Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak cemas dan tidak bisa beristirahat
(gelisah) dengan ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada
substernal >30 menit dan banyak keringat merupakan kecurigaan kuat adanya STEMI.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana
pasien STEMI tetapi tidak boleh menghambat implementasi terapi reperfusi. Berikut ini
adalah pemeriksaan laboratorium pada STEMI :
1) Creatinin kinase (CK)
Adalah pemeriksaan petanda kerusakan jantung yang dianjurkan.
a. CKMB
Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-
24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis, dan
kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
b. cTn
- Ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I.
- Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari
sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
2) Pemeriksaan enzim lain
a. Mioglobin
Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.
b. Creatinin Kinase (CK)
Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam
10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
c. Lactic dehydrogenase (LDH)
Meningkat setelah 24 jam bila ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan
kembali normal dalam 8-14 hari.
3) Pemeriksaan Darah
Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear
yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7
hari. Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/ul.
4) Pemeriksaan EKG
Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapi pasien tetap
simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serian dengan interval 5-10
menit atau pemantauan EKG 12 sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk
mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen ST. EKG sisi kanan harus diambil
pada pasien dengan STEMI inferior, untuk mendeteksi kemungkinan infark ventrikel
kanan. (Sudoyo dkk, 2010)
5) Laboratorium :
Creatinin fosfakinase (CPK). Isoenzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi
karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah.
Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama (kurang lebih 6
jam sesudah serangan) dan sudah kembali ke nilai normal pada hari ke 3. SGOT
(Serum Glutamic Oxalotransamine Test) normal kurang dari 12 mU/ml. Kadar
enzim ini bias anya baru naik pada 12 48 jam sesudah serangan dan akan
kembali normal pada hari ke 7 dan 12. Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya
peninggian LED, lekositosis ringan, kadang-kadang hiperglikemia ringan.
1. Kateterisasi: Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi
2. Radiologi: Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark
miokardium, hanya menunjukkan pembesaran dari jantung
3. Ekhokardiografi: Menilai fungsi dari ventrikel kiri, gerakan jantung abnormal
4. Pemeriksaan Enzim jantung :
- CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-
6jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
- LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama untuk
kembali normal
- AST/SGOT
Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
5. Diagnosis Banding
Angina Pektoris tidak stabil / insufisiensi koroner akut
Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan
punggung)
Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
Kelainan local dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan
atau perubahan posisi tubuh)
Kompresi saraf( terutama C8,nyeri pada distribusi saraf tersebut)
Kelainan intra abdominal (kelainan akut, pancreatitis dapat menyerupai IMA.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
edisi V..

Anda mungkin juga menyukai