Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSELING KELUARGA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
ASRI ESTER KUNE
NURUL HAZIZAH
RISKY ANGGIE S.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BORNEO CENDIKIA MEDIKA
SI KEPERAWATAN
PANGKALAN BUN
2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2

BAB I................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN...............................................................................................................4

A. Pengertian Keluarga...............................................................................................4

B. Fungsi Keluarga......................................................................................................6

C. Asumsi Dasar pembentukan Konseling Keluarga................................................8

D. Tujuan Konseling Keluarga...................................................................................8

E. Hambatan konseling keluarga................................................................................9

F. Pendekatan Konseling Keluarga..........................................................................10

G. Tahapan konseling keluarga................................................................................11

H. Peran konselor.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha kuasa, atas berkat dan rahmat
yang telah dilimpahkan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Konseling
Keluarga.
          Dan terima kasih kami ucapkan kepada dosen Pembimbing kami, juga
terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
          Alhamdulillah penulis telah berusaha untuk menyajikan kata demi kata,
kalimat demi kalimat hingga paragraf menjadi makalah yang telas tersusun secara
sederhana namun singkat,padat dan jelas.
           Mudah-mudahan upaya kecil kami ini dapat menjadi sebuah perubahan
yang besar untuk  kita semua, Amin.

Pangkalan Bun, Juni 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pada dasarnya setiap manusia mendambakan hubungan keluarga yang
harmonis karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang
baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup.
Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak
jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan
upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri
dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa
yang didambakan orang tuanya.
Meniti pada hal tersebut, maka perlu adanya perluasan layanan utamanya
pada layanan bimbingan dan konseling keluarga sebagai salah satu teknik
peberian bantuan yang diberikan konselor kepada anggota-anggota keluarganya
yang bermasalah, dengan tujuan agar mereka dapat memecahka sendiri masalah-
masalah yang mereka hadapi, yang pada gilirannya anggota-anggota keluarga
tersebut dapat kembali menjadi well adjusted person dan keluarga sebagai suatu
system social kembali menjadi harmonis dan fungsional. Berdasar pada keinginan
dasar manusia untuk mencapai keluarga yang harmonis, maka penulis berusaha
mendeskripsikan bimbingan dan konseling keluarga serta bagaimana keluarga
bahagia itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian keluarga?
2. Apa Fungsi keluarga?
3. Asumsi dasar bimbingan dan pembentukan keluarga?
4. Tujuan bimbingan dan konseling keluarga?
5. Pendekatan Konseling Keluarga?
6. Apa saja Hambatan konseling keluarga?
7. Apa Tahapan konseling keluarga?
8. Apa Peran konselor?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga
Prayitno dan Erman Anti  bimbingan dan konseling keluarga, sebenarnya
bukanlah sesuatu yang baru, pelayanan trsebut telah dimulai sejak pertengahan
tahun 1940-an dan sejak tahun 1980-an pelayanan yang menangani permasalahan
dalam keluarga itu tampak berkembang dengan cepat. Pelayanan tersebut
ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memerlukannya.
Bimbingan dan konseling keluarga ditujukan kepada seluruh anggota
keluarga yang memrlukannya, segenap fungsi, jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling pada dasarnya dapat diterapkan dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan masing-masing karakteristik anngota keluarga yang
memerlukan pelayanan itu. Masalah-masalahumum yang dibawa ke konseling
pada dasarnya mengenai hubungan dalam keluarga, ketidak jujuran, ditinggalkan
oleh suami/istri, harapan palsu, diabaikan mertua/iapar, perbedaan pribadi,
kesukaran seks, keuangan dan kezalaiman.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berperan dapat bahwa keluarga
adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu
mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak
dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya.
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada
dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami
isteri. Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil
faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi
menjadi dua, yaitu:

4
1. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-
anak mereka yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal” family.
2. Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang,
yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, keponakan, dan
seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut sebagai ‘conguine family’
(berdasarkan pertalian darah).
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk
membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai
kehidupan  efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses
interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang
serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat  psikologis. Maksudnya
diantara suami dan istri harus saling mencintai satu sama lain, tidak ada paksaan
dalam menjalani perkawinan. Kedua ikatan, yaitu ikatan lahir dan bathin
merupakan tuntutan dalam perkawinan yang sangat mempengaruhi  keutuhan
sebuah keluarga. Beberapa karakteristik keluarga bahagia yang menjadi tujuan
dari konseling keluarga antara lain:
(1)     menunjukkan penyesuaian yang tinggi.
(2)     menunjukkan kerja sama yang tinggi.
(3)     mengekspresikan perasaan cinta kasih sayang, altruistik dan teman sejati
dengan sikap dan kata-kata (terbuka).
(4)     tujuan keluarga difokuskan kepada kebahagiaan anggota keluarga.
(5)     menunjukkan komunikasi yang terbuka, sopan, dan positif.
(6)     menunjukkan budaya saling menghargai dan memuji.
(7)     menunjukkan budaya saling membagi.
(8)     kedua pasangan menampilkan emosi yang stabil, suka memperhatikan
kebutuhan orang lain, suka mengalah, ramah, percaya diri, penilaian diri yang
tinggi.
(9)     komunikasi terbuka dan positif.

5
Pada umumnya masalah-masalah yang muncul dalam keluarga adalah
berkenaan dengan:
(1)   Masalah hubungan sosial-emosional antar anggota keluarga.
(2)   Masalah hubungan antar keluarga.
(3)   Masalah ekonomi.
(4)   Masalah pekerjaan.
(5)   Masalah pendidikan.
(6)   Masalah kesehatan.
(7)   Masalah seks.
(8)   Masalah keyakinan atau agama.

B. Fungsi Keluarga
a. Pengertian fungsi keluarga
Fungsi keluarga adalah  suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-
tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
b. Macam-macam fungsi keluarga.
Pekerjaan - pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu
dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Biologis
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi
anak anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tentang
kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk mengurus rumah
tangga bagi  isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara
pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Setiap manusia pada
hakiaktnya terdapat semacam  tuntutan biologis bagi kelangsungan
hidup keturunannya, melalui perkawinan.
2) Fungsi Pemeliharaan.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
terlindung dari gangguan-gangguan.
3) Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan  kebutuhan pokok manusia,
yaitu:

6
a)         Kebutuhan makan dan minum.
b)        Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya.
c)         Kebutuhan tempat tinggal.
Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini
maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras   supaya setiap
anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta
tempat tinggal.
4) Fungsi Keagamaan
Keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami
serta  mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai
manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Fungsi Sosial
Dengan fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua, yaitu ayah dan ibu,
diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan
santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik burukna
perbuatan dan lain-lain.
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-
anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai
dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari
peranan-peranan yang diharapkan akan mereka  jalankan kelak bila
dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah
sosialisasi.
Keberadaan sebuah keluarga pada hakikatnya untuk memenuhi fungsi-
fungsi sebagai berikut :
(1)     fungsi kasih sayang, yaitu memberikan cinta kasih sayang, cinta teman
sejati.
(2)     fungsi ekonomi.
(3)     fungsi status.
(4)     fungsi pendidikan.
(5)     fungsi perlindungan.
(6)     fungsi keagamaan.

7
(7)     fungsi rekreasi.
(8)     fungsi pengaturan seks.
C. Asumsi Dasar pembentukan Konseling Keluarga

Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu


layanan profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai
berikut:
(1)   Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota
keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh
interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
(2)   Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam
menjalani kehidupan keluarga.
(3)   Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
(4)   Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat
mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
(5)   Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai
penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga.
(6)   Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota
keluarga.

D. Tujuan Konseling Keluarga


Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang
bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai
berikut:
(1) Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika
keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
(2) Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah
satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan
pengaruh, baik  pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota
keluarga yang lain.
(3) Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat
mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam
kehidupan berumah tangga.

8
(4) Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga
kepada anggota keluarga yang lain.
(5) Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga
menjadi maksimal.
(6) Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi
dirinya yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik
tentang dirinya sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan
keluarganya.
Agar mampu  mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka seorang konselor
keluarga hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas, serta
komunikasi yang sesuai dengan penerapan moral dengan penerapan teknik-
teknik konseling.
(2) Etika professional, yakni kemampuan memahami dan bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah pelayanan konseling yang dipadukan dalam
hubungan pelayanan konseling terhadap anggota keluarga.
(3) Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga.
(4) Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani
interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan
latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
(5) Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga dan kehidupan
berkeluarga.
(6) Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling
keluarga.
(7) Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.

E. Hambatan konseling keluarga


1.Tidak semua anggota keluarga bersedia terlibat dalam proses konseling karena
mereka menganggap tidak berkepentingan dengan usaha ini, atau karena alasan
kesibukan, dan sebagainya; dan

9
2.Ada anggota keluarga yang merasa kasulitan untuk menyampaikan perasaan dan
sikapnya secara terbuka dihadapan anggota keluarga lain, padahal konseling
membutuhkan keterbukaan ini dan saling percayaan satu sama lain

F. Pendekatan Konseling Keluarga


Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana
cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan dideskripsikan
secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Tiga pendekatan
konseling keluarga yang akan diuraikan berikut ini, yaitu pendekatan system,
conjoint, dan struktural.
1.Pendekatan Sistem Keluarga
Murray Bowen merupakan peletek dasar konseling keluarga pendekatan
sistem. Menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak
berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga
tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam
hubungan mereka.
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat
anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota
keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagian anggota
keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang
mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika
hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus
memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat
pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.
2.Pendekatan Conjoint
Sedangkan menurut Sarti (1967) masalah yang dihadapi oleh anggota
keluarga berhubungan dengan harga diri (self-esteem) dan komunikasi.
Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan komunikasi dan
kesehatan mental. Masalah terjadijika self-esteem yang dibentuk oleh keluarga
itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik.
Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota

10
keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan
keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.
3.Pendekatan Struktural
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi
karena struktur kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak tepat.
Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas antara
subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas.
Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali keutuhan
dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh
karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola
hubungan yang baru yang lebih sesuai.
Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya
pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang sedang terjadi, apakah
soal struktur, pola komunikasi, atau batasan yang ada di keluarga, dan
sebagainya. Berangkat dari analisis terhadap masalah yang dialami oleh
keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk mambantu
keluarga.

G. Tahapan konseling keluarga


Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh Crane
(1995:231-232) yang mencoba menyusun tahapan konseling keluarga untuk
mengatasi anak berperilaku oposisi. Dalam mengatasi problem, Crane
menggunakan pendekatan behavioral, yang disebutkan terhadap empat tahap
secara berturut-turut sebagai berikut.
1.Orangtua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk perilaku-perilaku alternatif.
Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sesi
pengajaran.
2.Setelah orang tua membaca tentang prinsip dan atau telah dijelaskan materinya,
konselor menunjukan kepada orang tua bagaimana cara mengajarkan kepada
anak, sedangkan orang tua melihat bagaimana melakukannya sebagai ganti
pembicaraan tentang bagaimana hal ini dikerjakan. Secara tipikal, orang tua
akan membutuhkan contoh yang menunjukan bagaimana mengkonfrontasikan

11
anak-anak yang beroposisi. Sangat penting menunjukan kepada orang tua yang
kesulitan dalam memahami dan menetapkan cara yang tepat dalam
memperlakukan anaknya.
3.Selanjutnya orang tua mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip yang
telah mereka pelajari menggunakan situasi sessi terapi. Terapis selama ini
dapat member koreksi ika dibutuhkan.
4.Setelah terapis memberi contoh kepada orang tua cara menangani anak secara
tepat. Setelah mempelajari dalam situasi terapi, orang tua mencoba
menerapkannya di rumah. Saat dicoba di rumah, konselor dapat melakukan
kunjungan untuk mengamati kemajuan yang dicapai. Permasalahan dan
pertanyaan yang dihadapi orang tua dapat ditanyakan pada saat ini. Jika masih
diperlukan penjelasan lebih lanjut, terapis dapat memberikan contoh lanjutan di
rumah dan observasi orang tua, selanjutnya orang tua mencoba sampai mereka
merasa dapat menangani kesulitannya mengatasi persoalan sehubungan dengan
masalah anaknya.

H. Peran konselor
Peran konselor dalam membantu klien dalam konseling keluarga dan
perkawinan dikemukakan oleh Satir (Cottone, 1992) di antaranya sebagai
berikut.
1.Konselor berperan sebagai “facilitative a comfortable”, membantu klien
melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.
2.Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran
interaksi.
3.Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.
4.Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung
jawab dan malakukan self-control.
5.Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi
dan menginterpretasi pesan-pesan yang disampaikan klien atau anggota
keluarga.
6.Konselor menolak perbuatan penilaian dan pembantu menjadi congruence
dalam respon-respon anggota keluarga.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prayitno dan Erman Anti  bimbingan dan konseling keluarga, sebenarnya
bukanlah sesuatu yang baru, pelayanan trsebut telah dimulai sejak pertengahan
tahun 1940-an dan sejak tahun 1980-an pelayanan yang menangani permasalahan
dalam keluarga itu tampak berkembang dengan cepat. Pelayanan tersebut
ditujukan kepada seluruh anggota keluarga yang memerlukannya.
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk
membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan
efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk
membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang
sehingga semua anggota keluarga bahagia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar M.luddin.(2009).dasar - dasar konseling, Jakarta: Citapustaka media


perintis.
D.gunarsa Y.singgih.(1995).psikologi untuk membimbing. Jakarta: gunung mulia.
Hendri novi.(1998).Psikologi dan konseling  keluarga. Medan: Citapustaka.
Lumongga namora.(2011).memahami dasar-dasar konseling. Jakarta: Prenada
Media Group.
Mahmud, Alimuddin dan Sunarty, Kustiah. (2006). Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling Keluarga. Makassar: Samudra Alif-MIM.
http://dearanfa.blogspot.com/2016/03/makalah-konseling-keluarga.html?m=1
https://mediabkipermanaeka.wordpress.com/konseling/konseling-keluarga/

14

Anda mungkin juga menyukai