Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME

KLIEN DENGAN ARITMIA


DI RUANG IGDNT RSUP PROF DR Dr R. D KANDOU MANADO

DISUSUN OLEH KELOMPOK II B :


REZA P RAMADI
TRISNAWATI P SAMPER
TIRSA KALOA
YOANA KASIM
RAUDAH MALAGAPI
YULIKE MANGENDAI
IIN FITAH CAMALIA
FRINDI MAKI
HALIL DASFORDATE
FERA BAWORDI
INDRIANI KALOH
YOSEPHINA BUTU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2016

LAPORAN PENDAHULUAN
I. TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Aritmia adalah kelainan jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau
keduanya. Dan merupakan gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
(Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, 2012)
Aritmia adalah irama detak jantung yang tidak teratur. Aritmia sering menjadi tanda gejala
keracunan organofluor. (Pestisida dan Aplikasinya, 2009)
Aritmia adalah kelainan elektrofisiolofi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan
sistem konduksi jantung serta gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls. (Sudden
Death Due to Cardiac Arrhythmias, 2009)
B. Etiologi
Aritmia atau gangguan irama jantung terjadi akibat gangguan penghantaran impuls listrik di
jantung. Listrik ini adalah pemicu agar setiap sel-sel di jantung dapat berkontraksi. Gangguan
impuls listrik dapat terjadi akibat:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Peradangan jantung misalnya demam rematik, peradang miokard.


Gangguan sirkulasi koroner misalnya, ischemia miokard.
Karena obat (intoksikasi) seperti quinidin dan obat-obat aritmia lainnya.
Gangguan keseimbangan elektrolit.
Gangguan psikoneurotik.
Gangguan metabolik.
Gangguan kardiomiopati atau tumor jantung.
Gangguan endokrin.
Penyakit degeneratif.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena serangan aritmia jantung :


1. Penyakit arteri koroner.
2. Hipertensi.
3. Jantung bawaan.
4. Masalah pada tiroid.
5. Obat dan suplement.
6. Obesitas.
7. Diabetes.
8. Gangguan nafas saat tidur.
9. Ketidakseimbangan elektrolit.

10. Terlalu banyak minum alkohol.


11. Konsumsi kafein atau nikotin.
Kondisi-kondisi tersebut akan mengganggu aktivitas listrik jantung dan sebagai akibatnya
irama jantung juga terganggu.
C. Tanda dan Gejala
Aritmia yang ringan mumnya tidak menimbulkan gejala. Namun beberapa pasien dapat
mengeluhkan gejala berikut:
1. Merasa berdebar-debar;
2. Lemas;
3. Berkeringat dingin;
4. Pandangan gelap;
5. Pingsan;
6. Sulit tidur;
7. Nadi teraba tidak beraturan;
8. Nyeri dada;
9. Rasa pusing, keletihan, nafas yang lebih pendek dan mendadak kehilangan kesadaran.
Gejala di atas umumnya akan hilang sendiri dalam hitungan menit-jam, terutama bila pasien
beristirahat. Namun untuk mengetahui ada-tidaknya aritmia secara pasti diperlukan
pemeriksaan rekam jantung (EKG). Melalui rekam jantung, dapat dilihat aktivitas listrik
jantung serta jenis aritmia yang terjadi. Rekam jantung dilakukan saat pasien masih merasakan
gejala, bukan saat gejala sudah hilang.
D. Patofisiologi
Rangsangan jatung secara normal disalurkan dari sentrum impuls pacu nodus SA
(sinoatrial) melalui atrium, sistem hantaran atrioventrikular (AV), berkas serabut Purkinje, dan
otot ventrikel. Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit,
yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.

Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang
memimpin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat
juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a.

Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu
lebih besar.

b.

Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.

Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gangguan
konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
1.

Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.

2.

Debar ektopik dan irama ektopik:


a.

Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang
dicerna.

b.

Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam,
hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.

E. Klasifikasi
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls
1) Gangguan pembentukan impuls pada nodus sinoatrial dapat berupa :
a. Takikardia sinus
Meningkatnya aktivitas nodus sinus. Frekuensi : 100 sampai 150 denyut per menit,
irama : reguler dan semua gelombang sama. Semua aspek takikardia sinus sama
dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya. Begitu frekuensi jantung
meningkat, maka waktu pengisian diastolik menurun, mengakibatkan penurunan
curah jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila
frekuensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan
menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya diarahkan untuk menghilangkan penyebabnya.
Propranolol dapat dipakai untuk menurunkan frekuensi jantung secara cepat.
Propranolol menyekat efek serat adrenergik, sehingga memperlambat frekuensi.

Takiakardiasinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh : demam, kehilangan


darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan
hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
b. Bradikardia sinus
Penurunan laju depolarisasi atrium. Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit,
irama: reguler. Bradikardi sinus bisa disebabkan oleh :
Stimulasi vagal,
Intoksikasi digitalis,
Peningkatan tekanan intrakanial,
Infark miokard (IM)
Olahragawan berat,
Orang yang sangat kesakitan,
Orang yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa),
Pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison),
Pada anoreksia nervosa, pada hipotermia,
Setelah kerusakan bedah nodus SA.
Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali
frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan perubahan
hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan), angina,
atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk meningkatkan
frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan oleh stimulasi vagal
(stimulasi saraf vagul) seperti jongkok saat buang air besar atau buang air kecil,
penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih lanjut. Bila
pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis harus dihentikan. Obat pilihan
untuk menangani bradikardia adalah atropine. Atropine akan menghambat stimulasi
vagal, sehingga memungkinkan untuk terjadinya frekuensi normal.
c. Aritmia sinus
Aritmia ini terjadi karena ketidakteraturan pada muatan nodus sinus, sering kali
berhubungan dengan fase dari siklus pernapasan. Frekuensi : biasanya antara 60100 kali per menit, irama : tidak teratur. Aritmia sinus merupakan fenomena
normal, khususnya terlihat pada orang muda dengan frekuensi jantung yang lebih

rendah. Ini juga terjadi setelah peningkatan tonus vagal (misalnya digitalis, morfin)
d. Henti sinus
Frekuensi : biasanya kurang dari 60 kali per menit, irama : teratur, kecuali pada
grafik yang hilang.
e. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial) :

Ekstrasistolik atrial

Ekstrasisrolik atrial atau dengan nama lain kontraksi prematur dari atrium
(premature atrium contraction / PAC). Penyebab : iritabilitas otot atrium karena
kafein, alcohol, nikotin, miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif,
stress atau kecemasan, hipokalemia, cedera, infark, keadaaan hipermetabolik.
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit, irama : reguler.
Kontraksi atrium premature sering terlihat pada jantung normal. Pasien biasanya
mengatakan berdebar-debar. Berkurangnya denyut nadi (perbedaan antara frekwensi
denyut nadi dan denyut apeksi) bisa terjadi. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk
mengatasi penyebabnya.
f. Takiakardia atrial
Ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan
oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alcohol.
Takikardia atrium paroksimal biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung
organic. Frekwensi yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan
pengisian arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal
jantung. Dapat dicetuskan oleh : emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan
simpatomimetik atau alkohol. Takikardi atrium paroksimal biasanya tidak
berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekuensi yang sangat tinggi dapat
menyebabkan angina akibat penurunan pengisian arteri koroner. Curah jantung
akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung. Frekuensi : 150 sampai 250 denyut
per menit. Irama : reguler.Penanganan diarahkan untuk menghilangkan penyebab
dan menurunkan frekuensi jantung. Morfin dapat memperlambat frekwensi tanpa
penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan sinus karotis yang dilakukan pada satu sisi,

akan memperlambat atau menghentikan serangan dan biasanya lebih efektif setelah
pemberian digitalis atau vasopresor, yang dapat menekan frekuensi jantung.
Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan
meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekwensi jantung.
Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat dicoba bila
digitalis tidak berhasil. Quinidin mungkin efektif, atau penyekat kalsium verapamil
dapat digunakan. Kardioversion mungkin diperlukan bila pasien tak dapat
mentoleransi meningkatnya frekwensi jantung.
g. Gelepar atrial (atrial flutter)
Terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat
impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Karakter penting pada disritmia ini
adalah terjadinya penyekat tetapi terhadap nodus AV, yang mencegah penghantaran
beberapa impuls. Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut
per menit. Irama : reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya. Quinidin
juga dapat diberikan untuk menekan tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis
bersama dengan quinidin biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus.
Terapi medis lain yang berguna adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta
adrenergic.
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi
listrik.
h. Fibrilasi atrial
Fibrilasi atrial (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik,
penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau
penyakit jantung congenital. Fibrilasi atrial bisa timbul dari fokus ektopik ganda
dan atau daerah re-entri multiple. Aktivitas atrium sangat cepat, sindrom sinus
sakit. Frekuensi : frekuensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons
ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit. Irama : ireguler dan
biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh

perbedaan hantaran pada nodus AV. Pemacu kelana atrial (denyut liar dari atria /
atrial escape)
2) Gangguan pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung) :
Ekstrasistolik

penghubung AV

Takikardia penghubung AV
Denyut

liar penghubung AV

3) Gangguan pembentukan impuls di ventrikel (aritmia ventrikular) :


a. Ekstrasistolik ventricular Adalah suatu kompleks ventrikel prematur timbul
secara dini disalah satu ventrikel akibat cetusan dini dari suatu fokus yang
otomatis atau melalui mekanisme reentri. Tidak perlu diobati jika
jarang,timbul pada pasien,tanpa/tidak dicurigai kelainan jantung organik.
Perlu pengobatan bila terjadi pada keadaan iskemia miokard akut, bigemini,
trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel.
b. Takikardia ventricular Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas
miokard, seperti PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit
arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel
sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien
biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
Frekueensi : 150 sampai 200 denyut per menit. Irama : biasanya regular,
tetapi dapat juga terjadi takiakrdia ventrikel ireguler. Terapi yang akan
diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien bertoleransi terhadap
irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas miokard harus dicari dan dikoreksi
segera. Obat antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila
terdapat tanda-tanda penurunan curah jantung.
c. Gelepar ventrikular (ventrikular flutter)
2) Gangguan penghantaran impuls`
Kelainan irama jantung dapat disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran

impuls yang disebut blok. Hambatan tersebut mengakibatkan tidak adanya aliran impuls
yang sampai ke bagian miokardium yang seharusnya menerima impuls untuk dimulainya
kontraksi. Blok ini dapat terjadi pada setiap bagian sistem konduksi impuls, mulai dari
nodus sino-atrial (SA), nodus atrioatrial (AV), jaras His dan cabang-cabangnya sampai pada
serabut pada serabut Purkinje dalam miokardium.
Gangguan penghantaran impuls tersebut meliputi :
a.

Blok sino-atrial

b.

Blok atrio-ventrikular

c.

Blok intraventrikular

Yang terutama perlu diperhatikan ialah blok arah-arus, yaitu blok yang terjadi pada
perjalanan impuls dari simpul sinus hingga serabut Purkinje. Di samping itu, yang sering
menyebabkan masalah klinis ialah blok di daerah sino-atrial dan terutama blo di daerah
atrio-ventrikular, sedangkan blok intraventrikular biasanya tidak menyebabkan gangguan
irama jantung secara langsung.
a. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan.
b. Ansietas, lelah serta gangguan aktifitas, palpitasi (sensasi detak jantung yang cepat / tidak
menentu), vertigo, hipoperfusi.
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama jantung adalah sinkop
(pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan lain-lain. Namun komplikasi yang paling
buruk adalah mati mendadak dan terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan
stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.
Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi seperti:
1.

Stroke. Ketika jantung Anda, tidak dapat memompa darah secara efektif, yang dapat
menyebabkan

darah

melambat. Hal

ini

dapat

menyebabkan

gumpalan

darah

terbentuk. Jika bekuan darah terbawa, dapat melakukan perjalanan ke dan menghalangi

arteri otak, menyebabkan stroke. Ini dapat merusak sebagian otak Anda atau
menyebabkan kematian. Bagi orang yang memiliki fibrilasi atrium dapat membantu
mencegah penggumpalan darah, yang dapat menyebabkan stroke.
2.

Gagal jantung. Hal ini dapat terjadi jika jantung Anda memompa tidak efektif dalam
waktu lama karena bradikardi atau takikardi, seperti atrial fibrilasi. Kadang-kadang,
mengontrol laju aritmia yang menyebabkan gagal jantung, dapat meningkatkan fungsi
jantung. (Gagal jantung: gagal jantung hasil dalam ketidakmampuan jantung untuk
pompa efisien dan konsisten, menyebabkan kelebihan cairan untuk mengumpulkan di
kaki dan paru-paru).

3.

Tanpa perawatan medis yang segera, takikardia ventrikel berkelanjutan seringkali


memburuk menjadi fibrilasi ventrikel.

4.

Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yang
sangat membutuhkan suplai darah.

5.

Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga
menyebabkan kematian mendadak.

G. Penatalaksanaan
Terapi yang paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker.
Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.
Terapi Mekanis
1.

Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan aritmia.
Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun memiliki efek
samping. Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi
terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik
jantung).

2.

Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang


memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.

3.

Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang
terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard
sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai

pacemaker.
4.

Defibrilator kardioverter implantabel adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takiakrdia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.

5.

Terapi pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi
memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan
hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.

6.

Pembedahan hantaran jantung. Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons
terhadap pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan
metode selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, reseksi
endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.

Terapi Non Farmakologi


1.

Menghentikan konsumsi alkohol

2.

Olahraga teratur

3.

Istirahat cukup

4.

Hindari merokok

5.

Hindari garam dan makanan kolesterol

6.

Perubahan gaya hidup

H. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis aritmia, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti:
1.

EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
aritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

2.

Monitor Holter

: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan

dimana aritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antiaritmia.
3.

Foto dada

: Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan

disfungsi ventrikel atau katup


4.

Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang

dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
5.

Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
aritmia.

6.

Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat


mnenyebabkan aritmia.

7.

Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

8.

Pemeriksaan tiroid

peningkatan

atau

penururnan

kadar

tiroid

serum

dapat

menyebabkan.meningkatkan aritmia.
9.

Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh


endokarditis sebagai faktor pencetus aritmia.

10. GDA/nadi oksimetri

II.
I.

: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi aritmia.

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Data Pasien
1. Nama : Isi nama pasien dengan inisial
2. No rekam medik : isi dengan nomor rekam medik pasien
3. Jenis kelamin : coret yang tidak perlu
4. Tanggal lahir : Isi tanggal lahir pasien dengan format tanggal / bulan / tahun

5. Umur : Lalu isikan perhitungan umur pasien berdasarkan tanggal lahir.


Keluhan utama
Riwayat Kesehatan
a.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya pasien mengeluh merasa berdebar-debar, lemas, demam, berkeringat dingin,
pandangan gelap, sinkop, sulit tidur, nyeri dada, pusing, keletihan, nafas yang lebih
pendek, sianosis.

b.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu biasanya klien mengeluh pernah mengalami
jantung bawaan, hipertensi, diabetes, terlalu banyak konsumsi alkohol, kafein, dan
nikotin.

c.

Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Primary survey

Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara nafas : krekels ?

Breathing
Adakah distress pernafasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
Apakah ada bunyi whezing ?

Circulation
Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran
Apakah ada takikardi ?
Apakah ada takipnoe ?

Apakah haluaran urin menurun


Apakah terjadi penurunan TD ?
Bagaimana kapilery refill ?
Apakah ada sianosis ?

Disability : isikan kondisi disability pasien saat datang meliputi apakah ada fraktur,
paralisis, dislokasi dan pengkajian GCS

2. Secondary Survey
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, sianosis.
Kesadaran : biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang serius. Dan
pasien bisa hilang kesadaran (sinkop/pingsan)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i

Rambut
Biasanya kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Wajah
Biasanya tidak ada luka atau pun bekas jahitan.
Mata
Biasanya simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga
Biasanya simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik.
Hidung
Biasanya simetris kanan kiri, tidak terdapat polip, memakai oksigen.
Mulut
Biasanya warna pucat dengan sianosis bibir, tidak terdapat stomatitis, lidah putih.
Leher
Biasanya ada pembesaran pada kelenjar thyroid, ada gangguan fungsi menelan,
distensi vena jugularis.
Kulit
Biasanya berkeringat dingin, pucat, sianosis, edema, akral dingin, CRT lebih dari 3
detik.
Dada dan Thorax
Inspeksi
: Biasanya menggunakan otot bantu pernapasan, gerakan pernapasan
masih simetris
Palpasi
: Taktil fremitus biasanya normal, ada sensasi nyeri di daerah dada.
Perkusi
: Biasanya suara dada bunyi resonan/sonor atau sedikit redup karena ada
sputum yang berlebihan.
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi).
Jantung
Inspeksi
: Biasanya ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Biasanya batas jantung tidak mengalami pergeseran, ictus cordis
teraba.

i.

Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstermitas

: Biasanya bunyi jantung redup atau pekak.


: Biasanya ada suara tambahan khususnya di S3 dan S4.
: Biasanya bentuk simetris, tidak ada asites.
: Biasanya terjadi peningkatan bunyi peristaltik usus.
: Biasanya tidak ada nyeri tekan atau yang lain.
: Biasanya bunyi tympani

Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada tanda-tanda
inflamasi.
j.

Genetalia
Biasanya tidak ada gangguan fungsi dan tidak terpasang kateter.

Pathway

II. Diagnosa Keperawatan

1.

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.

2.

Penurunan perfusi perifer yang berhubungan menurunnya curah jantung.

3.

Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran oksigen ke serebral.

4.

Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke


jaringan.

5.

Nyeri dada berhubungan dengan iskemia jaringan, inflamasi jaringan.

6.

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
krisis, ancaman atau perubahan kesehatan.

7.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, sifat dasar penyakit dan metode untuk menghindari
komplikasi serta kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

III. Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital
dalam batas yang dapat diterima (aritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
(misalnya parameter hemodinamik dalam batas normal, output urine adekuat).
Kriteria hasil :
1.

Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea

2.

Tekanan darah dalam batas normal

3.

Nadi 80x/menit

4.

Tidak terjadi aritmia

5.

Denyut jantung dan irama jantung teratur

6.

CRT kurang dari 3 detik

Intervensi :
1.

Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung.


Rasional : Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan infark miokardium
yang lebih dari 24 jam pertama.

2.

Periksa keadaan klien dengan mengauskultasi nadi, apeks : kaji frekuensi, irama jantung.
Rasional : Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk mengkompensasi

penurunan kontraktilitas ventrikel, kontraksi prematur dari atrial, takikardia


kontraksi prematur dari ventrikel, dan fibrilasi atrial

atrial

paroksismal,

aritmia umum berkenaan dengan gagal jantung

kongestif meskipun lainnya juga terjadi.


3.

Palpasi nadi perifer.


Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi, radial, popliteal,

dorsalis pedis, dan post-tibial, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
gangguan pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah)
4.

untuk

dipalpasi,

dan

mungkin ada.

Pantau output urine, catat output dan kepekatan/konsentrasi urine.


Rasional : Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan

natrium, output urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi
dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah

kembali masuk ke sirkulasi bila klien

tidur.
5.

Kaji perubahan pada sensorik, contoh letargi, cemas, dan depresi.


Rasional : Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral akibat sekunder dari penurunan

curah jantung.
6.

Berikan istirahat semi fowler pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai
indikasi.
Rasional : Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau

refraktori

untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/konsumsi

oksigen

miokardium dan kerja berlebihan.


7.

Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan dengan tenang : menjelaskan manajemen


medis/keperawatan : membantu klien menghindari stress, mendengar/berespons terhadap ekspresi
perasaan takut.
Rasional : Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkaitdan meningkatkan

TD

dan

meningkatkan frekuensi/kerja jantung.


8.

Batasi aktivitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur. Hindari manuver valsava :
mengejan, defekasi, menahan napas selama perubahan posisi.
Rasional : Pispot digunakan untuk menurunkan aktivitas ke kamar mandi atau kerja

keras

menggunakan bedpan. Manuver valsava menyebabkan rangsang vagal diikuti dengan takikardia yang

selanjutnya berpengaruh pada fungsi jantung/curah jantung.


9.

Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai dengan indikasi.


Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium dalam

melewati

efek

hipoksia/iskemia.
10. Kolaborasi untuk pemberian obat : antiaritmia.
Rasional : Menghambat perangsangan adrenergik dan jantung, menekan eksitabilitas, dan
kontraktilitas dari miokardium.
11. Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi hindari cairan garam.
Rasional : Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri klien tidak dapt menoleransi
peningkatan beban awal, klien juga mengeluarkan sedikit natrium, yang menyebabkan retensi cairan
dan meningkatkan kerja miokard.
12. Pantau gambaran EKG.
Rasional : EKG merupakan indikator utama terhadap perubahan konduksi elektrikal

jantung.

Adanya perubahan dapat dipantau dengan serial EKG.


Diagnosa 2
Penurunan perfusi perifer yang berhubungan menurunnya curah jantung.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam perfusi perifer meningkat.
Kriteria hasil :
1.

Klien tidak mengeluh pusing

2.

Tnda-tanda vital dalam batas normal

3.

CRT < 3 detik

4.

Urine > 600 ml/hari

Intervensi :
1.

Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri
bila memungkinkan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipertensi

juga

merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri, cemas, dan pengeluaran katekolamin.
2.

Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Rasional : Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.

3.

Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang sonde.

Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan
penurunan elektrolit.
4.

Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.


Rasional : Sebagai dampak gagal jantung kanan jika kondisinya berat akan

ditemukan

adanya

tanda kongesti.
5.

Pantau output urine.


Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine

dipantau. Produksi urine < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda


6.

sehingga perlu

terjadinya syok kardiogenik.

Pantau frekuensi jantung dan irama.


Rasional : Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi aritmia.

7.

Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi intake kafein.


Rasional : Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.

Diagnosa 3
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran oksigen ke serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatn 224 jam klien diharapkan menunjukan perfusi
jaringan yang efektif, kebutuhan darah dan oksigen di otak terpenuhi.
Kriteria hasil:
1.

TTV stabil

2.

Klien berkomunikasi dan berorientasi dengan baik.

Intervensi:
1.

Pantau tanda-tanda vital


Rasional : Tanda vital merupakan salah satu indikator keadaan umum dan sirkulasi pasien

2.

Posisikan pasien dengan posisi syok kaki diangkat 45 derajat


Rasional : Membantu memperbaiki venous return ke jantung dan selanjutnya meningkat cerebral

blood flow.
3.

Pantau tingkat kesadaran.


Rasional : Tingkat kesadaran juga dipengaruhi oleh perfusi oksigen ke otak.

4.

Berikan terapi O2 yang adekuat.


Rasional : mencegah hipoksia otak lebih berat

5.

Pantau kesimetrisan dan reaksi pupil

Rasional : Kerusakan saraf kranial ketiga atau saraf oculomotorini menyebabkan ukuran
tidak sama, disebabkan oleh DM, obat-obatan, virus, kafein, zat kimia

tertentu.

pupil

Anda mungkin juga menyukai