Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT ADDISON

NAMA KELOMPOK :

AKHMAD AKBAR

DINDA AZHARI

JEMY ISKANDAR

RISKY ANGGIE SUGIARTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BORNEO CENDIKIA MEDIKA

Prodi S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Medikal Bedah I dengan pokok bahasan “ Penyakit addison ”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.
Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

1.Latar Belakang ................................................................................................................1

2.Tujuan Penulisan .............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3

1.Pengertian .......................................................................................................................3

2.Patofisiologi ....................................................................................................................4

3.Etiologi ...........................................................................................................................4

4.Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala ...............................................................................5

5.Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................................5

6.Penatalaksanaan ..............................................................................................................6

7.Komplikasi ......................................................................................................................7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................28

1.Kesimpulan .....................................................................................................................28

2.Saran ...............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormone berperan
sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu
organ utama dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal merupakan
bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan.
Hipotalamus menghasilkan CRH(corticotropin-releasing hormone), yang merangsang
kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan
kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa
maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai.
Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang
serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison.

Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi,
sedang Di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang dirawat. Dari Bagian Statistik
Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983, Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama.
Menurut Thom, laki-laki 56%, dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada
semua umur, tetapi lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun.

Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini merupakan
penyakit yang relatif langka dan masih perlu dipelajari untuk pemahaman yang lebih baik
dalam mendeteksi dan menanggulanginya secara dini.

B. Tujuan :

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem endokrin yang
berjudul ” Penyakit Addison ”.Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
mengenai penyakit addison lebih dalam lagi agar dapat menambah pengetahuan penulis
ataupun pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal. (Soediman, 1996)

Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya
auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)

Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart
Edisi 8 hal 1325)

Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black, 1997). Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana kelenjar
adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.

B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam
jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra)
peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat)
pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit,
menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri.
Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar
adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung
umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat
kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus
oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.

Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di sekitar
bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior, berasal dari
arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri suprarenalis
inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis
yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang
banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir
ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah
membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini
memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui
arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang
ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medulla
bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung
membentuk vena adrenal atau suprarenalis.

Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:

1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam

2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein

3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Medula Adrenal

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi. Efek utama
pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu
tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam
lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa
darah.
2. Korteks Adrenal

Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok
hormon:

a. Glukokortikoid

Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari
korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis.
Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.

Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan
dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes melitus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein
yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak
tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah
protein menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.

b. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal untuk
meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan
traktus gastro intestinal yang cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal.
Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon
primer untuk mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.
c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)

Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula adrenalis
dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen
ini memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi
seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom
Adreno Genital.

C. Etiologi

1. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma capsulatum,


yang terutama menyerang paru-paru)

2. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis,


yang biasanya menyerang paru-paru.

3. Kriptokokissie

4. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal

5. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)

6. Adrenalitis auto imun

D. Patofisiologi

Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua


kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan
pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens
tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit
infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis
juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.

Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan
mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap
hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan
Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.

E. Tanda dan Gejala

a. Gejala awal : kelemahan, fatigue, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, hipotensi,


dan hipoglikemi.

b. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih

c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, cokelat seperti terkena sinar matahari,


biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku

d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan

e. Hipotensi arterial (TD : 80/50 mmHg/kurang)

f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium Darah

1. Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)

2. Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)

3. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)

4. Penurunan kadar kortisol serum

5. Kadar kortisol plasma rendah

6. ADH meningkat

7. Analisa gas darah: asidosis metabolic

8. Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena


hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.

b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal.


c. CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi
pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan
hemoragik adrenal

d. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik

e. Tes stimulating ACTH

Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek-cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan-tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

f. Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH “Panjang”
diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH
sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien-pasien dengan ketidakcukupan adrenal sekunder
mempunyai respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon
ACTH. Ketidakhadiran respon-respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ;
suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5
– 50 mg/hr

2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV

3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol

4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline

5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral


H. Komplikasi

1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)

2. Kolaps sirkulasi

3. Dehidrasi

4. Hiperkalemiae

5. Sepsis

6. Ca. Paru

7. Diabetes melitus
I. Pathway
J.DIAGNOSA

1.Peningkatan ekskresi air berhubungan dengan kekurangan volume cairan

2.Mual muntah berhubungan dengan gangguan pemenuhan nutrisi

K.INTERVENSI

1.pantau ttv , timbang bb , anjurkan pasien banyak minum air putih,kolaborasikan obat
dengan tim medis

2.anjurkan pasien makan walaupun sedikit,berikan posisi yang nyaman , kolaborasikan obat
dengan tim medis
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. Penyebab dari penyakit
addison adalah Tuberculosis diantaranya adalah Histoplasmosis (penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur histoplasma capsulatum, Koksidiodomikosis, Kriptokokissie,
Pengangkatan kedua kelenjar adrenal, Kanker metastatik, Adrenalitis auto imun. Tanda dan
gejala yang timbul dalam penyakit addison ini adalah kelemahan, fatique, anoreksia, nausea,
muntah, BB menurun, hipotensi, dan hipoglikemi. Untuk dapat mengetahui seseorang
menderita penyakit Addison yaitu dengan. Pemeriksaan Laboratorium Darah, Pemeriksaan
radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal, CT Scan, Gambaran EKG,
Tes stimulating ACTH, Tes Stimulating CRH. Penatalaksanaan penyakit adiison yang
pertama adalah terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari, pemberian Prednison,
Hidrkortison, Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline, Fludrukortison.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner And suddarth. 2002. Keperawatan Medikal BedahEdisi 8 Vol.1:EGC:jakarta

Dr.MED. Ahmad Ramali, Kamus Kedokteran, Edisi Revisi, Ui

Http://wwww.total kesehatan nanca.com/Addison4.html

Huddak and Gallok.1996.Keperawatan Kritis Vol. II Edisi VI, EGC:jakarta

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai