Sinus bradikardi ialah irama sinus yang kurang dari 60 kali per menit. Hal ini sering
diketemukan pada olahragawan yang terlatih. Pada pasien usia lanjut bradikardia sinus dapat
disebabkan oleh gangguan faal nodus sinus. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema (hipotiroidisme), hipotermia, vagotonia, dan tekanan intracranial yang meninggi.
Umumnya bradikardia sinus tidak perlu diobati bila tidak ada keluhan. Tetapi bila denyut kurang dari
40 kali per menit dan pasien merasa gelap (black out), mendapat serangan singkop, lelah, hipotensi
karena curah jantung yang sangat menurun, maka sebaiknya diobati dengan sulfas atropin, yang dapat
diberikan secara intravena. Bila tidak berhasil dengan terapi medikamentosa, kadang-kadang perlu
pemasangan pacu jantung.
Blok Sinoatrial
Blok sinoatrial ialah keadaan dimana pembentukan impuls di nodus sinus masih normal tapi
impuls dari nodus sinus tidak dapat mencapai atrium secara lengkap sehingga pada gelombang P pada
EKG tidak muncul pada waktunya dan jarak interval P-P menjadi dua kali jarak interval PP yang
normal.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh stimulasi vagus yang berlebihan, miokarditis, penyakit
jantung koroner, terutama infark jantung bagian inferior, keracunan digitalis atau obat anti aritmia
yang lain. Blok sinoatrial dapat menimbulkan serangan sinkop pada pasien. Penngobatan ditujukan
pada penyakit dasarnya disertai pemberian sulfas atropine, atau prangsang beta adrenergik, seperti
efedrin, isoproterenol, alupen. Pasien yang resisten terhadap pengobatan perlu dilakukan pemasangan
pacu jantung.
Sinus Aritmia
Sinus aritmia ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada waktu
inspirasi dan menjadi lebih lambat pada waktu ekspirasi. Keadaan ini menjadi lebih nyata ketika asien
disuruh menarik nafas lebih dalam. Aritmia ini hilang kalau timbul takikardia pada pasien karena
melakukan kegiatan olahraga atau pasien menderita demam. Keadaan ini dapat ditemukan ada
individu sehat dan tidak membutuhkan pengobatan.
Sinus Takikardia
Sinus takikardia ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100 kali per menit. Keadaan ini biasa
ditemukan pada bayi dan anak kecil dan takikardi sinus juga sering ditemukan pada beberapa keadaan
stress fisiologis maupun patologis seperti kegiatan fisik (olahraga), demam, hipertiroidisme, anemia,
infeksi, sepsis, hipovolemia, penyakit paru kronik. Obat-obatan seperti atropine, katekolamin, kafein,
hormone tiroid dapat menimbulkan takikardia sinus. Takikardia sinus dapat juga disebabkan karena
gagal jantung. Terapi ditujukan pada kelainan dasarnya. Pemberian digitalis hanya pada gagal jantung.
Pada hipertiroidisme kadang-kadang perlu diberikan penghambat beta.
b. Gangguan Impuls dari Atrium
Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (atrial fibrillation= AF) merupakan aktivasi atrium yang sangat cepat (400-600
kali/menit) dan tidak teratur. Terjadi kehilangan kontraksi atrium dan impuls supraventrikular yang
berpenetrasi ke dalam sistem konduksi atrioventrikular (AV) pada derajat yang bervariasi dan denyut
jantung yang tidak teratur (120-180 kali/menit)
Atrial fibrilasi (AF) terjadi ketika sinyal-sinyal listrik bepergian melalui jantung
dilakukan normal dan menjadi tidak teratur dan sangat cepat. Ini adalah akibat dari kerusakan
sistem kelistrikan jantung. Kerusakan ini paling sering hasil dari kondisi lain, seperti
penyakit arteri koroner atau tekanan darah tinggi, yang mempengaruhi kesehatan jantung.
Kadang-kadang, penyebab AF tidak diketahui. Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan
ventrikel berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki
cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk memompa ke paru-paru dan
tubuh.
Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau "berdebar" dalam
dada)
Sesak napas
Kelemahan atau kesulitan berolahraga
Nyeri dada
Pusing atau pingsan
Kelelahan (kelelahan)
Kebingungan
Atrium tidak akan memompa darah selama Atrial Fibrilasi berlangsung. Oleh karena itu
atrium tidak berguna sebagai pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian, darah akan
mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan
menurun hanya sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang
mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh
daya pompa jantung.
Paroxysmal fibrilasi atrium (AF), sinyal-sinyal listrik yang abnormal dan detak jantung cepat
mulai tiba-tiba dan kemudian berhenti pada mereka sendiri. Gejala dapat ringan atau berat
dan terakhir untuk detik, menit, jam atau hari.
AF gigih adalah suatu kondisi di mana irama jantung normal berlanjut sampai berhenti
dengan perawatan.
AF yang permanen adalah suatu kondisi di mana irama hati normal tidak dapat dipulihkan
dengan perawatan biasa. Paroxysmal dan gigih fibrilasi atrium mungkin menjadi lebih sering
dan akhirnya mengakibatkan AF yang permanen.
Atrial Fibrilasi memiliki dua komplikasi utama - stroke dan gagal jantung.
Penelitian epidemiologi telah menunjukan bahwa pasien dengan irama sinus hidup lebih
lama dibandingkan dengan seseorang kelainan atrium. Penelitian juga menunjukkan
penggunaan antikoagulan dan pengontrolan secara rutin bertuuan untuk asimtomatik pada
pasien usia lanjut. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terapi medis yang ditujukan
untuk mengendalikan irama jantung tidak menghasilkan keuntungan keberhasilan
dibandingkan dengan terapi kontrol rate dan antikoagulan.
Terapi Atrial Fibrilasi secara keseluruhan memberikan prognosis yang lebih baik pada
kejadian tromboemboli terutama stroke. Atrial Fibrilasi dapat mencetuskan takikardi
cardiomiopati bila tidak terkontrol dengan baik. Terbentuknya Atrial Fibrilasi dapat
menyebabkan gagal jantung pada individu yang bergantung pada komponen atrium dari
cardiac output dimana pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan pada pasien dengan
penyakit katup jantung termasuk dalam resiko tingi akan terjadinya gagal jantung saat terjadi
Atrial Fibrilasi.
Flutter Atrial
Atrial flutter ditandai dengan aktivasi atrium yang cepat (270-330 kali/menit) tetapi teratur.
Respons ventrikuler biasanya memiliki pola yang teratur dan berdenyut 300 kali/menit. Aritmia jenis
ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan AF.
Ekstrasistol Atrial
Ekstrasistol atrial disebut juga premature atrial beats. Hal ini terjadi karena adanya impuls
yang berasal dari atrium yang timbul secara premature. Keadaan ini biasanya tidak mempunyai arti
klinis yang penting tetapi kadang-kadang dapat menjadi pencetus timbulnya takikardia
supraventricular dan fibrilasi atrial. Pemriksaan EKG menunjukkan adanya gelombang P yang timbul
premature diikuti kompleks QRS yang normal. Ekstrasistol atrial tidak membutuhkan pengobatan.
Takikardi Atrial
Biasanya adalah paroksimal (PAT= paroxysmal atrial tachycardia ), disebut juga takikardi
supraventrikuler paroksimal, yaitu takikardai yang berasal dari atrium dan nodus AV. Pada gambar
terdapat ektrassistole yang berturut- turut. Pasien dengan takikardi atrial merasa jantung berdebar-
debar cepat sekali, dan disertai dengan keringat dingin serta lemah. Kadang timbul juga sesak nafas
dan hipotensi.
Penatalaksanaan harus dilakukan secara segera, yaitu dengan memberikan penekanan pada
bola mata (eye ball pressure) atau pada sinus carotikus. Kemudian diberikan verapamil IV. Obat lain
yang dapat digunakan adalah adenosine, diltiazem, digitalis, dan penyekat beta secara IV.
Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yang berturut-turut
lebih dari enam. Takikardi atrial dapat berlangsung sebentar atau menetap sampai beberapa hari.
Ekstrasistol Nodal adalah irama ektopik yang dapat berasal dari nodus AV, terjadi sebelum
impuls sinus berikut yang dinantikan, dan biasanya berakibat depolarisasi atrium secara retrograde.
Pause setelah kompleks junctional premature bisa non kompensatoar bila sinus didepolarisasi oleh
denyut premature tersebut. Bisa pula terkompensasi penuh, yaitu impuls nodus sinus sebelumnya
telah dicapai oleh denyut premature tersebut.
2. Manifestasi klinis : Secara klinis ekstrasistol nodal tidak dapat dibedakan dengan ekstrasistol
ventrikular atau atrial.
Pada irama nodal (junctional rhythm atau AV nodal escape rhythm), maka nodus
atrioventrikularis bertindak sebagai pusat ektopik yang memacu jantung.
1. Etiologi : keadaan ini dapat terjadi karena iskemia jantung atau intoksikasi digitalis.
2. Penegakan diagnosis : pemeriksaan EKG yang tampak irama jantung dengan gelombang P
berasal dari nodus AV diikuti kompleks QRS biasa dengan kecepatan 50-60 permenit.
3. Tata Laksana : kelainan ini belum tentu memerlukan pengobatan khusus, kecuali bila
frekuensi jantung menjadi sangat lambat, kurang dari 40 kali per menit atau menimbulkan
gangguan hemodinamik, maka perlu terapi dengan atropin sulfat secara intravena, kadang
kadang perlu pemasangan pacu jantung sementara.
Terdapat percepatan junctional rhythm, yang menjadi nyata bila kecepatannya melebihi
kecepatan nodus sinus.
1. Etiologi : intoksikasi digitalis, infark miokard akut atau demam reumatik akut.
2. Tata laksana : pada intoksikasi digitalis harus diobati secepatnya karena dapat
berkembang menjadi takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Digitalis harus
dihentikan dan diberikan difenilhidantoin.
Takikardia AV junctional sangat mirip dengan takikardia atrial, baik dalam diagnosis,
gambaran klinis maupun pengobatannya.
Klasifikasi :
Berdasarkan frekuensi
- Frequent : 10 atau lebih VPCs/ jam(dengan holter monitor), 6 atau lebih/ menit
- Occasional : < dari 10 VPCs/ jam atau kurang dari 6 / menit
Berdasarkan hubungan dengan irama jantung yang normal
Berdasarkan fokus
- Banyaknya focus
o Unifokal/ unimorfik – irama berasal dari satu focus, semua VPCs punya morfologi
yang sama
o Multifokal/ multimorfik – VPCs memiliki lebih dari 1 morfologi dan mungkin
berasal dari lebih dari satu sisi
- Tempat asal fokus
o Ventrikel kiri
o Ventrikel kanan
- Berhubungan dengan penyakit jantung
o Tidak ada (idiopathic)
o Adanya penyakit jantung structural
Takikardi Ventrikular
Berasal dari area bundle of his
Rate : > 100 denyut per menit
Ritme terdiri atas dua macam :
Monomorphic (uniform), bersifat satabil dalam jangka waktu lama
Polymorphic, biasanya tidak stabil dan lama kelamaan dapat menjadi fibrilasi
ventrikel. Salah satu bagian dari takikardi ventricular polimorfik adalah
Torsades de pointes (TdP). TdP memilik karakteristik berupa pemanjangan
interval QT.
Biasanya menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik, sehingga memiliki prognosis
yang buruk
EKG pada takikardi ventrikuler ditandai dengan melebarnya kompleks QRS, karena
gangguan berada pada area ventrikel
Karakteristik EKG pada takikardi ventricular
ATRIOVENTRICULAR RELATIONSHIP
Atrioventricular dissociation
Sinus capture beats
Fusion beats
QRS WIDTH
Left bundle branch block >160 msec
Right bundle branch block >140 msec
QRS AXIS
QRS MORPHOLOGY
Fibrilasi Ventrikel
Merupakan irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini menyebabkan
ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah jantung sangat menurun / tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak teratur, pasien tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan
menyebabkan kematian. Kadang – kadang fibrilasi ventrikel dapat berlangsung hanya sebentar dan
kembali menjadi irama sinus secara spontan dan hanya menyebabkan kehilangan kesadaran sebentar.
Fibrilasi ventrikel paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Terutama infark
miokard akut. Penyebab lain adalah intoksikasi digitalis, sindrom QT yang memanjang. Pengobatan
harus dilakukan secepatnya yaitu direct current countershock dengan dosis 400 watt/ seconds. Di
samping itu, pasien diberikan juga xilokain seperti pada pengobatan takikardia ventrikel dan resusitasi
kardiopulmoner, yaitu pernapasan buatan dan pijat jantung. Bila tidak terlambat, pertologan yang
diberikan dalam waktu 2-4 menit mempunyai prognosis cukup baik.
Fibrilasi ventrikel hampir selalu dijumpai pada jantung yang sekarat. Ia meruppakan aritmia
yang paling sering ditemukan pada orang dewasa yang meninggal mendadak. Rekaman EKG
menunjukan gambaran sentakan – sentakan mendadak dan tidak teratur (fibrilasi ventricular dasar)
atau gelombang halus (fibrilasi ventricular halus). Tidak ada kompleks QRS sejati.
Pada fibrilasi ventricular, jantung tidak menghasilkan curah jantung, sehingga resusitasi
jantung paru serta defibrilasi harus segera dilakukan saat itu juga.
Torsades de pointes
Torsades De Pointes yang berarti “ titik-titik yang berliku-liku”, bukan sekedar istilah yang
paling keren dalam kardiologi. Ia merupakan bentuk takikardia ventricular yang unik yang biasanya
ditemukan pada pasien – pasien dengan interval QT yang memanjang.
Interval QT mencakup waktu mulai dari awal depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi
ventikel. Interval ini biasanya membentuk sekitar 40% siklus jantung total.
Pemanjangan interval QT dapat bersifat kongenital, dapat disebabkan oleh berbagai gangguan
elektrolit (terutama hipokalsemia, hipomagnesemia, dan hipokalemia), atau dapat terjadi selama
infark miokard akut. Sejumlah agen farmakologik juga dapat memperpanjang interval QT, antara lain
obat – obat antiaritmia, antidepresasn trisiklik, fenotiazin dan beberapa obat antijamur serta
antihistamin bila diminum bersama antibiotic tertentu terutama eritromisin dan kuinolon.
Torsades de pointes tampak seperti VT biasa, hanya saja pada Torsades de Pointes, komplek
QRS bergerak mengintari garis dasar dengan aksis dan amplitude yang terus berubah – ubah. Torsades
de Pointes harus dibedakan dari VT standar karena penanganannya amat berbeda.
AV BLOK
Etiologi
Intracardiacyaitu adanya infark terutama pada infark inferior dengan Right Ventrikel
Pemeriksaan
1. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) rekaman dan monitoring jantung dengan evaluasi
yang cermat tentang hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS adalah tes
standar yang mengarah ke diagnosis yang tepat dari blok AV.
2. Pengujian elektropsikologi
Diindikasikan pada pasien dengan blok AV diduga sebagai penyebab sinkop.
3. Ekokardiografi
Berguna dalam mendiagnosis kondisi komorbiditas yang mendasari, seperti
stenosis katup aorta dengan kalsifikasi, kelainan gerakan dinding di iskemia akut,
kardiomiopati, dan penyakit jantung bawaan (misalnya, dilihat dari pembuluh darah
besar).
Terapi farmakologis
1. Untuk terapi medis jangka panjang tidak ditunjukkan dalam terapi untuk blok AV
2. Atropin atau infus isoproterenol dapat meningkatkan konduksi AV dalam keadaan
darurat di mana bradikardi disebabkan oleh blok AV proksimal. Sedangkan atropin
atau infus isoproterenol dapat memperburuk konduksi jika blok tersebut adalah dalam
sistem purkinye.
Derajat 1 AV Blok
Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil msec pada
dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai ventrikel.
Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR konstan.
Ciri-ciri:
3. Jarak RR teratur
4. Jika respon ventrikel bagus tidak perlu pasang temporary pace maker ( TPM )
Derajat 2 AV Blok
3. Jika respon ventrikel bagus, hemodinamik bagus maka tidak perlu pasang TPM
Yaitu Derajat 2 AV blok Mobitz II, yang terdiri dari PR interval konstan yang
diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke ventrikel, jadi tipe konduksinya 2:1
(2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan begitu seterusnya.
Ciri-ciri:
4. Jika respon ventrikel dan hemodinamik bagus harus diobservasi dengan ketat
karena bias menjadi AV Blok derajat tinggi/blok total
Derajat 3 AV Blok
Tidak ada hubungan yang terlihat antara irama gelombang P dan irama komplek QRS di AV
blok derajat tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih tinggi daripada frekuensi
komplek QRS (ventrikular rate).
PENATALAKSANAAN ARITMIA
b. Kelas IB
Kinetik kerjanya cepat dan memperpendek repolarisasi potensial aksi hanya ringan
saja. Mempunyai efek yang ringan terhadap kasus dengan HR rendah, tetapi
memiliki efek lebih besar pada kasus HR tinggi
Sediaan dan IV 0.7-1.4 mg/kgBB IV 100 mg tiap 5 dosis oral 200-300 Dosis oral 400-
dosis IM 4-5 mg/kgBB menit mg tiap 8 jam yang 600 mg tiap 8
*dosis diturunkan Oral : 15 mg/kgBB diberikan bersama jam dan tidak
pada psein gagal (hari 1), 7.5 makanan atau boleh melebihi
jantung mg.kgBB (hari 2), antacid. Dosis awal 2400 mg/hari
4-6 mg/kgBB dapat diberikan
(dosis 400 mg
pemeliharaan)
Efek Efek SSP (utama) Efek SSP seperti Gejala SSP berupa Gejala SSP
samping seperti disosiasi, mengantuk, pusing, tremor berupa pusing,
parestesia, nistagmus, Gangguan saluran tremor
mengantuk dan vertigo, ataksia, cerna seperti Gangguan
agitasi, disorientasi, dan mual mual, muntah, saluran cerna
kejang, dan anoreksia seperti mual,
pendengaran muntah, dan
berkurang anoreksia
Efek terhadap Agranulositosis
jantung minimal Depresi sumsum
tulang
Trombositopenia
Granulositopenia
dapat diikuti
infeksi, sepsis,
dan kematian.
Penggunaan Aritmia ventrikel Aritmia ventrikel Aritmia ventrikel Aritmia ventrikel
terapi yang disebabkan dan atrium karena pada pasien yang pada pasien yang
oleh infark miokard digitalis responsive responsive
akut, bedah jantung terhadap lidokain. terhadap
terbuka, dan Dapat menekan lidokain.
digitalis. takikardi ventrikel
pada pasien yang
tidak berespon
terhadap kuinidin
atau obat lain
Interaksi Β-blocker dapat Pemberian bersama
obat menurunkan fenitoin atau
kecepatan rifampisisn dapat
metabolism dan mempercepat
meningkatkan metabolisme
kadar lidokain meksiletin
dalam plasma
α-blocker dapat
melepaskan ikatan
lidokain dari
glikoprotein
pemberian sitemidin
meningkatkan
kadar plasma
lidokain
lidokain dapat
memperkuat efek
suksinilkolin
c. Kelas IC
Tidak menyebabkan periode refraktor dan Kinetik kerjanya lambat dan memiliki
efek kecil terhadap repolarisasi potensial aksi.Obat ini yang paling poten untuk
memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na ke dalam sel.
Flekainid Enkainid
Absorpsi diabsorpsi hamper sempurna dan mecapai Diabsorpsi hamper sempurna pada
kadar puncak dalam waktu 3 jam pemberian peroral dan mencapai
kadar puncak dalam waktu 30-90
menit
Distribusi Dapat berakumulasi pada pasein gagal ginjal
Metabolisme Di hati Dimetabolisme oleh sitokrom
p450 hati.
Metabolit menunjukkan efek
antiaritmia
Eliminasi Diekresi dalam bentuk uth dalam urin. T1/2 T1/2 : 2-3 jam
rata-rata 11 jam
Sediaan dan Flenkainid asetat (tambocor) berupa tablet Enkainid hidroklorida (enkaid)
dosis diberikan 2x 100 mg/hari dan dapat berupa kapsul diberikan 3x 25
dinaikkan tiap 4 hari sebanyak 100 mg/hari. mg/hari dan dapat dinaikkan tiap
Kadar toksik: >0.2-1µg/mL 3-5 hari mencapai 4x 50 mg/hari
Efek samping proaritmia dapat terjadi pada pasien dengan proaritmia dapat terjadi pada
aritmia ventrikel maligna pasien dengan aritmia ventrikel
henti jantung pada pasien yang memiliki maligna
riwayat infark miokard dan aritmia ventrikel henti jantung pada pasien yang
asimptomatik memiliki riwayat infark miokard
disfungsi sinus dan aritmia ventrikel
memperberat gagal jantung asimptomatik
gangguan penglihatan disfungsi sinus
memperberat gagal jantung
gangguan penglihatan
Penggunaan aritmia ventrikel maligna aritmia ventrikel maligna
terapi gagal jantung kongestif gagal jantung kongestif
bifascular block bifascular block
gangguan fungsi sinus gangguan fungsi sinus
Interaksi obat Penggunaan simetidin mengurangi klirens
total dan memperpanjang waktu paruh
eliminasi
2. Kelas II (β-blocker)
3. Kelas III
5. Kelas V
Definisi
Aritmia adalah urutan dari detak jantung yang tidak teratur, terlalu cepat, terlalu lambat, atau
di lakukan melalui jalur listrik abnormal jantung.
Epidemiologi
Data epidemiologi yang diperoleh dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan
bahwa kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80% gangguan irama jantung yang dapat
berakhir dengan kematian mendadak. Data yang diperoleh dari Framingham (2002) menyebutkan
angka kejadian gangguan irama jantung akan meningkat dengan pertambahan usia. Diperkirakan,
populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada
tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia 65 – 85
tahun dan 84 % di atas 85 tahun.
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial fibrilasi. Sekitar 2,2 juta
penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada populasi umur 69 tahun dan 8 % pada populasi umur
80 tahun menderita kelainan ini. Hasil penelitian Framingham Heart Study (2002) menunjukkan
bahwa atrial fibrilasi meningkatkan resiko kematian sebanyak 1,5 – 1,9 kali, yang diakibatkan oleh
stroke tromboemboli. Atrial flutter sendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan atrial
fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnosa takikardi supraventrikuler
menunjukkan atrial fibrilasi sebanyak 77 % dan 10 % atrial flutter.
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dr. Sjaharuddin Harun (2004), menyebutkan bahwa gangguan irama jantung jenis atrial
fibrilasi dapat meningkatkan resiko terserang stroke lima kali lipat dibandingkan populasi dengan
irama jantung normal sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejauh ini,
atrial fibrilasi memberikan kontribusi terhadap 50.000 kasus stroke setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Sedangkan di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diperoleh
insidens atrial fibrilasi pada pasien stroke sekitar 2,2%. Sedangkan data di ruang perawatan koroner
intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 % pasien mengalami atrial fibrilasi.
PATOFISIOLOGI ARITMIA
Mekanisme terjadinya aritmia dapat dibagi menjadi : ganguan pembentukan impuls dan
gangguan konduksi.
o Gangguan konduksi
Re-entry
Bilamana konduksi di salah satu jalur tergaggu sebagai akibat iskemia atau masa refrakter, maka
gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur tersebut akan berhenti, sedangkan gelombang
pada jalur B tetap berjalan seperti semula bahkan dapat berjalan secara retrograd masuk dan
terhalang di jalur A. Apabila beberapa saat kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau
masa refrakter sudah lewat maka gelombang depolarisasi dari jalur B akan menembus rintangan
jalur A dan kembali mengaktifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan sirkuler atau re-
entri loop. Gelombang depolarisasi yang berjalan melingkar ini bertindak sebagai generator
yang secara terus-menerus mencetuskan impuls.
Re-entry loop ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang disebut
macroentrant atau microentrant.
Concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
Impuls-impuls kecil pada jantung kadang-kadang dapat menghambat dan menganggu konduksi
impuls utama. Keadaan ini disebut concealed conduction. Contoh concealed conduction ini ialah
pada fibrilasi atrium, pada ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi secara retrograd. Biasanya
gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti klinis yang penting.
Faktor Resiko Mayor
Aritmia Jantung Umumnya dapat ditemukan pada individu dengan penyakit atau kondisi yang dapat
menyebabkan jantung menjadi lemah, seperti:
- Serangan Jantung
- Gagal Jantung atau Kardiomiopati, yang mana dapat membuat jantung menjadi lemah dan
mengganggu jalannya sinyal listrik yang di hantarkan pada jantung.
- Jaringan otot jantung yang terlalu tebal atau kaku
- Kebocoran ataupun penyempitan katup jantung , yang mana akan membuat jantung akan
bekerja lebih berat dan dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
- Penyakit jantung bawaan yang mempengaruhi struktur serta fungsi dari jantung itu sendiri.
Kondisi – kondisi lain yang dapat meningkatkan resiko aritmia jantung, seperti :
- Tekanan darah yang tinggi
- Infeksi yang dapat merusak otot jantung atau ruangan di sekitar jantung
- Diatebes (kencing manis) yang mana meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung koroner
- Sleep Apnea (mengorok) yang mana akan menekan jantung sehingga jantung tidak menerima
cukup oksigen
- Beberapa faktor resiko lain yang dapat meningkatkan resiko seseorang untuk mengalami
aritmia jantung, Misalnya meliputi operasi jantung, obat – obatan (seperti kokain dan
amfetamin) ataupun ketidakseimbangan elektrolit darah.
• Alat fluoroskopi
• Alat khusus elektrofisiologi meliputi
Stimulator jantung (cardiac stimulator)
Piranti lunak untuk system pencatat dan perekam data
Berbagai jenis kateter untuk diagnostik, pemetaan dan ablasi
Alat pembangkit energy radiofrekuensi (radiofrequency energy generator)
• Alat tambahan seperti infusi pump, pulse oximetry, haemodynamic monitoring, dan external
defibrilator.
Untuk staf diperlukan seorang perawat dan teknisi yang mahir melakukan berbagai stimulasi
jantung dengan memakai alat stimulator jantung.
Persiapan pasien dilakukan sama seperti untuk prosedur invasif lainnya yaitu puasa sekitar 6
jam dan memberikan surat persetujuan tindakan (inform consent). Obat-obat aritmia harus
diberhentikan paling tidak empat kali waktu paruh (rata-rata 2-3 hari sebelumnya).
Akses (jalan masuk) kateter yang akan ditempatkan di dalam ruang jantung dapat
dimasukkan melalui vena femoralis, vena jugularis interna, vena subklavia, dan vena
basilika. Sering pula diperlukan akses melalui arteri femoralis dan pungsi septum interatrium
(transpetal punctureI) untuk mencapai atrium kiri.
Kateter selanjutnya ditempatkan di atrium kanan, apeks ventrikel kanan, berkat his dan sinus
koronarius. Kadang-kadang diperlukan penempatan kateter di ventrikel kiri, right ventricular
outflow tract (RVOT), dan vena pulmonalis untuk studi khusus seperti ablasi pada fibrilasi
atrium.
Langkah selanjutnya adalah melakukan perekaman sinyal listrik dalam jantung (dikenal
dengan elektrogram) dari masing-masing lokasi khusus dalam jantung (atrium kanan,
ventrikel kanan, berkat his dan sinus koronarius).
Secara umum ada empat protokol utama dalam pemeriksaan elektrofisiologi yaitu :
- Kateter Ablasi, Sebuah prosedur yang digunakan untuk mengatasi aritmia, dapat di kerjakan
selama EPS
- Angiografi Koroner. Pemeriksaan ini menggunakan zat kontras dan sinar X khusus yang
dapat menunjukkan struktur dari arteri koroner. Untuk membuat zat kontras masuk dalam
arteri koroner, dokter anda akan melakukan prosedur yang di sebut angiografi koroner.
Sebuah saluran tipis dan fleksibel yang disebut kateter di masukan kedalam pembuluh darah
pada lengan anda atau lipatan paha atau leher. Saluran tersebut di dorong menuju arteri
koroner anda dan zat kontras di lepaskan kedalam aliran darah. Sinar X khusus akan
merekam saat zat kontras mengalir ke dalam arteri koroner. Hal ini akan memperlihatkan
sumbatan pada arteri koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung.
Prognosis
Faktor-faktor aritmogenik
1. Hipoksia: miokardium yang kurang oksigen adalah miokardium yang tidak sehat. Kelainan
paru baik itu penyakit paru kronik berat atau emboli paru akut adalah pencetus utama aritmia
jantung.
2. Iskemia dan iritabilitas: infark miokardium merupakan keadaan yang umumnya
menyebabkan aritmia. Angina juga merupakan pencetus utama, bahkan tanpa perlu adanya
kematian sel miokardium akibat infark. Miokarditis, yaitu peradangan otot jantung yang sering
disebabkan oleh infeksi virus berulang dapat mencetuskan aritmia.
3. Stimulasi simpatis: tonus simpatis yang meningkat karena hipertiroidisme, gagal jantung
kongestif, gugup, olahraga, dll dapat mencetuskan aritmia.
4. Drugs (obat-obatan): banyak obat yang dapat menyebabkan aritmia. Bahkan obat-obatan
antiaritmia sendiri seperti kuinidin turut menjadi penyebab aritmia.
6. Bradikardia: frekuensi jantung yang sangan lambat tampaknya cenderung berubah menjadi
aritmia.
7. Strecth (regangan): pembesaran dan hipertropi atrium dan ventrikel dapat mencetuskan
aritmia.
8. Kelainan struktur sistem konduksi: penderita yang memiliki fetal despersi di AV node dan
fasciculo ventricular connection atau yanmemiliki jalur tambahan seperti pada sindrom wollf-
parkinson-White sangat mudah mengalami aritmia melalui mekanisme preeksitasi
9. Interval QT yang memanjang: pada penderita penyakit jantung koroner, kelainan struktur
jantung atau gangguan elektrolit yang disertai interval QT memanjang akan lebih sering terjadi
aritmia dibandingkan dengan individu normal.
ANALISIS SKENARIO