Anda di halaman 1dari 81

Kegawatdaruratan

Jantung

dr. Amrizal, SpPD-KKV, FINASIM


Anatomi Jantung
Kinerja Jantung
• Kemampuan sel miokard memompa dengan cara memanjang pada diastole dan memendek
pada sistole.
• Preload dan afterload
• Frekuensi kontraksi
• Stroke volume dipengaruhi oleh kecukupan volume dan kekuatan miokard

O = SV x HR

CO = SV x HR TD = CO x RP
1

Cardiac Arrest
Cardiac Arrest

Penghentian tiba-tiba fungsi mekanis kardiovaskular,


dapat bersifat reversibel oleh tatalaksana yang tepat
namun dapat menyebabkan kematian apabila
terlambat ditangani

Penyebab:

• Ventricular fibrillation (VF)


• Pulseless ventricular tachycardia
(pVT)
• Asystole
• Pulseless electrical activity (PEA)
Gambaran EKG Cardiac Arrest

Ventricular Takikardi Ventricular Fibrillation


Gambaran EKG Cardiac Arrest

Asystole PEA
Resusitasi Jantung Paru
Pijat jantung langsung dilakukan begitu ada korban tidak sadar

Kriteria pijat jantung yang baik:

• Penderita berbaring dengan alas keras


• Pijat di tulang dada, bukan di kiri atau kanannya
• Push hard and fast
• Sekitar 100 kali per menit, dalamnya 5 cm
• Dinding dada yang ditekan kembali sempurna
• Jangan sering-‐sering menghentikan pijat jantung
• Dengan rasio 30 : 2
Jalan Nafas dan Bantuan Nafas
• Pertahankan jalan nafas tetap terbuka agar udara bebas keluar
masuk
• Head Tilt -‐Chin Lift
• Bantuan nafas yang baik:
• Mulut -‐mulut atau mulut -‐hidung atau mulut stoma
• Kedap
• Tarik nafas biasa
• Tiup cepat sampai dinding dada terangkat
• Hati-‐hati
Algoritma Henti Jantung Dewasa
(AHA, 2020)
Penyebab Reversible

5H 5T
Hipoksia Toksin
Hipovolemia Tamponade Jantung
Ion Hidrogen (Asidosis) Pneumothorax Tension
Hipo/Hiperkalemia Trombosis (Paru)
Hipotermia Trombosis (Koroner)
Terapi Listrik
• Defibrilasi: bifasik sesuai rekomendasi alat atau 120 –
200 J, monofasik 360 J.
• Gelombang bifasik lebih aman dan efektif.
• Penggunaan perekat lebih baik, superoanterior kanan
dan inferoanterior kiri. Hati-‐hati memberikan gel di
permukaan dinding dada.
• Pijat jantung secara efektif setelah terapi listrik!
Epinefrin / Adrenalin
• Indikasi:
– Henti jantung, bradikardia simtomatis, hipotensi berat, anafilaksis

• Pada henti jantung


– 1 miligram tiap 3-‐5menit saat resusitasi
– 0,2 mg/kg untuk indikasi spesifik (keracunan penyekat beta /
penyekat kanal kalsium)

– 2 – 10 mcg/kg/menit dititrasi sesuai respon untuk indikasi bradikardia /

hipoteni berat
• Simpan pada suhu <180C
Amiodarone (1)
• Indikasi
– Fibrilasi atrium, takiaritmia ventrikuler
– VF / VT tanpa nadi refrakter, VT polimorfik dan takikardia QRS
lebar sumber tidak jelas, pendukung pada SVT dan VT,
takikardia atrial multifokal, mengontrol kecepatan nadi pada
fibrilasi atrial
• Perhatian
– Vasodilatasi, hipotensi, kontraindikasi pada hipertiroid,
inotropik negatif, prolong QT
Amiodarone (2)
• Dosis
– Henti jantung: 300 miligram iv diencerkan dengan 20 – 30
mL D5%. Lanjutkan dengan 150 miligram dalam selang
waktu 3 – 5 menit.
– Takikardi QRS lebar stabil: maksimal 2,2 gram/24 jam, 150
miligram iv dalam 5 – 10 menit dapat diulang selang 10 menit.
Lanjutkan dosis pemeliharaan 360 miligram selama 6 jam lalu
540 miligram dalam 18 jam.
• Jangan diencerkan dengan NaCl / RL (mengkristal)!
2
Sindrom Koroner Akut
Sindrom Koroner Akut
• Sindroma Koroner Akut (SKA) atau Acute Coronary Syndrome (ACS),
adalah suatu terminologi yang dipakai untuk menunjukkan sekumpulan

gejala nyeri dada iskhemik yang akut dan perlu penanganan segera

(keadaan emergensi).

• SKA merupakan sindroma klinis akibat adanya penyumbatan


pembuluh darah koroner, baik bersifat intermitten maupun

menetap akibat rupturnya plak atherosklerosis.

• Hal tersebut menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard


Sindrom Koroner Akut
• Trombosis koroner dan robekan plak
– Plak tidak stabil

– Ruptur plak

– Mikroemboli

– Trombus oklusif

• Spasme arteri koroner


• STEMI, NSTEMI, dan Angina pektoris tidak stabil (UAP)
• Serangan jantung
Manifestasi Klinis
• Nyeri dada khas SKA dicirikan sebagai nyeri dada di bagian substernal,

retrosternal dan prekordial.

• Karakteristik nyeri seperti ditekan, diremas, dibakar, terasa penuh

• Nyeri terjadi dalam beberapa menit.

• Nyeri dapat menjalar ke dagu, leher, bahu, punggung, atau kedua lengan.

• Nyeri disertai rasa mual, sempoyongan, berkeringat, berdebar, dan sesak

napas
STEMI ANTEROLATERAL
STEMI INFERIOR
Tatalaksana SKA
“MONACO”
• Morfin
– Drug of choice, NSAIDs tidak boleh
• Oksigen
• Nitrat
– Isosorbid dinitrat 5 miligram
• Aspirin
– 160 – 325 miligram kecuali kontraindikasi
• Clopidogrel
– 300 miligram kecuali akan PCI (600 miligram)
• Antikoagulan
– Enoxaparin / Fondaparinux / Heparin
Morfin Sulfat
• Indikasi:
– Angina pada sindrom koroner akut yang tidak respon
dengan nitrat, edema paru tanpa syok
• Perhatian
– Perlahan, depresi nafas, hipotensi pada hipovolemia,
hati-‐hati pada infark ventrikel
• Dosis
– 2 – 4 miligram iv.
– Naikkan maks 10 mg dengan interval 5 – 15 menit
Terapi Perfusi
• Fibrinolitik: aliran koroner 50-‐60%
– Indikasi dan kontra indikasi

– Streptokinase 1,5 juta unit diencerkan dalam 500cc


NaCl 0,9% atau D5%
– Infus dalam 30 menit dengan pengawasan ketatm
• Percutaneus Coronary Intervention: 90%
– Syok kardiogenik
– STEMI usia> 75 tahun dengan syok kardiogenik
– Kontra indikasi fibrinolisis
3
Bradikardi
Bradikardi

• Bradikardia merupakan istilah yang digunakan untuk


menyebut perlambatan detak jantung.

• Bradikardia atau bradiaritmia adalah keadaan di mana laju


denyut jantung seseorang kurang dari 50 kali per menit
Manifestasi Klinis

• Sesak nafas Tanda yang dapat terjadi meliputi


• Nyeri dada • Hipotensi atau syok
• Pusing • Edema paru
• penurunan kesadaran • Akral dingin
• Lemah • Penurunan produksi urine
• pingsan (sinkop)
Etiologi
AV block derajat 2 tipe II AV block derajat total/derajat 3 Hipovolemia

Hipoksia Hipokalemia Hipoglikemia

Hipotermia
Algoritma Bradikardi Dewasa
(AHA, 2020)
4
Takikardi
Takikardi
Takikardi merupakan keadaan dimana denyut jantung >100 kali/menit.
Takiaritmia yang ekstrim (>150 kali/menit) dapat menimbulkan gejala
klinis yang disebabkan oleh menurunnya curah jantung dan meningkatnya
kebutuhan oksigen miokardium

KLASIFIKASI

QRS-sempit (QRS ≤ 0.12) QRS lebar (QRS ≥ 0.12)

• Sinus tachycardia • Ventricular tachycardia (VT)


• Atrial fibrilation • Ventricular fibrilation (VF)
• Atrial flutter • WPW syndrome (Wolff Parkison
Re – entry nodus AV White)
• Multifocal atrial tachycardia
(MAT)
Algoritma Takikardi Dewasa
(AHA, 2020)
5
Syok, Hipotensi, dan
Edema Paru Akut
Klasifikasi Syok

Syok Syok
Kardiogenik Hipovolemik

Syok Syok
Distribusi Obstruktif
Tanda Syok
Perifer
Renal
Nadi lemah, isi kurang, Urine < 0.5 ml/kg/jam,
kulit dingin, lembab,
ureum kreatinin ↑, BJ
basah, CRT > 2 detik,
urine ↑
pucat, sianosis

Cardiopulmonal
Cerebral
Hipotensi, takikardi,
Anxietas, pusing,
disritmia, JVP, CVP,
agitasi, penurunan
takipnoe, gagal nafas,
kesadaran
hipoksia

Gastrointestinal
Bising usus ↓, ileus
paralitik, hipo atau
hiperglikemi
Tatalaksana
PENANGANAN UMUM
Airway
Memperbaiki sistim pernafasan menjamin jalan napas paten

Breathing
Memberikan terapi oksigen, pertahankan SpO2 > 95%

Circulation
Memperbaiki sistim sirkulasi
Posisi Syok
Syok Kardiogenik

*Tujuan utama

Memperbaiki fungsi
miokardium dan sirkulasi
Perubahan yang
terjadi saat kondisi
syok kardiogenik :
• CO menurun,
• BP menurun,
• SVR meningkat,
• CVP meningkat
Tatalaksana Syok Kardiogenik

MANAJEMEN :
• Pemberian oksigen 100%. • Infus cairan untuk memperbaiki
• Meningkatkan cardiac sirkulasi
output dan tekanan darah • Inotropik
• Hindari obat-obatan yang • Bila CO ↓, BP ↓, SVR ↑ berikan
dapat meningkatkan PVR dobutamin 5 μg/kg/min
• Cegah terjadinya hipoperfusi • Bila BP sangat rendah berikan
organ obat yang berefek inotropik dan
vasopressor seperti
norepinephrine
Syok Hipovolemik

Trauma, perdarahan
Syok intestinal, perdarahan
Hemoragik post partum, ruptur
pembuluh darah

Non
Diare, Muntah, Luka Bakar Hemoragik
Tatalaksana Syok Hipovolemik

1. Hentikan perdarahan
2. Pemasangan kateter
intravena dilanjutkan
resusitasi cairan ( Kristaloid
dengan perbandingan 3:1,
koloid 1:1, darah dengan
pemberian wb)
monitorTD, nadi, CVP, uop
3. Fluid challenge test
4. Pemberian oksigen 100%.
5. Vasopressor pada hipotensi
berat yang tidak respon
dengan pemberian cairan.
Syok Distributif
Vasomotor terganggu

Etiologi
• Sepsis : infeksi paru, peritonitis, selulitis, dll
• Neurogenik : cedera medula spinalis
• Reaksi anafilaktik : alergi
Syok Distributif
Syok Sepsis

• Merupakan sepsis yang disertai dengan hipotensi ( TDS ≤ 90 mmHg )


• Disertai tanda tanda hipoperfusi
• Diawali dari SIRS Sepsis Syok septik
Syok Sepsis
• Pengukuran level Laktat.
(Peningkatan kadar laktat darah mengindikasikan terjadinya
ketidak seimbangan antara oxygen delivery dan oxygen
consumption) → shock
Ulangi pengukuran bila laktat awal > 2 mmol/L
• Kultur darah
• Pemberian antibiotik spektrum luas
• Kristaloid 30 ml/kg bila terjadi hipotensi atau level laktat > 4
mmol/L
• Vasopressor bila hipotensi menetap selama atau setelah
pemberian resusitasi cairan untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg
Syok Neurogenik

Etiologi → kasus cervical atau high thoracic


spinal cord injury

Gejala klinis → hipotensi disertai bradikardi,


gangguan neurologis meliputi paralisis flasid,
refleks ekstremitas hilang dan priapimus
Syok Obstruktif
Adanya hambatan sirkulasi menuju jantung

• Penurunan curah jantung


Peningkatan tahanan Etiologi:
vaskuler
• Tamponade jantung
• sistemik • Tension pneumothoraks •
• Tekanan pengisian Emboli paru
ventrikel kiri tergantung • Emboli jantung
penyebab
Syok Obstruktif
Syok Obstruktif
TATALAKSANA
Manifestasi klinis :
Sesak - Cardiac tamponade
Nyeri dada pericardiosentesis
Suara paru salah satu - Tension
sisi menurun atau tidak Pneumothorax lakukan
ada needle decompression
Gelisah atau chest tube
Takikardi insertion.
Tracheal deviation - Emboli paru berikan
Jugular venous terapi trombolitik untuk
distention (JVD) mengembalikan
Sianosis
sirkulasi paru.
TRIAD KARDIOVASKULAR
Rate Problem Pump Problem Volume – Vascular
Resistance Problem
Bradikardi Primer Kehilangan Volume
Sinus bradikardi, AV-‐ Infark, kardiomiopati, Perdarahan, kehilangan
Block derajat dua dan miokarditis, ruptur cairan dari
tiga, kegagalan korda, ruptur gastrointestinal dan
pacemaker. interventrikuler, ginjal, insensible loss,
insufisiensi aorta akut. insufisiensi adrenal.
Takikardi Sekunder Resistensi Vaskuler
Sinus takikardi, flutter Akibat obat, tamponade Trauma sistem saraf,
atrial, fibrilasi atrial, kordis, emboli paru, jejas spinal, kehilangan
PSVT, takikardi ventrikel. miksoma, sindrom vena ruang ketiga, sepsis,
cavae superior. akibat obat.
Masalah Volume
• Hipovolemia absolut
– Cairan tubuh hilang, misal perdarahan, muntah, diare, poliuri,
penguapan berlebihan, dehidrasi.
• Hipovolemia relatif
– Kapasitas vaskuler meningkat.

• Sering tersamar atau bersama masalah pompa dan rate


Fluid challenge.
• Vasopresor diberikan SETELAH kekurangan cairan teratasi.
Masalah Rate
• Frekuensi cepat atau lambat?
• Paling mudah dideteksi dengan meraba nadi /
monitor elektrokardiografi.
• Tentukan jenis irama!
• Atasi irama tersebut dengan algoritme yang sesuai!
Masalah Pompa
• Kumpulkan data subjektif
– Faktor risiko kardiovaskuler, riwayat sakit jantung,
stroke, penyakit ginjal
• Kumpulkan data objektif
– Pemeriksaan fisik, foto polos thorax, EKG, echocardiography
kalau perlu.
• Semua pasien syok dapat menjadi masalah pompa bila sirkulasi
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen, gula, dan ATP di
jaringan.
Masalah Pompa
• Perlu:
– Pengobatan bersama memperbaiki rate dan volume.
– Koreksi masalah dasar: hipoksia, hipoglikemia, dan overdosis
obat.
– Memperbaiki kontraksi, vasodilator, diuretik, alat bantu
mekanik, atau operasi koreksi.

• Usahakan tekanan pengisian ventrikel kiri di atas 18 mmHg.

• Challenge test: 250 – 500 cc cairan salin normal.


Norepinefrine / Noradrenaline
• Indikasi
– Syok kardiogenik berat dengan tekanan darah
sistolik < 70 mmHg
• Dosis
– BB < 70 kg: 0,1 – 0,5 mcg/kg/menit

– BB > 70 kg: 7 – 35 mcg/menit

• Perhatian
– Bila ekstravasasi: nekrosis

– Meningkatkan oxygen demand & aritmia


Dobutamine
• Indikasi:
– Masalah pompa dengan TD 70-‐100 mmHg tanpa tanda syok.
• Perhatian:
– Syok / tanda syok, menyebabkan takiaritmia, tekanan
darah fluktuatif, sakit kepala, mual.
– Jangan kombinasi dengan larutan alkali (misal natrium
bikarbonat).
• Dosis:
– 2 – 20 mcg/kg/menit dititrasi, jaga agar HR tidak meningkat >
10% dari awal.
Dopamine
• Indikasi:
– Lini kedua untuk bradikardi simtomatis setelah atropin,
hipotensi (TD 70 – 100 mmHg) dengan tanda syok.
• Perhatian:
– Kecukupan cairan, menyebabkan takiaritmia, tekanan darah
fluktuatif, sakit kepala, mual, hati-‐hati dengan gagal jantung
kongestif.
– Jangan kombinasi dengan larutan alkali (misal natrium
bikarbonat).
• Dosis
– 2 – 20 mcg/kg/menit dititrasi perlahan.
Edema Paru Akut

Edema paru akut adalah timbunan cairan


di pembuluh darah dan parenkim paru
yang pada sebagian besar kasus
disebabkan oleh gagal jantung akut

Penyebab:

Yang terbanyak ialah penyakit arteri koroner,


khususnya pada SKA dan hipertensi.

Penyakit jantung lain yang dapat menimbulkan edema


paru akut misalnya penyakit katup, kardiomiopati, dll
Manifestasi Klinis
• Sesak terutama saat aktifitas
• Ronkhi basah basal
• Batuk dengan riak berbuih
bilateral paru
kemerahan
• Wheezing
• Sesak bila berbaring disertai
Saturasi O2 <90% sebelum
kardiomegali
• pemberian O2
• Iktus bergeser ke lateral
• Foto polos dada tampak
• Bradi-takhiaritmi
bendungan “batwing”
• Suara gallop
appearance.
• Bising
Gambaran Radiologi

“Batwing” appearance.
Gambaran Radiologi

“Kerley B – lines”
Furosemide
• Indikasi:
– Terapi edema paru akut dengan TD > 90 – 100
mmHg tanpa tanda dan gejala syok.
• Perhatian:
– Dehidrasi, hipovolemia, hipotensi, hipokalemia, dan
dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.
• Dosis:
– 0,5 – 1 mg/kg diberikan selama 1 – 2 menit

– Dapat dinaikkan menjadi 2 mg/kg perlahan, 1 – 2


menit
6

Gagal Jantung
Akut
Gagal Jantung Akut

Gagal jantung akut (GJA) : serangan yang cepat dari gejala dan tanda gagal
jantung sehingga membutuhkan terapi segera.

GJA dapat berupa acute de novo (serangan baru dari gagal jantung akut,
tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari gagal
jantung kronik (GJK)
Manifestasi Klinis
o Gagal jantung kronik dekompensasi
o Edema paru
o Gagal jantung hipertensif
o Syok kardiogenik
o Gagal jantung kanan terisolasi
o SKA dan gagal jantung
o GJA akibat Curah Jantung Tinggi
Algortima Diagnosis GJA
Tatalaksana GJA
1. Terapi awal GJA bertujuan untuk memperbaiki gejala dan
menstabilkan kondisi hemodinamik, yang meliputi:9

2. Oksigenasi dengan sungkup masker atau CPAP (continuous positive

airway pressure), target SaO2 94-96%

3. Pemberian vasodilator berupa nitrat atau nitroprusid

4. Terapi diuretik dengan furosemid atau diuretik kuat lainnya

(dimulai dengan bolus IV dan bila perlu diteruskan dengan infus


berkelanjutan
Tatalaksana GJA
5. Pemberian morfin untuk memperbaiki status fisik,
psikologis, dan hemodinamik

6. Pemberian infus intravena dipertimbangkan apabila ada kecurigaan


tekanan pengisian yang rendah (low filling pressure)

7. Pacing, antiaritmia, atau elektroversi jika terjadi kelainan denyut dan


irama jantung

8. Mengatasi komplikasi metabolik dan kondisi spesifik organ lainnya.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai