Anda di halaman 1dari 20

BEDAH

Tetanus :
   a) IVFD RL:D5 = 2:1 --> 20 tpm
   b) Inj. ATS 40000 hari pertama,20000 hari kedua,20000 hari ketiga
   c) atau Inj. Tetagam 12 ampul IM single dose (3 amp @ paha ka, ki; lengan ka, ki)
   d) Inj. Cefotaxim 3x1gr / Ceftriaxon 2 1 gram (IV) + Metronidazole 3 x 1 flash
   e) Inj. Ketorolac 3x1 amp
   f) Drip diazepam 4 amp dlm D5  habis dalam 24 jam
   g) MRS isolasi
1 amp tetagam = 250 iu
Perlu 3000-6000 unit single dose utk dewasa, 500-3000 unit single dose tetagam utk anak2
NB: anti tetanus tidak diberikan kembali pada anak < 5 tahun apabila status imunisasi legkap

Hemoroid :
   a) IVFD RL 20 tpm
   b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
   c) Ciflon 2x1 tab
   d) Faktu Supp 2x1

BPH
a) Pasang kateter
b) Inj. Cefotaxim 1 amp
c) Inj. Ketorolac 1 amp
d) Obat pulang dengan :
Ciprofloxacin 2x1
Urinter 3x1
Asam Mefenamat 3x1
Kontrol poli bedah urologi

ISK / BSK
a) cek DL, UL, PP tes utk wanita, tidak perlu BOF
b) Inj. Ranitidin 1 amp
c) Inj. Ketorolac 1 amp
d) Ciprofloxacin 2x1 / Amox 3x1
e) Na diclofenak 2x1 /asam mefenamat 3x1
f) Urinter 3x1

Retensio Urin
a. Pasang kateter urin fr.16 untuk pemasangan pertama ada injeksi antibiotic
b. Jika sudah terpasang kateter sebelumnya dan macet  coba spooling dulu dengan spuit urologi. Jika curiga striktur missal
kateter fr.8 tidakbisa masuk, lapor ke dpjp karena akan direncanakan sistostomi suprapubik
c. Cek DL, UL
d. Analgetik

Hematuria massif
a. MRS
b. Pasang kateter threeway dan irigasi
c. Dl, UL, BUN, SC
d. Analgetik
e. Kalnex 3 x 1 gram

Urosepsis
a. MRS ruangan
b. IVFD RL 20 tpm
c. Levofloxacin 1x500mg (iv)
d. Anbacim 3x1gram (IV)
e. Paracetamol fls 3x1gr (IV)
f. Pantoprazole 1x1 vial (IV)
g. Planning kultur urin, usg urologi di ruangan

Penanganan cedera kepala :


1. Memperbaiki oksigenasi otak
2. Memperbaiki brain perfusion
3. Memperbaiki cerebral perfusion pressure (CPP)
4. Optimalisasi factor ekstrakranial dan intracranial

CKR + FBC
a) Head up 300
b) IVFD NaCl 0,9% ~20tpm
c) Anbacim 3x1 gr
d) Sanmol 3x1gr
e) Kalnex 3x1 gr
f) Ondansentron 3x8mg
g) Citicolin 2x500mg

CKS/CKB  MRS ICU  oksigenasi adekuat  obsv vital sign


a) Head up 300
b) O2 face mask 8 lpm
c) IVFD NaCl 0,9% 1500 cc /24 jam (dewasa)
   b) Drip Paracetamol fls 3x1 gr
   c) Citicolin / Neociti inj 2 x 500 mg (IV)
   d) Omeprazole 1-2 x 40 mg (IV)
e) Asam Tranexamat (jika ada perdarahan) 3 x 1 amp
f) bisa jadi pakai ceremax 2,1 cc/jam
g) Manitol 200 cc  habis dalam 15 mnt jika ada peningkatan TIK  6 x 100 cc
h) Fenitoin 4 amp dalam NS 100 cc  16 tpm atau habis dalam 1 jam  maintenance 3-4 x 1 amp (IV)  u/ kejang
i) Opigran 1 x 3 mg (IV)

Indikasi foto polos kepala : (jika CT tidak tersedia)


1. Jejas lebih dari 5 cm
2. Luka tembus (tembak/tajam)
3. Adanya corpus alienum
4. Deformitas kepala (dari inspeksi dan palpasi
5. Nyeri kepala yang menetap
6. Gejala fokal neurologis
7. Gangguan kesadaran (GCS <15)
Indikasi CT Scan :
1. Nyeri kepala yang menetap atau muntah-muntah yang tidak menghilang setelah pemberian obat-obatan
analgesia dan anti muntah
2. Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapatnya lesi intracranial dibandingkan
dengan kejang general
3. Penurunan GCS lebih 1 poin dimana factor ekstrakranial telah disingkirkan (karema penurunan GCS
dapat terjadi pada kondisi lain missal sepsis, gangguan elektrolit dll)
4. Adanya lateralisasi
5. Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, missal fraktur depresi temporal kanan tapi
terdapat hemiparesis/plegi kanan
6. Luka tembus akibat benda tajam dan peluru
7. Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS
8. Bradikardia
Indikasi CT Scan (4 Lembar bedah saraf Prof Sri Maliawan, Sp.BS) :
1. GCS <9
2. GCS menurun 2 poin atau lebih
3. GCS 9-13 lebih dari 2 jam  GCS <15 yang tidak membaik selama masa observasi
4. Nyeri kepala, vertigo, mual muntah yang persisten, kejang
5. Ada lateralisasi
6. Ada atau curiga fraktur tulang kepala
7. Luka tusuk jelas atau dicurigai, luka tembak (corpus alienum)
8. Umur >50 th, bradikardi
9. Evaluasi post op
Cedera kepala yang perlu MRS :
1. Adanya gangguan kesadaran (GCS <15)
2. Pernah tidak sadar lebih dari 15 menit (contusion cerebri)
3. Adanya gangguan neurologis fokal
4. Nyeri kepala dan muntah yang tidak membaik setelah observasi 2 jam
5. Adaya fraktur calvaria pada foto kepala
6. Klinis tanda FBC
7. Luka tusuk atau tembak
8. Adanya benda asing
9. Penderita disertai mabuk
10. Cedera kelapa disertai penyakit lain missal hipertensi, DM, gangguan faal pembekuan
11. Indikasi social : tidak ada yang mengawasi di rumah, tempat tinggal jauh yang tidak memungkinkan
penderita kembali ke RS jika gejala memberat

Indikasi MRS (4 Lembar bedah saraf Prof Sri Maliawan, Sp.BS)


1. Ada kelainan pada CT Scan
2. GCS <15
3. Sefalhematom >5cm
4. Nyeri kepala, mual, muntah, vertigo  observasi 2 jam tidak membaik
5. Focal neurologic deficit
6. Anak-anak (sulit dievaluasi)
7. Orang tua (>60 tahun)
8. FBC
9. Fr atap tengkorak
10. Luka tusuk
11. Luka tembak
12. Multipel trauma
13. Tidak ada yang mengawasi di rumah, tempat tinggal jauh
14. Kelainan lain seperti gg pembekuan darah, DM, epilepsy,

Appendisitis :
   a) IVFD RL 28 tpm
   b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
c) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
d) Ceftriaxon 2 x 1 gr (IV)
e) Paracetamol flash jika demam

Ileus Obstruktif :
   a) IVFD RL 28 tpm
   b) Inj. Ketorolac 3x1 amp / Farmadol flash
c) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
d) Pasang NGT dekompresi  puasakan
e) Pasang urin kateter
f) Antibiotik tergantung konsulen

Gigitan ular:
Wajib MRS  lab lengkap + PPT / APTT, INR jika memanjang  hematotoxic  tambahkan Kalnex 3 x 1 amp (IV), Vit K (IM) 3 x 1
amp
Jika pasien menolak MRS maka ABU JANGAN DIBERIKAN, obat yang lain tetap masuk
a) IVFD RL 2o tpm
b) Inj. ABU tes dahulu  2 ampul dalam 500 cc Rl  20tpm
c) Inj. Tetagam (IM)
d) Inj. Ceftriaxon 2x1gr (iv)
   e) Inj. Ketorolac 3x1 amp (iv)
f) Inj. Dexametason 3 x 1 amp (iv)
d) Inj. Ranitidin k/p
GRADE SNAKE BITE :
1. Ringan : Tidak ada nyeri atau nyeri sedang, edema 2,5-
15 cm  diatas 15 gimana?) tidak ada gejala sistemik
2. Sedang : Nyeri berat, edema 25-40 cm, eritema,
vomiting, fever dan lemas
3. Berat : nyeri meluas, edema 40-50 cm, ekimosis,
adanya gejala sistemik
4. Sangat berat : pembengkakan cepat, ekimosis, gejala
CNS (kelumpuhan saraf otak, otot, dll) visual up sets,
syok, kejang
Fr. Costae
   a) IVFD RL 12 tpm
b) Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (IV)
c) Drip D5% 500 cc + Ketorolac 2 amp + Petidin 1 amp  30 tpm mikro

V. ictum
- Cross incisi / explorasi dengan bisturi ( jika luka > 24 jam anestesi spray)
- Inj. ATS (im) sebelumnya skintest  alergi  Tetagam 1 amp (IM)
- BPL  antibiotik dan analgetik
- kontrol besoknya

Ruptur tendon  surgipro 3.0


Tentukan jenis tendon flexor atau extensor, nama tendon, lokasi, dan berapa % ruptur  Rontgen  lapor  debridement di IGD
atau OK
Thump plasty di IGD  pasang spalk  rest
   a) Inj Tetagam 1 amp (IM)
   b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
c) Antibiotik injeksi sesuai konsulen
d) BPL  antibiotik dan analgetik

Closed / Open Fracture :


MRS  Foto luka & Rontgen sendi yang kemungkinan terkena impact  konsul
   a) IVFD RL : D5% 2 : 2  20 tpm
   b) Inj. Ketorolac 3x1 amp
c) Debridement, pasang spalk, elastic bandage, armsling,  Inj. Tetagam (IM)
d) Antibiotik sesuai konsulen
e) EKG, lab, BT/CT  Co jantung (cardiac risk index) jika usia >40 th, Co anestesi

Trauma Tumpul Abdomen :


b) Perhatikan tanda vital, pasang lingkar abdomen
c) IVFD RL 28 tpm  koloid pakai Gelafusal
d) Ketorolac 1 amp (iv)
e) Omeprazole 1 vial (iv)
f) Kateter urin
g) Co  USG FAST : indikasinya jika terdapat penurunan kesadara, perubahan / ganguan fungsi sensoris, cedera pada organ
bertetangga, pemfis abdomen yang meragukan, kemungkinan putus kontak dengan pasien dalam waktu yang lama.
h) DL, UL
i) Ro Thorax untuk liat ada hernia diafragmatika , pneumoperitoneum

Combustio / Burn Injury / Luka Bakar


Derajat :
1. Eritema, luka terbatas pada epidermis
2. Terdapat bula, kerusakan mencapai dermis. 2A = bulla, dasar hiperemis, hiperestesia (dangkal =
sebagian dermis) 2B = bulla, dasar pucat, hypoesthesia (dalam=keseluruhan dermis)
3. Mengenai seluruh tebal kulit hingga otot dan tulang. Klinis hitam, kering, anesthesia.
Indikasi MRS : (protap BRSU 2015)
- Luka Bakar derajat II / III  lebih dari 10% pada anak, lebih dari 15% pada dewasa
- Luka Bakar derajat III  lebih dari 2%
- Luka bakar disertai traua lain ex :trauma inhalasi
- Luka bakar listrik
- Luka bakar daerah wajah, tangan, kaki, perineal / genital
- Disertai trauma penyerta lain atau penyakit sistemik berat lain, retardasi mental
- Penderita tidak mampu merawat dirinya sendiri
Terapi :
- Cairan :
Parkland Formula
Resusitasi  4 x (BB dalam Kg) x (% luas luka bakar)
Setengah kebutuhan total cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
Rumus untuk anak <5th  2 x (bb dalam kg) x (% luas luka bakar) + kebutuhan maintenance
Holiday Segar - > cairan maintenance : (Konsensus IDAI, 2016)
BB <10 Kg -> BB x 100 cc
BB 10-20 Kg -> 1000 + (BB-10) x 50
BB >20 kg  1500 + (BB-20) x 20
Pilihan cairan pada anak :
RL + Koloid (Dextran) dengan perbandingan 17:3, setengahnya diberikan 8 jam pertama dari trauma dan sisanya diberikan
18 jam berikutnya
Hari berikutnya permberian cairan hipertonik (abumin hiperonkotik dan NaCl 3%)
- Terapi : (PPK Bedah BRSU Tabanan 2015)
1. Derajat II superfisial  obat topical, bactigrass / suffratulle, kasa lembab NaCl 0,9%)
2. Derajat II dan Derajat III  obat topical yang dapat tembus scar (silver sulfadiazine), bulektomi
3. Antibiotika bila luka kotor dan ada infeksi sitemik, selanjutnya disesuaikan kultur luka
4. ATS / Tetagam (im)
5. Anti nyeri  paracetamol fls 3x1
6. Sucralfat pada luka sebagai pelindung mukosa
7. Diet kalori dan protein tinggi, nutrisi enteral dini sejak 8 jam pasca trauma
8. Fisioterapi
9. Bila penyebabnya bahan kimia, perlu dibilas dengan air secara tuntas pada jam permulaan
10. Eksisi tangential dini dan skin grafting setelah pasien stabil
11. Eksisi dini dan rekonstruksi flap untuk luka bakar listrik derajat III
12. Cek DL, BUN SC, ELektolit
13. Pantau CM – CK  0,3 – 0,5 cc/kgBB/jam target luka bakar non listrik

TRAUMA INHALASI
1. O2 FM 8 lpm
2. IVFD RL sesuai kebutuhan cairan dan resusitasi
3. Parcetamol Fls 3x1
4. WT dengan tulle + sucralfat + kasa lembab nacl 0,9%
5. Vit C 50gram tiap 6 jam PO (?)
6. Xray thorax  cari gambaran
7. Pantau keluhan , TTV, saturasi oksigen, CM-CK

OBGYN
Hiperemesis gravidarum:
   a) Loading RL 2fl
   b) Inj. Ondansentron 4mg (iv)  Drip vomceran 8mg dalam D5%--»40tpm
   c) Inj. Neurobion 5000 1amp/hari
   d) Puasakan sampai besoknya
   e) Cek DL,GDS,UL,elektrolit,PP test
   Jika keton (-), BPL
   Jika keton (+), MRS
f).Kerjasama dengan bidan VK untuk cek TFU dan DJJ (kehamilan 20 minggu)

Hiperemesis gravidarum (dr. Nuada)


a) Injeksi Ondansentron 4mg (iv)
b) IVFD D10 : RL  4 : 1  500cc + ondansentron 8mg
c) Puasa 12 jam

Kehamilan Ektopik Terganggu:


1. Jika VS tidak stabil pasang double line grojog RL 2 flash lalu salah satu line diganti grojog Fimahes  HES diganti
Gelafusal?
2. Lab lengkap, DL serial, UL, PP test, BT/CT, jika ada instruksi USG Kandungan cito, telpon VK (nyeri goyang porsio?)
3. Konsul obgyn, anestesi, persiapkan darah, hubungi ruang OK
4. Persiapan OK, informed consent, kateterisasi

INTERNA
Hipoglikemi :
   A) Cek BS stik
   B) Bolus D40% 2 amp
   C) IVFD D10% 20tpm
   D) Cek EKG dan Lab lengkap
   E) Cek BS stik ulang 1 jam kemudian
   F) Target GDS > 90
   G) Jika belum,bolus maintenance D40% 1 ampul tiap jam
   H) Jika GDS sudah > 90, maintenance dengan IVFD D10% 20 tpm saja
   I) Harus MRS

Diabetik Ketoasidosis (DKA) (PPK INTERNA BRSU Tabanan , 2015)


a. IVFD Nacl 0,9% atau RL  100 cc/kgBB  2L dalam 2 jam pertama, selanjutnya 1 liter tiap 4 jam sampai pasien terhidrasi
b. Insulin regular 0,15 u/kgBB diikuti dengan infus kontinyu 0,1 u/kgBB/jam (5-7 unit/jam).
c. Pasang kateter urin, CEK UL, CEK AGD
d. Jika Hipokalemia (K<3,3 mE1/L)  koreksi denngan target penurunan gula darah 50-75 mg/L.
e. Jika gula darah tidak turun 50mg/dl pada awal jam pertama  periksa status hidrasi  cukup  naikkan infus insulin 2x lipat
setiap jam hingga tercapai penurunan darah konstan 50-75 mg/dl/jam.
f. Ketika kadar gula mencapai 250mg/dl turunkan infus insulin menjadi 0,05 – 0,1 unit/kgBB/jam (3-6 unit/jam) dan tambahkan
infus dextrose 5-10%.
g. Jika insulin intravena tidak dapat diberikan maka insulin diberikan dengan dosis 0,4-0,6 iu /kgBB  setengahnya IV sisanya
SC atau IM. Dilanjutkan dengan insulin IM atau SC 0,1 iu/kgBB/jam, selanjutnya protocol penatalaksanaaya sama seperti
pemberian drip IV
h. Glukosa  bila kadar glukosa <200
i. Bikarbonat hanya pada KAD berat (pH <7,1)
j. Antibiotik,
k. Oksigen,
l. Heparin bila ada DIC atau hyperosmolar (>380 mOsm/L)
Protap Drip Insulin (dr Juliana, Sp.PD, 2020)

GDS Drip Insulin Cek GDS

>300 4 IU/jam @ 1 jam

200-300 2 IU/jam @2 jam

100-200 1 IU/jam @4jam + IVFD D5% 20tpm

<100 Stop drip D5% 20tpm cek gds @ 1 jam

Hiperkalemia – kalium plasma >5 mEq/L


a) Kalsium glukonat 10ml (iv) dalam waktu 2-3 menit dengan monitor EKG. Bila perubahan EKG masih ada, pemberian Ca
Glukonat dapat diulang setelah 5 menit. Bila kadar kalium >6,4 mEq/L dan EKG menunjukkan tall T pertimbangkan
pemberian kalsium glukonat dengan infus kontinyu.
b) Insulin-Glukosa  Insulit 10 unit dalam glukosa 40% 50ml bolus intravena diikuti dengan infus glukosa 10% 75ml/jam
untuk mencegah hipoglikemi.
c) Pemberian Natrium Bicarbonat dianjurkan bila kadar pH kurang dari 7,2
d) Pemberian B2 agonis melalui nebulizer dengan dosis 10-20mg dalam 4ml larutan saline
e) Bila fungsi ginjal adekat  tambahkan furosemide dan tiazid
f) Pemberian resin penukar untuk mengeluarkan kalium lewat feses, dapat diberikan per oral atau suposituria
g) Hemodialisis emergency jika kalium lebih dari sama dengan 6,5 mEq/L

Nyeri RUQ susp Kolesistitis (ada transaminitis AST > ALT)


a) IVFD RL 500ml + ketorolac 30mg ~ 20tpm
b) Levofloxacin 1x750mg (IV)
c) Omeprazole 2x1 vial
d) Ondansentron 3x1 amp
e) Paracetamol (prn)
f) Inpepsa 3x1 C
g) Planning USG Abdomen

DHF / Dengue Fever:


a) IVFD RL 30 tpm (jika ada hemokonsentrasi loading RL 1 flash dilanjutkan RL 30-40 tpm, ada beberapa ditambahkan Gelafusal 1
flash / hari)
Karena laktat dimetabolisme di hati, kita bisa pake asetat yang dimetabolisme di otot dengan metabolism 3-4 kali lebih cepat
disbanding RL
Anak : BB <10kg  BBx10ml/jam  kurang lebih 10 tpm
Bayi  29 tetes mikro
Maintenance pada dehidrasi : BB<15kg= 7 cc/kg/jam, BB 15-40kg = 5cc/kg/jam, BB>40kg = 3cc/kg/jam
b) Diet bebas
c) Paracetamol tab 3x500 (10-15mg / kgBB/kali)
Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
d) Becom C 1-2 x 1 tab atau B komplex 3 x 1 tab atau Aviter
1 x 1 sachet
e) Imunos 1 x 1 cap / Imboost 1 x 1 cap
f) Ranitidin 2 x 1 ampul (atau 2 x 1 tab)
g) Ondansetron 3 x 4 mg k/p atau Domperidon tab 3 x 1 tab
h) Cek DL @ hari, perhatikan tanda vital dan produksi urin

Jika terjadi perburukan klinis  berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok terkompensasi (compensated shock) :
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat.
1. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
1. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau
pertimbangkan pemberian koloid spt GELAFUSAL (skr kl dikasi FIMAHES produknya bs menumpuk lama di organ shg lbh
merugikan) 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
2. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan
tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
3. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan
dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
4. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Hati kelebihan cairan bisa menimbulkan Lung
Edema walaupun msh bs diberi furosemid tp kadang prosesnya begitu cepat.
5. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.

Diagnosis
DF dgn 2 gejala klinis dan 1 lab (trombositopenia dan tidak ada kebocoran plasma
DHF dengan 2 gejala klinis disertai dengan trombositopenia dan tanda kebocoran plasma
KLINIS
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari
Cara melakukan Tourniquet test :
TD (Sistolik +Diastolik) : 2  tahan selama 5 menit
Lihat 4cm dibawah fossa cubiti apakah terdapat petechiae
<10 = normal (-)
10-20 = dubia
>20 = abnormal (+)
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
3. Uji bendung / rumple leed/ tourniquet test positif
4. Petekie, ekimosis, purpura
5. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
6. Hematemesis dan atau melena
7. Pembesaran hati
8. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

Laboratorium
1. Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
2. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler manifestasi sbg berikut:
Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Klasifikasi :
1. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung.
2. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
3. Derajat III (profound shock) Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV Syok berat (nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur)

Demam Tifoid
a. Tirah baring selama masih demam
b. Hidrasi adekuat
c. Diet TKTP rendah serat
d. Kompres hangat bila demam, antipiretik bila t>38,2
e. Anti emetik
f. Monitoring CM-Ck dan gejala perforasi (perut kembung, nyeri abdomen akut, berak darah)
g. Antibiotik
Fluoroquinolon (7hari)  ciprofloxacin 2x400mg (iv) atau 2x500mg(po), levofloxacin 1x500mg (iv atau po)
Cephalosporine gen III (5-7 hari )  ceftriaxone (2-4gram/hari (iv)
Cefixime 2x500mg (po) 10 hari
Macrolide (7hari)  Azithromicin 1x500mg (po)
Chloramphenicol (14 hari)  50-100 mg/kgBB. Tidak diberikan jika leukosit <2000/uL, lakukan monitoring leukosit tiap 5
hari
Tiamphenicol (14 hari) 4x500mg (po)
Penicilin (14hari)  Amoxicillin 2x2gram (iv) atau Ampicillin 4x1-2gram (iv)
Co-trimoxazole (14 hari) 2x960 mg (po)
Ditambah dengan Metronidazole (20mg/kgBB iv) vila terjadi perforasi
h. Hindari pemberian laxantia, lavament dan salisilat
i. Pembedahan bila terjadi perforasi

Reaksi Alergi :
   a) Inj. dexamethason 1 amp iv
   b) Inj. diphenhidramin 1 amp (IM) jika TD sistolik >100
   c) Membaik --> BPL
   d) Obat pulang : interhistin 2x1 + Metyl prednisolone  3x4mg (interhistin blh diganti dgn cetirizine 1x1 yg efek ngantuknya kecil)

Reaksi Anafilaktik :
   a) O2 nasal kanul 4lpm  tredelenberg  inj adrenalin 0,3 cc (SC/IM) ulangi 10-15 mneit bila tidak terdapat perbaikan
   b) Inj. Dexamethason 1 amp (IV)
   c) Inj. Difenhidramin 1 amp (IM) jika TD sistolik >100
   d) IVFD RL grojog 500cc sampe tensi > 90mmHg
   e) Observasi dan cek DL, GDS, Elektrolit
   f) Setelah grojog ,cek tensi, jika > 90mmHg, maintenance RL 30 tpm
   g) Obat pulang (Dextamin 3x1, Starmuno 1x1, bedak salisil)

Intoksikasi Insectisida :
   a) IVFD RL life line
   b) Kumbah lambung (max 4 jam post minum racunnya)
   c) MgSO4  ???
   d) Norit
   e) Harus MRS

Intoksikasi Organofosfat (dr. Risnawan)


a) MRS
b) IVFD NaCl 0,9% ~ 20tpm
c) Pasang NGT  gastric cooling
d) Sulfas Atropin 2 ampul (iv) ulang tiap jam sampai terjadi atropinisasi  lanjut @4jam  @8jam @12jam  @24jam
e) Norit 10 tab digerus  setelah itu aff NGT  minum pelan-pelan
f) Omeprazole 2x40mg (iv)
g) Ondancentron 3x4mg (iv)
h) Sucralfat syr 3x1C (PO)

CKD st V:
- Kasus baru atau kasus lama yang tidak penah kontrol  lengkapi hasil lab (hitung GFR), cek UL  hasil lapor dr. Sutarka, Sp.PD
- GFR = (140 – umur) x BB : (72 x SC)  cwe GFR x 0,85
- Kasus lama lapor dr. Sutarka, Sp.PD disertai keluhan dan vital sign (perhatikan jadwal HD, obat-obat terakhir, letak AV shunt),
tanpa lab  dapat instruksi kerjakan e.g.:

a. Sesak  Oksigenasi + Bolus lasix 2 amp (IV)  observasi tidak membaik  MRS + Drip 12 amp Lasix dalam RL 500 cc 12 tpm
pada extremitas yang tidak terpasang alat (biasanya tanpa pasang kateter), atau drip furosemide 5mg/kgBB/jam
b. Demam  Paracetamol, cek lab
c. Hipoglikemia  sesuai protap

- Anemia  planning tanfusi PRC tanyakan perlu premed Lasix atau tidak
- Hiponatremia berat: IVFD NaCl 3 % 20 tpm
- Hipokalemia berat: IVFD RL 500 cc + KCl 2 flakon  20 tpm

INDIKASI DIALISA : (dr. Sutarka, Sp.PD-KGH)


1. Pasien CKD Stage 5 disertai dengan :
Encephalopathy Uremikum
Edema Paru / Uremic Lung
Asidosis metabolic
Sindroma Uremia berlebihan
Gastropathy uremikum (hematemesis berkaitan dengan uremik substance)
Hiperkalemia (K ≥ 6,5 meq/L)
2. Pasien CKD Stage 5 dengan serum kreatinin ≥8 mg/dl dan untuk penyebab karena DM serum kreatinin ≥ 6 mg/dl
3. Pasien AKI Failure (peningkatan serum kreatinin ≥3 kali dari kadar awal atau kadar serum kreatinin ≥ 4 mg/dl atau
produksi urin <0,3 cc/KgBB selama 24 jam atau anuria selama 12 jam)
4. Pasien AKI Injury disertai dengan : elektrolit imbalance, asidosis metabolic, edema paru, encephalopathy
uremikum, pericarditis uremik, neuropathy uremik, hiper/hipotermia
5. Pasien dengan intoksikasi methanol, obat-obatan yang terdialisis

Hematemesis Melena  VS unstable perbaiki hemodinamik


A) MRS  Pasang NGT  Gastric spooling (stolsel) + RT (darah?)  puasa
   B) Inj. Pantoprazol / Omeprazole
   C) IVFD NaCl 0,9% atau RL
   D) Inj Kalnex 3 x 1 amp (IV)
   E) Sukralfat syr
F) Inj. Ondansetron (k/p)
G) Lab lengkap  ada tanda anemia? CKD? Sirosis?

Susp 803 / B24 / HIV


A) RL 28 tpm
   B) Cotri 2 x II tab
   C) Flukonazol 2 x 1 tab
   D) Omeprazol 2 x 1
   E) Sukralfat syr
F) Paracetamol tab
G) Diatab k/p

PARU
PPOK :
   a) Drip Aminophilin 1 amp dlm RL 20 tpm
   b) Bolus metyl prednisolon 3x62,5 mg (berat) atau 3x40 mg
(ringan)
   d) Ambroxol/DMP/Codein 3x1/ Vestein syr 3x CI/ N-ace 3 x 1
   e) Nebul combivent +/- flexotide @ 8jam
   f) Inj. Cefotaxim 3x1gr (terserah SpP)

PPOK : (dr. Artika, Sp.P)


a) MRS
b) IVFD RL 20 tpm
c) Injeksi Fartison 2x100mg
d) Moxifloxacin fls 1x400mg
e) Nebulisasi Combivent + Pulmicort @8jam
f) NAC 3x1 tab (PO)

Cefotaxim 3x1 gr  wbc < 15rb


Moxifloxacin 1x400 mg  wbc >15rb

PNEUMONIA anak
Pneumonia  klasifikasi menurut WHO ada 3: bukan pneumonia, pneumonia, pneumonia sangat berat.
Terapi
- Pemberian antibiotik
1st line: Ampisilin 50 mg/kg/kali intravena @ 6 jam dan gentamisin 7,5 mg/kg/kali intravena @ 24 jam selama 5 hari
2nd line: Ceftriaxone 50-75 mg/kg/hari intravena @ 12 jam selama 5 hari biladalam 48-72 jam belum terdapat perbaikan klinis
- Terapi suportif
Bila terdapat mengi/wheezing, diberikan nebulisasi β2-agonis (salbutamol) 0,1mg/kg/kali @ 6 jam) dan steroid
(dexametason bolus 0,5-1 mg/kg/kali dilanjutkan dexametason 1mg/kg/hari @ 6 jam)

ASMA BRONKIALE
- Tenangkan penderita, longgarkan pakaiannya, berikan posisi ternyaman bagi penderita
- Berikan oksigen dengan flow 3 – 4 L/mnt
- Periksa tanda vital (T, N, R, t)
- Berikan nebulizer bronkodilator (Combivent/Ventolin), dapat diberikan 3 x dalam 1 jam
- Jika klinis membaik penderita boleh dipulangkan dengan terapi obat jalan dan selanjutnya kontrol ke poli paru
- Jika penderita tetap sesak, indikasi untuk rawat inap:
o Pasang infus D5%/ RL ditambah 1ampul Aminophilin 28 tts/mnt (Jika T < 100 mmhg drip Aminophilin ditunda)
o Berikan kortikosteroid IV (dexametason 1 amp/6 jam atau metilprednisolon 40 – 62,5 mg/6 jam
o Tindakan nebulizer diteruskan @ 6 jam
o Terapi lainnya tergantung indikasi
- Jika ada tanda – tanda gagal nafas rawat di ICU (konsul anenstesi)

Asma untuk ibu hamil:


   a) Nebul ventolin
   b) Obat pulang : salbutamol dan DMP
NB: DMP tidak tersedia di BRSU – ganti ambroxol  kategori C  ganti Bromhexine (Kat B)

HEMOPTISIS
- Perlu ditenangkan dan penderita tidak perlu takut untuk membatukkan darahnya,
- Baringkan penderita dengan posisi kepala lebih rendah dari pada kaki
- Bebaskan jalan napas dari sisa-sisa bekuan darah
- Jika perdarahan kira-kira > 400cc, atau profuse, pasang infus D5%/RL/NaCl, berikan 1amp asam traneksamat iv dan
penderita dirawat ( hubungi konsultan)
- Jika perdarahan < 400 cc, KU penderita baik, berikan injeksi asam traneksamat 1amp iv , observasi kira-kira 2 jam , jika
tidak ada perdarahan lagi penderita dapat dipulangkan dengan saran kontrol ke poli paru
- Selama tindakan dan observasi lengkapi pemeriksaan lab sederhana dan thoraks foto

KARDIO

JANGAN MEMBERIKAN OMEPRAZOL PADA PASIEN JANTUNG  INTERAKSI OBAT  omeprazole dapat menurunkan
kerja clopidogrel

AF Respon Cepat :  MRS tanyakan ICCU atau ruangan


   a) O2 4lpm
   b) Cek Lab Lengkap + EKG
   c) Oksigenasi dan IVFD NaCl 0,9% lifeline 8 tpm
   d) Lapor SpJP  
   e) Inj. Fargoxin 1 amp (IV)  EKG 6 jam post fargoxin

Krisis Hipertensi
Hipertensi emergensi
a) O2 3lpm
b) Cek DL, GDS, UL, Elektrolit, Foto thorax
c) Pengobatan parenteral (Clonidin/Diltiazem/Nicardipin/Nitrosin) secara bolus dalam hitungan menit sampai jam dengan
langkah berikut :
- 5-120 menit pertama MAP diturunkan 20-25%
-2-6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100mmHg
-6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemi organ.
Clonidin /Catapres iv (150mcg/amp)  900mcg dimasukkan dalam D5% 500 cc dan diberikan dengan mikrodrip 12tpm. Setiap 15
menit dinaikan 4 tetes hingga TD tercapai. Bila TD tercapai, observasi 4 jam kemudian diganti dengan Clonidin tab (po) sesuai
kebutuhan
Diltiazem (Herbesser) iv (10mg dan 50mg/amp)  diltiazem 10mg (iv) dalam 1-3 menit kemudian dilanjutkan dengan infus 5mg/jam
selama 20 menit. Bila TD turun >20% awal, dosis diberikan 30mg/menit sampai target tercapai. DIteruskan dengan dosis 5-10 mg/jam
dengan observasi 4 jam kemudian diganti dengan tablet oral.
Nicardipin (Perdipin) (iv) 2mg dan 10 mg/ampul) diberikan 10-30mcg/kgBB bolus. Bia TD stabil diteruskan 0,5-6mcg/KgBB/menit
sampai tekanan darah tercapai

Hipertensi urgensi
1. O2 nasal canule
2. Captopril 12,5-25 mg @ 1-2 jam (onset 15-30 menit, durasi kerja 4-6 jam)

ACS  STEMI / NSTEMI (troponin +) / UAP :


   a) MRS
b) O2 4lpm
   b) Cek Lab Lengkap + EKG + ro thorax jika pasien transportable
   c) IVFD NaCl 0,9% 8 tpm lifeline di kanan  untuk mengurangi beban langsung ke jantung. Jika tensi <100 dengan akral dingin,
tidak ada sesak  loading cairan 100-200 cc
   d) Lapor SpJP   ingat hitung skor TIMI, GRACE, KILLIP dan CRUSADE
   e) Pasang monitor, kateter urin  liat reduksi urin pertama, trus hitung cairan setelahnya. Kateter urin dapat memicu perdarahan,
urin bisa ditampung tanpa menggunakan kateter urin
f) ISDN 5 mg (SL) jika TD > 100 mmHD, HR > 60 bpm (NB dr SGD 3 x 1 tab)
g) ASA loading 80 mg x 3 tab (160-320mg)  maintenance 1 x 1 tab
h) Clopidogrel loading 75 mg x 4 tab (300mg)  maintenance 1 x 1 tab
i) Simvastatin 0-0-20 mg
j) Lovenox 2 x 0,6 mg (SC) pengurangan dosis diberikan pada pasien dengan GFR <30  berikan 1x0,6 mg (SC)
j) Bisoprolol 1 x 2,5 mg
k) Captopril 2 x 25 mg
lain-lain: pantozol, sukralfat, laxadin, digoxin, fluxum (lovenox) inj 0,4 atau 0,6 cc

NOTE :
STEMI lapor Sp.JP segera dan jelaskan onset, jika early ada pertimbangan PCI atau trombolitik dengan streptokinase
STEMI / NSTEMI  ICCU
UAP  risiko rendah (TIMI Rendah) boleh rawat ruangan, kalo sedang berat  ICCU
KIE Keluarga : pasien bisa memburuk kapan saja, semua aktivitas dilakukan DIATAS BED, perawatan di ICCU jangan banyak
penunggu  tulis di lembar KIE lalu idtanda tangani keluarga

Jika pasien STEMI Inferior HARUS CEK LEAD V3R dan V4R untuk cek INFARK VENTRIKEL KANAN dan CEK LEAD V7 – V9 untuk
cek INFARK POSTERIOR
Tapi kalo nggak ada ST elevasi ULANGI EKG TIAP 30 MENIT sampe sebanyak 3 EKG serial, PERHATIKAN EVOLUSI GELOMBANG
yang mengarah ke STEMI
Jika tidak ada evolusi ST elevasi  NSTEMI (troponin +) atau UAP (Troponin negative)

TIMI SCORE
CRUSADE SCORE

CHF : (NB dr. Sugiada, Sp.JP kl sesak Meylon 50 meq IV bolus pelan)
   a) O2 4lpm
   b) Cek Lab Lengkap + EKG
   c) Oksigenasi dan IVFD NaCl 0,9% 8 tpm (life line)
   d) Lapor SpJP  
   e) Pasang monitor
g) MRS
   h) Bolus furosemid 2 amp (IV) lanjut Drip furosemid misal RL 500 cc + 8 amp  12 tpm
Dosis 1-2mg/kgBB/hari, 1-3 kali perhari oral atau iv
Dapat diberikan iv drip dengan dosis 2,5-20mg/jam  biasanya drip furosemide 5mg/jam naikkan dosisnya hingga
20mg/jam
Dapat menimbulkan hipokalemia
i) ASA 80 mg 3 tab  maintenance 1 x 1 tab
j) Furosemid 40 mg 1-0-0
k) Letonal (spironolakton) 25 mg 1-0-0
l) Digoxin 1 x 1 tab
m) Aspilet 1 x 1 tab
n) Lisinopril 1 x 2,5-5 mg

Drip Furosemid siapkan : furosemide 10 ampul, spuit 20cc (1), three way (1), perfusor (1)

Tamponade Jantung
Gejala :
a) Triad Beck  Hipotensi, Peningkatan JVP, muffled heart sound (sara jantung menjauh)
b) Takikardi, pulsus paradoksus
c) Orthopneu, batuk dan disfagia
d) Dapat ditemukan kussmaul,s sign pada saat inspirasi
e) EKG – tinggi gelombang R berbedabeda
Terapi :
1. O2 3 lpm
2. IVFD RL lifeline
3. EKG, Thorax
4. Pericardiosintesis
Cara Pijat Sinus Karotis :
Pasien terpasang monitor EKG, ekstensikan kepala pasien ke kiri sehingga kita bisa mengevaluasi nadi karotis kanan (tingkat
keberhasilannya lebih tinggi). Dengarkan bruit karotis, jika tidak ada maka pijat arteri karotis secara sirkuler selama 5-10 detik
sambil perhatikan EKG monitor. Jika tidak berhasil lakukan di sisi kiri.
Kontra Indikasi : Riwayat Infark Miokard, Riwayat TIA atau Stroke dalam 3 bulan terakhir, Riwayat Vt atau VF, adanya bruit.
Pijat karotis bisa menyebabkan sinus pause  siap-siap RJP
NEURO

Kasus Neuro ada 5  Vaskular, Infeksi, Trauma, Autoimun, Tumor

Epilepsi  Fenitoin 3 x 100 mg

HNP
     a) IVFD RL + ketorolac + petidin
     b) Myores 2 x 1
     c) Sysmuno (rebamipide) 1 x 1
d) Co bedah saraf

CVA : hitung Siriraj Score : (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah ) + (2 x pusing ) + ( 0,1 x TD Diastolik) – (3 x atheroma marker) – 12
Kesadaran : CM (15) = 0, Somnolen (9-14) = 1, Koma (3-8) =2
Nyeri kepala dalam 2 jam terakhir = Tidak ada = 0 , Ada = 1
Muntah : Tidak ada = 0 , Ada = 1
Ateroma : Tidak ada penyakit jantung / DM = 0, Ada =1
CVA infark (dr Ayu, Sp.S)  hemiparesis / plegia  Rawat HCU / ruangan
     a) IVFD RL 20 tpm (pasang pada ekstremitas yang sehat)
     b) Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
     c) ASA tab 320 mg (4 tablet) bila onset <48 jam dilanjutkan 1 x 80 mg (kecuali ada tanda perdarahan)  laporkan
d) Atorvastastin 0-0-40mg (PO)
d) Inj Ranitidin (k/p)

CVA Infark Emboli (dr Ayu, Sp.S):


a) RL 20 tpm (di extremitas yang sehat)
b) Inj Citicolin 2 x 500 mg (IV) selama 7 hari
c) ASA 1 x 80 mg (PO)
d) Inj Lovenox 2 x 0,4 cc (SC) selama 5 hari
e) Ranitidin inj 2 x 1 amp (IV) prn

CVA Bleeding (dr. Ayu, Sp.S)


a. RL 20 tpm (diextremitas yang sehat)
b. Inj Citicolin 2 x 250 mg (IV) selama 14 hari
c. Kalnex sesuai kasus
d. Paracetamol 3 x 1 flash (prn)
e. Ranitidin inj (IV) prn
f. NIMODIPIN 2,1 cc/jam pada SAH

CVA Bleeding di pons (dr Rini,Sp.S)


a. RL 20 tpm di extremitas yang sehat
b. Mannitol 200cc (loading) selanjutnya 6x100cc
c. Paracetamol fls 3x1flash
d. Kalnex 4x1gr
e. Ranitidin 2x50mg

SOL serebri
     a) IVFD RL 28 tpm
     b) Dexamethason bolus 4 amp (IV)  maintenance 4 x 1 amp (IV)
     c) Inj Citicolin / Brain act 2 x 500 mg (IV)
     d) Ranitidin inj 2 x 1 amp (IV)

Protap Vertigo dgn TD normal :


     a) IVFD RL 20 tpm
     b) Pirabrain 4x1 gr  tidak ditanggung bpjs
     c) Betahistin 3x1
     d) Unalium (Flunarizin) 1x5mg
     e) Ranitidin inj k/p

Protap Vertigo dgn TD rendah :


     a) IVFD RL 20 tpm
     b) Pirabrain 4x1 gr  tidak ditanggung bpjs
     c) Vertizin 3x1 (perifas)
     d) Ranitidin inj k/p

FLUNARIZIN  1X1 BUKAN 2X1

Bell’s Palsy :
   A) Metyl prednisolon 3x16mg
   B) Kalmeco 3x1
   C) Grahabion 2x1
   D) Kontrol 3 hr lagi di poli saraf
   E) Fisioterapi hari ke-V

ANAK
Asfiksia Neonatorum (RDS pada bayi) riw. Persalinan lengkap (BB 3 kg)
   A) Hangatkan bayi di infant warmer  suction  oksigenasi sungkup  saturasi O2
   B) Lapor Sp.A  MRS Bakung  Rawat Inkubator
C) D10% + Nabic 75 meq  6 tpm mikro
D) Anbacim 2 x 150 mg
E) Dexa 3 ¼ amp
F) Aminofilin 3 x 6 mg
G) DL, GDS, Puasa

Meningitis
a. Terapi antibiotika empiris sesuai usia dengan lama pengobatan 10-14 hari
Umur 1-3 bulan
-Ampicilin 200-400 mg/kgBB/ hari (iv) dibagi 4 dosis dan Cefotaxime 200mg/kgbb/hari (iv) dibagi 2-3 dosis
-Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari (iv) dibai 2 dosis
Umur >3bulan
-Cefotaxime 200mg/kgBB/hari (iv) dibagi 4-3 dosis
Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari (iv) dibagi 2 dosis
Ampicillin 200-400 mg/kgBB/hari (iv) dibagi 4 dosis dan kloramfenikol (bila tidak ada kontraindikasi) 100 mg/kgBB/hari (iv)
dibagi 4 dosis
b. Dexamethasone dosis 0,6mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis (2 hari pertama saja)
c. Manitol 20% jika ada indikasi  dosis 0,5-1 gr/kgBB/kali tiap 8 jam

Diare anak-anak BB=18kg : saran cek FL


   A) L Bio 2x1 sach
   B) Neokaolana Syr 3 x cth I  jika diperlukan
   C) Paracetamol Syr 3 x cth 1,5 (k/p)
   D) Cefixime Syr 2 x cth I / Sanprima syr
   E) Domperidone Syr 3 x cth I (k/p)
F) Zinc pro 1 x Cth I
G) Diet sesuai umur, susu diencerkan, atau susu rendah/bebas laktosa
H) Jika Dehidrasi sedang-berat  MRS, IVFD RL bisanya jika berat loading cairan hingga ada tanda BAK (+) lalu maintenance
tetesan
Asering 30 cc/ kg/ 1 jam  70 cc/ kg/ 5 jam  maintenance 10 cc / kg /HR
Febris Konvulsi anak-anak  KDS / KDK
A). IVFD D5NS1/4
   B) Stezolid Supp (BB<10kg = 5mg ; BB>10kg = 10mg)  ada yang maintenance dengan Stesolid syr atau luminal puyer (Dosis Luminal
tab (5xBB):2)
   C) Propiretik Supp sesuai dosis
   D) Antibiotik con Anbacim (cefuroxime) sesuai konsulen
E) Imunos plus syr

Status konvulsi
   A) MRS ICU
   B) IVFD D5NS 1/4  
C) Inj antibiotik (misal anbacim)
   D) Inj Dexa 3 x amp (IV)
   E) Drip paracetamol
F) Inj. Fenobarbital 2 x (IM) OR fenitoin 1 amp dlm NS 20 cc habis dalam 20 mnt
Jika ada factor risiko (kejang lama, kejang fokal atau parsial, kejang multiple >2kali, kelainan neurologis yang nyata, riwayat epilepsy di
keluarga)  phenobarbital loading dose secara IM dengan dosis neonates 30mg, bayi 50mg, diatas 1 tahun 75mg. Selanjutnya dapat
diberikan profilaksis kontinyu.
Jika kejang belum berhenti  phenobarbital 10-20mg/kgBB/kali (dosis maksimal 1000mg) IV habis dalam 20-30 menit. Jika kejang
berhenti 12 jam kemudian dilanjutkan dengan phenobarbital dosis rumatan secara IV 5mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis atau per oral
8-10mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (selama 2 hari)
Jika kejang belum berhenti dengan Phenobarbital, berikan Phenitoin loading dose dengan dosis 20mg/kgBB/kali secara IV
diencerkan dalam 50ml NS diberikan selama 20 menit.
Jika kejang belum berhenti dapat diberikan tambahan Phenitoin 5-10mg/kgBB (dosis total maksimal 1000mg)
Belum berhenti juga  PICU sebagai refrakter status epileptikus
Terapinya :
Midazolam 0,2mg/kg IV bolus dilanjutkan dengan per infus
Phentotal-Tiopental 2-4mg/kg/IV
Propofol 3-5 mg/kg/infus

Bronkiolitis
   A) Nebul ventolin
   B) Paracetamol syr 3 x ctg (BB)
C) Amoxicilin syr 3 xcth (BB) atau AB lainnya
D) Puyer GG/Salbu/Methylpred/Vit C

Pneumonia berat (BB 10 kg)


   A) D5NS ¼ + Nabic 50 meq  7 tpm makro
   B) Anbacim inj 3 x 1/3 gr
C) Bisolvon 3 x ¼ amp (IV)
D) Sanmol drop 3 x 1cc
E) Dexa 3 ¼ amp
F) Imunos 1 x cth I
G) Ventolin nebule dengan NS @ 8 jam

Thypoid anak-anak :
   a) Jika tdk bs ma/mi, MRS
   b) Jika msh bs ma/mi, BPL dengan obat cefixime Syr 2 x cth sesuai BB, Paracetamol Syr 3 x cth sesuai BB, obat symptomatis lainnya

ANESTESI
NIV (Non Intubated Ventilator) dipakai untuk pasien yang sadar  disetting agar “seal” nya dapet sehingga udara dan PEEP nya tidak bocor

Anda mungkin juga menyukai