Anda di halaman 1dari 10

Diagnosa dan Tatalaksana

STEMI
Nurul Faiqah Baeduri
111 2018 2110
Pendahuluan
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu spectrum sindroma koroner akut
(SKA) yang paling berat. Pada pasien STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Injuri vaskuler dicetuskan
oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.

Saat ini, kejadian STEMI sekitar 25-40% dari infark miokard, yang dirawat di rumah sakit sekitar 5-
6% dan mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18%.Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa
penyakit jantung koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% hingga 40% berdasarkan
presentasi infark miokard.
DEFINISI
STEMI adalah sindroma yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari skemik miokard dimana
pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan elevasi segmen ST dan keluarnya
biomarker yang merupakan hasil dari nekrosis miokard.

ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan kematian
sel miosit jantung karena iskhemia yang berkepanjangan akibat oklusi koroner akut. STEMI
terjadi akibat stenosis total pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan nekrosis sel
jantung yang bersifat irreversible.
ETIOLOGI
1. penyempitan arteri koroner non sklerotik

2. penyempitan aterosklerotik

3. trombus

4. plak aterosklerotik

5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi


plak

6. peningkatan kebutuhan oksigen miokardium

7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung


selama tidur
FAKTOR RESIKO

Tidak dapat diubah Dapat diubah

Umur Merokok

Jenis Kelamin Kolesterol

Ras/Keturunan Hipertensi

Obesitas
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
→ Nyeri dada tipikal spti rasa terbakar,  Umum : kecemasan, sesak, keringat
tertekan atau berat pd daerah retrosternal dingin, tekanan darah <80-90mmHg,
HR : takikardia, RR meningkat, suhu
→ Menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area
badan tinggi dalam 24 - 48 jam.
inters kapular, bahu atau epigastrium
 Leher : normal atau sedikit peningkatan
→ Berlangsung intermitten atau persisten (> TVJ.
20 menit)  Jantung : S1 lemah, S4 dan S3 gallop,
keterlambatan pengisian kapiler.
→ Sering disertai : mual, muntah,nyeri  Paru : mengi dan rongki bila terdapat
abdominal, sesak napas, sinkop, gagal jantung.
diaphoresis  Ekstremitas : normal atau dingin.
Pem. PENUNJANG

 EKG  Biomarker
a) CKMB : meningkat setelah 3 jam bila
ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-24 jam dan kembali
normal dalam 2-4 hari

a) Troponin T : enzim ini meningkat


setelah 2 jam bila infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan
masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari.

a) Pemeriksaan lainnya : mioglobin,


creatinine kinase dan lactic
dehidrogenase.
TATALAKSANA

Tatalaksanan Umum Terapi Reperfusi


• Tirah baring • Streptokinase : Regimen 1,5 juta unit
• O2, apabila Sat O2<95% dilarutkan 100 NaCl 0,9% atau
• Nitrogliserin sublingual, dpt dekstrose 5% diberikan dlm 1 jam.
diulang 3x • Tissue Plasminogen Activator (tPA),
• Aspirin 160-320 mg dilakukan apabila telah mendapatkan
2 tahun streptokinase,
• CPG 300 mg hipotensi.Dosisnya 15 mg IV bolus
• Morfin sulfat 1-5 mg/IV, diulang dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30
10-30 menit kemudian menit, kemudian 0,6 mg/kgBB selama
60 menit.
PROGNOSIS

Anda mungkin juga menyukai