Anda di halaman 1dari 13

KELUARGA SAKINAH MAWADAH DAN WARROHMAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu: Neneng Ratanasari, S.E., S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Luqita Irmadhani Ridho Robbi (33010200014)

Nadia Rahmawati (33010200202)

Mukhamad Aldiyansyah (33010200205)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Keluarga Sakinah, Mawaddah dan
WarRohmah” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Keluarga. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang cara atau ciri dalam membina
keluarga agar menjadi keluarga yang harmonis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neneng Ratnasari selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Keluarga. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 27 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ...............................................................................................................................I

KATA PENGANTAR ......................................................................................................II

DAFTAR ISI .....................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH .......................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2

A. PENGERTIAN KELUARGA SAKINAH, MAWWADAH DAN WARROHMAH


.................................................................................................................................2
B. CIRI – CIRI KELUARGA SAKINAH ..................................................................4
C. CARA MENJADIKAN KELUARGA SAKINAH, MAWWADAH DAN
WARROHMAH .....................................................................................................6
D. FAKTOR PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH MAWADAH
WARROHMAH......................................................................................................7

BAB II PENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................10


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Keluarga sakinah berasal dari dua kata yaitu keluarga dan sakinah. Keluarga berasal
dari kata kawuladan warga, sebagai kawula di lingkungan warga ia harus mengabdikan
segenap kemampuan untuk keluarganya. Sebagai warga, ia mempunyai hak untuk ikut
mengurus dan mendidik segenap kebutuhan di lingkungan keluarganya. Secara
umum keluarga didefinisikan sebagai masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri
dari pasangan suami istri dan anak-anak yang lahir dari mereka.Keluarga dalam
terminologi sosial dapat dipahami sebagai kelompok orang-orang yang dipersatukan
oleh ikatan perkawinan, dara, atau adopsi yang membentuk suatu rumah tangga, yang
berinteraksi satu sama lain dengan melalui peran-perannya sendiri sebagai anggota
keluarga, dan mempertahankan atau bahkan menciptakan kebudayaannya sendiri.Keluarga
dalam arti sempit merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari suami dan istri, atau
dengan kata lain keluarga adalah ikatan hubungan sah untuk berkumpul antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan dimana yang satu merasa tentram dengan yang
lainnya. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keluarga dalam arti sempit itu
terdiri suami dan istri yang diikat dalam sebuah perkawinan. Kemudian jika suami istri
tersebut dikaruniai seorang anak maka anak-anak itu menjadi unsur ketiga dalam
keluarga tersebut disamping dua unsur sebelumnya.
Pengertian lain juga diungkapkan oleh Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaamatja
yang menyebutkan bahwa keluarga dalam arti sempit adalah keluarga yang meliputi
orang tua dan anak-anaknya yang kemudian disebut dengan keluarga kandung
(biologis) yang hubungannya bersifat tetap.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian keluarga sakinah mawaddah dan warrahmah?
2. Bagaimana ciri-ciri keluarga saikinah?
3. Bagaimana cara menjadi keluaga sakinah mawaddah dan warahmah?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung terbentuknya keluarga saknah mawadah
warahmah?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga sakinah itu sendiri
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari keluarga sakinah mawaddah dan warahmah
3. Untuk mengetahui cara menjadikan keluarga yang saknnah mawaddah dan
warrahmah
4. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung terbentuknya keluarga saknah dan
mawaddah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Sakinah Mawadah dan Warrahmah

Keluarga adalah komponen masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak. Atau bisa juga suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum
mmpunyai anak baik anak kandung atau anak angakat). Keluarga dapat diartikan juga
sebagai kelompok paling kcil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh
suami dan istri atau ibu bapak dan anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah
masyarakat kebahagiaan masyarakat adalah bergantung setiap keluarga yang
menganggotai masyarakat.

Keluarga dalam terminologi sosial dapat dipahami sebagai kelompok


orang- orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, dara, atau adopsi
yang membentuk suatu rumah tangga, yang berinteraksi satu sama lain dengan
melalui peran-perannya sendiri sebagai anggota keluarga, dan mempertahankan
atau bahkan menciptakan kebudayaannya sendiri. Dalam psikologi keluarga
dijelaskan bahwa keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan
secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Keluarga juga menjadi sumber kasih
sayang, perlindungan, dan identitas bagi anggotanya.
Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang,
terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh
pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al Qur’an
surat 30:21 “Litaskunu ilaiha” yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan
perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.

Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya
merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan,
terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT. Mengetahui jejak para
nabi dan orang-orang yang beriman termasuk salah satu jalan menjadi keluarga
sakinah. Hadirnya para nabi di tengah-tengah kehidupan umat manusia antara lain
adalah mengemban misi sebagai uswatun ḥasanahbagi kehidupan umat manusia pada
saat itu dan sesudahnya. Para nabi memberikan keteladanan dalam realitas
kehidupan sehari-hari sehingga umat manusia dapat memahami bagaimana
semestinya kehidupan ini disikapi dan dijalankan. Dengan mengikuti jiwa para
nabi untuk sekuat tenaga membangunketahanan baik jasmani maupun rohani
keluarga agar tidak rapuh dalam menghadapi permasalahan yang muncul.

Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang


pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh
kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah
kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang
lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang
menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya
adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan,
anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat,
Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang
lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada
yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang
terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa
memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya
iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan
pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta
bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Jadi sakinna mawaddah dan warahmah ini sendiri merupakan kondisi


keluarga yang sangat ideal yang berdasarkan al quran dan sunnah untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan di akirat.

B. Ciri – Ciri Keluarga Sakinah

Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara
yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun,
terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :

a. Rumah tangga didirikan berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah. Asas yang


paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga ialah rumah tangga
yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Qur’an dan sunnah dan
bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepala suami
istri sekitarnya dalam menghadapi berbagai masalah yang akan timbul
dalam kehidupan berumahtangga. Firman Allah SWT dalam Surat An-
Nisa’ ayat 59 yang terjemahannya sebagai berikut :
Kemudian jika kamu selisih faham atau pendapat tentang sesuatu, maka
kembalilah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasulullah (Sunnah).

b. Rumah tangga berasaskan kasih saying (Mawaddah Warahmah). Tanpa


‘al-mawaddah’ dan ‘al-rahmah’, masyarakat tidak akan dapat hidup
dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua
perkara ini sangat diperlukan karena sifat kasih saying yang wujud dalam
sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia,
saling menghormati, saling mempercayai dan tolong menolong. Tanpa
kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagian hanya akan menjadi
angan-angan saja.

c. Mengetahui Peraturan Berumah Tangga, setiap keluarga seharusnya


mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya yang mana
seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah
melainkan, setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami
walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar
syariat, dan tidak menceritakan hal rumah tangga kepada orang lain. Anak
juga wajib taat kepada kedua orang tuanya selama perintah keduanya tidak
bertentangan dengan larangan Allah.
Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua
keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli
keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-
masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat terbentuk.
Firman Allah SWT salam Surat An-Nisa ayat 34 yang terjemahannya
‘Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita wanita yang dikhawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka di tempat tidur mereka, dan pukulah
mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Mahan Besar.

d. Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak. Perkawinan bukalah


semata-mata menghubungkan antara kehidupan keluarga kedua belah
pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh
karna itu, pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah
seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh,
terutama anak laki-laki. Anak laki-laki mendapat restu kedua ibu bapaknya
karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap
kedua ibu bapaknya. Selain itu pasangan juga perlu mengasihi ibu dan
bapak supaya mendapat keberkahan untuk mencapai kebahagiaan dalam
berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu
bapaknya dalam surat Al-Ankabut ayat 8 yang terjemahannya :
‘ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua ibu dan
bapaknya, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepadaKu-lah lalu aku khabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

e. Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar. Antara tujuan ikatan perkawinan


ialah untuk menyambung hubungan keluarga kedua belah pihak dan
kerabat-kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul
disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat ipul.
C. Cara Menjadi Keluaga Sakinah Mawaddah Dan Warahmah
Adapun beberapa cara yang dapat diklakukan untuk menjadikan keluarga Sakinah
mawaddah warahmah antara lain adalah:
1. Saling memaafkan agar pernikahan sakinah mawaddah warahmah. Apabila suami
atau istri melakukan kesalahan, atau terjadi salah paham di antara mereka berdua,
maka harus bersedia saling memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Agar
hubungan yang sempat merenggang akibat pertengkaran bisa kembali menjadi
harmonis.
2. Saling menghormati untuk mencapai rumah tangga sakinah mawaddah warahmah.
Dalam hal ini, istri menghormati kesibukan suami dalam bekerja, dan suami
menghormati kesibukan istri dalam mengurus rumah tangga. Bahkan meski hal
yang dilakukan pasangan tidak disukai, maka tetap harus dihormati. Saling
menghormati juga mencakup menghargai privasi pasangan, menghormati keluarga
pasangan dan teman-teman pasangan. Serta memperlakukan pasangan dengan
baik sebagai rekan hidup yang setara.
3. Saling melindungi dan mengingatkan dalam kebaikan. Bila suami atau istri khilaf,
maka tugas pasangannya lah untuk mengingatkan dan mengajaknya kembali ke
jalan kebaikan. Demikian pula dalam hal melindungi dari keburukan, tugas kita
sebagai suami atau istri adalah melindungi pasangan kita agar tidak terjerumus
maksiat ataupun keburukan. Sebagai istri, kita wajib menjaga agar nafkah yang
diberikan suami selalu bersih dan barokah. Jangan sampai ia memberikan kita
nafkah dari hasil pekerjaan yang tidak halal. Saling mengingatkan dan melindungi
ini mungkin mudah diucapkan, namun sulit dilakukan.
4. Musyawarah dalam mencari solusi masalah.
5. Cara Mewujudkan Rumah Tangga Sakinah Mawaddah dan Warahmah. Dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan sesuatu yang menyangkut kepentingan
bersama, hendaknya dimusyawarahkan terlebih dulu dengan pasangan, agar tidak
terjadi cekcok di kemudian hari.

D. Faktor Yang Dapat Menjadi Pedukung Untuk Menciptakan Keluarga Sakinah


Mawaddah Warahmah.

a. Hubungan akan rasa saling membutuhkan antar kedua pihak (suami dan istri) yang
dalam Al-Quran diibaratkan dengan pakaian.
b. Bergaul secara wajar dengan tetap memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan.
c. Memiliki pribadi sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi, seperti menghormati yang
lebih tua, menyayangi yang lebih kecil atau muda, mengedepankan intropeksi diri,
tetap berhemat dan tidak boros, serta tetap santun dalam bergaul dengan sesama.
d. Dalam hadits Nabi juga diterangkan bahwa terdapat empat faktor dapat mendatangkan
kebahgaiaan dalam sebuah keluarga yakni: suami/isteri yang setia, lingkungan sosial
yang baik, rezeki yang dekat, dan hadirnya anak-anak yang berbakti. Dalam sebuah
keluarga kehadiran anak dipandang juga sebagai perhiasan kehdupan dunia,
sebagaimana firman Allah SWT “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia” (Q.S Al-Kahfi :46)
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Keluarga adalah komponen masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak. Atau bisa juga suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum
mmpunyai anak baik anak kandung atau anak angakat). Keluarga dapat diartikan juga
sebagai kelompok paling kcil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh
suami dan istri atau ibu bapak dan anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah
masyarakat kebahagiaan masyarakat adalah bergantung setiap keluarga yang
menganggotai masyarakat.
sakinna mawaddah dan warahmah ini sendiri merupakan kondisi keluarga
yang sangat ideal yang berdasarkan al quran dan sunnah untuk mencapai kebahagiaan
didunia dan di akirat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga sakinah dibangun di atas kasih
sayang yangmengedepankan aspek komunikasi dan musyawarah sebagai bentuk dari
pola hubungandemokratis yang menjadi sarana bagi terwujudnya komunikasi
dialogis. Sehingga dengan adanyakomunikasi tersebut tercapailah ketenangan,
kedamaian, dan ketentraman dalam rumah tangga.Sedangkan musyawarah yang
dipakai adalah musyawarah yang dihiasi dengan sikap lemah lembut, pemberi maaf,
serta mengedepankan aspek keadilan dan persamaan. Faktor yangmembuat rumah
tangga menjadi indah dan damai adalah Jangan ada perselingkuhan, ekonomi juga
harus menunjang, mengikuti bimbingan untuk masalah rumah tangga dan
selalumendekatkan diri kepada Allah SWT.
B .Saran

Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih penuh dengan
kekurangan dan masih banyak lagi harus belajar dalam membuat makalah untuk
selanjutnya. Maka apabila ada kritik dan saran yang membangun kami sangat
membutuhkannya dalam mengevaluasi tulisan kami ini. Karena kritik dan saran dari
para pembaca sangat membantu kami untuk lebih baik lagi kedepannya.

Karena pengetahuan kami yang masih kurang, kami memohon maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
orang

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, A.Ma’ruf dan Mas’ud Mubin,


Dachlan, Ny.Aisyah. Membina Rumah Tangga. Penerbit Jamunu, 1969
Hamka. Kedudukan Perempuan Dalam Islam. Jakarta; Penerbit Pustaka Panjimas,
1996
Lama Bawa, Dahlan, dkk. Meniti Diatas Sunnah Menggapai Keluarga Sakinah.
Cet.III. Makassar; LSQ Makassar, tahun 2015
Miftah, Merawat Cinta Kasih Suami Istri. Cet.III; Surabaya: 1998
https://www.dictio.id/t/apa-saja-faktor-faktor-pendukung-dan-penghambat-
terbentuknya-keluarga-sakinah/121598/2 diakses pada tanggal 26 Mei 2022
pukul 14.30 WIB
http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-wa-rahmah diakses
pada tanggal 25 Mei 2022 pukul 11.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai