Anda di halaman 1dari 41

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Remaja”

Dosen Pembimbing
Eka Misbahatul Mar'ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3 A3-2017
1. Neiska Galuh M 131711133059
2. Linda Masruroh 131711133060
3. Citra Alifianti 131711133098
4. Wiranda Rahmadhani D P 131711133151
5. Nia Ramadhani 131711133154
6. Salsabilla Raisya N 131711133155

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT


karena dengan rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Tahap Perkembangan Remaja” dengan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah


ini tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Eka Misbahatul Mar'ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen


pembimbing mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
membimbing kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
tepat waktu;
2. Anggota kelompok 3 A3 2017 yang telah meluangkan waktu dan
partisipasinya dalam penyusunan makalah;
3. Teman-teman kelas A3 yang telah membantu penyelesaian makalah;
serta
4. Fakultas Keperawatan UNAIR yang telah menunjang penyelesaian
makalah melalui sarana dan pra-sarana.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga menyadari bahwa


pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu
penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga penulis
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

i
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.

Surabaya, 9 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Konsep Keluarga 3

2.2 Remaja 8

2.3 Konsep Keluarga dengan Anak Remaja 17

BAB 3 : KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN 22

3.1 Kasus Keluarga dengan Anak Remaja 22

3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja 23

BAB 4 : PENUTUP 36

4.1 Kesimpulan 36

4.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang


memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap
perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan
dari masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan
banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain
mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan
secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja
cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada
masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti
kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua
diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta,
2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di
dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di
negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun
2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum
muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja
terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk
(BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak
usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat

1
melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang
timbul bisa teratasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep keluarga?
2. Bagaimana konsep remaja?
3. Apa saja tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan


masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.2.1 Definisi

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat


sesungguhnyamempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu
dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku
sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai
posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan
karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan


perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi keluarga menurut
beberapa ahli dalam (Jhonson R, 2010):

a. Raisner

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau
lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.

b. Duval

Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan


ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap
anggota keluarga.

c. Spradley and Allender

3
Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan
tugas.

d. Departemen Kesehatan RI

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak, kakak
dan adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial anggota.
2.1.2 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap
keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tahap perkembangan
keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998), yaitu :
A. Pasangan Baru

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki


(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan

4
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang
membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi
dan sebagainya
Tugas perkembangan keluarga antara lain :

1) Membina hubungan intim dan memuaskan.


2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga
suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
B. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut


sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas perkembangan
kelurga yang penting pada tahap ini adalah:

1) Persiapan menjadi orang tua


2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman


orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi
hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan
kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

C. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan keluarga ini yaitu :

5
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
D. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah )


dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan
anak.

Tugas perkembangan keluarga ini antara lain :

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan


lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
4) Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
E. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7


tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang

6
dewasa.

Tugas perkembangan :

1) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.


2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
F. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

G. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena
masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1) Mempertahankan kesehatan.

7
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan
lain sebagainya.
H. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini.

2.2 Remaja
2.2.1 Definisi

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari


bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi


tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,

8
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa di mana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa


anak dan sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap
perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada
perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami
mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan
dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja
menjadi penting untuk diperhatikan.

2.2.2 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses


penyesuaian diri menuju dewasa :

a. Remaja Awal (Early Adolescence)


Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

9
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria
harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).
2.2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat


dibedakanmenjadi :

A. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong


(2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan
fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada

10
saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus
pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah
otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai
lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat
penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada
tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan
tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.

a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok
adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari
kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika
remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya
mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap
kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga
mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri
sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang
lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap
mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan
identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan
penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.
Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun

11
demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan
pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan
muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak
mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan,
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran
seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara
daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih
matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
B. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan
ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan.
Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat

12
membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang
tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori
variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi
atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi
sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat
dianalisis.
C. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai
moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik
dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak
dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau
penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun
demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak
mematuhi peraturan tersebut.
D. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang
lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka
berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin
menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.

13
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan
mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya
menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
E. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus
membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah
identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh
dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin
dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika
mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
F. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka
untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
2.2.4 Tugas Perkembangan

Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja


menurut (Hurlock, 2001) antara lain :

14
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar


dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki
dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai
tugastugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang
matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini
adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi
pembentukan sikap dan pola perilaku.

2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan


seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang
timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya
menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif
singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi
delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu
para remaja.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya


bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan
waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara
memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah


mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi
anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan
didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk

15
mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan
menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir
masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru
dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang


dewasa lainnya.

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk


mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian
emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja
yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang
diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang
dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki
hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.

6. Mempersiapkan karier ekonomi

Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih


pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja
memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama,
tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana
mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi
mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai
pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

16
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting
dalam tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku
seksual yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah
persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan
yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan,
yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk


berperilaku mengembangkan ideologi

Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-


nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak
dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan
dengan teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila
mengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial
mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi
hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa
dianggap tidak bertanggung jawab.

2.3 Konsep Keluarga dengan Anak Remaja


2.3.1 Definisi
Keluarga merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dalam
kehidupan, yang mana keluarga merupakan tempat pertama dan utama
dalam memulai kehidupan dan berinteraksi antar anggotanya. Keluarga
adalah institusi terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki struktur sosial
dan sistem tersendiri dan yang merupakan sekumpulan orang yang tinggal
dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau
hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2013:viii dalam (Aziz,
2017).

Sedangkan, keluarga dengan anak remaja (family with teenagers)


merupakan tahapan ke-5 dari tahapan perkembangan keluarga. Tahapan

17
ini dimulai saat anak berusia 13 tahun sampai 20 tahun. Tujuan yang
terdapat pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah
untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

2.3.2 Tugas Perkemangan Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja menurut Duvall &


Miller (1985): Carter & Me Goldrick (1988) dalam Syafitri (2018) adalah :

1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang


dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa
muda dan mulai memiliki otonomi).
2. memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung
jawab,
3. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orang tua: menghindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Memelihara hubungan intim dalam keluarga: memfokuskan kembali
hubungan perkawinan
5. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

2.3.3 Permasalahan pada Keluarga dengan Anak Remaja


Keluarga dengan anak remaja merupakan tahapan perkembangan
keluarga yang paling sulit. Hal ini dikarenakan orangtua diharuskan melepas
otoritasnya terhadap anak sekaligus diwajibkan dalam membimbing anak
untuk tetap bertanggungjawab. Perkembangan usia remaja merujuk pada
perubahan fisik, perubahan kognitif, dan perubahan psikologis. Remaja
mampu membayangkan hal yang akan terjadi dan memecahkan masalah
dengan manipulasi beberapa konsep abstrak sekaligus, hal ini bertujuan
untuk memperoleh identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan
perkembangan psikososial remaja. Pada perkembangan psikososial remaja
harus membentuk hubungan kelompok yang erat atau memilih untuk tetap
terisolasi secara sosial (Potter & Perry, 2010). Oleh karena itu, seringkali

18
pada tahapan remaja, teman sebaya adalah faktor penting yang
mempengaruhi kehidupan sosial remaja.
Apabila keluarga tidak mampu menjalankan peran sesuai tahapan
perkembangan, maka seringkali dijumpai anak remaja yang mengabaikan
pendapat orangtuanya karena dianggap tidak memihak dan memahami
kondisi mental mereka. Hal ini menyebabkan keluarga (orangtua)
kehilangan kendali dalam menentukan batasan pengaruh teman sebaya
(peer group) pada anak remaja. Sehingga pada tahapan ini seringkali
muncul konflik keluarga. Hal ini dapat menyebabkan hubungan antara anak
dengan orangtua dapat terganggu yang berdampak pada ketidakmampuan
remaja dalam mencari identitas diri. Kegagalan dalam mencari identitas diri
akan menimbulkan dampak negatif seperti kenakalan remaja.
Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh faktor
eksternal maupun faktor dari remaja itu sendiri (internal). Faktor eksternal
dapat berupa keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah (Willis, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sawo (2009),
menyebutkan bahwa keluarga-keluarga di kota besar sulit untuk
melaksanakan fungsi dan peranannya secara penuh, hal ini disebabkan
karena kecenderungan adanya kesibukan orang tua dan kondisi kehidupan
kota membatasi pelaksanaan fungsi dan peranan. Kondisi keluarga yang
sibuk akan membuat remaja menegakkan eksistensi dirinya sebagai orang
yang tersisih, semakin menjauh dari keluarga, dan mulai mencari keluarga
baru (Kartono, 2013), yaitu bergantung pada peer group.
Sedangkan penelitian Cahyo (2009) terhadap remaja di Gandekan Lor
juga menyatakan bahwa kenakalan yang sering terjadi seperti pencurian,
mabuk-mabukan, membolos, berani melawan orang tua, penggunaan
narkoba dan MBA (Married By Accident),salah satu faktor penyebabnya
adalah ketidakberfungsian sosial peran orang tua dalam keluarga. Kondisi
sosial telah menyebabkan kontrol orang tua terhadap remaja semakin
berkurang, sehingga banyak terjadi kelabilan dalam berbagai sektor di
lingkungan keluarga. Lemahnya kontrol keluarga mengakibatkan remaja
menjadi nakal tidak terkontrol dan tidak terkendali. Semakin menurunnya

19
kontrol orang tua terhadap remaja meningkatkan nafsu kepentingan diri
sendiri dan meningkatkan jumlah remaja dengan perilaku nakal (Kartono,
2013). Cahyo (2009) juga menyimpulkan bahwa kenakalan remaja terjadi
bukan hanya karena ketidakberfungsian sosial peran orang tua dalam
keluarga, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh teman bergaul
Kartono (2013) menyebutkan bahwa kenakalan remaja (juvenile
delinquency) merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya remaja
mengembangkan perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu keluyuran, membolos sekolah, berkelahi
dengan teman sebaya, membaca, melihat dan menonton buku porno, kebut-
kebutan, minum-minuman keras, berhubungan seks di luar nikah, aborsi,
memerkosa, berjudi, menyalahgunakan narkoba dan lain sebagainya
(Mubarak, 2009).
Konflik antara remaja dengan orang tua yang terlalu sering dan berat
serta pengelolaan konflik yang tidak baik, akan menyebabkan terjadinya
masalah ektrenalisasi dan internalisasi remaja (Sorkhabi & Middaugh,
2014). Dampak tersebut selain kenakalan remaja, yaitu diantaranya kabur
dari rumah, bolos sekolah, kehamilan dan pernikahan usia dini, penggunaan
narkoba (Santrock, 2013), prestasi akademik menurun (Onongha, 2015),
kecemasan, agresif (Cotter & Evans, 2015), harga diri rendah, depresi pada
remaja (Ozdemir, 2014), gangguan hubungan sosial, sampai percobaan
bunuh diri (Kuhlberg & Pen, 2010).
Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk tetap menjalin
komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi dalam keluarga yang
harmonis dan menghargai pendapat remaja, dapat menciptakan konsep diri
yang baik terhadap dirinya. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi cara
mereka dalam bertingkah laku dan mengembangkan hubungan yang baik
dengan lingkungannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Christiyanti (2010) menyebutkan
orang tua dengan remaja yang melakukan perilaku kenakalan mempunyai
kualitas hubungan komunikasi yang buruk, tidak mempunyai kedekatan dan

20
keterbukaan yang mengakibatkan terjadi kesenjangan komunikasi, sehingga
konflik seringkali terjadi diantara orang tua dan remaja sehubungan dengan
kenakalan yang dilakukan remaja. Salah satu tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja adalah mengembangkan komunikasi secara terbuka
antara orang tua dengan anak- anaknya. Terjalinnya komunikasi yang
efektif antara keluarga dengan remaja akan meningkatkan fungsi afektif
keluarga dengan anak remaja (Ali, 2010).

21
BAB 3

KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus Keluarga Dengan Anak Remaja


Tn.M (46 tahun) menikah dengan Ny.D (42 tahun) memiliki 3 anak
yaitu An.Sa (17 tahun), An.So (11 tahun) dan An.H (8 tahun). Keluarga
Tn.M tinggal di Mulyorejo Tengah. Keluarga Tn.M jarang bersosialisasi
dengan tetangga karena sibuk bekerja. Begitu juga komunikasi mereka
dengan anak-anaknya. Anak pertama Tn.M mudah marah dan tidak
terbuka saat orang tua menanyakan suatu permasalahan. Ketika anak dari
Ny. D sakit, beliau hanya memberi obat dan tidak membawa anak untuk
periksa ke dokter karena akan sembuh sendiri. Tidak ada pembagian
tanggung jawab khusus dalam keluarga, ibu yang selalu membersihkan
rumah sendiri.
Tersedia kotak P3K di dalam rumah. Tidak dilakukan pemeriksaan
jentik-jentik nyamuk dikarenakan keluarga Tn. M mandi menggunakan
shower. Keluarga Tn. M mengonsumsi makanan yang bergizi seperti
lauk pauk, buah, dan sayuran.

22
3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Remaja
3.2.1 Pengkajian

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KELUARGA

Nama Puskesmas No. Register


Nama Perawat Tanggal Pengkajian 6 Maret 2020
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Tn.M Bahasa sehari-hari Bahasa Indonesia
Keluarga
Alamat Rumah & Jl. Mulyorejo Tengah mo Yankes terdekat, Jarak Puskesmas Mulyorejo, 1
Telp 44 Surabaya km
Pekerjaan Wiraswasta Alat transportasi Sepedah Montor
Agama & Suku Islam & Jawa Status Kelas Sosial Menengah Keatas
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Na Hu Umu JK Suku Pendid Pekerj Status Gizi TTV Status
b Imunis
ma dg r ika n aan (TB, BB, (TD, N, asi
n Terakh Saat BMI) S, P) Dasar
K ir Ini
K
1. Tn.M Kepala 46 L Jawa S1 Wiraswasta165 cm, 55 kg, 110/60 mmhg,
Keluar tahun 64x/menit,
ga 36,50C,
2. Ny.D Istri 42 P Jawa S1 Guru Tk 155 cm, 45 kg, 90/60 mmHg,
tahun 18,7 72x/menit,
36,50C,
3. An. Sa Anak 17 P Jawa Tamat Pelajar 150 cm, 40 kg, 100/70 mmHg, Lengkap
tahun SMP 17,8 70x/menit,
36,80C,
4. An. So Anak 11 P Jawa Tamat SDPelajar 140 cm, 35 kg, 100/60 mmHg, Lengkap
tahun 17,9 80x/menit,
36,70C,
5. An.H Anak 8 tahunL Jawa Belum - 120 cm, 30 kg, 110/70 mmHg, Lengkap
SD 20.8 85x/menit,
36,60C,

LANJUTAN
Status
No Na Alat Bantu/ Protesa Kesehat Riwayat Penyakit/
ma an Saat Alergi
ini

Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU : Hipotensi Ortostatik

23
B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Keluarga dengan anak remaja
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt
Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : Tidak ada pembagian
tanggung jawab dalam urusan rumah tangga
(ibu yang mengajarkan semua) & tidak ada
aturan (batasan jam keluar)
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional

Peran Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah

Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Bapak


D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
E. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif

Stressor yg dihadapi keluarga : Anak marah saat ditanya oleh orang tua

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga


 Kondisi Rumah  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type rumah : permanen/semi permanen* Ya/ Tidak* ............................................................................
Lantai : tanah/plester/keramik,lainnya….  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/ Tidak*

…………………………………………………
DATA PENUNJANG Pencahayaan Rumah :
KELUARGA
Baik/ Tidak*
…………………………………………………
Kepemilikan rumah : sendiri /
 Saluran Buang Limbah :
sewa*
Tertutup/terbuka*
 Ventilasi :
…………………………………………………
Baik (10-15% dari luas
lantai): ya/tidak* Jendela Air Bersih :
setiap hari dibuka: Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-
ya/tidak* lain*, sebutkan.....
24
Kualitas air: Bersih

 Jamban Memenuhi
Syarat : Kepemilikan
jamban : ya/tidak*
 jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Jenis jamban : leher
angsa/cemplung* Ya/
Tidak* .................................................................
Jarak septic tank dengan sumber
.............
air : …………..
 Menggunakan air bersih
……………………………………
…………… untuk makan & minum: Ya/
Tidak*

 Tempat Sampah: ...............................................................................


............
Kepemilikan tempat  Menggunakan air bersih
sampah ;Ya/Tidak* Jenis : untuk kebersihan diri: Ya/
Tertutup/Terbuka * Tidak*
……………………………… ...............................................................................
………………… ............
 Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
 Rasio Luas Bangunan Rumah
dengan Jumlah Anggota Ya/ Tidak*
Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak ...............................................................................
* ............
………………………………  Melakukan pembuangan sampah
…………………
pada tempatnya : Ya/ Tidak*
...............................................................................
...........
 Menjaga lingkungan rumah
tampak bersih ya/tidak
...............................................................................
............ (observasi
dan validasi)
 Mengkonsumsi lauk dan
pauk tiap hari : Ya/
Tidak*

...............................................................................
............
 Menggunakan jamban sehat :
Ya/ Tidak*
...............................................................................
............
25
 Memberantas 2 hari sekali
jentik di
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/
rumah sekali Tidak*
seminggu :
.....................................................
Ya/ Tidak*
(menguras, Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
mengubur, ............................................................
menutup)
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/Tidak
....................................................
....................................... ...............................................................................
....
 Makan buah dan sayur setiap
hari : Ya/ Tidak*

KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN


ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:  Ada  Tidak karena
Menyiapkan obat P3K
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : 
Ya  Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya:
 Ya  Tidak , Menganggap itu hal yang biasa (mis: panas)
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya :
 Ya  Tidak , ………………………………………………………………..
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
 Ya  Tidak ,
……………………………………………………………………………………………………
…………….
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
 Keluarga  Tetangga , ……………………………………………………………
 Kader  Tenaga kesehatan,
yaitu……………………………………………………………
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
 Perlu berobat ke fasilitas yankes
26
 Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),

27
 Ya  Tidak,jelaskan, Menganggap hal biasa dan akan sembuh sendiri
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
 Ya  Tidak , Jelaskan, apabila panas diberi obat paracetamol

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:  Ya  Tidak, jelaskan
apabila panas diberi obat paracetamol
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Ya  Tidak, jelaskan, Karena tidak tau penyebabnya
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
 Ya  Tidak, jelaskan, Apabila Tn M bersih-bersih rumah namun tidak menggunakan masker

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
 Ya  Tidak, jelaskan, Karena keluarga jarang bersosialisasi karena sibuk kerja

KEMANDIRIAN
KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria
2. Menerima yankes sesuai rencana 1&2 Kemandirian II : jika memenuhi
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
kriteria 1 s.d 5 Kemandirian III : jika
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran memenuhi kriteria 1 s.d 6 Kemandirian
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandir Kemandiri
ian I
an II
Kemandirian III
Kemandiri

an IV

28
3.2.2 Skoring Masalah

No. Kriteria Skor Bobot Perhitungan Skor


1. Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Krisis atau keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah


- Dengan Mudah 2
- Hanya Sebagian 1 2 1/2 × 2 = 1
- Tidak Dapat 0

3. Potensial Masalah Dapat Dicegah


- Tinggi 3
- Cukup 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
1/2 × 1 = 0,5
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,7
1) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (D.0115)

2. Ketidakmampuan Koping Keluarga (D.0093)

No. Kriteria Skor Bobot Perhitungan Skor


1. Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Krisis atau keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah


- Dengan Mudah 2
- Hanya Sebagian 1 2 2/2 × 2 = 1
- Tidak Dapat 0

3. Potensial Masalah Dapat Dicegah


- Tinggi 3
- Cukup 2 1 3/3 × 1 = 1
- Rendah 1

29
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
0
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,6
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
No. Kriteria Skor Bobot Perhitungan Skor
1. Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Krisis atau keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah


- Dengan Mudah 2
- Hanya Sebagian 1 2 1/2 × 2 = 1
- Tidak Dapat 0

3. Potensial Masalah Dapat Dicegah


- Tinggi 3
- Cukup 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
0
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,2

3.2.4 Analisa Data

Data Penyebab Diagnosa


DS: Tn. M dan Ny. D sibuk bekerja Manajemen Kesehatan
- Ny. D mengatakan apabila Keluarga Tidak Efektif
ada salah satu anggota keluarga Jarang bersosialisasi dengan (D.0115)
yang sakit, beliau hanya masyarakat
memberikan obat saja dan akan
sembuh dengan sendirinya Kurang mengerti akan informasi
DO: kesehatan
- Gejala penyakit anggota
keluarga semakin meningkat Salah satu anggota keluarga sakit
- Aktivitas keluarga untuk

30
mengatasi masalah kesehatan Hanya diberikan obat dengan
tidak tepat persepsi akan sembuh dengan
- Tersedianya kotak P3K di sendirinya
dalam rumah
Manajemen Kesehatan Keluarga
Tidak Efektif
DS: Tn. M dan Ny. D sibuk bekerja Ketidakmampuan Koping
- Keluarga Tn. M jarang Keluarga (D.0093)
berkomunikasi dengan tetangga Jarang berkomunikasi dengan
begitu pula dengan anak- tetangga dan anak-anaknya
anaknya
- Ny. D mengatakan bahwa Ketika Ny. D bertanya kepada
anak pertama mudah marah dan anak pertama mengenai suatu
tidak terbuka saat orang tua permasalahan
menanyakan suatu
permasalahan. Anak pertama mudah marah dan
DO: tidak terbuka
- Tidak memenuhi kebutuhan
anggota keluarga Ketidakmampuan Koping
- Tidak toleran Keluarga
- Mengabaikan anggota
keluarga
- Perilaku individualistik
- Perilaku sehat terganggu
DS: Tn. M dan Ny. D sibuk bekerja Pemeliharaan Kesehatan
- Keluarga Tn. M tidak Tidak Efektif (D.0117)
mengerti pencegahan masalah Kurang mengerti informasi
kesehatan yang dialami kesehatan
anggota keluarganya karena
tidak tahu penyebabnya Tidak mengerti pencegahan
DO: masalah kesehatan yang dialami
- Kurang menunjukkan anggota keluarga
perilaku mencari bantuan
kesehatan Tidak tahu penyebab dari
- Kurang menunjukkan masalah kesehatan tersebut
pemahaman tenntang perilaku
sehat Pemeliharaan Kesehatan Tidak
- Tidak mapu menjalankan Efektif
perilaku sehat
- Kurang menunjukkan minat
untuk meningkatkan perilaku
sehat

3.2.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (D.0115)

31
2. Ketidakmampuan Koping Keluarga (D.0093)
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)

3.2.6 Rencana Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI


Manajemen Setelah dilakukan pengkajian selama Dukungan Keluarga
Kesehatan Keluarga 1x24 jam masalah manajemen Merencanakan Keperawatan
Tidak Efektif kesehatan keluarga dapat terselesaikan (I.13477)
(D.0115) dengan kriteria hasil: Observasi:
Manajemen Kesehatan Keluarga 1. Identifikasi kebutuhan dan
(L.12105) harapan keluarga tentang
1. Meningkatkan kemampuan kesehatan
menjelaskan masalah 2. Identifikasi tindakan yang
kesehatan yang dialami (5) dapat dilakukan keluarga
2. Aktivitas keluarga mengatasi Terapeutik:
masalah kesehatan tepat (5) 1. Motivasi pengembangan
3. Menurunkan gejala penyakit sikap dan emosi yang
anggota keluarga (5) mendukung upaya kesehatan
2. Gunakan sarana dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
3. Ciptakan perubahan
lingkungan rumah secara
optimal
Edukasi:
1. Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
2. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yanga da
3. Ajarkan cara perawatan
yang bisa dilakukan
keluarga
Ketidakmampuan Setelah dilakukan pengkajian selama Dukungan Koping Keluarga
Koping Keluarga 1x24 jam masalah manajemen (I.09260)
(D.0093) kesehatan keluarga dapat terselesaikan Observasi:
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi respon
Status Koping Keluarga (L.09088) emosional terhadap kondisi
1. Menurunkan perasaan saat ini
diabaikan (5) 2. Identifikasi beban prognosis
2. Meningkatkan keterpaparan secara psikologis
informasi (5) Terapeutik:
3. Menurunkan perilaku 1. Dengarkan masalah,
mengabaikan anggota keluarga perasaan dan pertanyaan
(5) keluarga
4. Meningkatkan komunikasi 2. Fasilitasi pengungkapan

32
antara anggota keluarga (5) perasaan antara klien dengan
keluarga atau antar anggota
keluarga
Edukasi:
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Pemeliharaan Setelah dilakukan pengkajian selama Edukasi Kesehatan (I.12383)
Kesehatan Tidak 1x24 jam masalah manajemen Observasi:
Efektif (D.0117) kesehatan keluarga dapat terselesaikan 1. Identifikasi kesiapa dan
dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) informasi
1. Menunjukkan perilaku adaptif 2. Identifikasi faktor-faktor
meningkat (5) yang dapat meningkatkan
2. Menunjukkan pemahaman dan menurunkan motivasi
perilaku sehat meningkat (5) keluarga PHBS
3. Kemampuan menjalankan Terapeutik:
perilaku sehat meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
(leaflet, soft file yang dapat
diakses, poster)
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat memengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Promosi Perilaku Upaya
Kesehatan (I.12472)
Observasi:
1. Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat
ditingkatkan
Terapeutik:
1. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan

33
2. Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi:
1. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
2. Anjurkan menggunakan
jamban sehat
3. Anjurkan memberantas
jentik di rumah seminggu
sekali
4. Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari

34
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Remaja mengalami perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja
baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah
mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)
menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya sehingga membutuhkan perhatian khusus dari
keluarga terdekatnya, yaitu orang tua. Remaja yang memasuki tahap remaja
lebih banyak melibatkan teman sebayanyaPada perkembangan psikososial
remaja harus dan membentuk hubungan kelompok yang erat atau memilih
untuk tetap terisolasi secara sosial (Potter & Perry, 2010). Oleh karena itu,
dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan remaja
perawat harus dapat memberdayakan keluarga untuk dapat menjadi
pendengar yang baik dan teman untuk membantu remaja menyelesaikan
permasalahan dalam tahap perkembangannya.

4.2 Saran
a. Peran perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada keluarga
dalam tahap perkembangan anaak remaja harus didasarkan pada konsep
perkembangan keluarga.
b. Edukasi keluarga mengenai peran dan tugas perkembangan keluarga
dengan tahap perkembangan remaja.

35
DAFTAR PUSTAKA

Sukadji, Soetarlinah. 2010. Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman.

Jakarta: PT. Rajafrafindo Persada.

Setiono, Kusdwiratri. 2012. Psikologi Keluarga. Yogyakarta: Gudang

Penerbit.Goode

William J. 1983. Sosiologi Keluarga. Cetakan Pertama. Diterjemahkan oleh:

Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara

Nurjanah, Mitha. 2019. Teori Keluarga: Studi Literatur. Pendidikan Vokasional


Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negri Jakarta.
Diakses dari researchgate
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/334454369

Syafitri, Elda Yanti. 2018. Tahapan Proses Keperawatan Keluarga

Cahyo, R. N. 2009. Skripsi: keluarga dan kenakalan remaja (studi tentang


penyimpangan perilaku remaja di kampung Gandekan Lor
Yokyakarta). Diperoleh pada tanggal 8 Maret 2020 dari:
http://digilib.uinsuka.ac.id/4371/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf

Kartono, K. (2013). Patologi sosial II: kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sawo, I. (2009). Tesis: fungsi keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja


(studi kasus kenakalan remaja di kotamadya Jakarta Timur).
Diperoleh tanggal 8 Maret 2020 dari: http://lib.ui.ac.id/file?
file=pdf/abstrak-76005.pdf

Mursafitri, Elza., Herlina., Safri. 2015. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga


Dengan Perilaku Kenakalan Remaja. Jom Vol 2 No 2, Oktober. Hal
1058-1067

36
Fithria. The Relationship of Family Communication with Teenager Self-Concept.
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1 hal 32-37 ISSN : 2087-2879

Apriyeni, Emira. Machmud, Rizanda., Sarfika, Rika. 2019. Gambaran Konflik


Antara Remaja dan Orang Tua. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan. E-ISSN - 2477-6521 Vol 4(1) Februari 2019
(52-57) Avalilable Online
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Fitria, IA. 2017. Konsep Diri Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche.

Surabaya. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Diakses melalui

http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%202.pdf pada pukul 19.25

37

Anda mungkin juga menyukai