Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PARENTS INFANT AND CHILDREN BOUNDING

NAMA MAHASISWA

PUTRI OKTADINI (616080619018)

NAMA DOSEN

DESI ERNITA AMRU, S.ST., MKM

PRODI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang kita nanti-natikansyafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah "Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah" dengan judul “Makalah Parents Infant and Children
Bounding”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Batam, 14 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..3
A. Pola Asuh Orang Tua.............................................................................................3
B. Pembentukan Ikatan Emosi Antara Orang Tua dan Anak......................................3
C. Regulasi Emosi pada Anak Usia Batita..................................................................6
D. Metode Kangguru...................................................................................................8
BAB III
PENUTUP …………………………………………………………………………….11
A. Kesimpulan...........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis moral yang terjadi di Indonesia merupakan hal yang sangat
mengkhawatirkan dan perlu diselesaikan. Krisis moral tersebut terjadi
ditengarai karena pendidikan belum sepenuhnya berhasil dalam menanamkan
nilai moral pada peserta didik. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanggung jawab. Tanggung Jawab
merupakan salah satu nilai moral yang hendaknya ditanamkan sejak usia dini.
Tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lainjuga merupakan salah satu
tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional yang hendaknya
ditanamkan pada anak usia dini. Kruizinga et al dalam Wijirahyu &Muflikhati
(2016).
Orang tua memiliki peran dalam memberikan peraturan- peraturan
sebagai proses penanaman sikap tanggung jawab. Tujuannya adalah
memberikan pedoman kepada anak dalam bertingkah laku yang dapat diterima
sesuai situasi dan kondisi pada saat itu. Sedangkan fungsi aturan sebagai
pendidik dan pengendalian diri. Agar seorang anak menginternalisasikan
peraturan yang orang tua mereka inginkan mereka harus memiliki ikatan yang
membuat mereka bertanggung jawab. Ikatan sendiri disebut juga dengan
bonding yang terjadi dalam pembentukan attachment atau kelekatan. Oleh
karena itu, orang tua memainkan peran penting dalam keluarga untuk
membentuk keperibadian masa depan anak mereka.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi latar belakang dalam penulisan
makalah ini, yaitu:
a. Bagaimana pola asuh orang tua ?
b. Bagaimana pembentukan emosional antara orang tua dan anak ?
c. Bagaimana regulasi emosi anak usia batita ?
d. Bagaimana metode kanguru ?

1
C. Tujuan
Adapun beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
a. Mengetahui pola asuh orang tua
b. Untuk mengetahui pembentukan emosional antara orang tua dan anak
c. Untuk mengetahui regulasi emosi anak usia batita
d. Untuk mengetahui metode kanguru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan proses pengasuhan, artinya bahwa selama proses
pengasuhan orangtua memiliki peranan sangat pentingdalam pembentukan
kepribadian anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yangada dalam masyarakat. Dalam mengasuh anaknya, orang tua cenderung
menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini
memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-
bentuk perilaku sosial tertentu pada anaknya.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menempati kedudukan yang sangat penting oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama
pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga adalah sekelompok
orang yang menyatu dalam ikatan pernikahan, sedarah atau adopsi, mendirikan
suatu rumah tangga, melakukan interaksi dan komunikasi berkelanjutan dalam
respektif pada aturan sosial dari suami dan istri, ibu dan ayah, anak laki-laki
dan anak perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan, menghasilkan
dan memelihara suatu budaya umum. Artinya bahwa Keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan
berdasarkan agama dan hukum yang sah. Pengaruh dari keluarga sangat
penting karena keluarga merupakan awal pembelajaran bagi seorang anak.
B. Pembentukan Ikatan Emosi Antara Orang Tua dan Anak
Lingkungan keluarga merupakan tempat di mana seorang anak tumbuh
dan berkembang, sehingga lingkungan banyak berperan dalam membentuk
kepribadian dan karakter seseorang. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga
merupakan lingkungan ini yang mempengaruhi perkembangan anak, setelah itu
sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini
yang dibangun oleh orang tua dan orang-orang terdekat. Setiap keluarga selalu
berbeda dengan keluarga lainnya, dalam hal ini yang berbeda misalnya cara

3
didik keluarga, keadaan ekonomi keluarga. Setiap keluarga memiliki sejarah
perjuangan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang turun temurun yang secara tidak
sadar akan akan membentuk karakter anak. Pengaruh keluarga amat besar dalam
pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk
kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh dengan konflik atau
tidak bahagia. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga
mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak mereka. Rumah adalah surga
bagi anak, di mana mereka dapat menjadi cerdas, saleh, dan tentu saja tercukupi
lahir dan batinnya.
Orang tua merupakan pendidik yang paling utama dan pertama yang
sangat dibutuhkan anak, karena itulah pendidikan orang tua terhadap anak yang
paling utama ditanamkan adalah keimanan, karena sebagai pondasi yang harus
dimiliki anak. Jika keimanan sudah tertanam pada anak, maka anak akan selalu
taat menjalankan perintah agama dan dapat dijadikan landasan yang kuatuntuk
selalu berbuat kebajikan.
Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang berdampak positif
bagi perkembangan anak, karena itu seharusnya orang tua memperhatikan
tuntunan- tuntunan kewajiban mereka terhadap anak dan menyebarkan benih
yang baik serta memeliharanya hingga mengantarnya sampai matang dan
berbuah, tanpa dirundung rasa putus asa menyangkut masa depan anak.
Pada prinsipnya memberikan bimbingan kepada anak merupakan salah
satu langkah awal untuk mengantarkan pada jalan yang benar. Peran dan
bantuan orang tua sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan seorang anak, peran dan
bantuan orang tua tercermin dalam cara orang tua mengasuh anak.
a. Strategi Pola Asuh Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak
Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
Ketika anak- anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua
orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan
menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bias menghadapi dan
menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu
ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-
anaknya untuk mentaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang

4
demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian
mereka.
a) Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan
menyebabkan pertumbuhan potensidan kreativitas akal anak-anak
yang pada akhirnya keinginan dan kemauan mereka menjadi kuat dan
hendaknya mereka diberi hak pilih.
b) Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat
di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain
ketegasan kedua orangtua, mereka harus memperhatikan keinginan
dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati
artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan
dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim
kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua
orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan
diri mereka danorang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas
supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.
c) Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan
kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan
dan kelayakan terhadap mereka, karena halini akan menjadikan
mereka majudan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan
anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka
mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri
mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya
bermanfaat dan penting.
d) Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan
anak). Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak,
mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang
tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan
perubahan serta pertumbuhan anak- anaknya terhadap mereka.

5
C. Regulasi Emosi pada Anak Usia Batita
Perkembangan emosi semakin dipahami sebagai sebuah krisis dalam
perkembangan anak. Dari masa perkembangan awal, bayi menunjukkan rasa
aman dalam keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya.
Bayi akan mengeksplor melalui sentuhan dan rasal. Proses belajar pada masa
inilah yang mempengaruhi perkembangan pada tahapan selanjutnya. Usia dini
disebut juga tahap perkembangan emas (golden age). Pada tahap ini sebagian
besar sel-sel otak berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas. Dengan
memperhatikan dan memahami emosi anak, dapat membantu guru mempercepat
proses pembelajaran yang bermakna dan permanen. Kemampuan anak usia dini
mengelola emosi merupakan bagian dari pematangan perkembangan emosi anak
dimasa peralihan dari pra operasional menjadi masa operasional kongkrit.
Kemampuan anak usia dini dalam mengelola emosi dirinya sendiri dapat dilihat
dari dimensi kemampuan anak dalam memamfaat emosinya secara positive.
1. Fungsi Emosi pada Anak Usia Dini
a. Perilaku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian
lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini
akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Contoh:
jika seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamannya dengan
menangis, lingkuangan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang
“cengeng”.
b. Emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang
ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial anak
dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat
diterima lingkungannya. Jika anak melemparkan mainannya saat
marah, reaksi yang muncul dari lingkungannya adalah kurang
menyukai atau menolaknya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan, artinya jiks
ada yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan.
Artinya jika ada seorang anak yang pemarah dalam suatu kelompok,

6
maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat
itu.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat
menjadi satu kebiasaan. Artinya jika seorang anak yang ramah dan
suka menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan
lingkunganpun menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan
tersebut berulang-ulang hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat mengahambat atau
mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang
mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat
menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya,
seorang anak akan menolak bermain kreasi dengan cat poster karena
takut akan mengotori bajunya dan dimarahi orang tua. Kegiatan
kreasi dengan cat poster ini sangat baik untuk melatih motorik halus
dan indra perabaannya
2. Peran Figur Ayah dan Ibu dalam Membentuk Kemampuan Pengendalian
Emosi pada Anak
a. Figur Ayah
Seorang ayah yang terlibat dan sensitif dalam pengasuhan anak
akan memberikan efek positif dalam perkembangan anak. Ketika
ayah terlibat dan menerapkan disiplin yang cukup tinggi akan
mengurangi kecenderungan anak untuk berperilaku eksternalisasi
(marah, bandel, berperilaku menyimpang) terutama pada masa
sekolahnya (Koentjoro, 2014). Keterlibatan ayah juga akan
mengembangkan kemampuan anak untuk berempati, bersikap penuh
perhatian dan kasih sayang serta hubungan sosial yang lebih baik.
Penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan ayah akan
memberikan manfaat yang posisitif bagi anak laki-laki dalam
mengembangkan kendali diri dan kemampuan menunda pemuasan
keinginan dan pada penyesuaian sosial remaja laki-laki (Koentjoro,
2014). Meski penelitian belum memberikan dukungan yang kuat
tentang peran ayah pada anak perempuan Andayani (2014) meyakini

7
bahwa keterlibatan dan sensitivitas ayah dalam pengasuhan akan
memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan anak
perempuan. Dalam perkembangan seorang anak perempuan kasih
sayang yang dan perhatian efektif dari ayah juga sangat dibutuhkan.

b. Figur Ibu

Ibu akan sangat berperan membentuk kebiasaan-kebiasaan hidup anak


yang nantinya akan membangun karakter dan sifat-sifat anak. Sebagai
sosok orang terdekat, penanaman nilai kepada anak dilakukan ibu
melalui penanaman kebiasaan, yang akan berakumulasi menjadi
kepribadian. Selain sebagai penanam kebiasaan-kebiasaan, ibu juga
berperan memperbaiki kesalahan- kesalahan yang dilakukan anak.
Semakin banyak ibu menemukan saat anak berbuat salah, semakin
banyak kesempatan ibu untuk mengajak anak memperbaikinya.
Seorang ibu yang memang sudah kodratnya memiliki “instink”
keibuan untuk terampilmengurus anak-anaknya, bahkan wanita yang
belum atau tidak melahirkan anak sendiri. Peranayah juga dipengaruhi
oleh peran ibu yang sering memberikan evaluasi pada para ayah ketika
terlibat dengan anak-anak. Simons dkk membuktikan bahwa sikap,
harapan dan dukungan ibu terhadap ayah akan memperkuat identitas
peran ayah yang kemudian akan meningkatkan perhatian ayah
terhadap anak, atau dengan kata lain meningkatkan pemutusan
psikologis (psychological centralitiy) tentang pentingnya anak bagai si
ayah. Ketika hubungan dengan istri kurang memuaskan atau penuh
dengan konflik, ayah cenderung menjauh dari anak. Jika ayah masih
berinteraksi dengan anak ketika kualitas pernikahan tidak memuaskan,
maka pola perilakunya terhadap anak juga cenderung kurang positif
(Nurhayani, 2014).
D. Metode Kangguru
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa usia gestasi (Depkes
RI, 2012). Menurut Pantiwati (2013) menyatakan bahwa Prevalensi bayi berat
lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan

8
batasan 3,3% -38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90%kejadian BBLR
didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kalilebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar
antara 9%-30%, hasilstudi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional bedasarkan analisa lanjutSDKI,
angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikangizi menuju Indonesia Sehat 2014
yakni maksimal 7% (Proverawati & Sulistyorini2010, p.vii).
Penelitian yang telah dilakukan di India oleh Priya (2012) yang
menyatakan perawatan metode kanguru untuk bayi BBLR dapat menstabilkan
denyut jantung dan dapat meningkatkan berat badan bayi. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh Charpark & Ruiz-palaez tahun 2012 dalam penelitiannya
bayi BBLR dengan PMK mengalami peningkatan berat badan lebih baik.
Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) dapat mencegah terjadinya
hipotermi karena tubuh ibu dapat memberi kehangatan kepada bayinya secara
terus menerus dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain itu
manfaat Perawatan Metode Kanguru (PMK), dapat meningkatkan ikatan kasih
sayang antara ibu dan bayi, memudahkan bayi dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi, mencegah infeksi dan memperpendek masa rawat inap sehingga dapat
mengurangi biaya perawatan (Rahmayenti, 2012).
Beberapa penelitian mengenai perawatanmetode kanguru (PMK) ini
telah dilakukan di Indonesia. Penelitian pada tahun 2013 yang telah dilakukan di
Surakarta oleh Wahyuni yaitu dengan membandingkan lama perawatan metode
kanguru 4 jam dengan 2 jam per hari. Hasil yang didapatkan bahwa
perlengketan 4 jam lebih efektif terhadap peningkatan berat badan bayi, dalam
penelitiannya Wahyuni merekomendasikan untuk melakukan penelitian
perawatan metode kangurus elama lebih 4 jam.
Setelah dilakukan Terapi Kangguru maka peneliti menganalisa bahwa
peningkatan berat badan bayi ini akan erat kaitanya dengan peningkatan berat
badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak factor, salah satunya adalah

9
kemampuan bayi dalam menghisap ASI. ASI merupakan komponen yang sangat
penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum bayi harus sesuai dengan
kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan metode kanguru frekuensi ibu
dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat waktu. Karena bayi selalu berada
dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi sudah mersa haus dan
memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam baju
kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi dam memenuhi kebutuhan
akan nutrisi dan cairanya. Kemudian hal tersebut juga membantu bayi
meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena reflek menghisap bayi akan
selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi
karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya. Secara keseluruhan
untuk keberhasilan Perawatan Metode Kanguru itu sendiri di pengaruhi oleh
nutrisi bayi yang cukup, emosional bayi dan ibu yang terjaga dengan baik, serta
posisi bayi dalam perawatan metode kanguru ini akan memberikan kestabilan
suhu bayi dan mencegah dari resiko hipotermi, karena suhu ibu dan suhu bayi
akan saling memberikan support satu sama lainnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gender merupakan konstruksi masyarakat atas peran sosial dan
hubungan, karakter, sikap, tingkah laku, nilai, kekuasaan, pengaruh antara dua
jenis kelamin perempuan dan lelaki. Secara sederhana jenis kelamin merupakan
perbedaan jenis kelamin secara bio fisik, sedang jender merupakan perbedaan
peran sosial (Vlassoff C, 2007).
Faktor penyebab kekerasan yang dilatarbelakangi oleh masih adanya
ketimpangan relasi kuasa dan ketimpangan gender merupakan dasar atau akar
masalah terjadinya kekerasan, tetapi faktor pemicu menjadi alasan yang biasa
digunakan untuk melakukan kekerasan seperti faktor ekonomi. Jika ketimpangan
gender tidak ada di pola kehidupan masyarakat digantikan dengan persamaan
derajat gender, maka kekerasan tidak akan terjadi, sebaliknya walaupun faktor
pemicu tidak ada dan faktor penyebab masih adakekerasan tetap mungkin
terjadi.
B. Saran
Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman
yang membacanya. Khususnya teman-teman jurusan kebidanan serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan menangani parents infant
and children bounding.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/AL-
USWAH/article/download/6253/3778
http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/goldenage/article/view/3198/1872
http://103.111.125.15/index.php/jit/article/download/24/23

12

Anda mungkin juga menyukai