Anda di halaman 1dari 13

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN

NILAI & MORAL


Dosen Pembimbing:

Linda Zakiah S.Pd, M.Pd

Tentang :

KELUARGA

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Devi Permatasari (11076222242)

Didicof Hasugian (1107622211)

Maria (1107622117)

Nurkhalingga Khoirunisa (1107622017)

Regghina Nasywa Raihan (1107622208)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagai Allah SWT yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KELUARGA” dengan baik dan benar. Shalawat serta salam serta terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Linda Zakiah..S.Pd.,M.Pd. sekalu dosen


mata kuliah Kapita Selekta yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang study yang di tekuni.Kami juga ingin
mengucapkan terimakasi kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.Kami menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan serta kesalahan.bahkan
masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu.kami mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.Apabila banyak kesalahan yang terdapat
dalam makalah ini kami mengucapkan maaf yang sebsar-besarnya.Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabaraktuh.

Jakarta,15 November 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB l...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3.Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB ll..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1. Pengertian Keluarga..............................................................................................................6
2.2. Jenis-jenis Keluarga..............................................................................................................6
2.3. Peranan Keluarga..................................................................................................................7
2.4. Tugas Keluarga.....................................................................................................................8
2.5. Fungsi Keluarga....................................................................................................................8
2.6. Bentuk Keluarga...................................................................................................................9
2.7. Subsistem Sosial...................................................................................................................9
2.8 Tahapan Keluarga................................................................................................................10
2.9. Tujuan Berkeluarga.............................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................13
BAB l

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal
ini, keluarga berperan penting dalam memberikan pendidikan pertama bagi setiap anak.
Sehingga dapat dikatakan, keluarga menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter setiap
anak. keluarga merupakan lingkungan pertama yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini,
keluarga berperan penting dalam memberikan pendidikan pertama bagi setiap anak. Sehingga
dapat dikatakan, keluarga menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter setiap anak.

Peran dukungan keluarga tersebut tidak lain didasarkan oleh rasa kasih sayang yang
tulus dari setiap anggota keluarga. Bahkan dalam hal ini tidak ada syarat dan alasan khusus
mengapa setiap anggota keluarga dapat memberikan cinta yang tulus satu sama lain. Keluarga
yang dapat saling berbagai perasaan, cinta dan kasih sayang serta materi tentu dapat mewujudkan
kehidupan yang sejahtera. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. keluarga menurut Narwaoto dan Suyanto adalah lembaga sosial dasar
dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Narwoto Dan Suyanto (2004)

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat
besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai unit
terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri danperlu kepala rumah tangga
sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidupkeluarga disamping beberapa anggota keluarga
lainnya. Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan suatu kesatuanyang kuat
apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak. Hubungan baik ini ditandai dengan
adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua pribadi dalam keluarga. Interaksi antar
pribadiyang terjadi dalam keluarga initernyata berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)
atau tidak bahagia(disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya.

Apabila konflik dapat diselesaikan secara sehat maka masing-masing pasangan(suami-


istri) akan mendapatkan pelajaran yang berharga, menyadari dan mengertiperasaan, kepribadian, gaya hidup dan
pengendalian emosi pasangannya sehingga dapatmewujudkan kebahagiaan keluarga. Penyelesaian
konflik secara sehat terjadi bila masing-masing pihak baik suami atau istri tidak mengedepankan
kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan
melalui komunikasidan kebersamaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui apa-apa saja masalah-
masalah yang seringkali memicu konflik dalam institusi keluarga, agar dapat disikapi lebih dini
sebelum masalahtadi berujung pada sebuah konflik yang dapat menghancurkan keutuhan keluarga.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian Latar Belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini,
adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Keluarga?


2. Apa saja masalah-masalah yang ada dalam keluarga?
3. Bagaimana solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah-masalah dalam
keluarga ?

1.3. Tujuan Penulisan

Melihat Rumusan masalah yang ada,maka yang akan menjadi tujian penulisan pada makalah ini
antara lain :
1. Menjelaskan pengertian keluarga
2. Menjelaskan masalah-masalah yang ada dalam keluarga
3. Mengemukakan upaya penyelesaian masalah-masalah yang dapat timbul dalam keluarga
BAB ll

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga

Kata keluarga yang dikenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta, kula
(kumpulan, perhimpunan), dan warga (jalinan atau terjalin erat). Keluarga artinya himpunan atau
kumpulan orang yang mempunyai jalinan yang sangat erat. Hubungan sangat erat yang dimaksud
adalah hubungan cinta antara suami dan istri, dan hubungan kasih sayang antara orang tua dan
anak.Keluarga adalah sekelompok orang yang bersama-sama bersatu dengan kedekatan
emosional dan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2014). Keluarga
adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Keluarga juga didefenisikan sebagai
kelompok individu yang tinggal bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan,
adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam satu rumah tangga (Friedman, Bowder,
Elaine, 2010). Konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum dengan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota, menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012).

Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran,
hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta
orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik
buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah kodrat yang ada, garis besarnya yang baik
diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.

2.2 Jenis-jenis Keluarga

Ada beberapa jenis keluarga, yakni:

 Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
 Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi tidak memiliki
anak.
 Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga lainnya garis
keturunan dari suami termasuk kakek dan nenek.
 Keluarga Kitnetwork, beberapa keluarga tinggal bersama dan menggunakan layanan
bersama.
 Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and child family) yaitu
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang belum menikah.

Kita dapat mengamati bahwa anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangannya
akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulannya, termasuk tipe keluarganya. Dalam tinjauan
terhadap psikologi perkembangan, pandangan tentang hubungan orangtua-anak umumnya terkait
dengan teori keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Ia kemudian
mengidentifikasi dampak perilaku pengasuhan sebagai faktor penting dalam hubungan orangtua-
anak yang telah terbentuk sejak masa kanak-kanak.

Keluarga Inti

Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi
masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah
merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi. Keluarga
merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkegsdmbang karena
kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting.

2.3 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari
nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya jika di restui oleh suami.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.4 Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.


 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga.
 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.5 Fungsi Keluarga

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

 Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk
mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
 Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
 Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
 Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan
suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama
anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
 Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
 Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
 Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dan lainnya.
 Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya.
 Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
2.6 Bentuk Keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

Berdasarkan lokasi

 Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk
memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
 Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap
di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
 Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di
sekitar kediaman kaum kerabat istri;
 Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar
pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
 Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati
tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun
istri;
 Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di
sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
 Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup
terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya
sendiri .

Berdasarkan pola otoritas

 Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua,
umumnya ayah)
 Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua,
umumnya ibu)
 Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

2.7 Subsistem Sosial

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang
tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki
dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun
keluarga.Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun
sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh
kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak
terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan
pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

2.8 Tahapan Keluarga

Menurut Koentjaraningrat keluarga berkembang melalui empat tahapan, yaitu:


Tahapan promiskuitas
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-
laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan keturunan tanpa ada ikatan, pada
tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada
tahapan ini, laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain
tanpa ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga seperti
sekarang ini.

Tahapan Matriarkat
Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi
anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti,
ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini
disebut tahapan matriarkat. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga
munculah adat eksogami.

Tahap patriarkat
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang mewarisi garis
keturunan. Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat terjadi karena laki-laki merasa tidak
puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga
para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke
kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap menetap bersama
mereka.

Tahap parental
Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah menjadi susunan
kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat terakhir ini perkawinan tidak

selalu dari luar kelompok (eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami).
Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.

2.9. Tujuan Berkeluarga


Dalam Islam, pernikahan memiliki tujuan yang lebih dari sekedar menyatukan dua orang
yang saling mencintai. Pernikahan merupakan bagian dalam menjalankan perintah agama dan
mengikuti sunnah yang sudah dicontohkan oleh Rasululllah SAW. Selain sebagai perintah
agama, Islam pun menganjurkan agar memiliki tujuan pernikahan sebagai berikut:

1. Menjaga Diri dari Maksiat

Menurut Islam, pernikahan adalah salah satu cara untuk menjaga diri dari kemaksiatan.
Mempunyai dorongan seksual adalah hal wajar, baik bagi lelaki maupun wanita, namun,
seseorang yang tidak mampu menahan dorongan seksual bisa terjerumus dalam kemaksiatan.
Dengan menikahlah maka seseorang bisa lebih mengendalikan nafsu sehingga perbuatan maksiat
dapat terhindari.

Pacaran pun dalam Islam hukumnya adalah haram, yang berarti tidak boleh dilakukan dan
jika dilakukan akan mendapatkan dosa. Oleh sebab itu, banyak pasangan yang akhirnya
memutuskan untuk menikah karena ingin menghindari perbuatan maksiat dan dosa. Perbuatan
maksiat yang dimaksud adalah zina yang bisa terjadi kapan saja dan dengan siapa saja karena
munculnya dorongan hawa nafsu.

Para pasangan yang sudah lama menjalani hubungan pacaran juga sebaiknya secepat
mungkin untuk melakukan pernikahan. Ini dilakukan agar menghindari zina dan perbuatan
maksiat yang tentunya akan merugikan. Melalui pernikahan, hubungan yang Anda jalani akan
menjadi lebih berkah karena mendapatkan pahala dan ridho dari Sang Maha Kuasa.

Akan tetapi, anjuran ini diperuntukkan bagi yang sudah mampu bertanggung jawab dalam
pernikahan ya. Karena, menikah bukan hanya sekadar melakukan ijab dan sah, namun kehidupan
setelahnya lah yang membutuhkan tanggung jawab. Dalam anjuran islam, bila Anda merasa
belum mampu untuk menikah maka sebaiknya menjalankan puasa sebagai cara mengendalikan
diri dari hawa nafsu.

2. Mendapatkan Kenyamanan dan Kedamaian

Tidak hanya menghindari kemaksiatan, tujuan pernikahan ialah mendapatkan kenyamanan


dan kedamaian dalam hidup. Maka dari itu, Anda dianjurkan untuk memilih pasangan yang tepat
sehingga bisa membangun kenyamanan bersama. Sebelum menikah, Anda sebaiknya
mengetahui terlebih dahulu karakter dari pasangan.

Pilihlah pula pasangan yang dapat menuntun Anda pada hal-hal yang positif sehingga akan
memberikan dampak berupa ketenangan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari
setelah menikah. Jangan sampai Anda menikah dengan orang yang salah dan menyebabkan
hidup terasa runyam setelah menikah. Jadi, penting bagi Anda untuk memastikan apakah
pasangan tersebut tepat untuk Anda atau sebaliknya. Sebab, pasangan yang sudah menikah
diharapkan bisa bersama membangun rumah tangga yang penuh rukun, cinta, dan kasih sayang
hingga akhir hayat.

3. Memiliki Keturunan

Mendapatkan keturunan yang sehat, pintar, sholeh sholehah, dan menggemaskan merupakan
dambaan dan salah satu tujuan dari pernikahan. Oleh sebab itu, sebelum menikah, alangkah
baiknya Anda dan pasangan melakukan tes kesehatan atau kesuburan untuk mengetahui kondisi
kesehatan dari kedua belah pihak.

Saat ini sudah banyak pasangan yang melakukan hal ini untuk mengetahui kondisi kesehatan
pasangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jikalau ternyata Anda dan pasangan
memiliki masalah pada kesehatan bisa dicari jalan keluar secepatnya. Sebelum menikah pun
pastikan kondisi tubuh Anda dan pasangan sehat agar momen terindah ini bisa dilalui dengan
bahagia.

4. Membangun Keluarga Islami

Tentu setelah menikah Anda harus menerapkan nilai-nilai islam dan selalu menghindari hal-
hal yang menjadi larangan-Nya dalam membangun rumah tangga. Keluarga islami merupakan
keluarga yang selalu harmonis, jika dalam islam terdapat istilah keluarga yang sakinah,
mawaddah, warrahmah, di mana yang dimaksudkan ialah menjaga keluarga agar tetap damai
tentram, penuh cinta kasih, harapan, dan kasih sayang kepada pasangan dan setiap anggota
keluarga. Memiliki tujuan pernikahan dengan membangun keluarga islami akan mempermudah
keluarga mendapatkan ridho dari yang Maha Kuasa.

5. Menyempurnakan Agama

Kemudian, tujuan pernikahan yang terakhir ialah menyempurnakan agama. Bagi umat
muslim, pernikahan merupakan ibadah yang dapat menyempurnakan sebuah agama. Tujuan ini
memiliki makna bahwa menikah dapat menghindarkan dari hawa nafsu yang dapat merusak
keimanan seseorang. Selain itu, pernikahan dalam islam juga adalah sebuah bentuk ibadah
terlama manusia kepada Sang Pencipta.

Dengan pernikahan, diharapkan rumah tangga yang nantinya dijalani akan mendapatkan
keberkahan melimpah, rezeki yang banyak, dipenuhi cinta, dan kasih sayang. Untuk itu, pilihlah
pasangan yang dapat menuntun Anda lebih dekat dengan Sang Pencipta agar ibadah pernikahan
kalian bedua menjadi lebih baik.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Keluarga sebagai inti fundamental masyarakat menjalankan fungsi komprehensif yang mencakup
aspek emosional, sosial dan ekonomi. Dalam dinamika hubungan antar anggota keluarga, individu tidak
hanya merasakan cinta dan dukungan emosional tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial yang
penting. Sebagai agen utama sosialisasi, keluarga bertugas mewariskan nilai dan norma kepada generasi
penerus, sehingga membentuk landasan moral individu. Fungsi ekonomi keluarga melibatkan tanggung
jawab keuangan bersama, menciptakan solidaritas dan ketergantungan. Keterbukaan, komunikasi dan
kesadaran akan peran masing-masing anggota keluarga menjadi kunci utama menjaga hubungan
keluarga yang sehat, sehingga memperkuat kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai