Dosen Pembimbing
Eka Misbahatul Mar'ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 3 A3-2017
1. Neiska Galuh M 131711133059
2. Linda Masruroh 131711133060
3. Citra Alifianti 131711133098
4. Wiranda Rahmadhani D P 131711133151
5. Nia Ramadhani 131711133154
6. Salsabilla Raisya N 131711133155
i
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.3 Tujuan 2
2.2 Remaja 8
BAB 4 : PENUTUP 36
4.1 Kesimpulan 36
4.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang
timbul bisa teratasi.
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau
lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.
b. Duval
3
Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan
tugas.
d. Departemen Kesehatan RI
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunyai peran sosial yaitu suami, istri, anak, kakak
dan adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial anggota.
2.1.2 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap
keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tahap perkembangan
keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998), yaitu :
A. Pasangan Baru
4
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang
membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi
dan sebagainya
Tugas perkembangan keluarga antara lain :
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
5
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
D. Keluarga dengan anak sekolah
6
dewasa.
Tugas perkembangan :
7
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan
lain sebagainya.
H. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini.
2.2 Remaja
2.2.1 Definisi
8
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa di mana:
9
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria
harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).
2.2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja
A. Perkembangan Psikososial
10
saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus
pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah
otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai
lawan terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat
penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada
tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan
tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok
adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari
kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika
remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya
mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap
kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga
mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri
sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan
yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang
lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap
mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan
identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan
penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.
Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun
11
demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan
pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan
muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak
mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
c. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan,
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran
seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara
daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih
matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima
masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
B. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan
ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan.
Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat
12
membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang
tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori
variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi
atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi
sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat
dianalisis.
C. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai
moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik
dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak
dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau
penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun
demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah
ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak
mematuhi peraturan tersebut.
D. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang
lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka
berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin
menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
13
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan
mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya
menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
E. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus
membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah
identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh
dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin
dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika
mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
F. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka
untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
2.2.4 Tugas Perkembangan
14
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
15
mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan
menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir
masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru
dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
16
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting
dalam tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku
seksual yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah
persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan
yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan,
yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
17
ini dimulai saat anak berusia 13 tahun sampai 20 tahun. Tujuan yang
terdapat pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah
untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
18
pada tahapan remaja, teman sebaya adalah faktor penting yang
mempengaruhi kehidupan sosial remaja.
Apabila keluarga tidak mampu menjalankan peran sesuai tahapan
perkembangan, maka seringkali dijumpai anak remaja yang mengabaikan
pendapat orangtuanya karena dianggap tidak memihak dan memahami
kondisi mental mereka. Hal ini menyebabkan keluarga (orangtua)
kehilangan kendali dalam menentukan batasan pengaruh teman sebaya
(peer group) pada anak remaja. Sehingga pada tahapan ini seringkali
muncul konflik keluarga. Hal ini dapat menyebabkan hubungan antara anak
dengan orangtua dapat terganggu yang berdampak pada ketidakmampuan
remaja dalam mencari identitas diri. Kegagalan dalam mencari identitas diri
akan menimbulkan dampak negatif seperti kenakalan remaja.
Kenakalan yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh faktor
eksternal maupun faktor dari remaja itu sendiri (internal). Faktor eksternal
dapat berupa keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah (Willis, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sawo (2009),
menyebutkan bahwa keluarga-keluarga di kota besar sulit untuk
melaksanakan fungsi dan peranannya secara penuh, hal ini disebabkan
karena kecenderungan adanya kesibukan orang tua dan kondisi kehidupan
kota membatasi pelaksanaan fungsi dan peranan. Kondisi keluarga yang
sibuk akan membuat remaja menegakkan eksistensi dirinya sebagai orang
yang tersisih, semakin menjauh dari keluarga, dan mulai mencari keluarga
baru (Kartono, 2013), yaitu bergantung pada peer group.
Sedangkan penelitian Cahyo (2009) terhadap remaja di Gandekan Lor
juga menyatakan bahwa kenakalan yang sering terjadi seperti pencurian,
mabuk-mabukan, membolos, berani melawan orang tua, penggunaan
narkoba dan MBA (Married By Accident),salah satu faktor penyebabnya
adalah ketidakberfungsian sosial peran orang tua dalam keluarga. Kondisi
sosial telah menyebabkan kontrol orang tua terhadap remaja semakin
berkurang, sehingga banyak terjadi kelabilan dalam berbagai sektor di
lingkungan keluarga. Lemahnya kontrol keluarga mengakibatkan remaja
menjadi nakal tidak terkontrol dan tidak terkendali. Semakin menurunnya
19
kontrol orang tua terhadap remaja meningkatkan nafsu kepentingan diri
sendiri dan meningkatkan jumlah remaja dengan perilaku nakal (Kartono,
2013). Cahyo (2009) juga menyimpulkan bahwa kenakalan remaja terjadi
bukan hanya karena ketidakberfungsian sosial peran orang tua dalam
keluarga, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh teman bergaul
Kartono (2013) menyebutkan bahwa kenakalan remaja (juvenile
delinquency) merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya remaja
mengembangkan perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu keluyuran, membolos sekolah, berkelahi
dengan teman sebaya, membaca, melihat dan menonton buku porno, kebut-
kebutan, minum-minuman keras, berhubungan seks di luar nikah, aborsi,
memerkosa, berjudi, menyalahgunakan narkoba dan lain sebagainya
(Mubarak, 2009).
Konflik antara remaja dengan orang tua yang terlalu sering dan berat
serta pengelolaan konflik yang tidak baik, akan menyebabkan terjadinya
masalah ektrenalisasi dan internalisasi remaja (Sorkhabi & Middaugh,
2014). Dampak tersebut selain kenakalan remaja, yaitu diantaranya kabur
dari rumah, bolos sekolah, kehamilan dan pernikahan usia dini, penggunaan
narkoba (Santrock, 2013), prestasi akademik menurun (Onongha, 2015),
kecemasan, agresif (Cotter & Evans, 2015), harga diri rendah, depresi pada
remaja (Ozdemir, 2014), gangguan hubungan sosial, sampai percobaan
bunuh diri (Kuhlberg & Pen, 2010).
Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk tetap menjalin
komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi dalam keluarga yang
harmonis dan menghargai pendapat remaja, dapat menciptakan konsep diri
yang baik terhadap dirinya. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi cara
mereka dalam bertingkah laku dan mengembangkan hubungan yang baik
dengan lingkungannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Christiyanti (2010) menyebutkan
orang tua dengan remaja yang melakukan perilaku kenakalan mempunyai
kualitas hubungan komunikasi yang buruk, tidak mempunyai kedekatan dan
20
keterbukaan yang mengakibatkan terjadi kesenjangan komunikasi, sehingga
konflik seringkali terjadi diantara orang tua dan remaja sehubungan dengan
kenakalan yang dilakukan remaja. Salah satu tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja adalah mengembangkan komunikasi secara terbuka
antara orang tua dengan anak- anaknya. Terjalinnya komunikasi yang
efektif antara keluarga dengan remaja akan meningkatkan fungsi afektif
keluarga dengan anak remaja (Ali, 2010).
21
BAB 3
22
3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Remaja
3.2.1 Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KELUARGA
LANJUTAN
Status
No Na Alat Bantu/ Protesa Kesehat Riwayat Penyakit/
ma an Saat Alergi
ini
23
B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Keluarga dengan anak remaja
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt
Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : Tidak ada pembagian
tanggung jawab dalam urusan rumah tangga
(ibu yang mengajarkan semua) & tidak ada
aturan (batasan jam keluar)
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional
Stressor yg dihadapi keluarga : Anak marah saat ditanya oleh orang tua
…………………………………………………
DATA PENUNJANG Pencahayaan Rumah :
KELUARGA
Baik/ Tidak*
…………………………………………………
Kepemilikan rumah : sendiri /
Saluran Buang Limbah :
sewa*
Tertutup/terbuka*
Ventilasi :
…………………………………………………
Baik (10-15% dari luas
lantai): ya/tidak* Jendela Air Bersih :
setiap hari dibuka: Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-
ya/tidak* lain*, sebutkan.....
24
Kualitas air: Bersih
Jamban Memenuhi
Syarat : Kepemilikan
jamban : ya/tidak*
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Jenis jamban : leher
angsa/cemplung* Ya/
Tidak* .................................................................
Jarak septic tank dengan sumber
.............
air : …………..
Menggunakan air bersih
……………………………………
…………… untuk makan & minum: Ya/
Tidak*
...............................................................................
............
Menggunakan jamban sehat :
Ya/ Tidak*
...............................................................................
............
25
Memberantas 2 hari sekali
jentik di
Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/
rumah sekali Tidak*
seminggu :
.....................................................
Ya/ Tidak*
(menguras, Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
mengubur, ............................................................
menutup)
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/Tidak
....................................................
....................................... ...............................................................................
....
Makan buah dan sayur setiap
hari : Ya/ Tidak*
27
Ya Tidak,jelaskan, Menganggap hal biasa dan akan sembuh sendiri
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
Ya Tidak , Jelaskan, apabila panas diberi obat paracetamol
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan
apabila panas diberi obat paracetamol
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan, Karena tidak tau penyebabnya
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
Ya Tidak, jelaskan, Apabila Tn M bersih-bersih rumah namun tidak menggunakan masker
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
Ya Tidak, jelaskan, Karena keluarga jarang bersosialisasi karena sibuk kerja
KEMANDIRIAN
KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria
2. Menerima yankes sesuai rencana 1&2 Kemandirian II : jika memenuhi
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
kriteria 1 s.d 5 Kemandirian III : jika
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran memenuhi kriteria 1 s.d 6 Kemandirian
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandir Kemandiri
ian I
an II
Kemandirian III
Kemandiri
an IV
28
3.2.2 Skoring Masalah
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
1/2 × 1 = 0,5
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,7
1) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (D.0115)
29
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
0
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,6
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
No. Kriteria Skor Bobot Perhitungan Skor
1. Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1 2/3 × 1 = 0,6
- Krisis atau keadaan sejahtera 1
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1 1
0
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani 0
- Masalah tidak dirasakan
Total Skor 2,2
30
mengatasi masalah kesehatan Hanya diberikan obat dengan
tidak tepat persepsi akan sembuh dengan
- Tersedianya kotak P3K di sendirinya
dalam rumah
Manajemen Kesehatan Keluarga
Tidak Efektif
DS: Tn. M dan Ny. D sibuk bekerja Ketidakmampuan Koping
- Keluarga Tn. M jarang Keluarga (D.0093)
berkomunikasi dengan tetangga Jarang berkomunikasi dengan
begitu pula dengan anak- tetangga dan anak-anaknya
anaknya
- Ny. D mengatakan bahwa Ketika Ny. D bertanya kepada
anak pertama mudah marah dan anak pertama mengenai suatu
tidak terbuka saat orang tua permasalahan
menanyakan suatu
permasalahan. Anak pertama mudah marah dan
DO: tidak terbuka
- Tidak memenuhi kebutuhan
anggota keluarga Ketidakmampuan Koping
- Tidak toleran Keluarga
- Mengabaikan anggota
keluarga
- Perilaku individualistik
- Perilaku sehat terganggu
DS: Tn. M dan Ny. D sibuk bekerja Pemeliharaan Kesehatan
- Keluarga Tn. M tidak Tidak Efektif (D.0117)
mengerti pencegahan masalah Kurang mengerti informasi
kesehatan yang dialami kesehatan
anggota keluarganya karena
tidak tahu penyebabnya Tidak mengerti pencegahan
DO: masalah kesehatan yang dialami
- Kurang menunjukkan anggota keluarga
perilaku mencari bantuan
kesehatan Tidak tahu penyebab dari
- Kurang menunjukkan masalah kesehatan tersebut
pemahaman tenntang perilaku
sehat Pemeliharaan Kesehatan Tidak
- Tidak mapu menjalankan Efektif
perilaku sehat
- Kurang menunjukkan minat
untuk meningkatkan perilaku
sehat
31
2. Ketidakmampuan Koping Keluarga (D.0093)
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
32
antara anggota keluarga (5) perasaan antara klien dengan
keluarga atau antar anggota
keluarga
Edukasi:
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Pemeliharaan Setelah dilakukan pengkajian selama Edukasi Kesehatan (I.12383)
Kesehatan Tidak 1x24 jam masalah manajemen Observasi:
Efektif (D.0117) kesehatan keluarga dapat terselesaikan 1. Identifikasi kesiapa dan
dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) informasi
1. Menunjukkan perilaku adaptif 2. Identifikasi faktor-faktor
meningkat (5) yang dapat meningkatkan
2. Menunjukkan pemahaman dan menurunkan motivasi
perilaku sehat meningkat (5) keluarga PHBS
3. Kemampuan menjalankan Terapeutik:
perilaku sehat meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
(leaflet, soft file yang dapat
diakses, poster)
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat memengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Promosi Perilaku Upaya
Kesehatan (I.12472)
Observasi:
1. Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat
ditingkatkan
Terapeutik:
1. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
33
2. Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi:
1. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
2. Anjurkan menggunakan
jamban sehat
3. Anjurkan memberantas
jentik di rumah seminggu
sekali
4. Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
34
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Remaja mengalami perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja
baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah
mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)
menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya sehingga membutuhkan perhatian khusus dari
keluarga terdekatnya, yaitu orang tua. Remaja yang memasuki tahap remaja
lebih banyak melibatkan teman sebayanyaPada perkembangan psikososial
remaja harus dan membentuk hubungan kelompok yang erat atau memilih
untuk tetap terisolasi secara sosial (Potter & Perry, 2010). Oleh karena itu,
dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan remaja
perawat harus dapat memberdayakan keluarga untuk dapat menjadi
pendengar yang baik dan teman untuk membantu remaja menyelesaikan
permasalahan dalam tahap perkembangannya.
4.2 Saran
a. Peran perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada keluarga
dalam tahap perkembangan anaak remaja harus didasarkan pada konsep
perkembangan keluarga.
b. Edukasi keluarga mengenai peran dan tugas perkembangan keluarga
dengan tahap perkembangan remaja.
35
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit.Goode
Kartono, K. (2013). Patologi sosial II: kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
36
Fithria. The Relationship of Family Communication with Teenager Self-Concept.
Idea Nursing Journal Vol. II No. 1 hal 32-37 ISSN : 2087-2879
Fitria, IA. 2017. Konsep Diri Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche.
37