LAPORAN PENDAHULUAN
I. TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Aritmia adalah kelainan jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau
keduanya. Dan merupakan gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
(Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, 2012)
Aritmia adalah irama detak jantung yang tidak teratur. Aritmia sering menjadi tanda gejala
keracunan organofluor. (Pestisida dan Aplikasinya, 2009)
Aritmia adalah kelainan elektrofisiolofi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan
sistem konduksi jantung serta gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls. (Sudden
Death Due to Cardiac Arrhythmias, 2009)
B. Etiologi
Aritmia atau gangguan irama jantung terjadi akibat gangguan penghantaran impuls listrik di
jantung. Listrik ini adalah pemicu agar setiap sel-sel di jantung dapat berkontraksi. Gangguan
impuls listrik dapat terjadi akibat:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang
memimpin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat
juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a.
Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu
lebih besar.
b.
Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.
Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gangguan
konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
1.
Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
2.
Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang
dicerna.
b.
Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam,
hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
E. Klasifikasi
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls
1) Gangguan pembentukan impuls pada nodus sinoatrial dapat berupa :
a. Takikardia sinus
Meningkatnya aktivitas nodus sinus. Frekuensi : 100 sampai 150 denyut per menit,
irama : reguler dan semua gelombang sama. Semua aspek takikardia sinus sama
dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya. Begitu frekuensi jantung
meningkat, maka waktu pengisian diastolik menurun, mengakibatkan penurunan
curah jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila
frekuensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan
menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya diarahkan untuk menghilangkan penyebabnya.
Propranolol dapat dipakai untuk menurunkan frekuensi jantung secara cepat.
Propranolol menyekat efek serat adrenergik, sehingga memperlambat frekuensi.
rendah. Ini juga terjadi setelah peningkatan tonus vagal (misalnya digitalis, morfin)
d. Henti sinus
Frekuensi : biasanya kurang dari 60 kali per menit, irama : teratur, kecuali pada
grafik yang hilang.
e. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial) :
Ekstrasistolik atrial
Ekstrasisrolik atrial atau dengan nama lain kontraksi prematur dari atrium
(premature atrium contraction / PAC). Penyebab : iritabilitas otot atrium karena
kafein, alcohol, nikotin, miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif,
stress atau kecemasan, hipokalemia, cedera, infark, keadaaan hipermetabolik.
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit, irama : reguler.
Kontraksi atrium premature sering terlihat pada jantung normal. Pasien biasanya
mengatakan berdebar-debar. Berkurangnya denyut nadi (perbedaan antara frekwensi
denyut nadi dan denyut apeksi) bisa terjadi. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk
mengatasi penyebabnya.
f. Takiakardia atrial
Ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan
oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alcohol.
Takikardia atrium paroksimal biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung
organic. Frekwensi yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan
pengisian arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal
jantung. Dapat dicetuskan oleh : emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan
simpatomimetik atau alkohol. Takikardi atrium paroksimal biasanya tidak
berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekuensi yang sangat tinggi dapat
menyebabkan angina akibat penurunan pengisian arteri koroner. Curah jantung
akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung. Frekuensi : 150 sampai 250 denyut
per menit. Irama : reguler.Penanganan diarahkan untuk menghilangkan penyebab
dan menurunkan frekuensi jantung. Morfin dapat memperlambat frekwensi tanpa
penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan sinus karotis yang dilakukan pada satu sisi,
akan memperlambat atau menghentikan serangan dan biasanya lebih efektif setelah
pemberian digitalis atau vasopresor, yang dapat menekan frekuensi jantung.
Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan
meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekwensi jantung.
Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat dicoba bila
digitalis tidak berhasil. Quinidin mungkin efektif, atau penyekat kalsium verapamil
dapat digunakan. Kardioversion mungkin diperlukan bila pasien tak dapat
mentoleransi meningkatnya frekwensi jantung.
g. Gelepar atrial (atrial flutter)
Terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat
impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Karakter penting pada disritmia ini
adalah terjadinya penyekat tetapi terhadap nodus AV, yang mencegah penghantaran
beberapa impuls. Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut
per menit. Irama : reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya. Quinidin
juga dapat diberikan untuk menekan tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis
bersama dengan quinidin biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus.
Terapi medis lain yang berguna adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta
adrenergic.
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi
listrik.
h. Fibrilasi atrial
Fibrilasi atrial (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik,
penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau
penyakit jantung congenital. Fibrilasi atrial bisa timbul dari fokus ektopik ganda
dan atau daerah re-entri multiple. Aktivitas atrium sangat cepat, sindrom sinus
sakit. Frekuensi : frekuensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons
ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit. Irama : ireguler dan
biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh
perbedaan hantaran pada nodus AV. Pemacu kelana atrial (denyut liar dari atria /
atrial escape)
2) Gangguan pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung) :
Ekstrasistolik
penghubung AV
Takikardia penghubung AV
Denyut
liar penghubung AV
impuls yang disebut blok. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya aliran impuls
yang sampai ke bagian miokardium yang seharusnya menerima impuls untuk dimulainya
kontraksi. Blok ini dapat terjadi pada setiap bagian sistem konduksi impuls, mulai dari
nodus sino-atrial (SA), nodus atrioatrial (AV), jaras His dan cabang-cabangnya sampai pada
serabut pada serabut Purkinje dalam miokardium.
Gangguan penghantaran impuls tersebut meliputi :
a.
Blok sino-atrial
b.
Blok atrio-ventrikular
c.
Blok intraventrikular
Yang terutama perlu diperhatikan ialah blok arah-arus, yaitu blok yang terjadi pada
perjalanan impuls dari simpul sinus hingga serabut Purkinje. Di samping itu, yang sering
menyebabkan masalah klinis ialah blok di daerah sino-atrial dan terutama blo di daerah
atrio-ventrikular, sedangkan blok intraventrikular biasanya tidak menyebabkan gangguan
irama jantung secara langsung.
a. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan.
b. Ansietas, lelah serta gangguan aktifitas, palpitasi (sensasi detak jantung yang cepat / tidak
menentu), vertigo, hipoperfusi.
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama jantung adalah sinkop
(pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan lain-lain. Namun komplikasi yang paling
buruk adalah mati mendadak dan terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan
stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.
Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi seperti:
1.
Stroke. Ketika jantung Anda, tidak dapat memompa darah secara efektif, yang dapat
menyebabkan
darah
melambat. Hal
ini
dapat
menyebabkan
gumpalan
darah
terbentuk. Jika bekuan darah terbawa, dapat melakukan perjalanan ke dan menghalangi
arteri otak, menyebabkan stroke. Ini dapat merusak sebagian otak Anda atau
menyebabkan kematian. Bagi orang yang memiliki fibrilasi atrium dapat membantu
mencegah penggumpalan darah, yang dapat menyebabkan stroke.
2.
Gagal jantung. Hal ini dapat terjadi jika jantung Anda memompa tidak efektif dalam
waktu lama karena bradikardi atau takikardi, seperti atrial fibrilasi. Kadang-kadang,
mengontrol laju aritmia yang menyebabkan gagal jantung, dapat meningkatkan fungsi
jantung. (Gagal jantung: gagal jantung hasil dalam ketidakmampuan jantung untuk
pompa efisien dan konsisten, menyebabkan kelebihan cairan untuk mengumpulkan di
kaki dan paru-paru).
3.
4.
Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yang
sangat membutuhkan suplai darah.
5.
Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga
menyebabkan kematian mendadak.
G. Penatalaksanaan
Terapi yang paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker.
Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.
Terapi Mekanis
1.
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan aritmia.
Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun memiliki efek
samping. Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi
terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik
jantung).
2.
3.
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang
terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard
sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai
pacemaker.
4.
Defibrilator kardioverter implantabel adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takiakrdia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
5.
Terapi pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi
memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan
hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.
6.
Pembedahan hantaran jantung. Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons
terhadap pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan
metode selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, reseksi
endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.
2.
Olahraga teratur
3.
Istirahat cukup
4.
Hindari merokok
5.
6.
H. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis aritmia, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti:
1.
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
aritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.
Monitor Holter
dimana aritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antiaritmia.
3.
Foto dada
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
5.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
aritmia.
6.
7.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8.
Pemeriksaan tiroid
peningkatan
atau
penururnan
kadar
tiroid
serum
dapat
menyebabkan.meningkatkan aritmia.
9.
II.
I.
b.
c.
1. Primary survey
Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara nafas : krekels ?
Breathing
Adakah distress pernafasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
Apakah ada bunyi whezing ?
Circulation
Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran
Apakah ada takikardi ?
Apakah ada takipnoe ?
Disability : isikan kondisi disability pasien saat datang meliputi apakah ada fraktur,
paralisis, dislokasi dan pengkajian GCS
2. Secondary Survey
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, sianosis.
Kesadaran : biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius. Dan
pasien bisa hilang kesadaran (sinkop/pingsan)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i
Rambut
Biasanya kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Wajah
Biasanya tidak ada luka atau pun bekas jahitan.
Mata
Biasanya simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga
Biasanya simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik.
Hidung
Biasanya simetris kanan kiri, tidak terdapat polip, memakai oksigen.
Mulut
Biasanya warna pucat dengan sianosis bibir, tidak terdapat stomatitis, lidah putih.
Leher
Biasanya ada pembesaran pada kelenjar thyroid, ada gangguan fungsi menelan,
distensi vena jugularis.
Kulit
Biasanya berkeringat dingin, pucat, sianosis, edema, akral dingin, CRT lebih dari 3
detik.
Dada dan Thorax
Inspeksi
: Biasanya menggunakan otot bantu pernapasan, gerakan pernapasan
masih simetris
Palpasi
: Taktil fremitus biasanya normal, ada sensasi nyeri di daerah dada.
Perkusi
: Biasanya suara dada bunyi resonan/sonor atau sedikit redup karena ada
sputum yang berlebihan.
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi).
Jantung
Inspeksi
: Biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Biasanya batas jantung tidak mengalami pergeseran, ictus cordis
teraba.
i.
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstermitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada tanda-tanda
inflamasi.
j.
Genetalia
Biasanya tidak ada gangguan fungsi dan tidak terpasang kateter.
Pathway
1.
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.
2.
3.
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran oksigen ke serebral.
4.
5.
6.
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
krisis, ancaman atau perubahan kesehatan.
7.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, sifat dasar penyakit dan metode untuk menghindari
komplikasi serta kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
2.
3.
Nadi 80x/menit
4.
5.
6.
Intervensi :
1.
2.
Periksa keadaan klien dengan mengauskultasi nadi, apeks : kaji frekuensi, irama jantung.
Rasional : Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk mengkompensasi
atrial
paroksismal,
dorsalis pedis, dan post-tibial, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
gangguan pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah)
4.
untuk
dipalpasi,
dan
mungkin ada.
natrium, output urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi
dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah
tidur.
5.
curah jantung.
6.
Berikan istirahat semi fowler pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai
indikasi.
Rasional : Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau
refraktori
oksigen
TD
dan
Batasi aktivitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur. Hindari manuver valsava :
mengejan, defekasi, menahan napas selama perubahan posisi.
Rasional : Pispot digunakan untuk menurunkan aktivitas ke kamar mandi atau kerja
keras
menggunakan bedpan. Manuver valsava menyebabkan rangsang vagal diikuti dengan takikardia yang
melewati
efek
hipoksia/iskemia.
10. Kolaborasi untuk pemberian obat : antiaritmia.
Rasional : Menghambat perangsangan adrenergik dan jantung, menekan eksitabilitas, dan
kontraktilitas dari miokardium.
11. Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi hindari cairan garam.
Rasional : Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri klien tidak dapt menoleransi
peningkatan beban awal, klien juga mengeluarkan sedikit natrium, yang menyebabkan retensi cairan
dan meningkatkan kerja miokard.
12. Pantau gambaran EKG.
Rasional : EKG merupakan indikator utama terhadap perubahan konduksi elektrikal
jantung.
2.
3.
4.
Intervensi :
1.
Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri
bila memungkinkan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipertensi
juga
merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri, cemas, dan pengeluaran katekolamin.
2.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Rasional : Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
3.
Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan
penurunan elektrolit.
4.
ditemukan
adanya
tanda kongesti.
5.
sehingga perlu
7.
Diagnosa 3
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran oksigen ke serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatn 224 jam klien diharapkan menunjukan perfusi
jaringan yang efektif, kebutuhan darah dan oksigen di otak terpenuhi.
Kriteria hasil:
1.
TTV stabil
2.
Intervensi:
1.
2.
blood flow.
3.
4.
5.
Rasional : Kerusakan saraf kranial ketiga atau saraf oculomotorini menyebabkan ukuran
tidak sama, disebabkan oleh DM, obat-obatan, virus, kafein, zat kimia
tertentu.
pupil