Skenario :4
Pertemuan ke :1
Tanggal : Senin,8 Maret 2021
Tutor : dr. Maz Isa Ansyori, Sp.BTKV
Ketua Tutorial : Silvi Sari Dewi (H1A019102)
Sekretaris : Lalu Rifal Hadi Anugra (H1A019063)
Anggota :
1. Amira Fathin Nabila Yusuf (H1A018007)
2. Baiq Nindya Annisa Putri (H1A019015)
3. Dimas Zul Fariqhan (H1A019028)
4. Fadhila Maulida A (H1A019032)
5. I Gusti Bagus Surya Ari Kusuma (H1A019049)
6. Iga Cahya Madani (H1A019055)
7. Lalu Rifal Hadi Anugra (H1A019063)
8. Naurah Nazhifah (H1A019079)
9. Quilla Shafa Amala (H1A019089)
10. Rizqi Al Kasiron (H1A019095)
11. Silvi Sari Dewi (H1A019102)
BERDEBAR
Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke poliklinik RS UNRAM dengan keluhan berdebar.
Keluhan dirasakan sejak 2 tahun terakhir. Penderita juga mengeluhkan mudah sekali lelah saat
beraktivitas dan sering merasakan sensasi hampir pingsan. Dari riwayat penyakit dahulu
penderita pernah mengalami kelumpuhan separuh badan bagian kanan sekitar 6 bulan yang lalu,
yang membaik secara spontan dalam beberapa jam kemudian.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi tidak teratur
antara 75-155 x/menit dengan kualitas pulsasi nadi yang bervariasi, frekuensi napas 17 x/menit
dan temperatur 36.7°C.
- Patofisiologi
Pada atrial flutter, sinyal listrik seperti terperangkap di atrium kanan sehingga
menyebabkan impuls atau denyutan yang berulang-ulang di atrium sehingga denyut atrium akan
lebih banyak dibandingkan denyut ventrikel. Atrial flutter mirip dengan atrial fibrillation. Pada
atrial fibrillation, denyut jantung terjadi sangat cepat dan bersifat ireguler atau denyut yang tidak
beraturan. Sedangkan pada atrial flutter, denyut jantung terjadi sangat cepat tetapi memiliki
irama yang teratur.
Pada gambaran EKG, dijumpai gambaran sawtooth atau gigi gergaji. Atrial fibrillation
adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi
mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium. Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari
atrial fibrillation adalah hilangnya konsistensi gelombang P, yang digantikan oleh gelombang
getar (fibrilasi) yang bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya. Mekanisme atrial fibrillation
terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan multiple wavelet reentry. Proses aktivasi
lokal bisa melibatkan proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi
lokal, fokus ektopik yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu,
fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena cava superior dan sinus coronarius.
Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi potensial aksi pada atrium
dan menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA.
Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi yang berulang dan
melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet reentrytidak tergantung pada
adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi lokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit
banyaknya sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Pada multiple wavelet reentry,
sedikit banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besarnya
ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium
biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan penurunan kecepatan
konduksi. Ketiga faktor tersebutlah yang akan meningkatkan sinyal elektrik dan menimbulkan
peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya atrial fibrillation.
- Tatalaksana
Pada dasarnya penanganan Atrial Flutter dan Atrial Fibrillation tidak jauh berbeda karena
memberikan konsekuensi hemodinamik yang sama.
Untuk Hemodinamik tidak stabil :
Syncronized Cardioversion. Ekokardiografi transtorakal harus dilakukan untuk identifikasi
adanya trombus di ruang-ruang jantung. Bila trombus tidak terlihat dengan pemeriksaan
ekokardiografi trans-torakal, maka ekokardiografi transesofagus harus dikerjakan apabila aritmia
diperkirakan berlangsung >48 jam sebelum dilakukan tindakan kardioversi. Apabila tidak
memungkinkan dilakukan ekokardiografi transesofagus, dapat diberikan terapi antikoagulan
(AVK atau dabigatran) selama 3 minggu sebelumnya. Antikoagulan dilanjutkan sampai dengan 4
minggu pascakardioversi (target INR 2-3 apabila menggunakan AVK). Dosis awal synchronized
cardioversion adalah 120 - 200 Joule, dapat dinaikkan sesuai dengan respons terapi.
Untuk laju denyut ventrikel dalam keadaan stabil
Diltiazem 0,25 mg/kgBB bolus iv dalam 10 menit, dilanjutkan 0,35 mg/kgBB iv
Metoprolol 2,5-5 mg iv bolus dalam 2 menit sampai 3 kali dosis.
Amiodaron 5 mg/kgBB dalam satu jam pertama, dilanjutkan 1 mg/ menit dalam 6 jam,
kemudian 0,5 mg/ menit dalam 18 jam via vena besar
Verapamil 0,075- 0,15 mg/kgBB dalam 2 menit
Digoksin 0,25 mg iv setiap 2 jam sampai 1,5 mg
Verapamil 2x40 sampai 1x240 mg po (lepas lambat)
Digoksin 1x0,125-0,5 mg po
Amiodaron 1x100-200 mg po
Diltiazem 3x30 sampai 1x200 mg po (lepas lambat)
b) Ventrikular Takikardi
- Patofisiologi
Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung.
Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan akut dan
kritis seperti infark miokard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam
basa dan tonus adrenergik yang tinggi. Automaticity menunjukkan sebuah fokus ektopik
dari sel pacemaker di ventrikel yang memiliki potensi untuk menimbulkan impuls. Irama
dasar jantung menyebabkan sel-sel ini mencapai ambang yang menimbulkan denyut
ektopik.
Reentry
Reentry yang merupakan mekanisme tersering terjadinya VES dan biasanya disebabkan
oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau dilated cardiomiopathy. Jaringan
parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat
menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry.
- Tatalaksana
Tatalaksana umum: koreksi elektrolit, terutama magnesium dan kalium
Terapi obat :
VT Berkas Cabang
Akut dengan adenosine IV. : ATP 10mg – 20 mg, dilanjutkan dengan beta bloker
dan/atau amiodaron
VTI diopatik dari outflow tract
Akut dengan adenosine IV. :ATP10mg – 20 mg, dilanjutkan dengan beta bloker dan/atau
amiodaron
VTI diopatik dari LV
Akut dengan adenosine IV.: Verapamil, dilanjutkan dengan beta bloker dan/atau
amiodaron
VT Iskemik
Akut dengan overdrive pacing atau kardioversi, dilanjutkan dengan beta bloker dan/atau
amiodaron
Torsade de Pointes
Akut dengan adenosine IV. : ATP10mg – 20 mg, dilanjutkan dengan betabloker dan/atau
amiodaron
Terapi definitif :
VT Berkas Cabang: ablasi radio frekuensi diberkas cabang (umumnya kanan)
VTI diopatik dari outflow tract: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk
menilai aktivasi dini sebagai fokus takikardi
VTI diopatik dari LV: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk menilai
diastolic potential dan presystolic Purkinje potential
VT Iskemik: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk substrate mapping
dan pemasangan ICD
Torsade de pointes: ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3D untuk substrate
mapping
Beberapa faktor pencetus palpitasi adalah, stress, rasa cemas, kurang tidur, atau
konsumsi berlebihan kafein, nikotin, atau alcohol. Jantung merespons faktor-faktor
pencetus ini dengan membuat serat Purkinje menjadi sangat peka rangsang dan
mengalami depolarisasi lebih cepat daripada nodus SA. Daerah jantung yang tereksitasi
secara abnormal ini, akan memicu potensial aksi premature yang menyebar ke seluruh
jantung sebelum nodus SA dapat memulai potensial aksi normalnya.
8. Apa yang menyebabkan pasien mengalami kelumpuhan pada separuh bagian kanan
tubuhnya?
Karena adanya Emboli jantung yang kemudian akan menyumbat pada sirkulasi ke otak sehingga
dapat menyebabkan stroke.
Karena terbentuknya thrombus intracardial yang mana hal ini terbentuk karena gangguan irama
jantung sehingga aliran darah di jantung relatif statis.
9. Apa saja tatalaksana dari Jantung Berdebar?
STEP 5 (Merumuskan LO)
1. Bagaimana Gambaran EKG pada berbagai jenis Aritmia?
2. Apa saja tatalaksana dari Aritmia?
3. Apa saja komplikasi dari aritmia?
STEP 6 (Self-Learning)