Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Ileus
Obstruktif”.

Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat mengkuti program dokter
Internship di RSU Adhyaksa Jakarta Agustus 2020 – November 2020. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Alfarina Herdianti,
Sp.B selaku pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini
dan kepada dr. Theresia Sihotang selaku pendamping dokter internship di RSU
Adhayaksa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf RSU
Adhyaksa yang berada dibangsal maupun IGD yang telah membantu pembuatan
laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan bantuan dari dokter pembimbing, dokter pendamping dan
rekan dokter internship untuk memberi saran dan kritik yang membangun. Akhir kata,
semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2020


dr. Jeffrey Tanudjaja

Penulis

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ILEUS OBSTRUKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Program Internsip Dokter Indonesia
Rumah Sakit Umum Adhyaksa

Lembar pengesahan ini, ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui : Jakarta , September 2020

Pendamping
dr. Theresia Sihotang

Pembimbing
dr. Alfarina Herdianti, Sp.B

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... 1


Halaman Pengesahan ................................................................................. 2
Daftar isi..................................................................................................... 3
BAB I. Status Pasien
1.1 Identitas Pasien ........................................................................ 4
1.2 Anamnesis ............................................................................... 4
1.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................... 5
1.4 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 6
1.5 Diagnosis.................................................................................. 8
1.6 Tatalaksana awal ..................................................................... 8

BAB II. Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi .................................................................................... 9
2.2 Etiologi .................................................................................... 9
2.3 Patogenesis ............................................................................ 10
2.4 Gambaran klinik .....................................................................10
2.5 Diagnosis ………................................................................... 11
2.6 Diagnosis Banding ……….....................................................14
2.7 Penatalaksanaan …………………………………………….14
2.8.1 Persiapan penderita…………………………………..........15
2.8.2 Operatif……………………………………………………15
2.9 Prognosis…………………………………………………….16

BAB III. Pembahasan Kasus


3.1 Ringkasan Kasus ................................................................... 17
3.2 Daftar permasalahan ............................................................. 17
3.3 Pengkajian Masalah .............................................................. 17
3.4 Perencanaan .......................................................................... 17
BAB IV. Kesimpulan ............................................................................. 19
Daftar Pustaka ......................................................................................... 20

3
BAB I
LAPORAN KASUS

1. 1. Identitas Pasien
Nama : DWA
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Muslim
Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2020

1. 2. Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah
Perjalanan Penyakit Sekarang:
Penderita datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah 4 hari
SMRS. Awalnya pasien berobat di klinik dan di beri obat untuk rawat jalan.
Sampai saat ini pasien belum kentut dan BAB 4 hari. VAS score: 8/10 BAK
normal. Keluhan mual muntah tidak ada, demam tidak ada, lemas ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, kencing manis,
asma, penyakit jantung, dan gangguan fungsi hati disangkal.

Riwayat Pengobatan:
Asam mefanat 500mg, Cefixime 100mg, Dexamethasone 0.5mg, ibuprofen
400mg

Riwayat allergi Obat:


Riwayat allergi obat disangkal.

1. 3. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum: Sakit Sedang

4
Kesadaran: Compos Mentis, GCS: E4M6V5
Tanda Vital:
T : 118/65 mmHg
N : 108 kali/menit
R : 20 kali/menit
temp : 36,8 oC

Pemeriksaan kepala dan mata


Kepala : Normocephali
Mata : Anemia -/-, Ikterus -/-

Pemeriksaan Thorax
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : masa tumor (-) nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Ves +/+, Whezing -/-, rhonki -/-

Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS III sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ S1=S2 normal regular, murmur (-) gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Ditensi (+)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : nyeri tekan (+) di seluruh region abdomen, defans
muskuler (+)
Perkusi : redup (+) di seluruh kuadran abdomen

Pemeriksaan Ekstremitas
Akral Hangat

5
Edem tugkai -/-
CRT<2

1. 4. Pemeriksaan Penunjang
THORAX – 17/09/20

BOF – 17/09/20

Supine dan Erect View

6
Left lateral decubitus view

 Kesan : terdapat distribusi udara usus tidak merata, tampak dilatasi


usus pada proximal ileocecal junction dan tampak tanda air fluid level distertai
herring bone appearance.

Darah lengkap
o WBC 8990
o Neutrofil 89↑
o Lymphosit 6↓
o HGB 12.8
o Hematokrit 36
o PLT 225
o LED 90 ↑
Kimia darah
o Natrium 134 ↓
o Kalium 3.8
o Chlorida 99

7
1. 5. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Ileus obstruktif

1. 6. Tatalaksana Awal
 Dekompresi NGT
 Omeprazole inj 1amp
 Ketorolak inj 1 amp
Konsul dr Alfarina Sp.B:
 Ceftriaxone 1x2gr
 Ketorolak 3x30mg
 Omeprazole 2x1amp
 Puasa sementara
 Urine Kateter
 IVFD NS 0,9% 1500cc + aminofluid 500cc/24jam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus
terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah
proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus.2
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi,
atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang
terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
yang ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dengan gejala
sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,
invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi. Sedangkan
obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana
yang jarang menyebabkan strangulasi.2
2.2 Etiologi
Beberapa kelainan penyebab obstruksi antara lain:
1. Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat
lahir (kongenital). Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah
operasi abdominal. Usus halus yang mengalami perlengketan akibat jaringan
fibrosa ini akan menghalangi jalannya makanan dan cairan.
2. Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat
menyebabkan obstruksi usus.
3. Tumor (primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap jalannya
makanan dan cairan.
4. Divertikulum Meckel
5. Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
6. Volvulus (terpuntirnya usus)
7. Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
8. Askariasis

9
9. Impaksi faeces (faecolith)
10. Benda asing. 1,3,4
Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik usus
halus. Adhesi dan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon. Penyebab
tersering obstruksi pada colon adalah kanker, diverticulitis, dan volvulus.1,3
2.3 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu. Akibat gangguan pasase tersebut terjadi pengumpulan
isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada bagian proximal tempat
penyumbatan. Hal ini menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi) di bagian
proximal dari sumbatan. Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan
gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh usus di bagian proximal sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai
usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan
terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut,
peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.3
2.4 Gambaran Klinik
Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat
ditimbulkan sebagai akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang
bersifat kolik.
Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi :1
1. Dehidrasi berat
2. Hipovolemia
3. Syok
4. Oliguria
5. Gangguan keseimbangan elektrolit
6. Perut gembung
7. Kelebihan cairan usus
8. Kelebihan gas dalam usus
Gambaran klinik serangan kolik meliputi :

10
1. Nyeri perut berkala
2. Distensi berat
3. Mual / muntah
4. Gelisah / menggeliat
5. Bunyi usus nada tinggi
6. Halangan pasase
7. Obstipasi
8. Tidak ada flatus
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi nekrosis atau gangguan dinding usus
yang menyebabkan timbulnya perdarahan pada dinding usus. Bahaya umum dari
keadaan ini adalah sepsis, toxinemia, bahkan shock.3
2.5 Diagnosis
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat. Juga
didapatkan distensi perut dan bising usus meningkat. Pada anamnesis intususepsi,
didapatkan bayi tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan, sedangkan diantara
serangan biasanya anak tidur tenang karena sudah capai sekali. Serangan klasik terdiri
atas nyeri perut, gelisah sewaktu kolik, biasanya keluar lendir campur darah (red
currant jelly) per anum, yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung,
atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan
dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya memanjang dengan
batas jelas seperti sosis. Bila invaginasi disertai strangulasi, harus diingat
kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada volvulus didapatkan nyeri
yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat. Biasanya
penderita jatuh dalam keadaan syok.3
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang
intensitasnya sedang. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita
tidak dapat melakukan defekasi atau flatus. Bila penyebabnya adalah volvulus
sigmoid maka perut dapat besar sekali.3
Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia
(demam), lokal tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal, hilangnya
suara usus lokal, untuk mengetahui secara pasti adanya strangulasi hanya dengan
laparotomi.4
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi

11
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada
Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat
dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di
rektum atau terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah pada
pemeriksaan colok dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma. Pada
volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Bila didapatkan feses yang
mengeras kemungkinan adanya skibala, bila feses negatif maka obstruksi usus
diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps juga harus dicurigai
adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau general pada pemeriksaan
palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya peritonitis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi dilatasi
dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 3–5 jam Usus yang
diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi. Usus bagian
proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak berdilatasi oleh
timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian distal dari obstruksi
tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi belum lama maka
tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah
rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.3
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam susunan
tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi
akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi secara umum
menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti obstruksi usus
halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka obstruksi

12
usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level
akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step
ladder appearance.1,4
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm. Jarak ini
akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka
valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes
dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang
disebut herringbone appearance.4
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya
berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal
kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal.
Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan
daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga
tidak.3

Gambar 1. Gambaran radiografi ileus obstruksi


Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat
membantu :
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness, adanya
tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, takikardia, hipotensi atau
shock.3
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu: 4
1. Complete Proximal Obstruction:

13
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
2. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.
2.6 Diagnosis Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan
gambaran klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus
paralitik.1,4
Obstruksi Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi
Mekanis
Sederhana (Ileus
Obstruktif)
Keluhan Nyeri keram Nyeri abdominal Nyeri keram
abdominal, ringan, perut abdominal,
konstipasi, kembung, mual, konstipasi,
obstipasi, mual, muntah, obstipasi, obstipasi, mual,
muntah, dan dan konstipasi muntah, dan
anoreksia anoreksia
Hasil Pemeriksaan Borborygmi, bunyi Bising usus Borborygmi,
Fisik peristaltic senyap, distensi, timpani, terdapat
meningkat dengan dan timpani gelombang
bising usus nada peristaltik dengan
tinggi, distensi, bising usus hipo
nyeri terlokalisir atau hiperaktif,
distensi dan nyeri
terlokalisir
Gambaran Foto Bow-shaped loops Dilatasi usus kecil Dilatasi usus besar
Polos BOF in ladder patern, dan usus besar terisolasi dengan
terdapat gambaran dengan peningkatan
gas kolon yang peningkatan diafragma
terperangkap di diafragma
bagian distal dari
lesi,

14
2.7 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.3
2.8.1 Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosis obstruksi
usus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,
obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi 3:
1. Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan
dalam perut atau usus
2. Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
3. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
4. Atasi dehidrasi
5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24 jam
sampai saatnya penderita siap untuk operasi.
2.8.2 Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi dengan
NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan. Pada
umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus 3:
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh

15
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian
hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
2.9 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%
atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.3

16
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 RINGKASAN PERMASALAHAN

Perempuan 50 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah 4 hari SMRS.
Awalnya pasien berobat di klinik dan di beri obat untuk rawat jalan. Sampai saat ini
pasien belum kentut dan BAB 4 hari. VAS score: 8/10. Pasien sudah makan obat dari
klinik tetapi keluhan nyeri tidak membaik.

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan distensi pada perut, bising usus meningkat, nyeri
tekan pada seluruh region abdomen disertai dengan defans muskuler. Pada tanda vital
pasien di dapatkan tekanan darah 118/65 mmHg, nadi 108 kali/menit. Pada
pemeriksaan lab didapatkan neutrofil 89%, lymphosit 6%, dan LED 90mm/jam. Pada
pemeriksaan Xray BOF terdapat distribusi udara usus tidak merata, tampak dilatasi
usus pada proximal ileocecal junction dan tampak tanda air fluid level distertai
herring bone appearance.

3.2 DAFTAR MASALAH

Ileus Obstruksi

3.3 PENGKAJIAN MASALAH

Ditegakan daignosa karena terdapat pasien dengan keluhan nyeri perut yang tidak
membaik setelah di beri obat dan sudah tidak kentut dan BAB selama 4 hari.
Ditemukan pemeriksaan fisik di dapatkan distensi pada perut, bising usus meningkat,
nyeri tekan pada seluruh region abdomen disertai dengan defans muskuler. Disertai
dengan hasil Xray BOF yang terdapat distribusi udara usus tidak merata, tampak
dilatasi usus pada proximal ileocecal junction dan tampak tanda air fluid level
distertai herring bone appearance.

3.4 PERENECANAAN

Diagnostik :
 CT SCAN

17
 Cek Fungsi Liver, ginjal, bilirubin total – direk – indirek
 Cek Urine sedimen

Terapi :
 Dekompresi NGT
 Omeprazole inj 1amp
 Ketorolak inj 1 amp
 Ceftriaxone 1x2gr
 Ketorolak 3x30mg
 Omeprazole 2x1amp
 IVFD NS 0,9% 1500cc + aminofluid 500cc/24jam

Edukasi :
 Puasa sementara

18
BAB IV
KESIMPULAN

Kejadian Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering
dilaporkan. Gangguan saluran cerna ini menduduki 20% dari seluruh kasus nyeri akut
abdomen yang tidak tergolong appendicitis akuta. Sekitar 60% penyebab obstruksi
ileus disebabkan oleh adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal dan operasi
di bidang obstetri ginekologik. Isidensi dari ileus obstruksi pada tahun 2011 diketahui
mencapai 16% dari populasi dunia yang diketahui melalui studi besar pada banyak
populasi.1

Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan sebagian (partial)
atau keseluruhan (complete) dari lumen usus, sehingga mengakibatkan isi usus tak
dapat melewati lumen itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam
kondisi, paling sering dikarenakan oleh adhesi, hernia, bahkan tumor.2

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2012 March 26];[7 screens].
Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm

2. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition,


W.B.Saunders, Philadelphia, 2001, hal 887-888

3. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032

4. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2012 March 26];
[6 screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

20

Anda mungkin juga menyukai