Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK DALAM KELUARGA

Disusun Oleh:

1. Amir Salim (21031038)


2. Kaltri Widodo (21031053)
3. Putri Ergina Syafia (21031065)
4. Heryu Rusty Ali Davila (21031052)

POLITEKNIK AISYIYAH PONTIANAK


2021/2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat yang
sudah diberikan kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Kita sebagai
makhluk Allah SWT harus mengetahui apa itu Akhlak Dalam Keluarga. Dengan adanya makalah
ini diharapkan para pembaca bisa kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bisa
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang mana semua
itu tejadi karena keterbatasaan pemahaman penulis. Kemudian penulis megharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini, dan penulis bisa
mengetahui sampai dimana kemampuan penulis. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Jika ada kesalahan tutur kata dalam pembuatan makalah ini
mohon dimaklumi karena tidak ada di dunia ini yang sempurna selain Allah SWT

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pontianak, Maret 2022

Kelompok 10

P a g e 2 | 15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4


A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 5


1. Urgensi Keluarga dalam hidup manusia ....................................................................... 5
2. Akhlak suami istri ......................................................................................................... 6
3. Akhlak orang tua terhadap anak .................................................................................... 7
4. Akhlak anak terhdap orang tua ...................................................................................... 8
5. Membangun keluarga sakinah ..................................................................................... 10
6. Larangan kekerasan dalam rumah tangga ................................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

P a g e 3 | 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil dan unik yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang satu dengan
yang lainnya, bila dilihat dari lokasi tempat tinggal suatu keluarga, ada keluarga yang
bertempat tinggal di desa, di tengah-tengah kota, kawasan elit dan ada pula yang
bertempat tinggal di kawasan kumuh. Bila dilihat dari faktor ekonomi, terdapat keluarga
yang tergolong sebagai keluarga yang kaya, keluarga sederhana dan keluarga miskin.
Kenyataan tentang bermacam-macamnya keluarga tersebut dapat mempengaruhi
keaneka-ragaman suasana, tingkat kesejahteraan, ketentraman maupun kesulitan,
kenyamanan serta rasa aman yang dirasakan anggota suatu keluarga.
Menurut Sudarsono (2004:125), keluarga bahagia dan utuh merupakan idaman bagi
setiap pasangan, tetapi pada kenyataanya apa yang diharapkan itu tidak selalu sesuai
dengan apa yang terjadi. Jika dari masing-masing anggota keluarga tidak berusaha untuk
menciptakan suasana yang mengarah kepada kebahagiaan, maka keharmonisan keluarga
juga akan lebih sulit untuk tercapai. Di dalam keluarga terjadi proses bagaimana untuk
mencintai, menyayangi, menghargai, menghormati, dan saling berbagi antar sesama
anggota keluarga. Perilaku orang tua merupakan kunci bagi kesuksesan mereka dalam
mendidik anak-anaknya. Secara tidak langsung, apa yang orang tua katakan dan lakukan
akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Pujosuwarno (2004:20) menjelaskan bahwa: di
dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tua sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena baik ayah maupun ibu adalah pendidik
dalam kehidupan yang nyata, sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati
oleh anak tidak sebagai teori melainkan sebagai pengalaman bagi anak yang nantinya
sikap dan tingkah laku orang tuanya akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana urgensi keluarga dalam kehidupan manusia?
2. Bagaimana akhlak suami istri?
3. Bagaimana akhlak peran orang tua terhadap anak?
4. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua?
5. Bagaimana membangun keluarga sakinah?
6. Apa larangan kekerasan dalam rumah tangga?

P a g e 4 | 15
BAB II
PEMBAHASAN

1. Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas
suami-isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan
jugahubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga
besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu
kesatuansosial yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling
mempengaruhi,sekalipun antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis.
SecaraPsikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadisaling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Sedangkan pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang
dijalin olehkasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan,dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri, saling melengkapi satu
dengan yanglainnya.

Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak,


salingmembutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri
dankepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.Keluarga
yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisanhubungan atau
relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dansaling memberi
tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dansebagai pengawas
tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama
lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberidukungan, perhatian, dan garis-
garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara
praktis anak harus mendapatkan bimbingan,asuhan, arahan serta pendidikan dari orang
tuanya, sehingga dapat mengantarkan seoranganak menjadi berkepribadian yang sejati
sesuai dengan ajaran agama yang diberikankepadanya. Lingkungan keluarga sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali
menerima sejumlah nilai pendidikan. Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan
oleh orang tua dirasakan oleh anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri
untuk berperilaku.

Nilai moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali
diterimanya dari orang tua,dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat
diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya dalam

P a g e 5 | 15
tingkatan rasional, yangdapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa berprilaku taat
terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskanSentralisasi nilai-nilai agama dalam
proses internalisasi pendidikan agama pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber pertama
dan sandaran utama dalam mengartikulasikannilai-nilai moral agama yang dijabarkan
dalam kehidupan kesehariannya. !ilai-nilaiagama sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan keluarga, agama yangditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan
membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai agama yang diberikan
mencerminkan disiplin diri yang bern

2. Akhlak Suami Istri


a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur
yang lihat hanya pasangan).
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri berpakaian
untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling
mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi
masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi
pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.
 Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Islam :
- Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan
warahmah. (Ar-Rum: 21).
- Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing
pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)
- Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
- Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.
P a g e 6 | 15
3. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak
Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak
dan kewajiban masing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis
dan penuh kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang
tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak
dan adab seperti Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari orang
tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab. Untuk
itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur. Semua ada
tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya, murid kepada gurunya,
pendidik kepada peserta didik.
Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua mengajarkan
adab kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum melakukan adab itu,
dengan belajar adab tersebut bersama anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi
kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan berujung pada terbentuknya karakter yang
bagus.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak berprestasi
bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah mencetak generasi yang
seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu membuat anaknya
menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:
‫َو ْلَيْخ َش ٱَّلِذ يَن َلْو َتَر ُك و۟ا ِم ْن َخ ْلِفِه ْم ُذ ِّرَّيًة ِض َٰع ًفا َخ اُفو۟ا َع َلْيِهْم َفْلَيَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َو ْلَيُقوُلو۟ا َقْو اًل َسِد يًدا‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. (QS. An-
Nisa’:9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak
dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek
kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman
(spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi,
semua orang tua harus memperhatikan semua aspek perkembangan anak, baik dari
segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah akidah atau
keimananya.

P a g e 7 | 15
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku lemah
lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan
spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua mendidik dan
membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya
mendidik anak, antara lain :
1. Orang tua sebagai panutan
2. Orang tua sebagai motivator anak
3. Orang tua sebagai cermin utama anak
4. Orang tua sebagai fasilitator anak

4. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua


a. Kewajiban kepada ibu

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka
bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan
menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa
muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu
sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak
kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun
apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung
sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka
secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari
pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh
seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat
mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh
seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada
ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya
mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan
orang tua.
b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu
dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat
P a g e 8 | 15
lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya sehingga
orang tua itu meridhainya. Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman : 14
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”
(QS.Luqman:14)
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya
kepada anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya
adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan
penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si
orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang
tua.
c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat
terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering
menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus.
Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun
akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan
ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah
orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak
berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi
contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan
berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus
berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah
tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi
Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya:
:”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya
kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah
keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada
kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat
hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati /
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan
P a g e 9 | 15
bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena
kedua orang tua”.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila
beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:

1) Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh
SWT dari segala dosa orang tua kita.

2) Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai
janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati
janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai
melaksanakannya, maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua
tersebut.

3) Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah
mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan
temannya dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua
orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan
teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.

4) Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena


kedua orang tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu
sewaktu masih hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan
bapak kita yang sudah meninggal dunia.

5) Membangun keluarga sakinah

6) Larangan kekerasan dalam rumah tangga

5. Membangun Keluarga Sakinah


Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara
yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun,
terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :
a. Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah
P a g e 10 | 15
Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah
rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan
Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada
suami istri sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam
kehidupan berumahtangga.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa' ayat 59 yang artinya:
"Kemudian jika kamu selisih faham/pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah
kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah)".

b. Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)


Tanpa 'al-mawaddah' dan 'al-Rahmah', masyarakat tidak akan dapat hidup dengan
tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini
sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah
rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling
menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang,
perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja.

c. Mengetahui Peraturan Berumah tangga


Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap
ahlinya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar
rumah melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami
walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat,
dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain. Anak pula wajib taat
kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak bertentangan dengan
larangan Allah.
Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan
mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi
peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah
keluarga sakinah dapat dibentuk. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa': 34
yang artinya: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
P a g e 11 | 15
yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah
memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar".

d. Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak


Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua
pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak.
terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan
yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu
bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu
mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan
tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu
mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan
dalam berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu bapaknya
dalam Surah al-Ankabut: 8 yang artinya:
"Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibu bapanya.
dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan kepadamu apa
yang Telah kamu kerjakan".

e. Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar


Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan keluarga
kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-

P a g e 12 | 15
kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan
kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.

6. Larangan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam


kehidupan rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah
tangga adalah mawaddah, rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an
disebutkan: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-rum:
21).

Dalam ayat lain disebutkan "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di
antara isteri- isteri [mu]. walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung [kepada yang kamu cintai], sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
[dari kecurangan], maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(An-Nisa: 129).

Allah s.w.t. juga berfirman: "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo alah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (Q.S. al-A'râf, 7:56).

"Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku


jadikan kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka janganlah kamu saling
menzalimi satu sama lain". (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim). Hal di atas sangat
jelas menggariskan bahwa salah satu tujuan berumah tangga, adalah untuk menciptakan
P a g e 13 | 15
kehidupan yang penuh ketentraman dan bertabur kasih sayang. Keluarga sakinah
anggota yang ada di dalamnya. Atau keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah hanya
bisa terbentuk apabila setiap anggota keluarga berupaya untuk saling menghormati,
menyayangi, dan saling mencintai. Itulah fondasi dasar sebuah keluarga dalam Islam.
Maka kekerasan dalam rumah tangga sangat dicela Islam dan sangat bertentangan
dengan nilai-nailai keislaman.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali masih relevan bagi
pemuda Islam pada masa sekarang, karena berdasarkan atas al-Quran dan Hadits.
Akan tetapi anak yang diterlantarkan orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak
dapat menghayati tanggung jawab orang tu terhadapnya, tanggung jawab anak
terhadap orang tua dan akan menyebabkan mereka tidak berbuat baik kepada orang
tua. Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya, rendahkan dirimu,
sopanlah kepadanya. Oleh karena itu orang tua dan anak harus sama-sama
memperhatikan tanggung jawab dan haknya masing-masing, antara hak-hak orang
tua terhadap anak dan sebaliknya, supaya akhlak atau etika anak terhadap kedua
orang tua berjalan dengan baik dan sesuai dengan ajaran agama.

Ar-rum ayat 21: dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu istri2 dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

P a g e 14 | 15
Daftar Pustaka

Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama. 1994 Keluarga Muslim Dalam Masyarakat
Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 107.

Drs.Nipan. Fuad Kauma 1997 Suami, Yogyakarta Mitra Pustaka. Membimbing Istri
Mendampingi Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam

muhammad ibn su'ud riyadh saudi arabia, 1980.

P a g e 15 | 15

Anda mungkin juga menyukai