Anda di halaman 1dari 40

DIAN HANDAYANI.,S.FARM.,M.FARM.

,APT
Respon perlindungan pada cedera jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya
atau agen mikrobiologi
Tujuan penggunaan anti inflamasi : inaktivasi atau
menghancurkan organisme yang menyerang,
menyingkirkan iritan, dan mengatur tahap perbaikan
jaringan
Terjadinya inflamasi diikuti pelepasan mediator
inflamasi
 Keberadaan Benda Asing dalam Jaringan :
- jaringan donor
- agen biologis
- benda mati
 Kerusakan Jaringan : yang menimbulkan nekrosis, infark,
hemoragi, trombus

Terkait infeksi :
Trauma fisik, Radiasi, Racun, Suhu
ekstrim, respon imun
Rubor (Redness) : kemerahan
Kalor (Heat) : panas
Tumor (Swelling) : bengkak
Dolor (pain) : rasa sakit
Fungsio laesa (Loss of Function) : fungsi jaringan
terganggu
Suatu respon imun yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan
bahkan dapat menyebabkan kematian

Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon hipersensitif

Dosis sensitisasi: juml. Pemaparan khusus thd alergen yg dpt


menyebabkan respon imun

Dosis provokatif: juml. Pemaparan thd alergen yg dpt


menyebabkan gejala reaksi hipersensitif
Tipe I – III: immediate/segera
Waktu kurang dari 24 jam
Antibody mediated imunity (AMI)

Tipe IV: delayed/tertunda


Waktu lebih dari 24 jam
Sel T dan makrofag (CMI)
Hipersensitif immediate/anaphylactic hypersensitivity
Reaksi alergi yang timbul secara cepat (< 1 jam)
setelah kontak dengan alergen yang sama kedua
kalinya
Antibodi yang berperan adalah IgE, sel mast ataupun
basofil, dan sel TH2
Sel mast akan dipicu untuk melepas mediator yang
bekerja pada pembuluh darah dan otot polos dan
sitokin proinflamasi yang merekrut sel inflamasi
- Melalui media IgE
- Komponen primer sel: Basofil/ mast-sel
1. Fase Sensitasi
yaitu waktu yang dibutuhkan untk pembentukan IgEsampai
diikat silang oleh reseptor spesifik (Fce-R) pada permukaan
sel mast dan basofil
2. Fase Aktivasi
yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan
antigen yg spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan
granula yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi krn ikatan
silang antara antigen dengan IgE
3. Fase Efektor
yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai
mediator yg dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologi
Primer antibody mediated (IgM/IgG)
Hipersensitivitas sitotoksik
Penyebab endogenous
Penyebab eksogenous
Bahan kimia/ hapten
Dalam waktu bbrp menit-bbrp jam
Gejala:
 Hemolitik anemia
 Granulositopenia
 trombositopenia
 Saat IgG/IgM terikat pd permukaan sel, trj
pengaktifan sistem komplemen C3b dan
C4b yg terikat pd permukaan sel
 C3b dan C4b ini akan dikenali oleh fagositosit yg
mengekspresikan reseptor C3b dan C4b
 Sel-sel yg diopsonisasi oleh Ab IgG dikenali oleh
fagosit reseptor Fc
 Hasil akhirnya yaitu fagositosis dr sel yg
diopsonisasi, kemudian sel tsb dihancurkan
 Aktivasi komplemen juga menyebabkan
terbentuknya membrane attack complex yg
mengganggu integritas membran dg membuat
lubang yg menembus lipid bilayer shg tjd lisis
osmotik
 Kerusakan sel yg dimediasi Ab dpt terjadi melalui
proses lain yaitu antibody-dependent cellular
cytotoxicity (ADCC)
 ADCC dpt diperantarai oleh leukosit, termasuk
neutrofil, esosinofil, makrofag, dan sel NK
 Peran ADCC dlm hipersensitivitas msh blm dpt
dipastikan
 Saat Ab terikat pd jaringan
ekstraseluler (membran basal dan
matriks), kerusakan yg dihasilkan
merupakan akibat dr infalamsi,
bukan dr fagositosis
 Ab yg terikat tsb akan mengaktifkan
komplemen yg selanjutnya
menghasilkan terutama C5a (yg
menarik neutrofil dan monosit)
 Sel yg sama juga berikatan dg Ab
melalui reseptor Fc
 Leukosit aktif, melepaskan bahan-
bahan perusak (enzim dan
intermediate oksigen reaktif) shg
menghasilkan kerusakan jaringan
Hipersensitivitas imun komplek
Reaksinya umum/sistemik
 Lupus (kulit, ginjal)
 Arthitis
 Persendian (RA)
 Poliarteritis (pembuluh darah)

Reaksi 3-10 jam setelah pemaparan antigen


Eksogenous (bakteri, virus, parasit)
Endogen (nonspesifik, autoimunitas)
 Antigen mudah larut dan tidak melekat pd organ
 Antibodi: IgG, sdkt IgM
 Komplemen: C3a, 4a, 5a
 Obat: anti-inflamasi
 Terjadi akibat pembentukan dan pengendapan komplek imun (komplek
antigen-antibodi)
 Penumpukan komplek imun tjd bila antigen dlm jumlah besar yg masuk ke
dlm sirkulasi darah. Bila antigen jauh berlebih dibandingkan antibodi,
komplek yg terbentuk kecil yg tdk mudah utk dibersihkan oleh fagosit
 Komplek imun terutama mengendap di kapiler glomerulus (granula), tetapi
dpt ditemukan ditempat lain seperti pd sendi dan kulit
 Komplek imun akan mengaktivasi sistem komplemen juga makrofag,
granulosit dan trombosit
 Komplemen yg diaktifkan melepaskan anafilatoksin (C3a, C5a) yg memacu sel
mast dan basofil melepaskan histamin yg menimbulkan agregasi trombosit
membentuk mikrotrombus & melepas amin vasoaktif
 Dinding kapiler akan diserang oleh sistem komplemen dan fagosit serta
neutrofil yg tertarik. Saat neutrofil bekerja dilepaskanlah enzim (toksin) yg
dpt menimbulkan kerusakan jaringan setempat
Delay hipersensitiviti
Reaksi 48 jam setelah pemaparan antigen
 (tes Mantoux/tuberkulin)

Tabel 8.3. Bentuk hipersensitiviti tipe IV menurut penyebab dan reaksi yang terjadi
Jenis Waktu Reaksi Sel Penyebab
Kontak 48-72 jam Eczema Lymposit Epidermal (kimia
Makrofag, organik, racun,
edema logam berat dsb)
epidermis
Tuberkulin 48-72 jam Indurasi lokal Lymposit Intradermal
Monosit (tuberkulin,lepromin
Makrofag dsb)
Granuloma 21-28 hari Pengerasan Makrofag, Persisten antigen
epitheloid dan atau benda asing
giant sel, (tuberkulosis,
fibrosis leprosi)
Tabel 7.4. Perbandingan beberapa tipe hipersensitiviti menurut reaksi yang timbul
Parameter Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
(anafilaktik) (sitotoksik) (imun komplek) (delay)
Antibodi IgE IgG, IgM IgG, IgM Absen
Antigen Exogenous Permukaan sel Agen mudah larut Jaringan/organ
/biologik
Waktu respon 15-30 menit menit- jam 3-8 jam 48-72 jam

Gejala Kemerahan, Lysis dan erithema, edema, Erythema dan


seperti terbakar nekrosis nekrosis pembengkakan

Histologi Basofil dan Antibodi dan komplemen dan Monosit dan


eosinofil komplemen neutrofil limposit
Sel-T
Ditransfer dg Antibodi Antibodi
Contoh Allergik, Eritroblastosis, antibodi Tes
asthma, hay nefritis SLE, penyk paru tuberkulin,
fever racun
tanaman,
granuloma
Penyakit yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang kehilangan kemampuan untuk membedakan
antara jaringan “Self” dan “Non Self” sehingga
jaringan tubuh dianggap sebagai antigen
Autoimunitas adalah reaksi sistem imun terhadap
antigen jaringan sendiri
Penyakit autoimun organ
1) Autoimune Hemolytic Anemia (AHA) : destruksi oleh
antibodi terhadap antigen pada permukaan eritrosit
(autoantibodi antierytrosit)
2) Tyroiditis Hashimoto : sebagian besar eutiroid, tetapi
dapat juga hipotiroid/hipertiroid. Dijumpai :
Autoantibodi anti tiroglobulin
Infiltrasi limfosit, makrofag, sel plasma dalam
kelenjar membentuk folikel limfoid
3) Penyakit Grave : Toxic goiter/exopthalmic goiter
dijumpai antibodi (Long Acting Thyroid stimulator :
LATS/TSAb = Thyroid Stimulating Ab) terhadap
reseptor TSH pada permukaan tiroid merangsang
kelenjar tiroid
4) Sindrom Sjogren
 Ditandai keratokonjungtivitis sikka (mata kering),
xerostomia (mulut kering)
 40% bentuk primer
 60% berhubungan dengan RA, SLE, skleroderma
 PA : infiltrasi sel B, sel T periductual lacrimal +
hiperplasi ep + obstruksi lumen atrofi asiner,
fibrosis dan perlemakan
 Rasa cemas dan gelisah
 Tremor di tangan dan jari
 Sensitif terhadap udara panas
dan sangat mudah berkeringat
 Penurunan BB meskipun
dengan pola makan normal
 Pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat dilihat dan diraba
 Perubahan siklus menstruasi
 Disfungsi ereksi
 Mata menjadi semakin
menonjol (Grave’s
opthalmopathy)
 Gejala awal ditandai dengan
mulut dan mata kering
 Kadang-kadang disertai
pembesaran kelenjar parotid
 Keluhan muskuloskeletal
 Walaupun sindrom sjogren
bukan merupakan panyakit yang
ganas tapi keluhan mata dan
mulut kering yang persisten
dapat mengurangi kualitas
hidup dan dalam
perkembangannya dapat
menjadi limfoma yang dapat
menyebabkan kematian
1. SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 Penyakit demam sistemik, kronik, berulang dengan
gejala berhubungan dengan semua jaringan
(terutama sendi, kulit, membran serosa)
 Perjalanan klinis bervariasi, kadang gejala minimal
dapat sembuh tanpa pengobatan
 Sebagian besar : kambuh berulang remisi :
dapat dipertahankan dengan imunosupresan
 Ketahanan hidup 10 tahun ± 70%
Lupus Eritematosus Sistemik
SLE adalah penyakit peradangan kronik multisistem
yang dihubungkan dengan ketidaknormalan sistem
imun
SLE berpengaruh pada kulit, persendian & membran
serosa (pleura, perikardium), jantung, ginjal, sistem
hematologi & neurologi
Penyakit autoimun / hilangnya toleransi

Reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri

Antigen tersebut disebut autoantigen sedang antibodi


yang dibentuk disebut autoantibodi
Kelompok Ringan : panas, artritis, perikarditis ringan,
efusi pleura, kelelahan dan sakit kepala

Kelompok Berat : efusi pleura dan perikad masif,


penyakit ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia,
lupus serebral, vaskulitis akut, miokarditis, lupus
pneumonitis dan perdarahan paru
Keluhan umum adalah demam, penurunan BB,
arthralgia, kelemahan yang berlebihan
Dermatologi
Lesi pembuluh darah di kulit dapat timbul di semua
lokasi, namun paling sering di area kulit yang
terpapar sinar matahari. Reaksi kulit yg berat terjadi
pd orang yg fotosensitif
Tanda rash kupu-kupu di daerah pipi, melewati area
hidung dialami oleh 50% pasien dengan SLE
Ulser pada mulut atau membran nasopharing
Gatal pada kulit kepala & rambut rontok, kebotakan
(alopesia) dengan atau tanpa lesi pada kulit kepala
Rambut dapat tumbuh kembali selama masa
penyembuhan, tapi kehilangan rambut dapat menjadi
permanen di sekitar lesi
Kulit kepala menjadi kering, bersisik & atrofi

Anda mungkin juga menyukai