Oleh :
Maya Ade Kusniati Pasaribu ( 180103056 )
Mela Diah Rusdiana ( 180103058 )
Muhammad Rahul Maualana ( 180103064 )
Naufal Ulil Albab ( 180103067 )
Nisa Sofiana ( 180103068 )
Nisfi Laeli Auliana ( 180103069 )
4-B S-1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul ” Makalah Cushing Sindrom” ini
disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2 .
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Rekan-
rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.
Penyusun
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Semakin
banyaknya aktivitas sehari-hari seseorang, semakin sering mereka
melupakan tentang kesehatan mereka sendiri. Di dunia kedokteran dan
keperawatan telah semakin banyak berkembang penyakit-penyakit dari
yang tidak berbahaya sampai yang mematikan.
Salah satunya dengan kelebihan dan kekurangan hormon-hormon
pada kelenjar adrenal dapat menghambat aktivitas-aktivitas mereka yang
padat. Kelenjar adrenal ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu
medulla adrenal dan korteks adrenal.
Pada medulla adrenal dapat menghasilakn epinefrin dan non
epinefrin yang begitu penting untuk kehidupan dan pada korteks adrenal
terdapat tiga hormon utama, yaitu hormon kortisol, aldosteron, dan
androgen yang masing-masing memiliki dampak, baik itu hipersekresinya
maupun hiposekresinya.
Salah satu dari hormon ini yang bersekresi berlebihan dapat
mengakibatkan penyakit Cushing sindrom ini. PenyakitCushing sindrom
ini merupakan kumpulan dari gejala-gejala yang disebabkan oleh
hipersekresi dari kelejar anak ginjal dalam tubuh kita.
Sindroma Cushing ini paling sering ditemukan berjumlah kira-kira
70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushinglebih sering pada
wanita (8:1, wanita : pria) dan biasanya berusia antara 20-40 tahun.
B. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang “Kelenjar Kortek Adrenal”.
2. Menambah dan memeperluas wawasan tentang “Kelenjar Kortek
Adrenal”.Menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Keperawatan
Medikal Bedah II”
3. Ruang Lingkup Penulisan
4. Dalam penulisan makalah ini kami hanya membahas tentang “Kelenjar
Kortek Adrenal”.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode
deskriptif yang sesuai dengan literatur-literatur yang telah ada.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari beberapa Bab, yaitu :
1. Bab I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan,
Metode Penulisan, Dan Sistematika Penulisan.
2. Bab II : Anatomi Fisiologi, Kelenjar Adrenal, Hiposekresi Korteks
Adrenal, Hipersekresi Korteks Adrenal, Konsep Dasar Cushing
Sindrom.
3. Bab III : Pengkajian, Diagnosa dan intervensi keperawatan.
4. Bab IV : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiolog
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi
anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Padamanusia, kelenjar adrenal terletak
sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai
darah dariarteri adrenalis. Kelenjar supraneralis atau adrenal jumlahnya
ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya
berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan
protein
3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Sumber: (Ekoputra, Erich H. & Nurhasanah, Astutiati. 2003)
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medulla Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf
otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan
langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan
pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori
dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang
dalam persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or
Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak
bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan
menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa,
zona fasikulata dan zona retikularis. Korteks adrenal menghasilkan
hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon :
a. Glukokortikoid (kortisol)
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap
metabolisme glukosa ; peningkatan hidrokortison akan
meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoiddisekresikan dari
korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari
lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan
mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat
respon inflamasi pada cedera jaringan dan menekan manifestasi
alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum,
peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot
serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh.
Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme
protein, memecah protei menjadi karbohidrat dan menyebabkan
keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid (aldosteron)
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal
dan epitelgastro intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion
natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium
atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi
ACTH. Hormon ini terutama disekresikan sebagai respon terhadap
adanya angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar
aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh
ginjal dan traktus gastro intestinal yang cederung memulihkan
tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron juga
ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon
primer untuk mengatuk keseimbangan natrim jangka panjang.
c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)
Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya
didalam glandula adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan
sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini
memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria.
Kelenjar adrenal dapat pula mensekresikan sejumlah kecil estrogen
atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal dikendalikan
oleh ACTH.
Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat
terjadi seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim
tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom Adreno Genital.
3. Steroid
Sel-sel korteks adrenal dapat menyintesis kolestrol dan juga
mengambilnya dari sirkulasi. Kolestrol diubah menjadi 5-Pregnenolon
yang merupakan bahan dasar semua kortikosteroid. Banyak steroid
telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada 3 yang paling penting :
a. Kortisol (hidrokortison) : Disekresi setiap hari, umumnya berasal
dari zona fasikulata (lapisan tengah) dan zona retikularis (lapisan
dalam)
b. Dehidro epi androsteron (DHEA) : Disekresi oleh lapisan yang
sama dan kira-kira dalam jumlah yang sama dengan kortisol
c. Aldosteron : Disekresi oleh zona glomerulosa (lapisa luar) yang
juga memproduksi beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit
testosteron dan estrogen
B. Kelenjar Adrenal
Di dalam kelenjar adrenal, ada dua laboratorium terpisah yang
menghasilkan hormon-hormon yang amat penting. Pertama korteks
adrenal yang menghasilkan 3 hormon, yaitu kortisol, aldosteron, dan
androgen dan yang kedua medula adrenal menghasilkan katekolamin yang
didalamnya terdapat epinefrin dan non epinefrin. Hormon-hormon yang
dihasilkan di kedua laboratorium ini penting bagi kehidupan manusia.
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri
atas zona glomerulosa, fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa
mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh mekanisme renin-
angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis.
Zona fasikulata dan retikularis mensekresikan kortisol dan hormon
androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis melalui ACTH. Sekresi ACTH
oleh hipofisis dikendalikan oleh faktor pelepas kortikotropin hipotalamus,
dan efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada
pembentukan hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan,
akan mempengaruhi tubuh dan menimbulkan keabnormalan. Sindrom
Cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih. (Guyton, AC. 1997)
C. Hiporsekresi Korteks Adrenal
1. Insufisiensi
Ketidakmampuan untuk mensekresi glukokortikoid,
mineralokortikoid, dan androgen dapat terjadi keran atropfi, atau
kerusakan pada kelenjar adrenal.
Hipotensi, hiponatremia, dan hiperkalemia terlihat khas pada
pasien insufisiensi adrenokortikal primer karena kekurangan
mineralkortikoid. Pasien-pasien ini dapat mengalami perubahan
keadaan kardiovaskuler akibat berubahnya keadaan cairan dan
elektrolit. Volume darah sirkulasi yan rendah dan pengecilan ukuran
jantung terjadi. Perubahan EKG dapat terjadi dengan adanya
hiperkalemia.
Sebaliknya, jika terdapat hipoplasia sekunder terhadap
penurunan sekresi ACTH, biasanya hanya sekresi kortisol yang
menurun. Hal ini terjadi karena ACTH memiliki pengaruh yang
minimal pada sekresi aldosteron, yangs ekresinya dikontrol oleh
system rennin angiotensin. Bagaimanapun juga, mungkin terdapat
hiposekresi hormone hipofise lainnya.
Gejala-gejala gastrointestinal sering kali menjadi alas an yang
membawa penderita untuk berobat. Gejala-gejala insufisiensi
adrenokortikal sering kali memiliki onset yang berangsur-angsur dan
samar. Asthenia (kelemahan) merupakan keluhan utama, yang
intensitasnya tidak sebanding dengan gejala-gejala lain.
Penurunan kadar kortisol biasanya berhubungan dengan
perubahan mental dan emosional: penurunan semangat, depresi,
iritabilitas, dan hilangnya kemampuan berkonsentrasi.
Hiperpigmentasi dengan pewarnaan seperti perunggu pada
kulit dan selaput lendir merupakan tanda-tanda umum pada pada suatu
insufisiensi adrenal primer. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
kadar Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) di hipofise anterior.
Pada orang normal, kortisol menyebabkan penghambatan umpan balik
negative dari hipofise anterior. Kekurangan kortisol pada insufisiensi
sekunder tidak selalu mengalami hiperpigmentasi karena kadar ACTH
dan MSH pada pasien-pasien ini rendah.
Insufisiensi adrenokortikal iatrogenic terjadi karena atrofi
adrenal yang di induksi oleh terapi kortikosteroid. Peningkatan kadar
kortisol serum akan menghambat sekresi ACTH dan CRH, karenanya
stimulasi pada sel-sel korteks adrenal berkurang. Penurunan poros
Hipotalamus Hipofise Adrenal (HPA) ini dapat berlangsung lebih dari
1 tahun, jika kortikosteroid digunakan dalam dosis besar atau jika
terapi dilakukan dalam waktu yang lama. Selama terjadi penekanan
poros HPA, stress dapat mencetuskan insufisiensi adrenokortikal akut
(krisis adrenal).
Tindakan yang dapat mengurangi penekanan poros HPA antara
lain dengan pemberian kortisol dalam dosis besar di pagi hari dan
dosis kecil di sore hari. Pemberian kortikosteroid secara topical
menyebabkan penekanan yang lebih kecil daripada pemberian
sistemik. Penghentian dosis secara bertahap sebelum menghentikan
semua kortikosteroid telah dilakukan sejak dulu dengan anggapan
bahwa hal ini dapat mencegah krisis adrenal, namun demikian, terlihat
bahwa penekanan HPA berlangsung lama dengan cara ini.
2. Krisis Adison (Krisis Adrenal)
Krisis adrenal merupakan suatu insufisiensi adrenal yang berat
dengan eksaserbasi yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan
kematian dengan cepat jika tidak segera ditangani. Kejadiannya
biasanya dicetuskan oleh adanya stress. Tanda-tanda krisis adrenal,
yaitu: hiposekresi, shock, demam, nausea, vomitus, dan kebingungan.
Tindakan keperawatan pada pasien insufisiensi adrenokortikal
meliputi:
a. Pemberian dan penyuluhan hormonal
b. Menjamin asupan makanan normal yang teratur dan adekuat untuk
meningkatkan kandungan protein.
c. Menjamin asupan natrium dan cairan normal (meningkat).
d. Pengelolaan hipoglikemia
e. Menghindari stress
f. Istirahat yang sering
Pada saat terjadi deficit absolut kortisol dan aldosteron,
sepertinya hal setelah adrenalektomi bilateral, biasanya diberikan
hormone pengganti berupa:
a. Kortison : 37,5 mg perhari (25 mg pada waktu subuh dan 12,5 mg
pada waktu sore hari).
b. Fludorocortison : 0,1 – 0,2 mg perhari.
D. Hipersekresi Korteks Adrenal
1. Kelebihan Hormon Aldosteron
Tiga efek utama aldosteron adalah hipertensi, hipokalemi,
hipermatremia. Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah
karena reabsorbsi natrium.
Kelainan yang dapat diakibatkan oleh kelebihan hormone
aldosteron, yaitu hyperaldosteronism. Padahyperaldosteronism,
kelebihan produksi pada aldosteron menyebabkan penumpukan cairan
dan tekanan darah meningkat, kelemahan, dan, jarang terjadi periode
pada kelumpuhan.
a. Hyperaldosteronism bisa disebabkan oleh tumor pada kelenjar
adrenalin atau kemungkinan reaksi terhadap beberapa penyakit.
b. Kadar aldosterone tinggi bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
dan kadar potassium rendah; kadar potassium rendah bisa
menyebabkan kelemahan, perasaan geli, kejang otot, dan periode
pada kelumpuhan sementara.
c. Dokter mengukur kadar pada sodium, potassium, dan aldosteron di
dalam darah.
d. Kadangkala, tumor diangkat, atau orang menggunakan obat-obatan
yang menghambat aksi aldosteron.
Aldosteron, hormon yang diproduksi dan dikeluarkan oleh
kelenjar adrenalin, memberi isyarat kepada ginjal untuk
mengeluarkan sedikit sodium dan banyak potassium. Produksi
aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin (dikeluarkan oleh
kelenjar pituitary) dan sebagian melalui sistem renin-angiotensin-
aldosteron). Renin, sebuah enzim diproduksi di ginjal,
mengendalikan aktivasi pada hormon angiotensin, yang
merangsang kelenjar adrenalin untuk menghasilkan aldosteron.
1) Penyebab : Hyperaldosteronism bisa disebabkan oleh sebuah
tumor (biasanya adenoma non kanker) pada kelenjar adrenalin
(kondisi yang disebut sindrom conn), meskipun kadangkala
kedua kelenjar terlibat dan terlalu aktif. Kadangkala
hyperaldosteronism adalah reaksi untuk penyakit tertentu,
seperti tekanan darah yang sangat tinggi (hipertensi) atau
penyempitan pada salah satu arteri menuju ginjal.
2) Gejala : Kadar aldosteron tinggi bisa menyebabkan kadar
potassium rendah. Kadar potassium rendah seringkali tidak
menghasilkan gejala tetapi bisa menyebabkan kelemahan, rasa
geli, kejang otot, dan periode pada kelumpuhan sementara.
Beberapa orang menjadi sangat haus dan sering berkemih.
3) Pengobatan : Jika tumor ditemukan, hal tersebut biasanya bisa
diangkat dengan operasi. Ketika tumor diangkat, tekanan darah
kembali normal, dan gejala lainnya hilang sekitar 70% setiap
waktu. Jika tidak ada tumor ditemukan dan kedua kelenjar
terlalu aktif, pengangkatan sebagian kelenjar adrenalin tidak
bisa mengendalikan tekanan darah tinggi, dan pengangkatan
sepenuhnya akan menghasilkan penyakit Addison, diperlukan
pengobatan untuk bertahan hidup. Meskipun begitu,
spironolactone atau eplerenone biasanya bisa mengendalikan
gejala-gejala, dan obat-obatan untuk tekanan darah tinggi
segera tersedia. Jarang kedua kelenjar adrenalin harus di
angkat.
4) Kelebihan Hormon Androgen : Setiap manusia memiliki
hormon yang mengatur fungsi tubuh. Pada perempuan,
mestinya hormon estrogen dominan, sedangkan lelaki
umumnya didominasi hormon androgen (testosteron). Namun
ada kalanya ketidakseimbangan hormonal ini dialami sebagian
perempuan.
Bisa saja hormon androgen dimiliki perempuan secara
berlebihan. Meski jumlahnya sangat sedikit, androgen bisa
sangat mempengaruhi dalam pengaturan fungsi tubuh
perempuan. Terutama dalam proses pembentukan hormon
reproduksi, mempertahankan libido, serta menimbulkan rasa
nyaman.
Perempuan dengan kelebihan hormon androgen disebut
hiperandrogen.
a) Penyebab : Penyebab dari suatu kelebihan androgen adalah
penyakit primer ovarium dank arena efek samping beberapa
obat. Salah satu penyebabnya adalah adanya kelainan
genetis, tumbuhnya tumor pada kelenjar suprarenal (anak
ginjal) dan di ovarium (indung telur) yang menjadi tempat
produksi hormon androgen, serta penggunaan obat-obatan
golongan steroid.
b) Faktor lainnya yang ikut menentukan meningkatnya
hormon androgen adalah stres yang berlebihan, kegemukan
dan kurang melakukan olah raga. Wanita yang obesitas pun
diperkirakan sangat rentan terserang hiperandrogen. Wanita
gemuk yang kadar kolesterolnya tinggi, umumnya memiliki
hormon yang banyak.
c) Tanda dan Gejala : Ciri fisiknya sebagai perempuan pun
jadi tak ketara lagi. Lekuk tubuh yang indah berubah
menjadi tonjolam otot yang maskulin. Kulit wajah yang
semula lembut dan mulus, bisa tampak sangat berminyak,
serta tumbuh jerawat dan komedo. Selain itu terjadi
penumbuhan rambut yang tidak normal menyerupai pola
pertumbuhan rambut laki-laki (male hair pattern). Bisa di
wajah (kumis, jenggot, atau cambang), dada, punggung
atas, perut, bagian dalam paha, dan punggung jari-jari kaki,
lengan, dan daerah kemaluan (pubis). Ada pula yang diikuti
dengan membesarnya suara.
Dampak lain hiperandrogen pada perempuan yang juga
mengganggu adalah adanya hipertrofi atau pembesaran
klitoris, bagian yang paling sensitif pada perempuan. Ada
pula yang payudaranya mengecil, menyusul rendahnya
kadar hormon estrogen pada tubuhnya.
Kelebihan androgen tidak memberikan tanda-tanda klinis
yang berarti pada pria dewasa. Dua tanda kelebihan
androgen pada wanita adalah hirsutisme dan virilisasi.
d) Pengobatan : Untuk mengatasi gejala akibat hiperandrogen,
dengan cara memberikan obat yang berpotensi
antiandrogenik, seperti Cyproterone acetate (CPA).
Dalam tubuh, CPA bekerja secara kompetitif mengikat
reseptor androgen, sehingga menurunkan kadar androgen
bebas, mengurangi produksi minyak pada kulit, dan
mencegah timbulnya masalah kulit.
e) Kelebihan Hormon Kortisol : Penyebab tersering kelebihan
kortisol adalah iatrogenik, yaitu penyebab tersebut
dikarenakan oleh dosis terapeutik yang diberikan untuk
berbagai macam kondisi antara lain: Pengobatan imflamasi,
penyakit-penyakit autoimun, alergi, Pencegahan reaksi
penolakan organ transplantasi, Pencegahan fibrosis
(pembentukan jaringan parut) yang berlebihan setelah
opersi tertentu atau setelah menderita penyakit tertentu,
Mengurangi tekanan tinggi intrakranial akut, Mengurangi
ukuran dan aktifvitas jaringan limfatik
E. Konsep Dasar Cushing Sindrom
1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah penyakit yang disebabkan
kelebihan hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dariHarvey
Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan
penyakit ini pada tahun 1912.
Harvey Cushing pada tahun 1932 menggambarkan suatu keadaan
yang disebabkan oleh adenoma sel-sel basofil hipofisis. Keadaan ini
disebut “penyakit Cushing”.
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah
yang menetap. (Price, 2005)
2. Pengklasifikasian Sindrom Cushing:
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan
berjumlah kira-kira 70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit
Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan umur saat
diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma
Cushing. Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akibat
karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi penyebab
pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik
lebih sering pada laki-laki. Rasio wanita : pria adalah 1:3 dan
insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus-kasus
Sindroma Cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi
glukokortikoid lebih sering terjadi pada wanita. Karsinoma-
karsinoma adrenokortikal yang menyebabkan kortisol berlebih juga
lebih sering terjadi pada wanita; tetapi bila kita menghitung semua
tipe, maka insidens keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki. Usia
rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75 % kasus
terjadi pada orang dewasa.
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih
berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling
sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14 %.
Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun.
Penyakit Cushinglebih sering terjadi pada populasi dewasadan
berjumlah sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-penderita
tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat,
insidens jenis kelamin adalah sama.
3. Etiologi
a. Meningginya kadar ACTH. Tidak selalul karena adenoma sel
basofil hipofisis.
b. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis,
misalnya tumor paru, pankreas yang mengeluarkan “ACTH like
substance”.
c. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.
d. Iatrogenik. : Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma,
limpoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid
sintetik sebagai agen antiinflamasi. Penyebab lainnya:
1) Glukokortikoid yang berlebih
2) Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
3) Hiperplasia korteks adrenal
4) Pemberian kortikosteroid yang berlebih
5) Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan