Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL

EFEKTIFITAS TERAPI DISTRAKSI TERHADAP EFEK SAMPING KEMOTERAPI


PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

LITERATURE REVIEW

Oleh :

NAMA : NEISKA GALUH MUDHA WARDHANI


NIM : 131711133059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Leukemia merupakan penyakit keganasan yang diketahui paling banyak terjadi


dan mengancam kesehatan hingga nyawa anak di Indonesia maupun dunia. Berdasarkan
data National Academy of Sciences pada tahun 2006, didapatkan lebih 100.000 bayi di
seluruh dunia yang lahir dengan keadaan leukemia. Leukemia merupakan salah satu
jenis keganasan pada sel darah dimana sel darah putih (leukosit) mengalami peningkatan
dalam jumlah yang abnormal di dalam darah maupun di sumsum tulang sehingga tidak
mampu berfungsi sebagimana mestinya. Dalam penelitian yang dilakukan di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis
kanker yang paling banyak terjadi pada anak dengan usia di bawah 15 tahun (30-40%)
(Rompies et al., 2019). Sekitar 90% dari keganasan yang paling banyak didiagnosis pada
anak ialah leukemia limfoblastik akut (LLA), 1 yang mewakili lebih dari seperempat
dari semua jenis kanker pada anak (Rompies et al., 2019).
Leukemia menjadi sebuah penyakit keganasan yang paling mengancam kesehatan
anak karena gejala yang ditimbulkan dapat mengganggu kualitas hidup serta
perkembangan anak. Pada tahun 2011, leukemia menjadi penyebab kematian utama
pada anak usia 0-19 tahun yang didiagnosis kanker. Angka kejadian paling tinggi yaitu
pada anak usia 1-4 tahun (Jurnal Kesehatan Komunitas Vol. 6, No. 1 tahun 2020).
Leukemia akut adalah keganasan primer di sumsum tulang, pada anak merupakan 35%
dari kanker anak, 80% merupakan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dan 20%
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA). Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 80.000.000
anak di bawah usia 15 tahun. Diperkirakan ada sekitar 3000 kasus LLA baru anak setiap
tahunnya (Nuraini & Mariyam, 2020).
Kemoterapi merupakan terapi kanker yang paling mungkin digunakan pada anak
yang menderita penyakit keganasan seperti leukemia. Kemoterapi yang dilakukan
adalah terapi atau pengobatan yang bersifat sistemik, untuk membunuh sel kanker dan
mengendalikan kecepatan replikasi dari sel – sel kanker. Walaupun menjadi salah satu
terapi modalitas dalam pengobatan anak dengan leukemia, tidak dapat membedakan sel
kanker dan sel normal lain dalam tubuh, sehingga membunuh sel tubuh normal yang
cepat bereplikasi seperti sel pada sistem hematopoetik, gastrointestinal dan sistem
integumen (Ponidjan, 2016). Efek samping yang dapat ditimbulkan dari pemberian
kemoterapi antara lain anemia, neutropenia dan trombositopenia karena supresi pada
sum-sum tulang. Mual muntah, anoreksia, mukositis pada mulut dan perianal, diare dan
konstipasi sebagai efek samping pada gastrointestinal. Sedangkan pada sistem
integumen terjadi alopesia, perubahan warna kulit dan kuku (Ponidjan, 2016).
Sedangkan efek samping lain yaitu nyeri kanker pada anak yang berkisar antara 25-
50%. Lebih dari separuhnya disebabkan oleh terapi dan hanya seperempatnya yang
disebabkan oleh kanker itu sendiri (Farastuti & Windiastuti, 2016).
Berdasarkan studi yang telah dilakukan dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
ditemukan berbagai jenis terapi non farmakologis untuk mendukung pengobatan
maupun mengurangi efek samping dari prosedur kemoterapi. Salah satu teknik terapi
tersebut adalah terapi distraksi. Dukungan secara psikologis dalam prosedur medis
seperti terapi distraksi merupakan standar dari perawatan untuk anak dengan kanker
(Jibb et al., 2018). Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, salah satunya
menurut Wang dan Pukzsta (2017) mengatakan bahwa pasien dengan kemoterapi dalam
perawatan kankernya memerlukan fasilitas berupa privasi, kehidupan semi publik atau
ruang publik dan “objek alam” dalam menjalani terapinya (Tennant et al., 2020). Hal ini
berhubungan dengan kenyataan bahwa nuansa yang tercipta dari objek alam yang
didapatkan pasien dengan pemandangan di luar jendela kamar rawatnya dapat
mengurangi atau mendistraksi stress dan meningkatkan harapan hidup (Tennant et al.,
2020). Penelitian ini kemudian didukung oleh penelitian sebelumnya yang dikemukakan
oleh Ulrich (2012) dalam teori desain suportif, yaitu bentuk pengalihan atau distraksi
berupa objek alam dapat mengurangi stress pada pasien (Tennant et al., 2020).
Selain distraksi berupa objek alam, terdapat banyak macam metode dalam
melakukan terapi distraksi untuk mengurangi efek samping kemoterapi yang dirasakan
anak. Salah satunya adalah membacakan cerita dongeng pada anak. Metode ini dapat
mengalihkan (distraksi) rasa sakit dan relaksasi dengan menyalurkan emosi dan
menghayati kesedihan sehingga anak dapat melepaskan rasa takut dan cemas tentang
rasa nyeri yang dideritanya (Warsiki & Larasati, 2018). Oleh karena itu, dengan adanya
masalah berupa efek samping dari kemoterapi maka peneliti tertarik untuk menelaah
penelitian yang berhubungan dengan efektifitas terapi distraksi terhadap efek samping
kemoterapi pada anak dengan leukemia.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh terapi distraksi terhadap efek samping kemoterapi dan


tingkat nyeri pada anak dengan leukemia berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan
dalam lima tahun terakhir?

1.3. Tujuan Penelitian


Menjelaskan pengaruh terapi distraksi terhadap efek samping kemoterapi dan
tingkat nyeri pada anak dengan leukemia berdasarkan studi empiris yang telah
dilakukan dalam lima tahun terakhir.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan manfaat terapi non


farmakologi dalam mengatasi efek samping kemoterapi dan tingkat nyeri pada
anak dengan leukemia.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta menambah


wawasan mengenai terapi nonfarmakologi dalam mengatasi efek samping
kemoterapi dan tingkat nyeri pada anak dengan leukemia dan diaplikasikan serta
terus dikembangkan sebagai inovasi dalam bidang pendidikan dan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Farastuti, D., & Windiastuti, E. (2016). Penanganan Nyeri pada Keganasan. Sari Pediatri, 7(3),
153. https://doi.org/10.14238/sp7.3.2005.153-9

Jibb, L., Hroch, P., Positano, K., Robertson, S., Campbell, F., Abla, O., & Stinson, J. (2018).
Usability Testing of an Interactive Virtual Reality Distraction Intervention to Reduce
Procedural Pain in Children and Adolescents With Cancer.
https://doi.org/10.1177/1043454218782138

Komunitas, J. K., Hemoglobin, K., Memperberat, N., & Kemoterapi, M. (2020). Aggravate
Fatigue in Children Undergoing Chemotherapy. 6(5), 1–6.

Nuraini, D., & Mariyam, M. (2020). Dampak Fisiologis Post Kemoterapi Pada Anak Limfositik
Leukemia Akut (LLA). Ners Muda, 1(2), 120. https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5795

Ponidjan, T. S. (2016). Teori Model Adaptasi Roy.

Rompies, R., Amelia, S. P., & Gunawan, S. (2019). Perubahan Status Gizi pada Anak dengan
Leukemia Limfoblastik Akut Selama Terapi. E-CliniC, 8(1), 152–157.
https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.28290

Tennant, M., Psych, G. D., Mcgillivray, J., Youssef, G. J., Mccarthy, M. C., & Clark, T. (2020).
Feasibility , Acceptability , and Clinical Implementation of an Immersive Virtual Reality
Intervention to Address Psychological Well-Being in Children and Adolescents With
Cancer. https://doi.org/10.1177/1043454220917859

WARSIKI, E., & LARASATI, M. C. S. (2018). Pengaruh Mendongeng Pada Kondisi Nyeri
Penderita Leukemia di Ruang Rawat Inap Hematologi Onkologi Anak RSUD Dr Soetomo
Surabaya The Effect of Storytelling on Pain Scale Among Children With Leukemia in
Pediatric Hematology-Oncology Ward at Dr Soetomo Publi. Jurnal Psikiatri, 126, 22–32.

Anda mungkin juga menyukai