Disusun oleh:
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “AKHLAK DALAM KELUARGA" ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Studi Islam 1
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan metode pembelajaran. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dewi Rusliyani, M.Pd.I sebagai pengajar mata
kuliah Studi Islam 1 atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai model
pembelajaran. Mungkin makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan
manusia.Akhlak yang dibangun baik sejak dini akan membangun
kepribadian yang luhur sebagai seorang muslim sehingga mampu
melaksanakan ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang telah tertulis dalam
Al-Quran dan Hadits serta yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Di dalam Islam ada tiga aspek yang menjadi dasar ajaran agama Islam
yaitu aqidah , ibadah , dan akhlak.Akhlak sendiri dibagi menjadi beberapa
bagian , ada akhlak pribadi , akhlak dalam berkeluarga , akhlak dalam
bermasyarakat dan akhlak dalam bernegara.
Pernikahan merupakan fitrah manusia sehingga Islam sangat
menganjurkannya karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri
kemanusiaan).Jika pernikahan ini tidak melalui jalan yang sah maka dapat
menyebabkan manusia terjerumus ke hal-hal tercela/maksiat.Firman Allah
Ta’ala “ Artinya :maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah) ;(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama
yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ” .(Ar-Ruum
:30).
Pernikahan merupakan sarana untuk menegakkan rumah tangga
yang Islami, mencari keturunan yang shalih serta untuk meningkatkan
ibadah kepada Allah. Pernikahan sebagai sarana untuk membangun
keluarga yang nantinya hidup dalam masyarakat juga dapat meningkatkan
jalinan tali silaturahmi antar sesama muslim.Dalam memilih pasangan
hidup sebelum mencapai pernikahan tentunya mengalami fase-fase seperti
pacaran , tunangan dan lain sebagainya dimana pada masa-masa tersebut
kita dapat mengenal bagaimana seseorang yang akan menjadi calon
1
suami/istri kita sehingga kita dapat memutuskan untuk menikahinya
atau tidak.Namun hendaknya dalam memilih pasangan hidup kita mencari
calon suami/istri yang shalih dan shalihah sehingga dapat menuntun kita di
dunia maupun akhirat.
Membangun keluarga yang damai dan sejahtera bukanlah hal
mudah dimana ketika berumah tangga banyak masalah yang akan dihadapi
dimana tidak setiap pasangan suami-istri mampu untuk mencari jalan
keluarnya , justru terkadang perceraian yang menjadi pilihan.Hubungan
komunikasi yang baik antara suami dan istri dan bersikap dewasa dapat
membantu ketika terjadi masalah , berdiskusi jalan keluar apa yang terbaik
agar tidak terjadi percekcokan yang berkepanjangan.Salah satu hal yang
paling penting adalah bahwa ketika berumah tangga harus menyadari apa
yang menjadi hak dan kewajiban suami serta apa yang menjadi hak dan
kewaiban istri.Sehingga apabila hal tersebut dijalankan secara seimbang
maka kerukunan dalam rumah tangga insyaallah akan selalu terjaga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensi keluarga dalam hidup manusia?
2. Apa saja Akhlak suma dan isteri?
3. Apa sajakah akhlak suami dan isteri?
4. Apa sajakah akhlak orangtua kepada anak?
5. Apa sajakah akhlak anak terhadap orangtua?
6. Bagaimana membangun keluarga sakinah?
7. Apa sajakah larangan kekerasan dalam rumah tangga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui urgensi keluarga dalam hidup manusia.
2. Untuk mengetahui akhlak suma dan isteri.
3. Untuk mengetahui akhlak suami dan isteri.
4. Untuk mengetahui akhlak orangtua kepada anak.
5. Untuk mengetahui akhlak anak terhadap orangtua.
6. Untuk mengetahui membangun keluarga sakinah.
7. Untuk mengetahui larangan kekerasan dalam rumah tangga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang
lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama
lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan,
perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak
dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan
bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga
dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai
dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga
sangat menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah
anak pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
4
terdapat di dalam keluarga tersebut, seperti ibu, ayah, kakak, adik atau
nenek/kakek.
5
mengarahkan anak-anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik agar
anak terhindari dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat.
6
1. Tujuan Perkawinan
1
Qulub, A. Syifaul. 2010. Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Perguruan Tinggi 2010
7
.
8
ialah: Membayar mahar, Memberi Nafkah (makan, pakaian, tempat
tinggal), Menggaulinya dengan baik, ( AI-Ghazali)
9
Sesungguhnya seorang istri laksana cermin bagi suaminya dan
menjadi bukti akan apa yang diusahakannya dalam mencapai
kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Engkau adalah laksana pakaian
baginya yang mampu menampakkan kecantikan diri dan pribadinya
serta menutupi setiap kekurangannya. Jangan terlalu keras dalam rumah
tanggamu karena isteri diciptakan dari tulang rusukmu, bagian dari
dirimu. Tulang rusuk berada di tempat yang terlindung sehingga
isterimu pun ada untuk kau lindungi. Sebagaimana tulang rusuk yang
bengkok, berwasiatlah yang baik terhadap isterimu karena jika engkau
keras dalam meluruskan maka ia akan patah dan jika engkau biarkan
maka selamanya ia akan bengkok.
10
f. Isteri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih
tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
g. Isteri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-
Nisa’: 39)
h. Isteri menyerahkan dirinya, mentaati suami, tidak keluar rumah,
kecuali dengan ijinnya, tinggal di tempat kediaman yang
disediakan suami, menggauli suami dengan baik, dan
bersifat jujur (Al-Ghazali).
11
َعلَ ْي ِه ِ ََنَخ َْل ِف ِه َْمَذُ ِ ِّريَّة
َ ََ۟ض َٰ َعفاَخَافُوا ََ َو ْل َي ْخ
َْ شَٱلَّذِينَََلَ َْوَتَ َر ُكواََ۟ ِم
ََْم
َ ََٱَللََ َو ْليَقُولُواََ۟قَ ْول
ََََََََََََََََََََََََََََََََسدِيدا ََّ ََ۟فَ ْليَتَّقُوا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah,
berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam
menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh
cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
peranannya mendidik anak, antara lain:
12
D. Akhlak anak terhadap Orang Tua
Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Jika mereka itu tidak ada,
kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai
dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai
rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali
mengerahkan segenap jerih payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari
diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka
memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih
sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam
bentuk yang sulit kita bayangkan.
Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa,
dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu
bahwa kebaikan dan petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat
besar, berbuat baik kepada orang adalah kewajiban dan semestinya mereka
diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan
kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah
melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas.
Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa
memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
1. Kewajiban kepada ibu
2
Qulub, A. Syifaul. 2010. Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Perguruan Tinggi
13
kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa,
namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai
mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah
terhadap putranya.
2. Berbuat baik kepada ibu dan bapak
َ َصالُ َهَُفِي
َع َ َسانَََ ِب َوا ِلدَ ْي َِهَ َح َملَتْ َهَُأ ُ ُّم َهَُ َو َْهنا
َ ِعلَىَ َو ْهنََ َوف ِ ْ َص ْينَا
َ اْل ْن َّ َو َو
َا َمي ِْن
ِ يَ ْال َم
ََََََََََََََََََََََََََََََََََََُصير ََّ َْكَ ِإل
ََ نَا ْش ُك َْرَ ِليَ َو ِل َوا ِلدَي َِ ََأ
َََََََ
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman:14)
14
akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-
kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar,
sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai
insting meniru yang lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat
dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah
lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh
sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan
berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam
harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia.
4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya
yang sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam
sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu
Usaid yang artinya:
:”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya
kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan
setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu
kebaikan kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada
empat hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya,
menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman
kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan
kasih sayang kecuali karena kedua orang tua”.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah,
apabila beliau-beliau itu sudah tiada yaitu:
1) Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada
Alloh SWT dari segala dosa orang tua kita.
2) Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua
mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha
15
menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik
haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban anaknya
menunaikan haji orang tua tersebut.
3) Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu
atau ayah mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-
menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka untuk
berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain
tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia
masih hidup.
4) Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan
karena kedua orang tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh
ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu termasuk berbuat
baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
16
tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species
kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di
antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh
atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi
perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi
perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah,
tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga,
jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-
anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Dalam bahasa Arab “Sakinah”3 sendiri memiliki arti tenang, aman,
damai, serta penuh kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini
adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah4” sendiri berarti Cinta,
kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini
diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun harus mendapatkan
cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah”5 terdiri dari dua
kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan “Rahmah” yang berarti Rahmat,
karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga
senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi
Allah SWT. Ada 3 faktor yang harus diperhatikan agar pernikahan tetap
romantis diantaranya adalah sevbagaia berikut:
1) Selesaikan kejengkelan- kekesalan, dalam interaksi suami isteri baik
masa lalu maupun saat sekarang
3
Ramayulis. 2001. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga 2001 halaman 60
4
Ramayulis. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga. 2001 halaman 63
5
Ramayulis. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga 2001. halaman 66
17
2) Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan
(sediakan waktu untuk berdua-duaan) saling bercerita, ungkapkan
perasaan menyenangkan/kemesraan ketika baru menikah
3) Buat kegiatan baru yang menyenangkan atau bervariasi
18
Setiap manusia selalu menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warohmah, untuk itu yang harus dilakukan untuk mencapai keluarga yang di
impikan adalah sebagai berikut6:
6
Barsihannor Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi 2010 halaman 62
19
menjalani rumah tangga beberapa tahun, kita mulai tahu sifat aslinya,
kebiasaan buruknya yang mungkin membuat penilaian kita menjadi
berubah. Ternyata dia posesif, ternyata dia pelupa . Fokuslah pada hal-
hal baik ini. Kalaupun tidak bisa menyingkirkan keburukannya dari
depan mata, temukanlah alasan bahwa itu dibalik itu ada hikmahnya.
d. Saling Percaya
Kunci dari sebuah hubungan adalah rasa percaya. Tanpa rasa saling
percaya , kehidupan rumah tangga tentu tak akan berjalan mulus. Rasa
aman, nyaman, tenteram yang menjadi salah satu tujuan pernikahan
tidak akan muncul. Bagaimana bisa tenang kalau Bunda dan Sista selalu
gelisah, curiga dan khawatir memikirkan sedang apa si dia di luar sana?
Jangan-jangan dia ketemu sama klien yang cantik bukan main, jangan-
jangan dia melihat seseorang yang lebih solehah dan
membandingkannya dengan kita. Begitu pula jika suami berlaku
demikian. Kuncinya, selalu khusnudzan dan jangan sia-siakan
kepercayaan yang diberikan suami.
e. Kebutuhan Seks
Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam.
Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya
bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga
mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan
hidupnya. Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan
dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing.
Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu
dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Bunda/Sista dan
suami.
f. Hindari Pihak Ketiga
Setelah ijab qabul terucap dan sah menjadi pasangan suami-istri,
dalam tatanan masyarakat Bunda/Sista telah diperhitungkan sebagai
20
seorang ratu rumah tangga dari keluarga yang dipimpin oleh suami.
Saat ada urusan bermasyarakat, tak lagi dianggap sebagai bagian dari
keluarga lama tapi telah menjadi kelompok tersendiri. Maka ketika
timbul permasalahan, selesaikanlah berdua saja. Tentunya suami-istri
lebih banyak mengetahui keadaan dan arah rumah tangga ke depan. Tak
perlulah melibatkan orang lain. Banyak cerita tentang membesarnya
konflik justru setelah pihak ketiga terlibat maupun sengaja dilibatkan,
entah itu mertua, saudara ipar, tetangga, dan sebagainya.
Kalau pun ingin mendapat nasehat atau memiliki sudut pandang yang
berbeda, maka mintalah pada seseorang yang sudah teruji pengalaman
hidupnya, yang telah diketahui baik akhlaknya dan yang kemungkinan
tidak akan melibatkan emosi pribadi dalam memberikan nasehat.
g. Menjaga Romantisme
Terkadang, pasangan yang sudah cukup lama membangun
mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Padahal,
menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai
kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan
bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau
berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali
memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda. Tentu, ujung-
ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin erat dan saling
membutuhkan. Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar
pengaruhnya bagi suami lho, dan sebaliknya. Memberikan pujian ringan
seperti “Masakan Mama hari ini luar biasa, lho!” atau “Wah, Papa
tambah keren pakai dasi itu.” Ucapan-ucapan sepele seperti itu akan
memberikan dorongan/semangat yang luar biasa. Pasangan Anda pun
akan merasa dihargai.
h. Selalu Utamakan Komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya
hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah
satu pilar rumah tanga. Komunikasi yang dimaksud disini bukan hanya
21
ngobrol-ngobrol saja. Komunikasi beda lho sama gantian bicara.
Menjaga komunikasi bisa diawali dengan kebiasaan ngobrol dan duduk
bersama. Sampaikan apa yang Bunda/Sista merasa perlu diketahui
suami atau anak. Buatlah iklim rumah tangga menjadi terbuka sehingga
tidak ada anggota keluarga yang merasa tidak didengarkan.
i. Jaga Spiritualitas Rumah Tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seseorang rela berumah
tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal,
kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan.
Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan. Ketika masalah nyaris
tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang
pemilik masalah, Allah SWT. Sertakan rasa baik sangka kepada Allah
SWT. Dan ambil hikmahnya dari setiap masalah. Membangun keluarga
yang Sakinah merupakan sebuah awalan yang baik untuk menciptakan
kondisi masyarakat yang ideal.
22
4) Niatkan dari awal untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi
segala hubungan yang dilarang-Nya.
5) Berkomitmen untuk tetap menjaga keutuhan hubungan dalam rumah
tangga.
6) Sebagai suami, istri ataupun anak, menjalankan tugas dan fungsinya
selaku anggota keluarga dengan sebaik-baiknya.
7) Membiasakan nilai-nilai kerohanian dalam setiap aspek kehidupan di
dalamnya.
8) Menjaga komunikasi yang baik dalam segala urusan.
9) Memelihara dan menjaga keharmonisan keluarga dengan masyarakat
sekitar.
10) Menanamkan nilai-nilai edukatif dalam setiap kegiatan keluarga
23
pasangannya, hal ini di sebutkan Allah dalam Firmannya surah Al
Bzaqarah ayat 187 “ Mereka (isteri-isterikamu) adalah pakaian bagi kamu
(wahai para suami) dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya
kekerasan baik fisik maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada
pihak dalam rumah tangga yang merasa berhak memukul atau melakukan
tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan dalih atau 24okum apapun
baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan UU PKDRT
No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan
atau perampasan kemerdekaan secara melawan 24okum dalam lingkup
rumah tangga.
Islam agama yang dengan visinya Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat
menghargai kepada semua manusia, khususnya kepada perempuan.
Hadirnya Islam sebagai agama pembebas dari ketertindasan dan penistaan
kemanusiaan yang membawa misi untuk mengikis habis praktik-praktik
tersebut. Dalam Islam manusia baik laki-laki dan perempuan adalah sebagai
makhluk Tuhan yang bermartabat (human dignity di mana parameter
kemuliaan seorang manusia tidak diukur dengan parameter biologis sebagai
laki-laki atau perempuan, tetapi kualitas dan nilai seseorang diukur dengan
kualitas taqwanya kepada Allah. (Lihat surah Al Hujurat ayat 13).
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan yang telah dijelaskan pada pembahasan yang pertama
urgensi dari akhlak dalam keluarga dalam suatu keluarga keutuhan sangat
diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan
lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri
anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak
menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.dalam
akhlak suami dan isteri terdapat hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam
Islam, hal-hal yang harus diperhatikan oleh Istri, hal-hal yang harus
diperhatikan oleh suami.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2001. Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga. Jakarta: Kalam Mulia
26
Hasil Diskusi
NIM : 1501100179
Pertanyaan : Setiap orang ingin menikah, menikah ada hukumnya. apa hukumnya
menikah bagi laki-laki?dan apa hukum bagi pria yang berpoligami,
sebut dan jelaskan!
Jawaban :Hukumnya wajib dan hukum berpoligami boleh di lakukan dan boleh
tidak asalkan seorang suami mampu bersikap seadil adilnya, baik
secara lahir maupun batin terhadap istri yang satu dengan istri yang
lain sehingga tidak menyakiti perasaan satu sama lain.
NIM : 1501100159
Jawaban : Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman,
damai, serta penuh kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah
ini adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah” sendiri berarti
Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan keluarganya.
Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun
harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa
Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan
“Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah.
Tentunya hal ini diharapkan agar keluarga senantiasa berada di jalan
yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah SWT. Cara
penerapannya adalah selalu berpikir objektif terhadap pasangannya,
27
fokus pada kelebihan pasangan, saling percaya satu sama lain,
menjaga romantisme antar pasangan, selalu utamakan komunikasi.
NIM : 1501100148
Pertanyaan : Seseorang bisa menjadi musuh bagi suami dalam menaati Allah dan
Rasulnya. Jelaskan lebih rinci!
Jawaban : Ketika ada sohabat Nabi yang ingin berjihad di jalan Allah namun,
istri dan anaknya tidak memperbolehkan ayahnya untuk berjihad
karena tidak ingin kehilangan seorang ayah. Hal inilah, yang disebut
musuh dalam mentaati Allah SWT
28