Elektrokardigram :
Angina pectoris tidak stabil : depresi segmen ST
dengan atau tanpa inverse gelombang T, kadang-
kadang elevasi segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak
dijumpai gelombang Q.
Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi
segmen ST, gelombang Q inverse gelombang T
Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST,
inverse gelombang T dalam.
Petanda Biokimia :
CK, CKMB, Troponin-T, dll
4. Diagnosis Diferensial : Enzim meningkat minimal 2 x nilai batas atas
normal.
EKG
Foto rontgen dada
2
Petanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin
T, dll, profil lipid, gula darah, ureum kreatinin.
Echocardiografi
Tes Treadmill (untuk stratifikasi setelah infark
miokard)
Angiografi koroner.
6. Tata Laksana : Tirah baring di ruang rawat intensif jantung ( ICCU)
Pasang infuse intravena dengan NaCl 0,9 % atau
dekstrosa 5 %
Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter/menit 2-3 jam,
dilanjutkan bila saturasi oksigen arteri rendah (< 90
%).
Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair.
Selanjutnya diet jantung.
Pasang monitor EKG secara kontinue.
Atasi nyeri dengan :
Nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena
titrasi (kontra indikasi bila TD sistolik < 90 %
mmHg). Bradikardia, < 50 kali/menit), takikardia.
Atau
Morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap
5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidine 25-
50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg intravena.
Antitrombotik
Aspirin (160-345 mg), bila alergi atau
intoleransi/tidak responsif diganti dengan tiklopidin
atau klopidogrel.
Trombolitik dengan streptokinase 1,5 juta U dalam 1
jam atau activator plasminogen jaringan (t-PA) bolus
15 mg, dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB (maksimal
50 mg)
Atau
Kardioversi elektrik synchronized dimulai dosis 50
J (anestesi sebelumnya).
5. 4.Bradiaritmia dan blok
Bradikardia sinus simtomatik (frekuensi jantung <
50 kali/menit disertai hipotensi, iskemia aritmia
ventrikel escape)
Asistol ventrikel
Blok AV simtomatik terjadi pada tingkat nodus AV
(derajat dua tipe 1 atau derajat tiga dengan ritme
escape kompleks sempit).
Tata laksana dengan sulfas atropine 0,5-2 mg
Isoprotenol 0,5-4 mg/menit bila tropin gagal
sementara menunggu pacu jantung sementara.
5. Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik
di Tata laksana sesuai standar pelayanan medis
mengenai kasus ini.
6 6. Perikarditis
Aspirin (160-325 mg/hari)
Indometasin, Ibuprofen
Kortikosteroid
6. Komplikasi mekanik
Ruptur muskulus papilaris. Rupture septum
ventrikel, rupture dinding ventrikel ditatalaksana
operasi
1. Angina pektoris tak stabil : payah jantung, syok
kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
2. Infark miokard akut ( dengan atau tanpa ST
elevasi) : gagal jantung, syok kardiogenik ,
rupture korda, ruptur hantaran , aritmia
gangguan , pembentukan rangsang, perikarditis,
sindrom dressier, emboli paru.
5
1. Nama Penyakit /Diagnosis : HEMATEMESIS MELENA
7
1. Nama Penyakit/Diagnosis : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK ( PPOK)
Asma bronchial
5. Pemeriksaan Penunjang : Bronkiektasis
Gagal jantung kongestif
Pneumonia
• Sprirometri
• Foto toraks
6. Tata Laksana : • Bila eksaserbasi akut :
◦ Analisa gas darh
◦ DPL
◦ Sputum gram, kultur MOR
Gagal nafas
Kor pulmonal
Septikemia
10
1. Nama Penyakit/Diagnosis : KEJANG DEMAM
2. Batasan dan Uraian : Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat
demam (suhu rectal diatas 38 oC) tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan
elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan
dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya, kejang demam terjadi pada 2-5 % anak
dengan umum berkisar antara 6 bulan sampai 5
tahun insiden tertinggi pada umum 18 bulan.
Kejang demam dibagi atas kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks, kejang
demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih
dari 15 menit atau berulang dalam 24 jam. Pada
kejang demam sederhana kejang bersifat umum
singkat dan hanya sekali dalam 24 jam.
Manifestasi klinis
Anamnesa
- Ada kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang,
suhu sebelum/saat kejang frekwensi, interval,
pasca kejang penyebab kejang diluar SSP.
- Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam
dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-
adik, orang tua).
- Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang
yang lainnya.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran suhu tubuh tanda rangsang meningeal,
tanda peningkatan tekanan intra kranial dan tanda
infeksi diluar SSP.
a.Profilaksisi intermiten
Antipiretik
Kejang demam terjadi akibat adanya demam,
maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah
demam meningkat. Pemberian obat panas
asetaminofen 10-15 mg/kg/hari setiap 4-6 jam
atau ibuprofen 5-10 mg/kg/hari tiap 4-6 jam.
Anti kejang
Diberikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam
saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kg/hari
setiap 8 jam bila demam diatas 38oC.
Dosis pemeliharaan
Fenitoin IV 5-7 mg/kg Fenobarbital IV/IM
diberikan 12 jam 10-20 mg/kg
kemudian
Angka berulang kejang demam adalah 30-40 %, sedangkan resiko menjadi epilepsi
antara 2-4 % . Bila didapatkan empat atau lebih faktor resiko –resiko berulangnya adalah
80 % bila tidak ada resiko berulangnya 10-15 %
14
1. Nama Penyakit/Diagnosis : KETO ASIDOSIS DIABETIKUM
Diagnosis klinis :
- Keluhan poliuri polidipsi
- Riwayat berhenti menyuntik insulin
- Demam / infeksi
- Muntah
- Nyeri perut
- Kesadaran : compos mentis, delirium, koma
- Pernafasan cepat dan dalam (kussmaul)
- Dehidrasi (turgor kulit ↓, lidah dan bibir kering)
Dapat disertai syok hipovolemik
Pemantauan
- Gula darah tiap jam
- Natrium, kalium, clorida tiap 6 jam selama 24 jam
selanjutnya sesuai keadaan
- AGD bila PH < 7 saat masuk diperiksa tiap 6
jam s/d PH > 7,1 selanjutnya setiap hari sampai
stabil.
Pemeriksaan lain :
- Kultur darah
- Kultur urin
- Kultur pus
6. Tata Laksana :
Akses IV 2 jalur, salah satunya dicabang 2 way
1. Cairan
- NaCl 0,9 % diberikan + 1-2 liter pada 1 jam
pertama lalu + 1 liter pada jam kedua lalu + 0,5
liter pada jam ketiga dan keempat dan 0,25 liter
pada jam kelima dan keenam, selanjutnya
sesuai kebutuhan.
- Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam
sekitar 5 L , jika Na > 155 mEq/l ganti cairan
dengan NaCl 0,45 % , Jika GD < 200 mg/dl
ganti cairan dengan dextrose 5 %
3. Kalium
- Kalium ( Kcl) drip dimulai bersamaan dengan
drip RI dengan dosis 50 mg/6 jam syarat tidak
ada gagal ginjal, tidak ditemukan gelombang T
16
yang lancip dan tinggi pada EKG dan jumlah
urine cukup adekuat
- Bila kadar K pada pemeriksaan elektrolit kedua :
< 3,5 drip Kcl 75 meq/6 jam
3,0 - 4,5 drip Kcl 50 meq/6 jam
4,5 - 6,0 drip Kcl 25 meq/6 jam
> 6,0 drip di stop
- Bila sudah sadar diberikan K oral selama
seminggu
4. Bicarbonat
Drip 100 meq bila pH < 7,0 disertai Kcl 26 meq
drip
80 meq bila pH 7,0 – 7,1 disertai Kcl 13 meq drip
Juga diberikan pada asidosis laktat dan
hiperkalemia yang mengancam
- Syok hipovolemik
- Edema paru
- Hipertrigliseridemia
- Infark miokard akut
- Hipoglikemia
- Hipokalemia
- Edema otak
- Hipokalsemia
17
1. Nama Penyakit /Diagnosis : GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK
(STROKE)
Perlu
11. Standard Tenaga :
12. Lama Perawatan : Dokter umum bila tak ada dokter spesialis
A. Saraf Pusat
a. Trauma kapitis - ICD 850-854 Intracranial Injury
( Kepala )
1. Komosio Serebri : Concussion
ICD 850-854
2. Kontusio Srebri : Cerebral Laceration and Contusion
ICD 851
3. Edema Serebri : Intracanial injury
Taumatika
ICD 854 : Subarachnoid, subdural and extradural
4. Perdarahan Epidura haemorrhage, following injury.
ICD 852
800.3
2. Kontusio Medulla
Spinalis
ICD 907.2 : Fracture of vertebral columns with spinal cord lesion
B. Saraf Perifer :
1. Avulsi Radiks ICD 907.3 : Late effect of injury to peripheral nerve of shoulder
2. Lesi Pleksus girdle and upper limb
: Late effect of injury to peripheral nerve of pelvic
3. Lesi Saraf Perifer girdle and lower limb
ICD 907.4
20
907.
2. Kriteria Diagnosis
A. Anamnesis/dilihat sendiri a. Trauma kapitis (kepala) :
- Pingsan, muntah, amnesia, retrograde,
pusing, dll.
- Gangguan fungsi saraf (kesadaran menurun,
kelumpuhan, kejang, dll).
6. Terapi
6.1 Untuk Komosio serebri : - Istirahat dan Observasi
( a.1) - Simptomatis
: - Mencegah dan mengatasi edema yang sering
6.2 Untuk yang lainnya ( a.2 terjadi, misal Deksamegaton, manitol dan lain-lain.
dan b.3) - Fisioterapi terutama pada trauma medulla spinalis
(b)
- Yang disertai fraktur terbuka, langsung dikirim ke
bagian bedah saraf. Pada Fraktur impresi,
tindakan bedah saraf tergantung dari dalamnya
impresi (mengenai jaringan otak atau tidak).
:
6.3 Untuk trauma saraf Roboransia dan fisioterapi
perifer Anti edema bila perlu, kadang-kadang ditambahkan
obat-obat yang dapat memperbaiki aliran darah ke
bagian perifer. Konsultasi bedah saraf
7. :
Sebaiknya segera dirawat untuk observasi. Bila
Perawatan RS timbul komplikasi agar segera dapat ditanggulangi,
minimal tiga hari pertama (masa yang sering terjadi
pemburukan pada perdarahan epidura). Bila hanya
saraf perifer saja yang terganggu dan tidak total
penderita dapat berobat jalan saja.
21
8. :
Pada Komosio Serebri: Semua RS
Standard RS Yang lainnya : Minimal RS Kelas C
9. Penyulit :
9.1 Karena penyakit : - Perdarahan yang makin banyak misalnya
perdarahan epidura
- Edema serebri yang makin luas
- Gangguan jiwa organik
9.2. Karena Tindakan : - Fungsi lumbal pada tekanan intra kranial yang
tinggi, dapat menyebabkan herbiasi otak melalui
foramen magnum yang dapat menyebabkan
kematian mendadak
- Kematian mendadak dapat pula terjadi akibat
manipulasi yang berlebihan pada penderita
cedera medula spinalis terutama cedera di daerah
10 Informed Consent (tertulis) : servikal atas
.
Terutama untuk yang dicurigai berat
Standard Tenaga :
11.
Dokter spesialis, dokter umum ditempat yang tidak
Lama Perawatan : ada dokter spesialis
12
. Untuk yang ringan 3 hari
Output : Untuk yang berat : tergantung keadaan
22
1. Nama Penyakit/Diagnosis : PERDARAHAN ANTE PARTUM
Perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20
minggu atau lebih
2. Kriteria Diagnosis :
1. Periksa luar :
- Bagian terbawah janin belum/sudah masuk
PAP
- Apakah a’a kelainan letak /tidak
5. USG
3.3. Vasa Previa Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana
pembuluh darahnya berjalan diantara lapisan
amnion dan korion melalui pembukaan serviks
4. :
Pemeriksaan Penunjang
:
Laboratorium - Hemoglobin
- Hematokrit
- Trombosit
- Waktu pembekuan darah
- Waktu Protrombin
- Waktu Tromboplastin parsial
- Elektrolit plasma
:
Kardiotokografi Laenek, Dopler, untuk menilai status janin
:
USG Menilai letak plasenta, usia gestasi, keadaan janin
5. :
Konsultasi Spesialis anak, anestesi, penyakit dalam
6. :
Perawatan RS Rawat nginap, segera
7. :
Terapi Medik dan bedah
:
7.1. Tidak terdapat renjatan Usia gestasi kurang dari < 36 minggu/ Taksiran Berat
: Fetus kurang dari 2500 gr :
7.1.1. Solusio Plasenta :
a. Ringan - Ekspektatif, tunggu persalinan spontan, Bila ada
perbaikan , perdarahan berhenti, kontraksi uterus
tidak ada, janin hidup :
- Tirah baring
- Atasi anemi
- USG dan KTG serial, kalau menungkinkan
- Aktif, mengakiri kehamilan, bila keadaan
memburuk, perdarahan berlangsung terus,
kontraksi uterus terus berlangsung, dapat
mengancam ibu/janin :
- Partus pervaginam (Amniotomi/ Oksitosin
infus)
- Seksio Sesarea bila pelvik scor < 5 atau
24
b. Sedang / Berat persalinan masih > 6 jam
- Resusitasi cairan
- Atasi anemi (Transfusi darah)
- Partus pervaginam : ila diperkirakan partus
dapat berlangsung dalam 6 jam ( amniotomi dan
infus Oksitosin)
- Partus Perabdominal : Bila partus
pervaginam diperkirakan tidak dapat berlangsung
dalam 6 jam.
PDMO :
Plasenta Previa Partus
7.2.3. Vasa Previa : Perabdominal Seksio Sesarea
Bukan Plasenta Previa Partus Pervaginam
8. Penyulit :
8.1. Karena Penyakit :
a. Pada Ibu : - Renjatan
- Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
- DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation)
- Plasenta Acreta
- Atonia Uteri /Uterus Couvelaire
- Perdarahan pada implantasi uterus di
b. Pada Janin : segmen bawah
- Asfiksia
- BBLR
8.2. Karena Tindakan /terapi - RDS
a. Pada Ibu :
- Reaksi Transfusi
- Kelebihan cairan
- Renjatan
b. Pada janin : - Infeksi
- Asfiksia
9. Inform Consent (tertulis) - Infeksi
26
1. Nama Penyakit/Diagnosis : NYERI AKUT ABDOMEN KANAN ATAS
Kolisistitis akut
Pankreatitis akut
4. Pemeriksaan Penunjang : Perforasi tukak peptic
4.1. Laboratorium :
- rutin
- khusus : faal hati
amilase darah & urin
4.2. USG
5. Konsultasi : 4.3. Foto polos abdomen 3 posisi
- Puasa
- Pemasangan pipa lambung
- IVFD
Pembedahan akan dilakukan bila peritonitis
meluas melebihi satu kuadran atau ada udara
8. Standard RS : bebas pada foto abdomen.
9. Penyulit : RS Tipe C
10. Informed Concent ( tertulis) : Peritonitis umum dan sepsis
11. Standard tenaga : Perlu
27
15. PA : kolesistektomi setelah 2 bulan
16. Autopsi /Risalah rapat -
-
Elektrokardiografi :
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri
atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal
jantung.
Gambaran infark, LVH atau aritmia bisa ditemukan
Laboratorium :
Gas darah menunjukkan pO2 rendah, pCO2 mula-
mula rendah dan kemudian hiperkapnia.
Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya
miokard
Foto toraks :
Opasifikasi hilus dan bagian basal paru kemudian
makin ke arah aspeks paru.
Kadang-kadang timbul efusi pleura
31
1. Nama Penyakit /Diagnosis : DEMAM BERDARAH DENGUE
Spesialis anak
Rujuk ICU anak atas indikasi :
- Syok berkepanjangan (syok tidak teratasi
6. Perawatan rumah sakit : lebih dari 60 menit ).
- Syok berulang (pada umumnya disebabkan
7. Terapi : oleh perdarahan internal).
- Perdarahan saluran cerna
- DBD ensefalopati
Rawat inap
33
ml/KgBB/jam dan selanjutnya 5 ml, dan 3
ml apabila tanda vital baik.
- Pada umumnya cairan tidak perlu
diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi
- Jumlah urin 1 ml/KgBB/jam merupakan
indikasi bahwa sirkulasi membaik.
- Oksigen 2-4 L/menit
- Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit
8. Penyulit : - Tranfusi darah atas indikasi.
Terapi DBD Ensefalopati
- Pada ensefalopati cenderung terjadi
edem otak dan alkalosis, maka bila syok
telah teratasi, cairan diganti dengan cairan
yang tidak mengandung HCO3- dan
jumlah cairan segera dikurangi.
9. Lama Perawatan :
Dipulangkan bila :
- Tidak demam selama 24 jam tanpa
a
n
t
i
p
i
r
e
t
i
k
- Nafsu makan membaik
- Klinis tampak perbaikan
- Hematokrit setabil
- 3 hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit lebih dari 50.000 / L
- Tidak dijumpai distress pernapasan
34
KERACUNAN
2. Shock : Pasang akses vena ( coba perifer dulu, bila gagal boleh vena
central ).
Ambil pemeriksaan lab : AGD, DR, Elektrolit, ureum, creatinin, gula
darah
dan analisa racun.
Bolus RL : Dewasa 1 – 2 liter
Anak – anak 20 cc / kg /BB, bila belum memadai ulang
lagi
20 cc / kg /BB.( lihat BAB penganggulangan shock,
waspadai
kemungkinan overload ).
3. Cegah absorpsi racun lebih lanjut, dengan :
a. Pasang NGT dan bilas lambung, bila racun tertelan kurang dari 4 jam. Bila
perlu cairan lambung dikirim ke Lab. Untuk analisa kimia. Kontra indikasi :
bahan-bahan korosif.
b. Pemberian Norit sesudah selesai bilas lambung.
c. Pemberian Luxan untuk mempercepat exkresi.
4. Perbaikan terhadap gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
5. Mempercepat / meningkatkan eliminasi racun dari tubuh :
35
a. Diuresis paksa : diexkresi melalui ginjal, tidak ada shock dan payah
jantung, serta fungsi ginjal masih lumayan bisa dilakukan loading test,
pada anak : 20 cc / kg BB dalam 1 jam.
b. Dialisis peritoneal dikonsulkan tim ginjal dan pasien dirawat di ruang
dialisis.
c. Hemodialisis.
lihat tabel I
TABEL II
GEJALA KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA
36
Alkohol Muntah, delirium dan depresi Simtomatik. Beri kopi
SSP tubruk, emetik dengan
mustard satu sendok
makan dalam air atau
garam dapur.
Simtomatik, diuresis
paksa.
37
Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi
Dosis Letal
38
diberikan antihistamin
dan 0,3 ml epinefrin 1
per mil subcutan
39
Kristal : bekerja korosif
Kalium ( larutan : tidak Beri putih telur, susu
permanganat berbahaya ), muntah, nadi dan laksan, bilas
2 g oral lemah, kulit dingin, kolopas, lambung. Persiapan
udem glottis. untuk trakeostomi.
41
Akut : jarang Beri segera 50 ml
Timbal Kronik : sakit kepala, rsa Na tiosulfat 25 % I
logam dalam mulut. Garis
biru pada gusi, sakit perut Berikan 1 g NaCa2
( kolik ), diare, anemia, EDTA dalam infus
basophilic stipping dari 500 ml glucose 5 %
eritrosit. Paralisis dan kejang. dua kali sehari
Koproporfirin uria, kelainan salama 3 hari.
radiologik pada tulang. Ca glukonat 2 g IV.
Laksan dengan
MgSO4, Luminal
100 - 200 mg IM
bila ada kejang.
Tingtur yodium 30 – 60 ml Bila pekat bersifat korosif, Berikan air tajin dan
Tingtur yodium Hipotensi, takikardi, delirium, susu dengan
pekat stupor, nefritis segera. Bilas
lambung dengan
larutan Na –
tiosulfat 10 %.
Warfarin atau Dosis Perdarahan kulit dan mukosa.
derivat dikumarol Berbahaya 1 – Vitamin K 50 mg IM
(racun tikus ) 2 mg/kg BB atau 3 kali 50 mg
untuk 6 hari oral sehari.
Fitomenadion, jauh
lebih poten dan
bermanfaat.
Keracunan ( tambahan )
1. Terapi Simptomatik :
a. Airway : Membebaskan jalan nafas
b. Sirkulasi : IVFD atasi shock, kalau perlu digitalis dan diuertik jika ada payah
jantung. Hati-hati ada payah ginjal mendadak.
2. Terapi spesifik :
a. Menghilangkan racun : cuci dengan air dan sabun.
b. Mengeluarkan racun dari saluran pencernaan : bilasan lambung kecuali pada
keracunan bahan korosif, air keras asam/basa pekat.
( minyak tanah )
- Strihnin
- Bila ada kejang
3. Tindakan Detoksikasi :
a. Keracunan sianida : Amiliantrit, Sodium tiosulfat
b. Keracunan meramik/organofosfat : Atropin
42
c. Keracunan narkotik : Narcan
d. Keracunan garan barin : Sodium sulfat
e. Keracunan alkoloid belladonna : Fisostigmin
f. Keracunan logam berat : BAL
g. Keracunan methegobulinamine : Biru metilin
h. Keracunan Wartorin : Vitamin K
i. Keracunan methanol : Etmol
5. Dialisis :
Indikasi : Bila racun mencapai dosis lethal
a. Metabolit zat racun bersifat lebih toksik
b. Shock, kerusakan hati atau payah ginjal
c. Kedaruratan bayi ( neonatus )
d. Kedaruratan obsgyn
Pemeriksaan Fisik
1. Survai Primer
- Deteksi adanya tanda – tanda cedera
inhalasi
- Deteksi adanya eskar melingkar pada
rongga torak dengan tanda – tanda
distress pernafasan
- Deteksi adanya tanda – tanda syok
2. Survai Sekunder
- Penentuan lokasi luka bakar
- Penentuan luas dan kedalaman luka
* Luas luka dalam % luas permukaan
tubuh terkena, ditentukan menurut
rumus 9 (untuk dewasa) dan tabel
Lund dan Browder (untuk anak-anak)
* Kedalaman luka ditentukan berdasarkan
derajat kerusakan kulit/dan jaringan
tubuh.
- Derajat I, eritema superfisial
- Derajat II, kerusakan sebagian
dermis
o Derajat II dangkal, meliputi
43
sepertiga permukaan dermis.
o Derajat II dalam, meliputi lebih dari
duapertiga ketebalan dermis.
o Derajat III, meliputi seluruh
ketebalan dermis, disertai jaringan
dibawah kulit, bahkan sampai
3. Diagnosis : mencapai tulang.
- Khusus untuk luka bakar listrik,
dintentukan “luka masuk” arus listrik dan “
luka keluar arus listrik.
Laboratorium
- Lab darah
* Pemeriksaan darah tepi
o Kadar hemoglobin (Hb)
o Kadar hematokrit ( Ht)
o Jumlah leukosit
o Jumlah trombosit
* Analisa Gas darah
* Fungsi sistem /organ
o Fungsi metabolisme : kadar
glukosa darah sewaktu,
kortisol,
asam laktat
o Fungsi hati : serum
transaminase,
SGOT/SGPT, GT, Bilirubin.
o Fungsi ginjal : ureum dan
kreatinin
- Lab urin
* Berat jenis urin
* Keasaman (pH)
* Sedimen
5. Konsultasi : - Mikrobiologi : kultur dan resistensi
dengan bahan dari luka tempat
masuk jalur intravena dan kateter
44
6. Terapi : urin.
Radiologi
Foto torak AP posisi tegak atau
setengah duduk, untuk evaluasi
gambaran paru:
* Deteksi adanya ARDS dan edema
paru (biasanya dikerjakan sesudah
hari kelima)
*Cek ujung kanul Central Venous
Pressure
Penatalaksanaan
1. Triage
2. Penatalaksanaan berdasarkan
prioritas :
a. Gangguan A :
Deteksi adanya tanda – tanda obstruksi
saluran pernafasan dengan gejala
distress pernafasan.
Kecurigaan adanya cedera inhalasi
didasari adanya :
Riwayat terpapar pada sumber panas
di ruangan tertutup.
Luka bakar di daearah muka dengan
bulu hidung terbakar dan adanya
jelaga pada hidung dan atau rongga
mulut.
b. Gangguan B :
Deteksi adanya distress pernafasan
akibat adanya eskar melingkar pada
dinding toraks.
c. Gangguan C :
Deteksi adanya tanda – tanda syok
(jenis hipovolemik), dengan gejala :
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
Pernafasan cepat, dangkal
Takhikardi
Suhu akral dan core dingin
3. Penatalakasaan lanjutan
a. Penatalaksanaan Gangguan A
Pemantauan dan penatalaksanaan
terhadap adanya dan atau
kemungkinan adanya cedera inhalasi
Gejala :
- Manifestasi gangguan saluran
nafas bagian atas, kurang dari 8
jam.
45
- Manifestasi gangguan saluran
nafas bagian bawah, antara 8
hingga 24 jam
Tatalaksana bila dicurigai ada cedera
inhalasi :
- Pemberian oksigen dengan
sungkup 8-10 liter per menit.
- Nebulizer
- Bronkhodilator
- Posisi duduk atau setengah duduk
Bila ada tanda – tanda obstruksi,
lakukan:
- Krikotoroidotomi atau
- Pemasangan pipa Endotrakheal
- Dilanjutkan :
1. Penghisapan lendir secara
periodic
2. Penberian O2 dengan sungkup
8-10 liter per menit.
b. Penatalaksaan Gangguan B
Gangguan mekanisme bernafas
- Adanya eskar melingkar yang
membatasi ekspansi dinding
torak memerlukan eskarotomi.
- Adanya trauma tumpul yang
menyebabkan hemato/pneumo
torak, antara lain fraktur tulang
iga multiple yang menyebabkan
flail chest sehingga memerlukan
tindakan.
c. Penatalaksaaan Gangguan C
Kasus dibedakan :
- Berdasarkan kelompok usia :
* Dewasa
* Anak-anak
- Berdasarkan ada/tidaknya syok
* Dengan syok
* Tanpa syok
46
2.Dilanjutkan dengan regimen
resusitasi cairan.
* Desawa tanpa syok
Regimen resusitasi cairan menurut
Baxter /Parkland
Hari Pertama :
Jumlah cairan yang diperlukan
adalah 4 ml per kilogram untuk
setiap presentasi luas luka
bakar.
Separuh dari jumlah ini
diberikan dalam waktu 8
(delapan) jam pertama.
Separuh sisanya diberikan
dalam waktu 16 jam kemudian.
Pemantauan
Pemantauan tingkat kesadaran
Pemantauan sirkulasi sentral dengan
memperhatikan tekanan vena sentralis
(Central Venous Pressure/CVP)
Pemantauan sirkulasi perifer dengan
memperhatikan
- Produksi dan Berat jenis urin setiap
jam, mengambarkan glomerular
filtration rate, dipantau jumlah urin
yang ditampung dari kateter
- Retensi cairan yang diberikan melalui
pipa nasaogastrik, menggambarkan
gangguan sirkulasi splanikus.
- Suhu rectal
Pemantauan konsentrasi darah melalui
pemeriksaan darah tepi
Pemantauan analisis gas darah
47
1. Penatalaksaaan perawatan di ruangan
(UPKLB), terdiri dari :
a. Perawatan Luka
Pencucian luka
Dikerjakan setelah masalah
gangguan pernafasan dan syok
teratasi; menggunakan air mengalir
dan sabun mengandung
antiseptikum.
Perawatan luka tertutup dengan
kasa absorben setelah aplikasi
vaselin atau krim silversulfadiazin
Pengantian balutan disesuaikan
dengan kondisi luka, bila kotor
(jenuh/penuh dengan eksudat)
diperlukan penggantian sesering
mungkin (2-4 kali dalam 24 jam);
bila bersih tidak diganti selama 2-3
hari.
Perawatan luka dikerjakan sampai
dengan saat dilakukan eksisi
(debridement) dan penutupan luka
(skin grafting).
b. Pemberian Nutrisi
Regimen Pemberian Nutrisi Enteral
Dini dalam 8 jam pertama pasca
trauma melalui pipa nasogastrik,
dalam bentuk makanan saring
melalui tekanan kontinu.
Dimulai dengan 200 kal yang
kemudian ditingkatkan secara
bertahap setiap harinya.
c. Tindakan Operatif
Eksisi
-Dikerjakan sebagai upaya
memutuskan rantai
perkembangan Sindrom Res-
pons Inflamasi Sistemik (SRIS)
dan Sindrom Disfungsi Organ
Multipel (SDOM)
- Eksisi dini dikerjakan dalam
waktu 3-7 hari pertama
- Tindakan eksisi dikerjakan
dengan prosedur eksisi
tangensial, maksimal 15% dari
luas luka, mengingat komplikasi
perdarahan yang mungkin terjadi.
- Dikerjakan dalam narkose
Skin Grafting
- Dikerjakan sebagai upaya
48
* Mengatasi proses penguapan
disertai “Kebocoran” energi
melalui luka terbuka
(evaporative heta loss).
* Mengantisipasi infeksi
* Mempercepat fase inflamasi
- Dengan metode split thickness
7. Penyulit : skin grafting (stsg)
- Tindakan ini dikerjakan dalam
narkose
d. Tindakan rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif untuk tujuan
optimalisasi fungsi pernafasan
Prosedur chest fisiotherapy,
dikerjakan dalam 2-3 hari pertama
pasca cedera, khususnya pada
kasus dengan gejala dan tanda
distress pernafasan.
Tindakan rehabilitatif untuk tujuan
prevemtif terhadap kekakuan dan
kontraktur sendi-sendi.
- Latihan gerak sendi-sendi terkena
-Penggunaan splint/brace dengan
posisi fungsional
- Dikerjakan dalam waktu 2-3 hari
pertama pasca trauma, 2 minggu
setelah tindakan operatif (skin
grafting)
Tindakan rehabilitatif untuk
kejiwaan dan sosial
2. Penatalaksanaan di ruangan
perawatan bedah/IRNA
Perawatan lanjutan dimana tidak
diperlukan perawatan intensif, sampai
dengan fase dimana pasien/keluarga
dapat menolong dirinya sendiri.
2. Fase kedua
Fase setelah syok teratasi
a. Stres metabolisme
b. Infeksi
c. Sindrom Respon Inflamasi Sistemik
(SRIS), Sindrom Disfungsi Organ
Multipel (SDOM) dan Sepsis, berakhir
dengan kematian
50
3. Tenaga spesialis atau asisten bedah anak
Tindakan triage
Tindakan penyelamatan (ABC
traumatologi), termasuk
krikotiroidotomi, tindakan vena seksi.
Tindakan resusitasi cairan
Tindakan perawatan lanjut (termasuk
melakukan debridement, eksisi dini
dan skin grafting).
4. Tenaga spesialis atau asisten anestesi dan
perawatan intensif.
Tindakan triage
Tindakan penyelamatan (ABC
traumatologi)
Tindakan resusitasi cairan dan
perawatan lanjut, termasuk tindakan-
tindakan:
o Pemasangan Central Venous
Pressure set
o Pemasangan Pipa Endotrakheal
10 Lama Perawatan :
o Pembiusan untuk tindakan operatif
o Perawatan intensif
11 Masa Pemulihan :
5. Tenaga spesialis atau asisten dalam
bidang ilmu penyakit dalam ginjal dan
hipertensi
12 Luaran :
Penilaian dan pengendalian fungsi
system dan organ – organ vital seperti
paru, hepar, ginjal.
13 Autopsi :
6. Tenaga spesialis atau asisten dalam
bidang ilmu gizi
Penilaian dan pengendalian kebutuhan
gizi
Melaksanakan tindakan untuk
pemberian nutrisi enteral.
7. Tenaga spesialis atau asisten dalam ilmu
rehabilitasi medik
Penilaian dan pengendalian fungsi
pernafasan, fungsi gerak dan sendi
Melaksanakan tindakan pemeliharaan
fungsi pernafasan, fungsi gerak dan
sendi
8. Tenaga spesialis atau asisten dalam
bidang ilmu jiwa.
Penilaian dan pengendalian fungsi
kejiwaan
9. Tenaga perawat intensif
Sebagai pelaksana tugas perawatan
intensif
10. Tenaga perawat bedah
Sebagai pelaksana tugas perawatan
bedah
11. Tenaga peñata gizi
51
Sebagai pelaksana tugas perawatan
gizi
12. Tenaga peñata anestesi
Sebagai pelaksana tugas perawatan
intensif dan anestesi
13. Petugas sosial
Sebagai pelaksana tugas rehabilitasi
sosial
52
53