Tetanus :
a) IVFD RL:D5 = 2:1 --> 20 tpm
b) Inj. ATS 40000 hari pertama,20000 hari kedua,20000 hari ketiga
c) atau Inj. Tetagam 12 ampul IM single dose (3 amp @ paha ka, ki; lengan ka, ki)
d) Inj. Cefotaxim 3x1gr / Ceftriaxon 2 1 gram (IV) + Metronidazole 3 x 1 flash
e) Inj. Ketorolac 3x1 amp
f) Drip diazepam 4 amp dlm D5 habis dalam 24 jam
g) MRS isolasi
1 amp tetagam = 250 iu
Perlu 3000-6000 unit single dose utk dewasa, 500-3000 unit single dose tetagam utk anak2
NB: anti tetanus tidak diberikan kembali pada anak < 5 tahun apabila status imunisasi legkap
Hemoroid :
a) IVFD RL 20 tpm
b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
c) Ciflon 2x1 tab
d) Faktu Supp 2x1
BPH
a) Pasang kateter
b) Inj. Cefotaxim 1 amp
c) Inj. Ketorolac 1 amp
d) Obat pulang dengan :
Ciprofloxacin 2x1
Urinter 3x1
Asam Mefenamat 3x1
Kontrol poli bedah urologi
ISK / BSK
a) cek DL, UL, PP tes utk wanita, tidak perlu BOF
b) Inj. Ranitidin 1 amp
c) Inj. Ketorolac 1 amp
d) Ciprofloxacin 2x1 / Amox 3x1
e) Na diclofenak 2x1 /asam mefenamat 3x1
f) Urinter 3x1
Retensio Urin
a. Pasang kateter urin fr.16 untuk pemasangan pertama ada injeksi antibiotic
b. Jika sudah terpasang kateter sebelumnya dan macet coba spooling dulu dengan spuit urologi. Jika curiga striktur missal
kateter fr.8 tidakbisa masuk, lapor ke dpjp karena akan direncanakan sistostomi suprapubik
c. Cek DL, UL
d. Analgetik
Hematuria massif
a. MRS
b. Pasang kateter threeway dan irigasi
c. Dl, UL, BUN, SC
d. Analgetik
e. Kalnex 3 x 1 gram
Urosepsis
a. MRS ruangan
b. IVFD RL 20 tpm
c. Levofloxacin 1x500mg (iv)
d. Anbacim 3x1gram (IV)
e. Paracetamol fls 3x1gr (IV)
f. Pantoprazole 1x1 vial (IV)
g. Planning kultur urin, usg urologi di ruangan
CKR + FBC
a) Head up 300
b) IVFD NaCl 0,9% ~20tpm
c) Anbacim 3x1 gr
d) Sanmol 3x1gr
e) Kalnex 3x1 gr
f) Ondansentron 3x8mg
g) Citicolin 2x500mg
Appendisitis :
a) IVFD RL 28 tpm
b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
c) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
d) Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
e) Paracetamol flash jika demam
Ileus Obstruktif :
a) IVFD RL 28 tpm
b) Inj. Ketorolac 3x1 amp / Farmadol flash
c) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
d) Pasang NGT dekompresi puasakan
e) Pasang urin kateter
f) Antibiotik tergantung konsulen
Gigitan ular:
Wajib MRS lab lengkap + PPT / APTT, INR jika memanjang hematotoxic tambahkan Kalnex 3 x 1 amp (IV), Vit K (IM) 3 x 1
amp
Jika pasien menolak MRS maka ABU JANGAN DIBERIKAN, obat yang lain tetap masuk
a) IVFD RL 2o tpm
b) Inj. ABU tes dahulu 2 ampul dalam 500 cc Rl 20tpm
c) Inj. Tetagam (IM)
d) Inj. Ceftriaxon 2x1gr (iv)
e) Inj. Ketorolac 3x1 amp (iv)
f) Inj. Dexametason 3 x 1 amp (iv)
d) Inj. Ranitidin k/p
GRADE SNAKE BITE :
1. Ringan : Tidak ada nyeri atau nyeri sedang, edema 2,5-
15 cm diatas 15 gimana?) tidak ada gejala sistemik
2. Sedang : Nyeri berat, edema 25-40 cm, eritema,
vomiting, fever dan lemas
3. Berat : nyeri meluas, edema 40-50 cm, ekimosis,
adanya gejala sistemik
4. Sangat berat : pembengkakan cepat, ekimosis, gejala
CNS (kelumpuhan saraf otak, otot, dll) visual up sets,
syok, kejang
Fr. Costae
a) IVFD RL 12 tpm
b) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (IV)
c) Drip D5% 500 cc + Ketorolac 2 amp + Petidin 1 amp 30 tpm mikro
V. ictum
- Cross incisi / explorasi dengan bisturi ( jika luka > 24 jam anestesi spray)
- Inj. ATS (im) sebelumnya skintest alergi Tetagam 1 amp (IM)
- BPL antibiotik dan analgetik
- kontrol besoknya
TRAUMA INHALASI
1. O2 FM 8 lpm
2. IVFD RL sesuai kebutuhan cairan dan resusitasi
3. Parcetamol Fls 3x1
4. WT dengan tulle + sucralfat + kasa lembab nacl 0,9%
5. Vit C 50gram tiap 6 jam PO (?)
6. Xray thorax cari gambaran
7. Pantau keluhan , TTV, saturasi oksigen, CM-CK
OBGYN
Hiperemesis gravidarum:
a) Loading RL 2fl
b) Inj. Ondansentron 4mg (iv) Drip vomceran 8mg dalam D5%--»40tpm
c) Inj. Neurobion 5000 1amp/hari
d) Puasakan sampai besoknya
e) Cek DL,GDS,UL,elektrolit,PP test
Jika keton (-), BPL
Jika keton (+), MRS
f).Kerjasama dengan bidan VK untuk cek TFU dan DJJ (kehamilan 20 minggu)
INTERNA
Hipoglikemi :
A) Cek BS stik
B) Bolus D40% 2 amp
C) IVFD D10% 20tpm
D) Cek EKG dan Lab lengkap
E) Cek BS stik ulang 1 jam kemudian
F) Target GDS > 90
G) Jika belum,bolus maintenance D40% 1 ampul tiap jam
H) Jika GDS sudah > 90, maintenance dengan IVFD D10% 20 tpm saja
I) Harus MRS
Jika terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok terkompensasi (compensated shock) :
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat.
1. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
1. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau
pertimbangkan pemberian koloid spt GELAFUSAL (skr kl dikasi FIMAHES produknya bs menumpuk lama di organ shg lbh
merugikan) 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
2. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan
tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
3. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan
dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
4. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Hati kelebihan cairan bisa menimbulkan Lung
Edema walaupun msh bs diberi furosemid tp kadang prosesnya begitu cepat.
5. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Diagnosis
DF dgn 2 gejala klinis dan 1 lab (trombositopenia dan tidak ada kebocoran plasma
DHF dengan 2 gejala klinis disertai dengan trombositopenia dan tanda kebocoran plasma
KLINIS
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
Cara melakukan Tourniquet test :
TD (Sistolik +Diastolik) : 2 tahan selama 5 menit
Lihat 4cm dibawah fossa cubiti apakah terdapat petechiae
<10 = normal (-)
10-20 = dubia
>20 = abnormal (+)
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
3. Uji bendung / rumple leed/ tourniquet test positif
4. Petekie, ekimosis, purpura
5. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
6. Hematemesis dan atau melena
7. Pembesaran hati
8. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Laboratorium
1. Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler manifestasi sbg berikut:
Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Klasifikasi :
1. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung.
2. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
3. Derajat III (profound shock) Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV Syok berat (nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur)
Demam Tifoid
a. Tirah baring selama masih demam
b. Hidrasi adekuat
c. Diet TKTP rendah serat
d. Kompres hangat bila demam, antipiretik bila t>38,2
e. Anti emetik
f. Monitoring CM-Ck dan gejala perforasi (perut kembung, nyeri abdomen akut, berak darah)
g. Antibiotik
Fluoroquinolon (7hari) ciprofloxacin 2x400mg (iv) atau 2x500mg(po), levofloxacin 1x500mg (iv atau po)
Cephalosporine gen III (5-7 hari ) ceftriaxone (2-4gram/hari (iv)
Cefixime 2x500mg (po) 10 hari
Macrolide (7hari) Azithromicin 1x500mg (po)
Chloramphenicol (14 hari) 50-100 mg/kgBB. Tidak diberikan jika leukosit <2000/uL, lakukan monitoring leukosit tiap 5
hari
Tiamphenicol (14 hari) 4x500mg (po)
Penicilin (14hari) Amoxicillin 2x2gram (iv) atau Ampicillin 4x1-2gram (iv)
Co-trimoxazole (14 hari) 2x960 mg (po)
Ditambah dengan Metronidazole (20mg/kgBB iv) vila terjadi perforasi
h. Hindari pemberian laxantia, lavament dan salisilat
i. Pembedahan bila terjadi perforasi
Reaksi Alergi :
a) Inj. dexamethason 1 amp iv
b) Inj. diphenhidramin 1 amp (IM) jika TD sistolik >100
c) Membaik --> BPL
d) Obat pulang : interhistin 2x1 + Metyl prednisolone 3x4mg (interhistin blh diganti dgn cetirizine 1x1 yg efek ngantuknya kecil)
Reaksi Anafilaktik :
a) O2 nasal kanul 4lpm tredelenberg inj adrenalin 0,3 cc (SC/IM) ulangi 10-15 mneit bila tidak terdapat perbaikan
b) Inj. Dexamethason 1 amp (IV)
c) Inj. Difenhidramin 1 amp (IM) jika TD sistolik >100
d) IVFD RL grojog 500cc sampe tensi > 90mmHg
e) Observasi dan cek DL, GDS, Elektrolit
f) Setelah grojog ,cek tensi, jika > 90mmHg, maintenance RL 30 tpm
g) Obat pulang (Dextamin 3x1, Starmuno 1x1, bedak salisil)
Intoksikasi Insectisida :
a) IVFD RL life line
b) Kumbah lambung (max 4 jam post minum racunnya)
c) MgSO4 ???
d) Norit
e) Harus MRS
CKD st V:
- Kasus baru atau kasus lama yang tidak penah kontrol lengkapi hasil lab (hitung GFR), cek UL hasil lapor dr. Sutarka, Sp.PD
- GFR = (140 – umur) x BB : (72 x SC) cwe GFR x 0,85
- Kasus lama lapor dr. Sutarka, Sp.PD disertai keluhan dan vital sign (perhatikan jadwal HD, obat-obat terakhir, letak AV shunt),
tanpa lab dapat instruksi kerjakan e.g.:
a. Sesak Oksigenasi + Bolus lasix 2 amp (IV) observasi tidak membaik MRS + Drip 12 amp Lasix dalam RL 500 cc 12 tpm
pada extremitas yang tidak terpasang alat (biasanya tanpa pasang kateter), atau drip furosemide 5mg/kgBB/jam
b. Demam Paracetamol, cek lab
c. Hipoglikemia sesuai protap
- Anemia planning tanfusi PRC tanyakan perlu premed Lasix atau tidak
- Hiponatremia berat: IVFD NaCl 3 % 20 tpm
- Hipokalemia berat: IVFD RL 500 cc + KCl 2 flakon 20 tpm
PARU
PPOK :
a) Drip Aminophilin 1 amp dlm RL 20 tpm
b) Bolus metyl prednisolon 3x62,5 mg (berat) atau 3x40 mg
(ringan)
d) Ambroxol/DMP/Codein 3x1/ Vestein syr 3x CI/ N-ace 3 x 1
e) Nebul combivent +/- flexotide @ 8jam
f) Inj. Cefotaxim 3x1gr (terserah SpP)
PNEUMONIA anak
Pneumonia klasifikasi menurut WHO ada 3: bukan pneumonia, pneumonia, pneumonia sangat berat.
Terapi
- Pemberian antibiotik
1st line: Ampisilin 50 mg/kg/kali intravena @ 6 jam dan gentamisin 7,5 mg/kg/kali intravena @ 24 jam selama 5 hari
2nd line: Ceftriaxone 50-75 mg/kg/hari intravena @ 12 jam selama 5 hari biladalam 48-72 jam belum terdapat perbaikan klinis
- Terapi suportif
Bila terdapat mengi/wheezing, diberikan nebulisasi β2-agonis (salbutamol) 0,1mg/kg/kali @ 6 jam) dan steroid
(dexametason bolus 0,5-1 mg/kg/kali dilanjutkan dexametason 1mg/kg/hari @ 6 jam)
ASMA BRONKIALE
- Tenangkan penderita, longgarkan pakaiannya, berikan posisi ternyaman bagi penderita
- Berikan oksigen dengan flow 3 – 4 L/mnt
- Periksa tanda vital (T, N, R, t)
- Berikan nebulizer bronkodilator (Combivent/Ventolin), dapat diberikan 3 x dalam 1 jam
- Jika klinis membaik penderita boleh dipulangkan dengan terapi obat jalan dan selanjutnya kontrol ke poli paru
- Jika penderita tetap sesak, indikasi untuk rawat inap:
o Pasang infus D5%/ RL ditambah 1ampul Aminophilin 28 tts/mnt (Jika T < 100 mmhg drip Aminophilin ditunda)
o Berikan kortikosteroid IV (dexametason 1 amp/6 jam atau metilprednisolon 40 – 62,5 mg/6 jam
o Tindakan nebulizer diteruskan @ 6 jam
o Terapi lainnya tergantung indikasi
- Jika ada tanda – tanda gagal nafas rawat di ICU (konsul anenstesi)
HEMOPTISIS
- Perlu ditenangkan dan penderita tidak perlu takut untuk membatukkan darahnya,
- Baringkan penderita dengan posisi kepala lebih rendah dari pada kaki
- Bebaskan jalan napas dari sisa-sisa bekuan darah
- Jika perdarahan kira-kira > 400cc, atau profuse, pasang infus D5%/RL/NaCl, berikan 1amp asam traneksamat iv dan
penderita dirawat ( hubungi konsultan)
- Jika perdarahan < 400 cc, KU penderita baik, berikan injeksi asam traneksamat 1amp iv , observasi kira-kira 2 jam , jika
tidak ada perdarahan lagi penderita dapat dipulangkan dengan saran kontrol ke poli paru
- Selama tindakan dan observasi lengkapi pemeriksaan lab sederhana dan thoraks foto
KARDIO
JANGAN MEMBERIKAN OMEPRAZOL PADA PASIEN JANTUNG INTERAKSI OBAT omeprazole dapat menurunkan
kerja clopidogrel
Krisis Hipertensi
Hipertensi emergensi
a) O2 3lpm
b) Cek DL, GDS, UL, Elektrolit, Foto thorax
c) Pengobatan parenteral (Clonidin/Diltiazem/Nicardipin/Nitrosin) secara bolus dalam hitungan menit sampai jam dengan
langkah berikut :
- 5-120 menit pertama MAP diturunkan 20-25%
-2-6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100mmHg
-6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemi organ.
Clonidin /Catapres iv (150mcg/amp) 900mcg dimasukkan dalam D5% 500 cc dan diberikan dengan mikrodrip 12tpm. Setiap 15
menit dinaikan 4 tetes hingga TD tercapai. Bila TD tercapai, observasi 4 jam kemudian diganti dengan Clonidin tab (po) sesuai
kebutuhan
Diltiazem (Herbesser) iv (10mg dan 50mg/amp) diltiazem 10mg (iv) dalam 1-3 menit kemudian dilanjutkan dengan infus 5mg/jam
selama 20 menit. Bila TD turun >20% awal, dosis diberikan 30mg/menit sampai target tercapai. DIteruskan dengan dosis 5-10 mg/jam
dengan observasi 4 jam kemudian diganti dengan tablet oral.
Nicardipin (Perdipin) (iv) 2mg dan 10 mg/ampul) diberikan 10-30mcg/kgBB bolus. Bia TD stabil diteruskan 0,5-6mcg/KgBB/menit
sampai tekanan darah tercapai
Hipertensi urgensi
1. O2 nasal canule
2. Captopril 12,5-25 mg @ 1-2 jam (onset 15-30 menit, durasi kerja 4-6 jam)
NOTE :
STEMI lapor Sp.JP segera dan jelaskan onset, jika early ada pertimbangan PCI atau trombolitik dengan streptokinase
STEMI / NSTEMI ICCU
UAP risiko rendah (TIMI Rendah) boleh rawat ruangan, kalo sedang berat ICCU
KIE Keluarga : pasien bisa memburuk kapan saja, semua aktivitas dilakukan DIATAS BED, perawatan di ICCU jangan banyak
penunggu tulis di lembar KIE lalu idtanda tangani keluarga
Jika pasien STEMI Inferior HARUS CEK LEAD V3R dan V4R untuk cek INFARK VENTRIKEL KANAN dan CEK LEAD V7 – V9 untuk
cek INFARK POSTERIOR
Tapi kalo nggak ada ST elevasi ULANGI EKG TIAP 30 MENIT sampe sebanyak 3 EKG serial, PERHATIKAN EVOLUSI GELOMBANG
yang mengarah ke STEMI
Jika tidak ada evolusi ST elevasi NSTEMI (troponin +) atau UAP (Troponin negative)
TIMI SCORE
CRUSADE SCORE
CHF : (NB dr. Sugiada, Sp.JP kl sesak Meylon 50 meq IV bolus pelan)
a) O2 4lpm
b) Cek Lab Lengkap + EKG
c) Oksigenasi dan IVFD NaCl 0,9% 8 tpm (life line)
d) Lapor SpJP
e) Pasang monitor
g) MRS
h) Bolus furosemid 2 amp (IV) lanjut Drip furosemid misal RL 500 cc + 8 amp 12 tpm
Dosis 1-2mg/kgBB/hari, 1-3 kali perhari oral atau iv
Dapat diberikan iv drip dengan dosis 2,5-20mg/jam biasanya drip furosemide 5mg/jam naikkan dosisnya hingga
20mg/jam
Dapat menimbulkan hipokalemia
i) ASA 80 mg 3 tab maintenance 1 x 1 tab
j) Furosemid 40 mg 1-0-0
k) Letonal (spironolakton) 25 mg 1-0-0
l) Digoxin 1 x 1 tab
m) Aspilet 1 x 1 tab
n) Lisinopril 1 x 2,5-5 mg
Drip Furosemid siapkan : furosemide 10 ampul, spuit 20cc (1), three way (1), perfusor (1)
Tamponade Jantung
Gejala :
a) Triad Beck Hipotensi, Peningkatan JVP, muffled heart sound (sara jantung menjauh)
b) Takikardi, pulsus paradoksus
c) Orthopneu, batuk dan disfagia
d) Dapat ditemukan kussmaul,s sign pada saat inspirasi
e) EKG – tinggi gelombang R berbedabeda
Terapi :
1. O2 3 lpm
2. IVFD RL lifeline
3. EKG, Thorax
4. Pericardiosintesis
Cara Pijat Sinus Karotis :
Pasien terpasang monitor EKG, ekstensikan kepala pasien ke kiri sehingga kita bisa mengevaluasi nadi karotis kanan (tingkat
keberhasilannya lebih tinggi). Dengarkan bruit karotis, jika tidak ada maka pijat arteri karotis secara sirkuler selama 5-10 detik
sambil perhatikan EKG monitor. Jika tidak berhasil lakukan di sisi kiri.
Kontra Indikasi : Riwayat Infark Miokard, Riwayat TIA atau Stroke dalam 3 bulan terakhir, Riwayat Vt atau VF, adanya bruit.
Pijat karotis bisa menyebabkan sinus pause siap-siap RJP
NEURO
HNP
a) IVFD RL + ketorolac + petidin
b) Myores 2 x 1
c) Sysmuno (rebamipide) 1 x 1
d) Co bedah saraf
CVA : hitung Siriraj Score : (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah ) + (2 x pusing ) + ( 0,1 x TD Diastolik) – (3 x atheroma marker) – 12
Kesadaran : CM (15) = 0, Somnolen (9-14) = 1, Koma (3-8) =2
Nyeri kepala dalam 2 jam terakhir = Tidak ada = 0 , Ada = 1
Muntah : Tidak ada = 0 , Ada = 1
Ateroma : Tidak ada penyakit jantung / DM = 0, Ada =1
CVA infark (dr Ayu, Sp.S) hemiparesis / plegia Rawat HCU / ruangan
a) IVFD RL 20 tpm (pasang pada ekstremitas yang sehat)
b) Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
c) ASA tab 320 mg (4 tablet) bila onset <48 jam dilanjutkan 1 x 80 mg (kecuali ada tanda perdarahan) laporkan
d) Atorvastastin 0-0-40mg (PO)
d) Inj Ranitidin (k/p)
SOL serebri
a) IVFD RL 28 tpm
b) Dexamethason bolus 4 amp (IV) maintenance 4 x 1 amp (IV)
c) Inj Citicolin / Brain act 2 x 500 mg (IV)
d) Ranitidin inj 2 x 1 amp (IV)
Bell’s Palsy :
A) Metyl prednisolon 3x16mg
B) Kalmeco 3x1
C) Grahabion 2x1
D) Kontrol 3 hr lagi di poli saraf
E) Fisioterapi hari ke-V
ANAK
Asfiksia Neonatorum (RDS pada bayi) riw. Persalinan lengkap (BB 3 kg)
A) Hangatkan bayi di infant warmer suction oksigenasi sungkup saturasi O2
B) Lapor Sp.A MRS Bakung Rawat Inkubator
C) D10% + Nabic 75 meq 6 tpm mikro
D) Anbacim 2 x 150 mg
E) Dexa 3 ¼ amp
F) Aminofilin 3 x 6 mg
G) DL, GDS, Puasa
Meningitis
a. Terapi antibiotika empiris sesuai usia dengan lama pengobatan 10-14 hari
Umur 1-3 bulan
-Ampicilin 200-400 mg/kgBB/ hari (iv) dibagi 4 dosis dan Cefotaxime 200mg/kgbb/hari (iv) dibagi 2-3 dosis
-Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari (iv) dibai 2 dosis
Umur >3bulan
-Cefotaxime 200mg/kgBB/hari (iv) dibagi 4-3 dosis
Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari (iv) dibagi 2 dosis
Ampicillin 200-400 mg/kgBB/hari (iv) dibagi 4 dosis dan kloramfenikol (bila tidak ada kontraindikasi) 100 mg/kgBB/hari (iv)
dibagi 4 dosis
b. Dexamethasone dosis 0,6mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis (2 hari pertama saja)
c. Manitol 20% jika ada indikasi dosis 0,5-1 gr/kgBB/kali tiap 8 jam
Status konvulsi
A) MRS ICU
B) IVFD D5NS 1/4
C) Inj antibiotik (misal anbacim)
D) Inj Dexa 3 x amp (IV)
E) Drip paracetamol
F) Inj. Fenobarbital 2 x (IM) OR fenitoin 1 amp dlm NS 20 cc habis dalam 20 mnt
Jika ada factor risiko (kejang lama, kejang fokal atau parsial, kejang multiple >2kali, kelainan neurologis yang nyata, riwayat epilepsy di
keluarga) phenobarbital loading dose secara IM dengan dosis neonates 30mg, bayi 50mg, diatas 1 tahun 75mg. Selanjutnya dapat
diberikan profilaksis kontinyu.
Jika kejang belum berhenti phenobarbital 10-20mg/kgBB/kali (dosis maksimal 1000mg) IV habis dalam 20-30 menit. Jika kejang
berhenti 12 jam kemudian dilanjutkan dengan phenobarbital dosis rumatan secara IV 5mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis atau per oral
8-10mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (selama 2 hari)
Jika kejang belum berhenti dengan Phenobarbital, berikan Phenitoin loading dose dengan dosis 20mg/kgBB/kali secara IV
diencerkan dalam 50ml NS diberikan selama 20 menit.
Jika kejang belum berhenti dapat diberikan tambahan Phenitoin 5-10mg/kgBB (dosis total maksimal 1000mg)
Belum berhenti juga PICU sebagai refrakter status epileptikus
Terapinya :
Midazolam 0,2mg/kg IV bolus dilanjutkan dengan per infus
Phentotal-Tiopental 2-4mg/kg/IV
Propofol 3-5 mg/kg/infus
Bronkiolitis
A) Nebul ventolin
B) Paracetamol syr 3 x ctg (BB)
C) Amoxicilin syr 3 xcth (BB) atau AB lainnya
D) Puyer GG/Salbu/Methylpred/Vit C
Thypoid anak-anak :
a) Jika tdk bs ma/mi, MRS
b) Jika msh bs ma/mi, BPL dengan obat cefixime Syr 2 x cth sesuai BB, Paracetamol Syr 3 x cth sesuai BB, obat symptomatis lainnya
ANESTESI
NIV (Non Intubated Ventilator) dipakai untuk pasien yang sadar disetting agar “seal” nya dapet sehingga udara dan PEEP nya tidak bocor