Salah satu dari pasangan mengalami pensiun atau meninggal
dunia. dalam tahap kedelapan ini muncul beberapa stressor yang menghampiri
pasangan suami istri. Stressor tersebut adalah menurunnya pendapatan, berkurangnya
sahabat atau kehilangan hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, dan menurunnya
produktivitas serta kesehatan. Walaupun banyak stressor muncul namun dalam
keluarga tugas utamanya adalah tetap menjaga kepuasan hidup. Beberapa pasangan
suami istri yang sudah lanjut usia dan anakanaknya telah berkeluarga, mereka lebih
memilih hidup di rumah sendiri. Tugas keluarga dalam tahap family in later yaitu:
1) Mempertahankan suasana damai dalam rumah
2) Adaptasi terhadap kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.
3) Menjaga hubungan suami istri tetap akrab dan saling merawat.

10
4) Mempertahankan hubungan baik dengan anak dan masyarakat.
5) Melakukan life review
6) Mempersiapkan mental menerima kematian pasangan, teman, dan
mempersiapkan kematian.

Tahap family in later pasangan suami istri menginjak usia lanjut. masa lansia
merupakan masa saling merawat apabila salah satu dari pasangan mengalami sakit.
Ketertarikan seksual pada pasangan suami istri lanjut usia sudah mulai menurun.
Walaupun demikian, laki-laki memiliki ketertarikan seksual lebih tinggi dari pada
wanita (Das,Laumann, & Waite, 2012). Hubungan antar generasi dari orang tua dengan
anak dewasa yaitu saling bergantung, saling berhubungan, serta terdapat hubungan
yang dinamis yang berdampak pada kesejahteraan akhir kehidupan. Hubungan orang
tua dengan anak dalam Analisis Dyadic menunjukan bahwa anak yang telah dewasa
lebih mampu memberikan perhatian pada orang tua (Fingerman, Huo, & Birditt, 2020).
anak dewasa mampu memberikan dukungan emosional, keuangan, dan dukungan
instrumental. Sedangkan orang tua lebih memberikan dukungan praktis dan
memberikan sedikit nasihat (Kim, Zarit, Eggebeen, Birditt, & Fingerman, 2011). Anak
memberikan dedikasi kepada orang tua yang menginjak usia lanjut sedangkan orang
tua akan lebih memberi dukungan secara praktis kepada anak dewasanya tanpa
memberikan nasihat yang memaksa (Suitor et al., 2017). Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa orang tua memilih dengan siapa ia diasuh berdasarkan tingkat
kedekatan dan memiliki nilai-nilai yang sama. dengan memilih anak yang dekat secara
emosional maka hubungan antara orang tua dengan anak dewasa akan lebih stabil tidak
konfliktual (Suitor, Gilligan, Johnson, & Pillemer, 2013). Orang dewasa akan menyebut
nama anak nya yang dipilih untuk mengasuh mereka.
1) Pengasuhan
Romantisme dan ikatan antar anggota keluarga menjadi sumber dukungan yang
penting dalam kehidupan di kemudian hari. Namun dalam sebuah penelitian, pada
keluarga kontemporer kurangnya keluarga yang menjadi caregiver (Redfoot,
Feinberg, & Houser, 2013). Hal ini dikarenakan oleh sedikitnya anak yang mereka
miliki, mobilitas ekonomi, dan mobilitas geografis. Beberapa anak dewasa tinggal
jauh dari orang tua atau tidak memiliki waktu sehingga membuat mereka menyewa
pengasuh untuk merawat orang tua (National Academies of Sciences, Engineering,
& Medicine,2016).

11
Pada masa usia lanjut akan terjadi beberapa perubahan kesehatan pada orang tua
(Santrock, 2012):
a) Otak menjadi tua: terjadi penyusutan pada otak dan kerja otak menjadi laman.
b) Sistem kekebalan tubuh menurun. kekurangan nutrisi dalam asupan makanan
menjadi salah satu faktor menurunnya kekebalan tubuh orang tua lanjut usia.
namun, dengan melakukan olahraga dapat meningkatkan kebugaran jasmani
mereka.
c) Penampilan fisik dan pergerakan: menginjak usia lanjut orang tua akan
mengalami perubahan bentuk tubuh (semakin bungkuk), terjadi penyusutan
otot, berat tubuh turun, tubuh terlihat kendur, dan pergerakan menjadi lambat.
d) Perubahan sensori: terjadi penurunan daya penglihatan. Orang tua memasuki
usia lanjut akan mengalami beberapa masalah penglihatan seperti ketajaman
penglihatan, penglihatan warna, persepsi kedalaman, dan beberapa penyakit
mata. Selain pendengaran, terjadi penurunan pendengaran, penciuman, dan
perasa.
e) Sistem peredaran darah dan paru-paru: kapasitas paru-paru menurun bahkan
paru-paru mengalami penurunan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah.
f) Seksualitas : terjadi pelemahan orgasme pada laki-laki. Aktivitas seksual akan
berkurang ketika pasangan suami istri memasuki usia 57-64 tahun.
Masa usia lanjut adalah masa dimana orang tua membutuhkan anak dewasanya
untuk merawat dan mengurusi kehidupannya. Hal ini dikarenakan keadaan orang tua
yang semakin lemah dan tidak produktif lagi.

2) Kasus

KASUS PENELANTARAN MASIH DIALAMI LANSIA INDONESIA

JAKARTA

Catatan LBH APIK menunjukkan kasus kekerasan terhadap orang lanjut usia
(lansia) masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Ini terlihat dari kasus
kekerasan terhadap lansia yang ditangani LBH APIK di Medan, Yogyakarta dan

12
Bali pada Juli 2019-Juli 2020.

Sebagian besar kasus berupa penelantaran (32 kasus), disusul kekerasan psikologis
(24 kasus), dan kekerasan fisik (12 kasus). Selain itu, LBH APIK juga menangani
dua kasus kekerasan seksual terhadap lansia, perampasan harta dan eksploitasi
masing-masing satu kasus.

Pengurus Asosiasi LBH APIK Budi Wahyuni mengatakan kasus kekerasan


terhadap orang lansia kerap disembunyikan karena dianggap tidak penting dan
korban tidak mengetahui lembaga yang dapat menerima laporan.

"Data kekerasan terhadap lansia masih minim dan belum memuat terpilah secara
komprehensif, serta tidak ada update tahunan. Ini menarik, jangankan mau
melaporkan kekerasan. Sehingga seperti fenomena gunung es," jelas Budi Wahyuni
dalam diskusi daring, Selasa (15/12).

Budi menambahkan lembaganya juga mencatat sejumlah persoalan dasar yang


dihadapi para lansia. Antara lain tidak mampu membayar iuran BPJS, tidak terdata
sebagai kelompok miskin saat pandemi corona, dan tidak memiliki KTP. Karena
itu, kata Budi, dengan sejumlah persoalan tersebut pemerintah semestinya tidak
membubarkan Komnas Lansia, melainkan lebih dikuatkan peranannya atau
direvitalisasi.

Sementara peneliti dari Center for Ageing Society (CAS) Universitas Indonesia
Vita Priantina Dewi menjelaskan berdasarkan data BPS pada 2019, jumlah
penduduk lansia di Indonesia telah mencapai 25 juta orang. Mayoritas lansia
tersebut tinggal di desa yang pada umumnya berpendidikan rendah atau hanya
sekolah dasar. Ia juga mencatat ada sekitar 2,4 juta lansia yang terlantar.

"Sebagian besar lansia adalah perempuan. Jadi lansia perempuan cenderung hidup
lebih lama, namun sakit-sakitan. Ini menurut WHO. Lansia juga masih banyak yang
bekerja, namun masih ada yang tidak punya jaminan kesehatan," jelas Vita.

13
Vita mendorong negara untuk memberdayakan penduduk lansia dalam
pembangunan masyarakat. Menurutnya, pemberdayaan ini tidak hanya untuk
kesejahteraan mereka, namun juga untuk pemenuhan psikologi, sosial dan
kesehatan lansia.

Kata Vita, pemberdayaan terhadap lansia di masyarakat selama ini belum maksimal
karena masih ada stigma negatif terhadap mereka seperti dianggap tidak produktif
lagi. Karena itu, ia berharap ada organisasi bagi lansia pada masa mendatang untuk
mewadahi kreasi dan meningkatkan kesejahteraan lansia.

sumber : https://www.voaindonesia.com/a/kasus-penelantaran-masih-dialamilansia-
indonesia/5701737.html

Kasus di atas menunjukan pentingnya mengetahui pendidikan dalam pengasuhan


keluarga di usia lanjut, bukan hanya oleh keluarga yang berhubungan darah dengan
sang lansia, akan tetapi warga yang berada di lingkungan sekitar pun berperan penting
dalam menjaga kesehatan terutama kesehatan psikologis lansia. Selain itu pemahaman
akan tugas yang berubah pun harus dipahami para lansia sehingga mereka siap
menjalani segala perubahan di kehidupan saat usia lanjut nanti.

14
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Keluarga adalah sebuah unit terkecil terdiri dari ayah, ibu, dan anak berasal dari sebuah
pernikahan yang sah. Keluarga merupakan kesatuan biopsikososial primer yang
berfungsi sebagai satu kesatuan psikis. Keluarga bukanlah sesuatu yang bersifat statis,
tetapi terus berubah, berkembang dan bersifat dinamis.
Setelah keluarga terbentuk dari hubungan pernikahan yang sah, terdapat beberapa tahap
perkembangan dalam keluarga yaitu, Keluarga baru menikah, Keluarga dengan anak
baru lahir, Keluarga dengan anak prasekolah, Keluarga dengan anak usia sekolah,
Keluarga dengan anak remaja, Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa, Keluarga
usia pertengahan, dan Keluarga usia tua. Pada keluarga masa pertengahan anak mulai
dewasa dan tinggal di tempat baru karena sudah berkeluarga. Hal ini menimbulkan
kekosongan bagi orang tua. Pada usia tua, suami istri akan mengalami beberapa
perubahan seperti pensiun, pendapatan menurun, kesehatan menurun, serta menghadapi
kematian. Oleh karena itu, masa lanjut usia orang tua perlu mendapat asuhan dari
anaknya yang telah dewasa.

B. Kontribusi Kelompok

Nama NIM Kontribusi

Ifania Kamilla Prameshella 15000120140256 - Definisi keluarga


Putri - Pengasuhan family in later life
- Membuat kesimpulan
- Membuat kata pengantar
- Membuat ppt

Carmenita Natali 15000120140169 - Tahap perkembangan keluarga


- Tugas keluarga di setiap fase
perkembangan
- Merapikan makalah
- Membuat ppt

15
Constantya Permata Sari 15000120140226 - Kasus dan pembahasan family in
later life
- Pembahasan pola pengasuhan
family in later life
- Membuat tujuan
- Membuat ppt

Nurul Rizki Isnaeni 15000120140103 - Membagi materi dan membuat


rumusan masalah
- Tugas keluarga di setiap fase
perkembangan
- Pembahasan (tugas dan masalah)
tahapan family in later life
- Membuat ppt
- Menyusun makalah

Muhammad Hanif 15000120140135 - Membuat latar belakang


- Pembahasan tahapan family in later
life
- Pembahasan kasus family in later
life
- Membuat ppt

16
DAFTAR PUSTAKA

Alhuda, Tan Robin., Prastiwi, Swito., & Dewi, Novita (2018). Hubungan Antara Pola
Makan dan Gaya Hidup dengan Tingkatan Hipertensi pada Middle Age 45-59
Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Nursing News. Vol
3 No 1 : 550-562

Ali, Zaidin.2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Andarmoyo,


Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga:Konsep Teori, Prosesdan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Bararah, V. F. (2010). 'Sindrom sarang kosong', saat anak meninggalkan rumah.


Jakarta, Jakarta: Diunduh dari
http://health.detik.com/read/2010/07/01/083551/1390690/763/sindrom-
sangkarkosong-saat-anak-meninggalkan-rumah tanggal 26 Oktober 2016.

Darmayanthi, N. K. P., & Lestari, M. D (2017). Proses Penyesuaian Diri pada


Perempuan Usia Dewasa Madya yang berada pada Fase Sarang Kosong. Jurnal
Psikologi Udayana, 63-78. Das A, Laumann EO, & Waite LJ (2012). Sexual
expression over the life course: Results from three landmark surveys In
Carpenter LM & Delamater J (Eds.), Sex for life: From virginity to Viagra, how
sexuality changes throughout our lives (pp. 236– 259). New York: New York
University Press.

Davies, J.J., & Gentile, D.A. (2012). Responses to Children’s Media Use in families
with and without Siblings: A Family Development Perspective. Family
Relation, 61, 3.

Duvall, E. M., & Miller, B. C. (1985). Marriage and development, 6th ed. USA: Hurper
& Row Publisher, Inc. Fam, J.M. (2020) ‘Families in Later Life: A Decade in
Review’ ‘Author manuscript’. 82(1). Pp 346–363. doi:10.1111/jomf.12609.

Faujiah, I., & Ardiani, N. d. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap
Perkembangan Keluarga Middle Age Family. Universitas Kusuma Husada

17
Surakarta. Fingerman KL, Huo M, & Birditt K (2020). A decade review of
intergenerational ties: Technological, economic, political, and demographic
change. Journal of Marriage and Family, 82(1), 383–403.

Friedman, M.2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek Edisi
ke-5. Jakarta: EGC

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga Kim K, Zarit SH, Eggebeen DJ, Birditt
KS, & Fingerman KL (2011). Discrepancies in reports of support exchanges
between aging parents and their middle-aged children. Journals of Gerontology
Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 66(5), 527–537.
10.1093/geronb/gbr029

Lefrancois, Guy. (1993). The Life-Span (4th ed.). Belmont California: Wadsworth
Publishing Company.

Santrock, J.W. (1995), Life-span development.Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2002). Life span development: perkembangan masa hidup, Edisi 2.
Jakarta: Erlangga.

Sari, M, A, N., dkk.(2014). Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap II dengan


Kelengkapan Imunisasi DPT Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mangli
Kabupaten Jember. E-jurnal Pustaka Kesehatan. Vol.2(3).

Soetjiningsih. 2012. Perkembangan dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu


Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Sagungseto. Pp 86-90. Suitor JJ,
Gilligan M, Pillemer K, Fingerman KL, Kim K, Silverstein M, & Bengtson VL
(2017). Applying within-family differences approaches to enhance
understanding of the complexity of intergenerational relations. The Journals of
Gerontology: Series B, 73(1), 40–53. 10.1093/geronb/ gbx037 Suitor JJ,
Gilligan M, Johnson K, & Pillemer K (2013). Caregiving, perceptions of

18
maternal favoritism, and tension among siblings. The Gerontologist, 54(4),
580–588. 10.1093/geront/gnt065 [PubMed: 23811753]

Sholevar G.P., Schwoeri L.D. (2003). Clinical Application, Textbook of Family and
Couples Therapy. American Psychiatric Publishing, Inc.

Sigelman, Carol. K., Rider, Elizabeth A. (2003). Life-Span Human Development(4th


ed). Belmont California: Wadsworth Publishing Company.

Zainul, U.A. (2018) ‘PERAN KELUARGA TERHADAP KESEHATAN JIWA


LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMATA DAN
PUSKESMAS BONTORAMBA’ Tidak Diterbitkan. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

19

Anda mungkin juga menyukai