Oleh :
KABUPATEN MALANG
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NAPZA
A. LATAR BELAKANG
Fenomena penyalahgunaan zat mempunyai banyak implikasi untuk
penelitian otak, psikiatri klinis, dan masyarakat pada umumnya.
Dinyatakan dengan sederhana, beberapa zat dapat mempengaruhi
keadaan mental yang dirasakan dari dalam (sebagai contohnya, mood)
maupun aktivitas yang dapat diobservasi dari luar (yaitu, perilaku).
Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan,
misalnya menenangkan pasien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena
efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah,
yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapat rasa nikmat
Fenomena penyalahgunaan napza adalah fenomena ice berg
(gunung es) artinya jumlah penderita penyalahgunaan napza yang tampak
dipermukaan lebih kecil dibanding dengan yang tersembunyi (kasus yang
tak nampak). Telah banyak usaha yang dilakukan oleh banyak orang dan
para ahli bahkan dari banyak negara tetapi korban penyalahgunaan napza
masih saja terus terjadi. Maraknya korban penyalahgunaan napza dibanyak
tempat itu membuktikan bahwa usaha yang dilakukan belum mampu
mencegah penyalahgunaan napza itu secara optimal.
Banyak hal dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyalahgunaan napza tersebut, oleh karena itu penyalahgunaan napza
selalu bersifat multifaktorial. Tingginya angka insidensi dan prevalensi
penyalahgunaan napza, bukan hanya menjadi tanggung jawab para
dokter/psikiater saja dan bukan pula hanya menjadi fanggung jawab para
penegak hukum (polisi) tetapi harus menjadi tanggung jawab semua pihak.
Masyarakat tidak boleh terlalu permisif terhadap para pelaku
penyalahgunaan napza tetapi harus lebih peduli terutama dalam usaha
pencegahannya. Dari survey organisasi kesehatan dunia (WHO) yang
dilakukan pada 14 negara dapat diperlihatkan bahwa 24 % pengunjung
fasilitas pelayanan kesehatan umum menderita gangguan jiwa dan 6 %
penderita penyalahgunaan Napza. Tidak pernah problem yang berkaitan
dengan penyalahgunaan napza itu berdiri sendiri. Hampir semua profesi
disiplin ilmu terlibat dalam usaha penanggulangan napza.
B. TUJUAN
a.Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan penyuluhan selama 30 menit peserta penyuluhan
dapat mengetahui tentang NAPZA dan Penyalahgunaannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan penyuluhan, pasiendan keluarga dapat
menyebutkan:
1)Pengertian NAPZA
2) Jenis-Jenis NAPZA
3)Penyalahgunaan NAPZA
4)Tahapan Pemakaian NAPZA
5)Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
6) Dampak Penyalahgunaan NAPZA
7) Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
8) Terapi dan Rehabilitasi
C.RENCANA KEGIATAN
a.Metode
1.Ceramah
2.Tanya jawab
b. Media
1.PPT
2.Leaflet
c. Materi
(terlampir)
d. Waktu dan Tempat
- Waktu :
- Pukul :
- Tempat :
e.Penyuluh :
f. Sasaran :
g. Kegiatan Penyuluhan
materi/pokok
bahasan
2 Pelaksanaan 15 menit Menjelaskan materi - Menyimak dan
penyuluhan secara memperhatikan materi
berurutan dan
teratur :
1.Pengertian
NAPZA
2.Jenis-Jenis
NAPZA
3.Penyalahgunaan
NAPZA
4.Tahapan
Pemakaian
NAPZA
5.Faktor Risiko
Penyalahgunaan
NAPZA
6.Dampak
Penyalahgunaan
NAPZA
7.Pencegahan
Penyalahgunaan
NAPZA
8.Terapi dan
Rehabilitasi
3 Evaluasi 8 - Memberikan - Aktif bertanya dan
kesempatan menjawab pertanyaan
kepada klien
untuk bertanya
- Memberi
kesempatan
kepada klien untuk
menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan
4 Penutup 2 menit - Menyimpulkan - Menjawab salam
materi yang
telah
disampaikan
- Menyampaikan
D.SUMBER PUSTAKA
Alatas, H., Madiyono, B., 2006. Penanggulangan Korban Narkoba
Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan , Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
BKKBN, 2002. Remaja Sebagai Target NAPZA. Diakses 27 Januari 2015;
http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/190
BNN, 2003. Permasalahan Narkoba di Indonesia dan Penanggulangannya.
Diakses 27 Januari 2015; http://bnn.go.id
Danial, A., 2005. Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Kembali
(Relaps) Pasca Pengobatan Medis Penyalahguna NAPZA di
Pondok Pesantren Suralaya Tasikmalaya, Tesis : Universitas
Diponegoro.
Depkes RI, 2011. Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku Pada Kelompok
Berisiko Tinggi di Indonesia. Diakses 27 Januari 2015;
http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=3
97
Dewi D., Margaretha, 2008. Faktor-Faktor Penyebab Relapse dan
Perubahannya (Studi Kasus Pada Residen UPT T & R BNN Lido,
Tesis : Universitas Indonesia.
Hawari, D., 2006. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Husin, N., 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Mantan Pecandu Untuk
Kembali Menyalahgunakan Narkoba (Relaps ), Tesis : Universitas
Indonesia.
Iryani, A., 2007. Motivasi Sembuh Pada Pengguna NAPZA. Diakses 27
Januari 2015;
Jehani, L., Antoro, 2006. Mencegah Terjerumus Narkoba, Jakarta :
Visimedia. Diakses 27 Januari 2015.
http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/8993/motivasi-
sembuh-pada-penggunanapza.html
Kemenkes RI, 2010. Pedoman Konseling Gangguan Penggunaan NAPZA
Bagi Petugas Kesehatan. Diakses 27 Januari 2015;
http://www.scribd.com/doc/48415961/22/Proses-pemulihan
Martono, L.H., 2008. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba , Jakarta : Balai
Pustaka.
Muttaqin, A., 2007. Relapse Opiat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Jakarta Tahun 2003-2005. Diakses 27 Januari 2015;
E.EVALUASI
a.Evaluasi Struktur
1.Adanya persiapan tempat penyuluhan dengan baik
2.Adanya persiapan yang baik dari pemateri terkait materi yang akan
disampaikan
b. Evaluasi Proses
1.Klien dan keluarga mengikuti penyuluhan dari awal dan akhir
2.Klien dan keluarga antusias dan aktif mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan
3.Klien dan keluarga memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan
c. Evaluasi hasil
1.Kliendan keluarga dapat menjawabpertanyaan dengan benar
Lampiran Materi NAPZA
A. Pengertian NAPZA
B. Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan
bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa
kelompok.
1.Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa.
Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat
lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika
dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan
golongan III.
a. Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya
C.Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya
NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya
“enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu
bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.
Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan
fisik (Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah
kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara
terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek
yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara tiba- tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
a.Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus
zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
b.Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak
mengalami gejala fisik.
c. Pekerjaan
F.Dampak Penyalahgunaan NAPZA
1. Tahapan kondisi fisik