Anda di halaman 1dari 35

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN


& KARDIOVASKULAR

Disusun oleh :
dr Ahmad Azmi Nasution.,M.Biomed
Dian Handayani.,S.Farm.,M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU 1

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan kenikmatan
yang tiada bandingannya dan karena berkat limpahan rahmatNya maka penyusun akhirnya
dapat menyelesaikan penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sistem
Endokrin dan Kardiovaskuler.
Buku petunjuk praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu pengadaan sarana
pendidikan terutama dalam praktikum anatomi fisiologi manusia sistem endokrin dan
kardiovaskuler. Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sistem Endokrin dan Kardiovaskuler ini
secara garis besar bertujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa bagaimana anatomi dan
fisiologi manusia bekerja pada sistem endokrin dan kardiovaskuler.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa petunjuk praktikum ini masih banyak kekurangannya
dan jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun butuhkan
demi perbaikan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat
bermanfaat menuntun praktikan sebelum melakukan praktikum Anatomi Fisiologi Manusia
Sistem Endokrin dan Kardiovaskuler.

Bengkulu, April 2019

Penyusun

2
Praktikum 1
Mengukur Hormon Kortisol dan Adrenokortikotropik
Pendahuluan
Dalam praktikum ini akan mempelajari tentang :
1. Cara mengukur kadar kortisol dan adrenokortikotropik dalam darah
2. Macam-macam penyakit yang berkaitan dengan kadar kortisol dan adrenokortikotropik

Dasar Teori
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah jauh dari kata hormon. Saat
tertawa tubuh akan menghasilkan hormon, saat menangis, saat merasa kesakitan, bahkan saat
marah juga akan menghasilkan hormon. Hormon berasal dari kata Hormaein yang artinya
memacu atau menggiatkan atau merangsang. Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein
yang mempunyai fungsi untuk memacu atau menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan
adannya hormon dalam tubuh, maka organ akan berfungsi menjadi lebih baik. Hormon
dihasilkan dari organ endokrin pada tubuh. Organ endokrin atau disebut dengan kelenjar
endokrin adalah kelenjar yang memproduksi hormon untuk mengatur sistem organ secara
fisiologis. Organ-organ endokrin antara lain :
1. Hipotalamus
2. Hipofisis
3. Paratiroid
4. Tiroid
5. Kelenjar adrenal
6. Pankreas
7. Ovarium dan testis (Purwanto, 2016)
Organ endokrin yang mensekresikan hormon kortisol adalah kelenjar adrenal, tepatnya di
zona fasiculata. Hormon kortisol adalah hormon yang berperan dalam tingkat stres suatu
individu. Pada saat seseorang stres, terjadi peningkatan kortikosteroid yaitu hormon kortisol ini.
Kortisol adalah pengatur dalam stres kronik, pada saat stres akut tubuh akan memobilisasi
keadaan dengan fight or flight reaction (Guyton dan Hall, 2014). Sedangkan, pada peningkatan
3
adrenal kortisol merupakan respon dari stres kronik. Apabila ada peningkatan kadar kortisol
maka itu merupakan indikator terjadinya keadaan stres kronik atau stres yang berulang
(Silverthorne, 2001). Dalam keadaan normal, kortisol dilepaskan dalam jumlah kecil sepanjang
hari, tetapi bila menghadapi stres kadar hormon ini meningkat.
Selain hormon kortisol, ada pula hormon adrenokortikotropik atau biasa disebut ACTH.
ACTH adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitari (hipofisis). Kelenjar hipofisis
adalah kelenjar yang terletak di dasar otak, dibawah ventrikel tiga pada dasar tengkorak. Seluruh
sekresi dari kelenjar ini dikontrol oleh hipotalamus. Hipotalamus dikontrol oleh rangsang saraf
dari otak (Patton dan Thibodean, 2010) fungsi kelenjar ACTH adalah mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan kulit ginjal, menstimulus kelenjar adrenal untuk mensekresikan
glukokortikoid, mengontrol sekresi aldosteron dan hormon steroid lainnya dalam korteks
adrenal.

Peralatan dan bahan yang digunakan :


1. HPLC
2. Tabung reaksi
3. Syringe
4. Sampel plasma isolasi dari 5 pasien
5. Software sistem endokrin, bisa diakses pada link
https://www.youtube.com/watch?v=paE3WhXKvCs&feature=youtu.be

4
Praktikum 2
Plasma Glukosa, Insulin, dan Diabetes Mellitus
Pendahuluan
Dalam praktikum ini akan mempelajari tentang :
1. Cara mengukur plasma glukosa dan insulin
2. Hubungan plasma glukosa dan insulin dengan penyakit Diabetes Mellitus

Dasar Teori
Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi mengangkut zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia yang merupakan
hasil dari metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk medium cairan darah yang disebut
plasma darah. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung albumin, yaitu
bahan pembeku darah, imunoglobulin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein, berbagai jenis
garam (Waterbury, L, 1998).
Lalu komponen di dalam darah yang sudah kita ketahui adalah glukosa. Glukosa yang
merupakan monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis
dan awal bagi respirasi. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam glukosa terdapat
dalam buah-buahan dan madu lebag (Poedjiadi, 1994).
Glukosa di dalam darah dapat menguntungkan dan juga merugikan. Apabila kadar glukosa
terjaga, maka akan terjadi keseimbangan padda tubuh. Tetapi, apabila tidak terjaga maka akan
meyebabkan beberapa gangguan pada tubuh. Kadar glukosa yang tinggi pada kondisi normal
akan dapat dikendalikan dengan sebuah hormon yaitu insulin. Tubuh yang menyerap mayoritas
karbohidrat sebagai glukosa (gula darah) akan membuat gula darah tersebut meningkat, terlebih
lagi setelah makan. Pankreas kemudian akan melepaskan insulin yang membantu membawa gula
darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila
kelebihan. Jika aktivitas seseorang kurang, maka resiko kadar gula darah melebihi batas normal
lebih rentan terjadi.
5
Salah satu penyakit yang sering kita dengar mengenai kadar glukosa darah adalah penyakit
diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar gula darah yang dapat terjadi akibat faktor keturunan. Penyakit ini menyebabkan
komplikasi di hampir seluruh organ tubuh, antara lain mata, ginjal, jantung, otak, infeksi yang
sukar diobati, dan tidak jarang dilakukan tindakan amputasi (Sutaranegara dan Suastika, 1999).
Penyakit ini dapat digolongkan menjadi akut dan kronik tergantung gejalanya. Diabetes mellitus
terbagi menjadi empat tipe, antara lain :
1. DM tipe 1 (tergantung insulin)
2. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
3. DM tipe 3 (terkait malnutrisi)
4. DM tipe 4 (terkait sindrom tertentu)

Peralatan dan bahan yang digunakan :


1. Spektrofotometer
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Sampel darah dari 5 pasien
5. Glukosa standar
6. Air deionisasi
7. Reagen warna enzim
8. Barium hidroksida (BaOH)
9. Heparin
10. Sofware sistem endokrin, yang bisa diakses pada link
https://www.youtube.com/watch?v=0ud9ckMnYys&feature=youtu.be

6
Pratikum 3
Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah
Pendahuluan
Dalam praktikum ini akan mempelajari tentang :
1. Anatomi jantung dan pembuluh darah
2. Fungsi jantung dan peredaran darah manusia

Dasar Teori
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah dan limfe. Jantung merupakan
organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa
darah jantung. Vena membawa darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena,
terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas ddalam cairan ekstraseluler atau interstisia. Saluran limfenya yang
dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga
dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
1. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dengan basisnya diatas
dan puncaknya dibawah. Apex (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300
gram. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
linea midclavicular.
a. Struktur Jantung
Jantung terletak di rongga torkas sekitar garis tengah antara sternum dan vertebra.
Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3, 4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian
jantung terletak disbelah kiri garis median sternum. Jantung terletak diatas diafragma,
miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga toraks. Batas
cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava superior
(Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
Jantung dibagi menjadi bagian kanan dan kiri, dan memiliki empat bilik (ruang),
bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik atas, atria (atrium, tunggal)
7
menerima darah yang kembali ke jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septum, yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini
sangat penting, karena bagian kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen
rendah sementara sisi kriri jantung menerima dan meompa darah beroksigen tinggi.
Bagian jantung terdiri dari atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan venttrikel
sinistra (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
1) Arium Dextra
Dinding atrium dextra berukuran tipis, rata-rata 2 mm. Terletak agak kedepan
dibandingkan ventrikel dextra dan atrium sinistra. Atrium dextramerupakan muara dari
vena cava. Pemisah vena cava dengan dinding atrium hanyalah lipatan katub atau pita
otot rudimeter maka apabila terjadi peningkatan tekanan atrium dextra akibat
bendungan darah dibagian kanan jantung, akan dikembalikan ke dalam vena sirkulasi
sistemik. Sekitar 80% alir balik vena ke dalam atrium dextra akan mengalir secara pasif
ke dalam ventrikel dextra melalui katuptricuspidalisalis, 20% sisanya akan mengisi
ventrikel dengan kontraksi atrium. Pengisian secara katif ini disebut Atrial Kick.
Hilangnya atrial kick pada disaritmua dapat mengurangi curah ventrikel.
2) Atrium Sinistra
Terletak postero-superior dari ruang jantung, tebal dinding atrium sinistra 3 mm,
sedikit lebih tebal dari pada dinding atrium dextra. Endocardiumnya licin dan otot
pectinatus hanya ada pada auricle. Atrium kiri menerima darag yang sudah dioksigenasi
dari 4 vena pulmonalis yang bermuara pada dinding postero-superior atau postero-lateral,
masing-masing sepasang vena dextra dan sinsitra. Antara vena pulmonalis dan atrium
sinistra terdapat katup sejati. Oleh karena perubahan tekanan dalam atrium sinistra
membalik retrograde ke dalam pembuluh darah paru. Peningkatan tekanan atrium sinistra
yang akut akan menyebabkan bendungan pada paru. Darah mngalir dari atrium sinistra ke
ventrikel sinister melalui katup mitralis (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
3) Ventrikel Dextra
Terletak di ruang paling depan di dalam rongga toraks, tepat dibawah manubrium
sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel sinistra dan di
medial atrium sinistra. Ventrikel dextra berbentuk bulan sabit, tebal dindingnya 4-5 mm.

8
Bentuk ventrikel kanan seperti ini guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang
cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.
4) Ventrikel Sinistra
Berbentuk lonjong seperti telur, dimana pada bagian ujungnya mengarah ke antero-
inferior kiri menjadi apex cordis. Tebal dinding ventrikel sinistra 2-3 x lipat tebal dinding
ventrikel dextra, sehingga menempati 75% masa otot jantung seluruhnya.tebal ventrikel
sinistra saat diastole adalah 8-12 mm. Ventrikel sinistra harus menghasilkan tekanan yang
cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran
darah ke jaringan perifer. Sehingga keberadaan otot-otot yang tebal dan bentuknya yang
menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel
berkontraksi (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002)..
2. Sistem Peredaran Darah
Secara umum fungsi jantung yang utama adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa fungsi
jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu
jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke seluruh tubuh serta
memberishkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk
melaksanakan fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah yang kekuragan oksigen dari
seluruh tubuhnya dan selanjtnya memeompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada
jantung mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya
akan oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh manusia.

Peralatan yang diperlukan :


1. Kadaver
2. Gambar atau model jantung manusia
3. Buku Sobota

9
Pratikum 4
Mikroanatomi Jantung dan Pembuluh Darah

Pendahuluan
Dalam praktikum ini akan mempelajari tentang :
1. Mikroanatomi jantung dan pembuluh darah
2. Pembuluh darah arteri dan vena

Dasar Teori
Jantung mendapat peredaran dari arteri coronaria cordis yang merupakan cabang dari aorta
ascendens. Arteri coronaria cordis terdiri dari 2 macam yaitu : arteri coronaria dextra dan arteri
coronaria sinsitra. Aretri coronaria dextra muncul dari sinus aorticus anterior, mula-mula
berjalan ke depan kemudian ke kanan untuk muncul diantara truncus pulmonalis dan auricula
kanan, kemudian berjalan turun dan ke kanan pada bagian kanan sulcus atrioventricularis menuju
pertemuan margo dextra dan inferior cordis.
Arteri coronaria sinistra muncul dari sinus aorticus posterior sinistra, berjalan ke depan
diantara truncus pulmonalis dan auricula sinistra. Vena dari jantung akan bermuara ke dalam
sinus coronaria. Sinus ini terletak dibagian posterior sulcus coronarius dan tertutup oleh stratum
musculare atrium kiri. Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan.
Serangkaian perubahan yang terjadi di dalam jantung pada saat pengisian darah disebut siklus
jantung. Jantung normal berdenyut sekitar 70-90 kali permenit pada orang dewasa yang sedang
istirahat dan sekitar 130-150 kali permenit pada bayi baru lahir.
Darah secara terus menerus kembali ke jantung, selama sistolik ventrikel (kontraksi), saat
valva atrioventrikularis tertutup, darah untuk sementara ditampung di dalam vena-vena besar dan
atrium. Bila ventrikel mengalami diastolik (relaksasi), valva atrioventrikularis membuka dan
darah secara pasif mengalir dari atrium ke ventrikel. Waktu ventrikel hampir penuh, terjadi
sistolik atrium dan memaksa sisa darah dalam atrium masuk ke ventrikel. Curah jantung
didfeinisikan sebagai kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah
dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Curah jantung rata-rata 5 L/menit. Namun
10
demikian, curah jantung bervariasi untuk memneuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi jaringan
perifer. Kebutuhan vurah bervariasi sesuai ukuran tubuh, sehingga indikator yang lebih akurat
untuk fungsi jantung adalah indeks jantung. Indeks jantung diperoleh dengan membagi curah
jantung dengan luas permukaan tubuh yaitu sekitar 3 L/menit/m2 permukaan tubuh.
Curah jantung bergantung dari hubungan yang terdapat antara dua buah variabel yaitu
frekuensi jantung dan volume sekuncup. Meskipun terjadi perubahan ada salah satu variabel,
curah jantung dapat tetap dipertahankan konstan melalui penyesuaian kompensatorik dalam
variabel lainnya. Perubahan dan stabilisasi curah jantung bergantung pada mekanisme yang
mengatur kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung sebagian besar
berada dibawah pengaturan ekstrinsik sistem saraf otonom, serabut parsimpatis dan simpatis
mempersarafi nodus SA dan AV, mempengaruhi kecepatan dan frekuensi hantaran impuls.
Stimulasi serabut parasimpatis akan mengurangi frekuensi denyut jantung, sedangkan stimulasi
simpatis akan mempercepat denyut jantung.
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung.
Setiap katup berespon terhadap perubahan tekanan. Katup-katup terletak sedemikian rupa,
sehingga membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan pintu
satu arah. Katup jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katup atrioventrikuler dan katup
semilunar.
1. Katup Atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel, sehingga disebut katup atrioventrikuler. Katup
yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah katup disbeut
trukuspid. Terdiri dati tiga otot yang tidak sama, yaitu 1) Anterior, yang merupakan paling
tebal dan melekat dari daerah infundibuler ke arah kaudal menuju infero-lateral dinding
ventrikel dextra. 2) Septal, melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun
membraneus. 3) Posterior yang merupakan paling kecil, melekat pada cincin tricuspidalis
pada sisi postero-inferior (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
2. Katup Semilunar
Disebut semilunar (bulan separuh) karena terdiri dari tga daun katup, yang masing-
masing mirip dengan bulan separuh. Katup semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri
yang berhubungan. Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh

11
ini dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katup
semilunar ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik waktu diastol
ventrikel (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu :
1) Perikardium (Epikardium)
Merupakan membran tipis dibagian luar yang membungkus jantung. Terdiri dari dua
lapisan yaitu perikardium fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang
membatasi pergerakan jantung terikat dibawah sentrum tendinium diafragma, bersatu
dengan pembuluh darah besar merekat pada sternum melalui ligamentum
sternoperikardial dan perikardium serosum, dibagi menjadi dua bagian, yaitu
perikardium parietalis membatasi perikaridum fibrosum sering disebut epikardium dan
perikardium fiseral yang mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas
untuk mempermudah pergerakan jantung.
2) Miokardium
Merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk sebagian besar
dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung.
Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari arteri koroner.
3) Endokardium
Lapisan tipis endotelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh
sistem sirkulasi (Pearce, 2007; Smeltzer & Bare, 2002).
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan
oleh pengaruh otonom pada nodus SA yang dapat memodifikasi kecepatan (serta kekuatan)
kontraksi, walaupun untuk memulai kontraksi tidak memerlukan stimulasi saraf. Saraf
parasimpatis ke jantung, yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA
dan AV. Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium, termasuk nodus SA dan AV,
serta banyak mempersarafi ventrikel.
Peralatan yang diperlukan :
1. Kadaver
2. Gambar atau model jantung manusia

12
Pratikum 5
Fisiologi Tekanan Darah Arteri Pada Manusia
Pendahuluan

Dalam praktikum ini akan dipelajari tentang :

1. Tekanan darah arteria brachialis pada berbagai sikap/posisi.


2. Tekanan darah arteria brachialis pada berbagai kerja.
3. Pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan darah.
4. Tekanan darah arteria popliteal.

Dasar Teori
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit area dinding
pembuluh darah dan ini biasanya diukur pada arteri. Karena jantung secara ritmik berkontraksi
dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik juga mengalir ke dalam arteri, menyebabkan
tekanan darah naik turun padda setiap denyutan. Jantung merupakan sebuah orga yang sangat
vital bagi makhluk hidup dan merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot-otot jantung.
Jantung mempunyai bentuk seperti jantung pisang. Siklus jantung maerupakan kejadian yang
terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Siklus jantung terdiri dari 2 gerakan, yaitu
konstriksi (sistolik) selama 0,3 detik dan pengendoran (diastol) selama 0,5 detik.
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisiologis dan faktor patologis. Faktor
fisiologis ialah faktor yang berkaitan langsung terhadap kondisi jantungg. Sedangkan faktor
patologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi tubuh secara fisik. Faktor fisiologis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :
a. Kelenturan dinsing arteri
b. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah
c. Kekuatan gerak jantung
d. Viskositas darah, semakin besar viskositas maka semakin besar pula resistensi terhadap aliran
e. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat

13
f. Kapasitas pembuluh darah, semakin besar kapasitas pembuluh darah maka semakin tinggi
tekanan darah
Faktor patologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :
a. Posisi tubuh, baroreseptor akan merespon saat tekanan darah turun dan akan berusaha
menstabilkan tekanan darah
b. Aktivitas fisik, aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat
untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik)
c. Temperatur, menggunakan sistem renin-angiotensin vasokonstriksi perifer. Temperatur pun
dapat berkaitan dengan aktivitas, suhu yang tinggi diakibatkan karena aktivitas yang banyak
sedangkan suhu yang rendah dikarenakan aktivitas yang cenderung ringan
d. Usia, semakin bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah hal ini disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas pembuluh darah
e. Jenis kelamin, wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya
yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran. Sedangkan pria yang
memiliki banyak aktivitas pun cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
f. Emosi, emosi akan menaikkan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset
baroreseptor untuk menaikkan tekanan darah. Emosi akan memicu kerja hormon adrenalin,
adrenalin pria lebih tinggi karena dipengaruhi oleh saraf parasimpatis
g. Makanan, makanan dapat menjadi pemicu tekanan darah yang tinggi, diantaranya yang
mengandung garam (NaCl). Garam akan mempengaruhi retensi Na+ dalam darah sehingga
dapat menyebabkan penumpukkan Na+ dalam darah
h. Hormon, hormon renin yang terdapat dalam ginjal memiliki peranan untuk merangsang
pengeluaran angiotensin yang kemudian akan mempengaruhi rangsangan vasokonstriksi.

14
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 90

Hipertensi Grade 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi Grade 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

TDS : Tekanan Darah Sistolik, TDD : Tekanan Darah Diastolik


Pengukuran tekanan darah sangat mudah dilakukan dengan cara palpasi, kita dapat
melakukan sendiri. Disamping itu dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menggunakan
alat elektronok yang canggih.
Tekanan darah dapat diukur dengan2 metode :
1. Metode Langsung
Metode ini menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuh
darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang sangat
tepat untuk pengukuran dara tapi butuh peralatan yang lengkap dan keterampilan khusus
2. Metode Tidak Langsung
Metode ini menggunakan shpygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat
diukur dengan 2 cara, yaitu :
a. Cara palpasi, dengan cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik
b. Cara auskultasi, dengan cara ini dapat diukur tekanan sistolik maupun tekanan
diastolik. Cara ini memerlukan alat stetoskop
Menghindari kesalahan dalam pengukuran tekanan darah :
1. Hindari makan, merokok dan semua kegiatan 30 menit sebelum pengukuran
2. Stres juga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi
3. Hindari penggunaan pakaian yang ketat, terutama pada bagian lengan
4. Duduk yang nyaman dan letakkan lengan anda dekat dan sejajar dengan posisi jantung
5. Tarik nafas dalam-dalam 5-6 kali sebelum pengukuran
6. Jangan bergerak atau berbicara selama pengukuran
15
7. Istirahatkan 5-10 menit antara pengukuran pertama dan selanjutnya
8. Simpanlah pengukuran tekana darah anda untuk selanjutnya silahkan konsultasikan
dengan dokter anda. Untuk hasil yang baik, cobalah pengukuran dilakukan pada jam-jam
yang sama setiap harinya.

Peralatan yang diperlukan:

1. Sfigmomanometer raksa
2. Stetoskop

Subjek percobaan :

a. Dibutuhkan 1 orang percobaan untuk seluruh latihan ini pada tiap kelompok.
b. Penetapan tekanan darah dilakukan secara auskultasi dan palpasi .
c. Tekanan darah dilakukan berdasarkan rekomendasi pengukuran tekanan darah “AHA”
(available at https://www.aafp.org/afp/2005/1001/p1391.html#)

Cara kerja:

A. Tekanan darah arteria brachialis pada berbagai macam sikap/posisi.


a. Sikap berbaring terlentang.
1. Pasanglah manset pada lengan kanan atas orang percobaan.
2. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.
3. Tetapkanlah ke-5 fase korotkoff sebanyak 3 kali berturut-turut dan ambillah nilai rata-
ratanya untuk menetapkan tekanan darah normalnya pada sikap ini.
 Tekanan pada saat denyut arteria radialis teraba pertama kali
 Tekanan pada saat suara korotkoff 1 (suara terdengar pertama kali)

Diastolik ditetapkan berdasarkan:

 Suara korotkoff 4 (suara tiba-tiba melemah) atau


 Suara korotkoff 5 (suara menghilang)

16
b. Sikap duduk
1. Suruhlah orang percobaan duduk dengan tenang selama 2-3 menit.
2. Tetapkanlah tekanan darahnya 3 kali berturut-turut, dan ambillah nilai rata-ratanya
untuk menetapkan tekanan darah normalnya pada sikap ini.
c. Posisi berdiri
1. Suruhlah sekarang orang percobaan berdiri dengan tenang selama 2-3 menit.
2. Tetapkanlah tekanan darahnya 3 kali berturut-turut, dan ambillah nilai rata-ratanya
untuk menetapkan tekanan darah normalnya pada sikap ini.

Catatan:

Selama percobaan diatas, orang percobaan tidak boleh melakukan kerja otot yang tidak
diperlukan termasuk berbicara.

B. Tekanan darah arteria brachialis pada berbagai kerja.


a. Kerja otak:
1. Mintalah orang percobaan agar duduk dengan tenang dan minta orang coba untuk
mengerjakan soal hitungan atau menceritakan sesuatu hal.
2. Tetapkanlah tekanan darahnya sebanyak 3 kali dan ambil nilai rata - ratanya.
3. Bandingkanlah hasilnya dengan hasil penetapan pada bagian tekanan darah dalam
beberbagai sikap dengan berbagai kerja.
b. Kerja otot:
1. Mintalah orang percobaan melakukan gerak badan selama 1 menit (misalnya: jongkok-
berdiri)
2. Tetapkanlah tekanan darahnya dalam sikap duduk sedapat-dapatnya segera setelah
selesai dengan gerak badan dan kemudian berturut-turut setiap 30 detik hingga tekanan
darahnya kembali menjadi normal.
3. Bandingkanlah hasilnya dengan hasil penetapan pada bagian tekanan darah dalam
beberbagai sikap dengan berbagai kerja.
C. Pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan darah.
a. Pengaruh pernapasan dalam dan lambat:
1. Mintalah orang percobaan duduk dengan tenang.
17
2. Pompa sfigmomanometer hingga tekanan didalam manset sama dengan tekanan sistolik
(hingga fase kesatu korotkoff tepat terdengar) dan biarkanlah tekanan didalam manset
pada ketinggian tersebut.
3. Suruhlah orang percobaan bernapas dalam dengan lambat. Perhatikanlah hilang
timbulnya bunyi di fossa cubiti, dan catatlah pada saat inspirasi atau expirasi bunyi itu
hilang dan pada saat apa bunyi itu timbul. Bila bunyi masih tetap menerus terdengar,
cobalah sekali lagi dengan sedikit menaikkan tekanan didalam manset.
b. Pengaruh pernafasan dalam dan cepat:
Suruhlah sekarang orang percobaan bernafas (inspirasi dan ekspirasi) dalam dengan cepat
selama satu menit. Ukurlah tekanan darahnya.
c. Pengaruh tindakan valsava:
1. Suruhlah orang percobaan melakukan inspirasi dalam dan kemudian expirasi maximal
dengan glottis tertutup (mengedan).
2. Rabalah arteria radialis dipergelangan tangan, sedangkan tekanan didalam manset
diturunkan dari tekanan diatas tekanan sistolik hingga dibawah tekanan diastolik.
3. Tetapkanlah tekanan darah orang percobaan dengan cara palpasi.
d. Tekanan darah arteria popliteal:
1. Suruhlah orang percobaan berbaring tertelungkup
2. Pasanglah manset dipaha kanannya dan perkuatlah manset dengan pembebat supaya
tidak sobek
3. Tetapkanlah tekanan darahnya di fossa popliteal.

Pertanyaan

18
Pratikum 6
Fisiologi Kesanggupan Kardiovaskular

Pendahuluan:

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui menilai kesanggupan kardiovaskular
seseorang dengan metode cold predan kesanggupan kardiovaskular seseorang cara Harvard dan

Dalam latihan ini akan dipelajari:

a. Percobaan tekanan darah dengan pendingin (Cold Pressor Test).


b. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step test).

Dasar Teori
Dalam bahsa sehari-hari sering disebut dengan kebugaran kardiovaskuler. Istilah kebugaran
kardiovaskuler sama pengertiannya dengan beberapa istilah lain seperti daya tahan jantung,
kebugaran aerobik, dan daya tahan kardiorespirasi. Kata kardio berarti pembuluh darag dan
pembuluh jantung. Sehingga istilah kardiovaskuler lebih tepat daripada kardiorespirasi (Fox,
dkk.1987;8). Karena respirasi labih mengacu kepada paru-paru dan pergantian oksigen dan
karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot. Kebugaran kardiovaskuler sangat
pentung untuk menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh
jaringan otot yang sedang aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh
karena itu kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran jasmani yang paling
pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda
tergantung kebutuhan dan kondisi seseorang. Semakin berat tugas atau kerja fisik sesorang,
semakin tinggi pula tingkat kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut
(Dwi Artya, 2011).
1. Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stres jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler, tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran
dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali
19
normal), semakin baik kebugaran tubuh. Tes harvard adalah cara yang akurat untuk menilai
kebugaran untuk menyelesaikan tes aerobik yang maksimal dan mengukur denyut jantung
serta konsumsi oksigen yang menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen /
karbondioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan bagi banyak orang
dan tidak praktis (Anonim, 2008).
Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadan setelah
beraktivitas akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan aliran balik vena. Efek
aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk mengalirkan simpanan
darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan
meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar
dari vena dan masuk ke jantung.
Pada tes harvard menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi denyut nadi.
Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara detak jantung
atau dengan bantuan EKG. Dengan memakai kedua faktor tersebut dapat dihitung indeks
kesanggupan badan yang dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat
baik.
2. Cold Presor Test
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh
pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan,
tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg
dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan
darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor.

Alat yang digunakan:

1. Sfigmomanometer raksa dengan mansetnya.


2. Air Es + thermometer
3. Baskom air.
4. Pengukur waktu arloji atau stopwatch.
5. Bangku Harvard setinggi 19 inchi (1 Inchi =2.54 cm)
6. Metronom (frekwensi 2 X ayunan perdetik)

20
Mekanisme kerja:

a. Percobaan tekanan darah dengan pendingin (Cold Pressor Test)


1. Pasanglah manset pada lengan kanan atas orang percobaan.
2. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit.
3. Tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai terdapat hasil yang sama 3 kali
berturut-turut (tekanan darah basal).
4. Dengan manset tetap dilengan atas kanan, suruhlah orang cobaan sekarang masukkan
tangan kirinya kedalam air es (±40 C) sampai pergelangan tangan.
5. Dengan tangan kirinya didalam air es, tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya pada
detik ke-30 dan ke-60.
6. Mintalah orang percobaan sekarang mengeluarkan tangan kirinya dari air es dan
tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan
normal.

Catatan:

a. Bila terdapat kesukaran pada waktu penetapan tekanan sistolik dan diastolik pada detik ke-
30 dan 60, percobaan dapat dilakukan 2 kali. Mula-mula pada percobaan pertama hanya
dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke-30 dan 60, kemudian pada percobaan
kedua hanya dilakukan penetapan tekanan diastolik pada detik ke-30 dan 60.
b. Tangan kiri harus dipertahankan didalam air es selama 1 menit, kecuali bila orang percobaan
tidak dapat menahan dingin atau bila tekanan darahnya menjadi sangat tinggi hingga dapat
dianggap berbahaya bagi susunan peredaran darahnya, seperti pada penderita hipertensi dan
hiperaktif. Tekanan sistolik diatas 200 mmHg adalah berbahaya.
c. Orang-orang dengan tekanan darah normal dapat dibagi dalam 2 golongan:
1. Golongan Hiporeaktor.
Pada golongan hiporeaktor dijumpai kenaikan tekanan sistolik kurang dari 22 mmHg
setelah percobaan dengan pendingin.
2. Golongan Hiperreaktor.
Pada golongan hiperreaktor dijumpai tekanan sistolik lebih dari 22 mmHg setelah
percobaan dengan pendingin.
21
b. Percobaan naik-turun bangku (Harvard Step Test).

1. Mintalah orang percobaan berdiri menghadap bangku Harvard setinggi 19 inchi dengan
tenang serta penuh perhatian. Metronome (diatur untuk memberikan irama dengan
kecepatan 120 kali permenit) mulai dijalankan.
2. Mintalah orang percobaan berdiri menghadap bangku yang sesuai sambil mendengarkan
detakan metronome dengan frekuensi 120 kali permenit.
3. Mintalah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya ( kanan atau kiri) diatas
bangku tepat pada satu detikan metronome.
Pada detik kedua  kaki lainnya dinaikkan keatas bangku, sehingga orang percobaan
berdiri tegak diatasnya.
Pada detik ketiga  kaki yang pertama kali naik keatas bangku diturunkan.
Pada detik keempat  kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula, sehingga orang
percobaan berdiri lagi tegak didepan bangku.

Siklus tersebut diulang terus menerus sampai orang percobaan tidak kuat lagi, tetapi tidak
lebih dari 5 menit.
Segerah sesudah itu, orang percobaan disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama
30 detik, 3 kali berturut-turut, masing-masing dari:

Setelah naik-turun bangku ∑ denyut nadi

1’-1’30’

2’-2’30”

3’-3’30”

Total denyut nadi

Lamanya percobaan yang dilakukan dihitung dengan menggunakan sebuah stopwatch.


22
4. Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilaiannya dapat dilakukan dengan 2
cara:
a. Cara lambat:
Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara lambat dilakukan dengan
memakai rumus sebagai berikut:

Penilaiannya:

Kurang dari 55 = kesanggupan kurang

55-64 = kesanggupan sedang

65-79 = kesanggupan cukup

80-89 = kesanggupan baik

Lebih dari 90 = kesanggupan amat


baik

b. Cara cepat:

Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara cepat dapat dilakukan dengan
memakai rumus dan daftar sebagai berikut:

1. Dengan rumus:

23
Penilaiannya:

Kurang dari 50 = kurang

50-80 = sedang

Lebih dari 80 = baik

2. Dengan daftar
Lamanya Pemulihan nadi dari 1menit hingga 1,5 menit

Percobaan 40-44 45-49 50-59 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90

0”- 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

0’30”-0’59” 20 15 15 15 10 10 10 10 10 10 10

1’0”-1’29” 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15

1’30”-1’59” 45 40 45 35 30 30 25 25 25 20 20

2’0”-2’29’ 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25

2’30’-2’59” 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35

3’0”-3’29” 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40

3’30”-3’59” 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45

4’0”-4’29’ 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50

4’30”-4’59” 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55

5’0” 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60

24
Petunjuk:
1. Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan.
2. Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30” pertama.
3. Indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan lajur.

3. Cara Kalkulator
Hitung indeks kesanggupan kardiovaskular OP serta berikan penilaiannya dengan
memasukkan data hasil jumlah denyut nadi dihttps://www.brianmac.co.uk/havard.htm .
Setelah itu tentukan klasifikasi hasil pemeriksaan berdasarkan table pada website
tersebut.

25
Pratikum 7
Elektrokardiografi

Pendahuluan :

A. Cara pencatatan hantaran-hantaran dasar anggota gerak (Standar Limb Leads) : I,II, dan
III.
B. Cara pencatatan hantaran anggota gerak kutub tunggal yang diperbesar (Augmented
Unipolar Limb Leads E. Goldberger) : aVR dan aVF.
C. Cara pencatatan hantaran dada kutub tunggal (Unipolar Chest Leads atau Unipolar
Precordial Leads) :V1, V2, V3, V4, V5 dan V6

Dasar Teori
Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai pompa ganda sistem
kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke paru sedangkan sisi kiri memompa darah
ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai empat ruangan, atrium kanan dan kiri, ventrikel kanan dan
kiri. Seperti terlihat pada gambar 1. Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena
mempunyai sifat membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan
impuls listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung. Adapun jalur hantaran listrik jantung
normal terjadi dalam urutan berikut : nodus sinoatrial (SA) – nodus atrioventrikular (AV) –
berkas His – cabang berkas – serabut purkinje – otot ventrikel (Atwood, 1996).

26
Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang elmah dan
menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung ini dapat direkam oleh
elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda-elektroda ke berbagai permukaan tubuh
(sadapan/leads). Rekaman grafik potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jaringan
jantung ini disebut sebagai elektrokardiogram (EKG) (Khandpur, 1997).
Sebuah perangkat elektrokardiograf yang penampil outputnya berupa plotter akan
menampilkan hasil perekaman pada sebuah kertas grafik milimeter blok seperti pada gambar 2 :

Pada gambar 2 diatas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai magnitude sebesar
1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumlah otak dari titik Q ke titik R, dimana
jumlah kotak tersebut ada 11 kotak. Masing-masing kotak sama dengan 0.1 mV, sehingga 11
kotak sama dengan1.1 mV.

27
Tabel 1. Karakteristik Elektrokardiogram
Defleksi Deskripsi

Gelombang P Gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium dari nodus sinoatrial ke
nodus atrioventrikular

Gelombang Q Delfeksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang mendahului defleksi
R, dibangkitkan oleh depolarisasi permulaan ventrikel

Gelombang R Defleksi positif pertama sesudah gelombang P dan yang ditimbulkan oleh
depolarisasi utama ventrikel

Gekombang S Defleksi negatif sesudah defleksi R. Keseluruhan depolarisasi ventrikel ini


membangkitkan gelombang QRS kompleks

Gelombang T Gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran impuls/sinyal pada
jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana otot-otot jantung tidak melakukan aktifitas
sementara (istirahat). Fase defleksi merupakan penyebaran proses depolarisasi. Sebuah sinyal
yang didapat dari elektrokardiogram normal memiliki ciri-ciri seperti pada tabel 2 (Ekananda,
2008).
Tabel 2. Ciri-Ciri Elektrokardiogram Normal
Gelombang EKG Amplitudo Interval EKG Durasi

P < 0.3 mV P-R 0.12 – 0.20 detik

R 1.6 – 3 mV Q-T 0.35 – 0.44 detik

S 25% dari R S-T 0.05 – 0.15 detik

T 0.1 0.5 MV Q-R-S 0.06 – 0.10 detik

Salah satu metode pengambilan sinyal EKG yang biasa digunakan untuk menganalisis
kondisi kesehatan jnatung pasien adalah Standar Clinical EKG, yaitu dengan menggunakan
sepuluh buah elektroda denga dua belas titik sadapan (12 leads). Sepuluh buah elektroda tersebut
dihubungkan ke tubuh manusia yaitu, Right Arm (RA), Left Arm (LA), Left Leg (LL), Right Leg
(RL), Chest 1 (C1), C2, C3, C4, C5, dan C6. Sadapan bipolar standar merupakan sadapan asli
yang dipilih untuk merekam potensial listrik pada bidang frontal (Gabriel, J.F, 1998). Sadapan
bipolar standar ini menghasilkan tiga buah lead, yaitu lead I, II, dan III. Elektroda-elektroda
28
diletakkan pada lengan kiri, lengan kanan dan kaki kiri. Ketiga sadapan ini digambarkan sebagai
segitiga sama sisi yang lazim disebut sebagai segitiga Eithoven.

Alat-alat yang diperlukan :

1. Alat elektrokardiograf + perlengkapannya:


 Gel
 Elektroda-elektroda
 Karet-karet pengikat
 Kertas EKG
2. Kapas + alkohol
3. Tempat tidur dan alas

Catatan :

 Praktikum ini diperlukan 1 orang laki – laki untuk percobaan tiap kelompok
 Orang percobaan tersebut diminta berbaring dengan tenang di atas bangku tidur
 Semua pencatatan akan diambil dengan kepekaan alat 1 mV = 1 cm (dan dengan
kecepatan 25 mm/detik.
 Pencatatan akan dilakukan sepanjang 20 cm, dan tiap mahasiswa akan mendapat
sepotong hasil pencatatan yang berisi 2-3 siklus.
 Untuk Lead II dicetak lebih panjang.

29
Cara kerja:

A. Cara pencatatan hantaran – hantaran dasar anggota gerak : I,II dan III.
1. Bersikanlah dengan kapas dan alcohol bagian kulit didekat kedua pergelangan tangan
dan didekat kedua pergelangan kaki.
2. Berilah sedikit tapal pada elektroda-elektroda, dan pasanglah kemudian elektroda-
elektroda tersebut didekat kedua pergelangan tangan dan didekat kedua pergelangan
kaki yang telah bersih itu.
3. Hubungkanlah kawat elektroda-elektroda itu sebagai berikut:
 Kawat RA, elektroda didekat pergelangan tangan kanan.
 Kawat LA, elektroda didekat pergelangan tangan kiri.
 Kawat RL, elektroda didekat pergelangan kaki kanan.
 Kawat LL, elektroda didekat pergelangan kaki kiri.
4. Seorang asisten akan memutar sekelar pemilih (selector switch) berturut-turut dan
mencatat hantaran I,II dan III.

Catatan:

 Pembersih kulit dengan kapas dan alcohol serta pemberian tapal pada elektroda2 adalah
untuk memperkecil tahanan listrik bagian tubuh tersebut.
 Hantaran I ialah selisih potensial antara tangan kanan dan tangan kiri.
 Hantaran II ialah selisih potensial antara tangan kanan dan kaki kiri.
 Hantaran III ialah selisih potensial antara tangan kiri dan kaki kiri.
 Elektroda didekat pergelangan kaki kakan tidak digunakan sebagai hantaran pencatatan
EKG, akan tetapi hanya digunakan sebagai hantaran tanah.
B. Cara pencatatan hantaran2 anggota gerak kutub tunggal yang diperbesar:
aVR, aVI dan aVF.
Dengan elektroda2 tetap seperti pada bagian A, asisten sekarang akan memutar sekelar
pemilih berturut2 dan mencatat hantaran aVR, aVl dan aVF.

Catatan:

Dasar pencatatan hantaran2 aVR, aVl dan aVF sebenarnya ialah Sbb:

30
 Untuk hantaran aVR:
Elektroda didekat pergelangan tangan kiri digabungkan dengan elektroda didekat
pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahapan listrik, dengan maksud
supaya tahanan listrik tangan kiri dan kaki kiri menjadi sangat besar, hingga voltase boleh
dianggap 0.
 Untuk hantaran aVL:
Elektroda didekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan elektroda didekat
pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahanan jenis, dengan maksud yang
sama seperti diatas.
 Untuk hantaran aVF:
Elektroda didekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan elektroda didekat
pergelangan tangan kiri, dan dihubungkan melalui suatu tahanan listrik, dengan maksud
yang sama seperti diatas.
Pada elektrokardiograf yang baru hal2 tersebut tidak perlu lagi dikerjakan sendiri, oleh
karena dengan memutar sakelar pemilih berturut2 ke-aVR, aVL dan aVF dengan sendirinya
hal2 tersebut diatas telah dikerjakan.
C. Cara pencatatan hantaran2 dada kutub tunggal: V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
a. Dengan elektroda2 tetap seperti pada bagian A, bersihkanlah sekarang berturut-turut
tempat-tempat tersebut.
(lihat gambar)
1. Ruang intercostal IV parasternal kanan
2. Ruang intercostal IV parasternal kiri
3. Bagian tengah2 garis lurus yang menghubungkan 2 dan 4
4. Ruang interkostal V kiri digaris mediaclaviculer.
5. Titik potong antara garis axiler kiri depan dengan garis mendatar dari 4.
6. Titik potong antara garis axiler kiri tengah dengan garis mendatar dari 4 dan 5.
b. Berilah sedikit tapal pada elektroda pencari (exploring electrode), dan pasanglah
elektroda pencari tersebut ditempat 1
c. Hubungkanlah elektroda pencari dengan kawat C.

31
d. Asisten sekarang akan memutar sakelar pemilih ke huruf V dan kemudian akan
melakukan pencatatan dari hantaran-hantaran V1.
e. Selanjutnya, untuk pencatatan hantaran-hantaran V2, V3, V4, V5 dan V6, pasanglah
elektroda pencari berturut-turut ditempat 2.3.4.5 dan 6

Catatan:

Dasar pencatatan hantaran-hantaran V1, V2, V3, V4, V5 dan V6 sebenarnya ialah dengan
menhubungkan elektroda2 didekat kedua pergelangan tangan dan didekat pergelangan kaki kiri
dengan suatu”Central Terminal dari Wilson”, masing-masing melalui suatu tahanan listrik
sebesar 5000 ohm.

Pada alat-alat elektrokardiograf yang baru hal-hal tersebut tidak perlu lagi dikerjakan
sendiri, oleh karena dengan memutar sakelar pemilih ke huruf V, dengan sendirinya hal-hal
tersebut diatas telah dikerjakan.

LAPORAN DEMONSTRASI EKG.

Tanggal :

Kelompok :

Nama dan tanda tangan :

Bagian A:

1. Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran I,II dan III


2. Isilah berdasarkan elektrokardiogram tersebut
Frekwensi atrium :……………….denyut/menit
Frekwensi ventrikel :……………….denyut/menit
(Perhatikanlah adanya variasi)
3. Isilah berdasarkan elektrokardiogram hantaran II.

32
a. Lama interval P-R :……………detik
b. Lama komplek QRS :……………detik
c. Lama interval Q-T :…………….detik
d. Lama 1 siklus rata2 (C) :…………….detik
Lama interval Q-T dapat pula dihitung dengan rumus:
Lama interval Q-T = 0,4 detik C=lama 1 siklus atau R-R
Hitunglah lama interval Q-T dengan rumus tersebut dan bandingkanlah dengan hasil
yang diperoleh pada butir 3c
4. Hitunglah berdasarkan elektrokardiogram tersebut besar voltase puncak P,Q.R,S dan T!
Hantaran Puncak P Puncak Q Puncak R Puncak S Puncak T

(mV) (mV) (mV) (mV) (mV)

5. Apakah terdapat kelainan2 dalam hal waktu dan besar voltase?


6. Buktikanlah kebenaran persamaan Einthoven : II-I-III pada komplek QRS.
7. Tentukanlah sumbu listrik jantung komplek QRS dengan menggunakan segitiga
Einthoven.

Bagian B:

Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran aVR, aVL dan AVF

Bagian C:

Cantumkanlah elektrokardiogram hantaran V1,V2, V3,V4,V5 dan V6

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Harvard Steps Test http://www.fitnessvenues.com/uk/fitness-testing-harvard-


step-test, diakses tanggal 2 April 2019

Atwood, Sandara. 1996. Pengenalan Dasar Disritmia Jantung. Yogyakarta. Gajah Mada Press

Dwi Artya, 2011. Pengertian dari “Kebugaran Kardiovaskuler”,


http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2239768-
pengertian-dari-kebugaran-kardiovaskuler/#ixzz2DVzbyl81, diakses tanggal 2 April 2019

Ekananda, Yudhi. 2008. Penggunaan Filter Adaptif Algoritma Least Mean Square (Lms)
Sebagai Salah Satu Cara Untuk Mengatasi Baseline Wandering Pada Sinyal
Elektrokardiogram. Institut Teknologi Telkom. www.digilib.ittelkom.ac.id

Fox, dkk, 1987. Basis of Fitness. New York: Milan Publishinh Company

Gabriel, J.F. 1998. Fisika Kedokteran. Bali. EGC

Guyton, A.C.,dan Hall, J.E, 2014, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC

Khandpur, 1997. Handbook of Biomedical Instrumentation. New Delhi. Tata McGraw-Hill


Publishing Company Limited

Lisdiana, 2012. Regulasi Kortisol Pada Kondisi Stress dan Addiction. Jurnal Biosantika Berkala
Ilmiah. Biosaintifika

Patton, K.V.,dan Thibodeau, G.A, 2010. Anatomi and Physiology 7th ed. St.Louis: Mosby
Elsivier

Pearce E, 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Poedjiadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Purwanto, 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Silverthorne, 2001. Human Physiology an Integrated Approch, 2nd ed. San Fransisco: Pearson
Education, Inc
34
Smeltzer S.C dan Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Ed.8). Jakarta: EGC

Sutanegara, D.N.I dan Suastika, I.K, 1999. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus, Dalam : I Made
Bakta, I Ketut Suastika, ed Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

Waterbury, L, 1998. House Officer Series of Hematology, Edisi : 3. Terjemahan Sugi Suhandi.
Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai