2.6.1.2 Generasi 2
Antihistamin generasi kedua mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi
pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah otak.
Reseptor H1 sel otak tetap diisi histamin, sehingga efek samping yang ditimbulkan agak
kurang tanpa efek mengantuk. Obat ini ditoleransi sangat baik, dapat diberikan dengan
dosis yang tinggi untuk meringankan gejala alergi sepanjang hari, terutama untuk
penderita alergi yang tergantung pada musim. Obat ini juga dapat dipakai untuk
pengobatan jangka panjang pada penyakit kronis seperti urtikaria dan asma bronchial
(Gunawijaya, 2017).
2.6.1.2.1 Loratadin
Indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.
Peringatan: hamil, menyusui; lihat juga antihistamin di depan Insiden sedasi
dan antimuskarinik rendah.
Interaksi: alkohol, depresan SSP, anti kolinergik, penghambat MAO.
Kontraindikasi: lihat keterangan di atas; bayi prematur dan bayi baru lahir,
asma akut, kehamilan dan menyusui.
Efek Samping: lesu, nyeri kepala; sedasi dan mulut kering, jarang; lihat
keterangan di atas.
Dosis: 10 mg/hari. Anak: 2-12 tahun, di bawah 30 kg, 5 mg/hari; lebih dari 30
kg, 10 mg/hari.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta
cahaya matahari langsung.
Merk Dagang: Claritin. Clatadine, Loran, Rahistin.
2.6.1.2.2 Desloratadin
Indikasi: gejala yang berkaitan dengan rinitis alergi seasonal (SAR), urtikaria
idiopatik kronis.
Peringatan: efikasi dan keamanan pada anak dibawah 2 tahun belum
diketahui, penurunan fungsi ginjal berat, obat yang mengandung sukrosa,
sorbitol, pasien dengan masalah intoleransi fruktosa herediter, malabsorbsi
glukosa-galaktosa atau penurunan fungsi sukrosa-isomaltase.
Interaksi: alkohol, depresan SSP, anti kolinergik, penghambat MAO.
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap desloratadin, kehamilan, menyusui.
Efek Samping: umum: takikardi, mulut kering, pusing, hiperaktif psikomotor,
faringitis, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, letih, insomnia, somnolence ,
gangguan tidur, gugup;
Tidak umum: palpitasi, premature atrial contractions, hiperkinesia, kulit
memerah, kebingungan, rinitis, sinusitis, epistaksis, iritasi hidung, rinorea,
tenggorokan kering, hiposmia, dispepsia, mual, nyeri abdomen, gastroenteritis,
feses abnormal, disuria, gangguan micturition, gangguan frekuensi micturition,
pruritus, rasa haus, glikosuria, hiperglikemia, perburukan sakit kepala,
peningkatan enzim hati, agitasi, ansietas, iritabilitas;
Telah dilaporkan: pusing, halusinasi, somnolence, insomnia, hiperaktif
psikomotor, kejang, takikardi, nyeri abdomen, mual, muntah, dispepsia, diare,
peningkatan bilirubin, mialgia, reaksi hipersentivitas (anafilaksis, angioedema,
dispnea, pruritus, ruam, urtikaria).
Dosis: Anak 6-11 tahun: 5 mL (2,5 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau tanpa
makanan, anak 2-5 tahun 2,5 mL (1,25 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau
tanpa makanan, dewasa dan anak di atas 12 tahun:10 mL (5 mg) sirup 1 kali
sehari dengan atau tanpa makanan.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta
cahaya matahari langsung.
Merk Dagang: Aerius, Aerius D-12, Aleros, Aerius Reditabs.
2.6.1.2.3 Cetirizine HCl
Indikasi: rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus,
urtikaria idiopati kronis.
Peringatan: hindari mengemudi dan menjalankan mesin; gangguan
kardiovaskuler atau hati, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat,
lesi fokal di korteks serebrum, sensitivitas silang dengan obat sejenis, anak
dengan dehidrasi; lihat juga keterangan di atas.
Interaksi: alkohol, depresan SSP, anti kolinergik, penghambat MAO.
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap obat dan komponennya, kehamilan;
menyusui.
Efek Samping: sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa
tidak nyaman di perut, reaksi hipersensitif seperti reaksi kulit dan angioudem.
Dosis: Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 10mg/hari pada malam hari bersama
makanan. Anak 3-6 tahun, hay fever: 5 mg/hari pada malam hari atau 2,5 mg
pada pagi dan malam hari. Tidak ada data untuk menurunkan dosis pada pasien
lansia. Insufisiensi ginjal, dosis 1/2 kali dosis rekomendasi.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta
cahaya matahari langsung.
Merk Dagang: Cetipharm, Cetirizine, Cetryn, Falergi, Ozen, Ritez, Ryzicor.
2.6.2 H2 blocker
Semua antagonis reseptor-H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat penghambatan reseptor histamin-H 2. Obat ini
dapat juga digunakan untuk mengatasi gejala refluks gastroesofagus (GERD). Meskipun
antagonis reseptor-H2 dosis tinggi dapat digunakan untuk mengatasi sindroma Zollinger-Ellison,
namun penggunaan penghambat pompa proton lebih dipilih.
Terapi pemeliharaan dengan dosis rendah pada pasien yang mengalami infeksi H.
pylori, termasuk untuk anak telah digantikan oleh regimen eradikasi. Terapi pemeliharaan
kadang digunakan pada pasien yang sering mengalami kekambuhan yang berat dan untuk pasien
lansia yang menderita komplikasi tukak.
Pada pasien dengan usia yang lebih muda pengobatan dispepsia dengan antagonis reseptor-
H2 dapat diterima, namun perhatian khusus perlu diberikan kepada orang dewasa yang lebih tua
karena adanya kemungkinan kanker lambung.
Peringatan: Antagonis reseptor-H2 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal (Lampiran 3), kehamilan (Lampiran 4), dan pasien menyusui (Lampiran
5). Antagonis reseptor-H2 dapat menutupi gejala kanker lambung; perhatian khusus perlu
diberikan pada pasien yang mengalami perubahan gejala dan pada pasien setengah baya atau
yang lebih tua.
Efek samping: Efek samping antagonis reseptor-H2 adalah diare dan gangguan saluran
cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan hati), sakit kepala,
pusing, ruam dan rasa letih. Efek samping yang jarang adalah pankreatitis akut, bradikardi, AV
block, rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada orang tua atau orang yang sakit parah,
reaksi hipersensitifitas (termasuk demam, artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan darah
(termasuk agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia) dan reaksi kulit (termasuk
eritema ultiform, dan nekrolisis epidermal yang toksik). Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan
impotensi, namun jarang terjadi.
Interaksi: Simetidin menghambat metabolisme obat secara oksidatif di hati dengan cara
mengikat sitokrom P450 di mikrosom. Penggunaannya sebaiknya dihindari pada pasien yang
sedang mendapat terapi warfarin, fenitoin dan teofilin (atau aminofilin), sedangkan interaksi lain
(lihat lampiran 1), mungkin kurang bermakna secara klinis. Famotidin, nizatidin, dan ranitidin
tidak memiliki sifat menghambat metabolisme obat seperti halnya simetidin.
2.6.2.1 Famotidin
Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison
Mekanisme kerja : mengurangi jumlah produksi asam lambung
Efek Samping: Gusi berdarah, kulit melepuh, feses warna hitam, nyeri dada (jarang), juga
ansietas, anoreksia, mulut kering, cholestatic jaundice yang sangat jarang.
Interaksi obat: Penggunakan bersama obat antasida dapat sedikit menurunkan ketersediaan
famotidine dalam darah, menurunkan kadar obat antijamur yaitu ketoconazole dan itraconazole
dalam darah, serta penggunaan dengan alkohol dapat menimbulkan iritasi pada dinding lambung
Dosis: pengobatan tukak lambung dan duodenum 40 mg sebelum tidur malam; selama 4-8
minggu; pemeliharaan (tukak duodenum) 20 mg sebelum tidur malam; Anak. Tidak dianjurkan.
Refluks esofagitis, 20-40 mg 2 kali sehari selama 6-12 minggu; pemeliharaan, 20 mg 2 kali
sehari. Sindroma Zollinger-Ellison (lihat keterangan di atas), 20 mg setiap 6 jam (dosis lebih
tinggi pada pasien yang sebelumnya telah menggunakan antagonis reseptor-H2 lain); dosis
sampai 800 mg sehari dalam dosis terbagi.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta cahaya matahari
langsung.
Contoh obat : promag, corocyd, denufam, famocid, magstop, neosanmag, nulcefarm, pratifar,
ulmo, renapepsa.
2.6.2.2 Nizatidin
Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esophagitis (kerusakan pada
kerongkongan) akibat GERD
Mekanisme kerja :Menurunkan produksi asam lambung
Peringatan: lihat keterangan di atas; juga hindari injeksi intravena secara cepat (risiko aritmia
dan hipotensi postural), gangguan fungsi hati.
Interaksi: Obat ini dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan resiko efek samping yang
serius, jadi jangan di hentikan atau diganti tanpa persetujuan dari dokter. Dosis tinggi dapat
meningkatkan penyerapan apirin. Kadar obat akan menurun jika digunakan bersamaan dengan
aspirin
Efek Samping: Sakit kepala,pusing,diare,hidung berair/ tersumbat, anemia, hipersensitivitas,
urtikaria,juga berkeringat; hiperurisemia (jarang)
Dosis: Oral: tukak lambung dan tukak duodenum atau tukak karena AINS, pengobatan 300 mg
sebelum tidur malam atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu: pemeliharaan 150 mg
sebelum tidur malam; Anak: tidak dianjurkan.
Refluks esofagitis, 150-300 mg 2 kali sehari selama sampai 12 minggu.
Infus intravena: untuk penggunaan jangka pendek pada tukak lambung pasien rawat inap sebagai
alternatif terhadap penggunaan oral, dengan cara infus intravena berselang (intermittent) selama
15 menit, 100 mg 3 kali sehari, atau dengan cara infus intravena berkesinambungan, 10 mg/jam,
maksimal 480 mg sehari; Anak: tidak dianjurkan.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta cahaya matahari
langsung.
Contoh obat : axid
2.6.2.3 Ranitidin
Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis,
tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain
dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Mekanisme kerja obat : menghambat produksi histamine 2 sehingga mengurangi produksi
jumlah asam dalam lambung
Peringatan: hindarkan pada porfiria
Kontraindikasi: penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidine
Interaksi obat : Jika diberikan bersama propantheline bromide akan terserap lebih lama dan
meningkat jumlahnya dalam darah, menghambat metabolism dari obat antikoagulan kumarin,
teofilin, diazepam dan propranolol, dapat mengubah waktu penyerapan obat ketokonazol,
midazolam, glipizide, serta menurukan jumlah antasida dalam darah.
Efek Samping: takikardi (jarang), agitasi, gangguan penglihatan, alopesia, nefritis interstisial
(jarang sekali)
Dosis: oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg
pada malam hari selama 4-8 minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik kronis, dan
sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS (pada tukak duodenum 300 mg dapat diberikan dua
kali sehari selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan yang lebih tinggi); ANAK:
(tukak lambung) 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari, maksimal 300 mg sehari. Tukak duodenum
karena H. pylori, lihat regimen dosis eradikasi. Untuk Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur malam selama sampai 8 minggu, atau
bila perlu sampai 12 minggu (sedang sampai berat, 600 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi selama
12 minggu); pengobatan jangka panjang GERD, 150 mg 2 kali sehari. Sindrom Zollinger-
Ellison (lihat juga keterangan di atas), 150 mg 3 kali sehari; dosis sampai 6 g sehari dalam dosis
terbagi.
Pengurangan asam lambung (profilaksis aspirasi asam lambung) pada obstetrik, oral, 150 mg
pada awal melahirkan, kemudian setiap 6 jam; prosedur bedah, dengan cara injeksi intramuskuler
atau injeksi intravena lambat, 50 mg 45-60 menit sebelum induksi anestesi (injeksi intravena
diencerkan sampai 20 mL dan diberikan selama tidak kurang dari 2 menit), atau oral: 150 mg 2
jam sebelum induksi anestesi, dan juga bila mungkin pada petang sebelumnya. Anak: Neonatus
2 mg/kg bb 3 kali sehari namun absorpsi tidak terjamin; maksimal 3 mg/kg bb 3 kali sehari; Usia
1-6 bulan: 1 mg/kg bb 3 kali sehari (maks. 3 mg/kg bb 3 kali sehari); Usia 6 bulan-12 tahun: 2-4
mg/kg bb (maks. 150 mg) 2 kali sehari; Usia 12-18 tahun: 150 mg 2 kali sehari.
Injeksi intramuskuler: 50 mg setiap 6-8 jam.
Injeksi intravena lambat: 50 mg diencerkan sampai 20 mL dan diberikan selama tidak kurang
dari 2 menit; dapat diulang setiap 6-8 jam. Anak. Neonatus: 0,5-1 mg/kg bb setiap 6-8 jam; Usia
1 bulan-18 tahun: 1 mg/kg bb (maks. 50 mg) setiap 6-8 jam (dapat diberikan sebagai
infus intermiten pada kecepatan 25 mg/jam).
Infus intravena: 25 mg/jam selama 2 jam; dapat diulang setiap 6-8 jam. Anak. Neonatus: 30-60
mg microgram/kg bb/jam (maks. 3 mg/kg bb sehari); Usia 1 bulan-18 tahun: 125-250
mikrogram/kg bb/jam.
Pemberian pada anak untuk injeksi intravena lambat dengan cara diencerkan hingga kadar 2,5
mg/mL menggunakan glukosa 5%, natrium klorida 0,9% atau campuran natrium laktat.
Diberikan selama sekurang-kurangnya 3 menit. Untuk infus intravena, diperlukan pengenceran
lebih lanjut.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta cahaya matahari
langsung.
Contoh obat : aciblock, acran, anitid, biotidine, curadyn, doranit, radin, ranal, ranifin, ranin,
ranivel, ranoxin, rantin, rattan, zantac, titan.
2.6.2.4 Simetidin
Indikasi: tukak lambung dan tukak duodenum jinak, tukak stomal, refluks esofagitis,
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain di mana pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
Mekanisme kerja obat:mengurangi jumlah produksi asam lambung
Peringatan: lihat keterangan di atas; injeksi intravena lebih baik dihindari (infus lebih baik)
terutama pada dosis tinggi dan pada gangguan kardiovaskuler (risiko aritmia);
Interaksi: Mengurangi absorpsi dari obat dasatinib, ketoconazole, itraconazole, posaconazole,
meningkatkan kadar obat fenitoin, teofilin, lidokain, hidroxin, dan antikoagulan dalam darah,
absorbs simetidin dapat dihambat oleh obat antasida lain, menurunkan ketersediaan dari obat
metoklorpamid, sucralfate, propanthelin, dapat meningkatkan efek mielosupresi dari obat
penekan aktivitas sumsum tulang seperti obat antimetabolite, agen pengalkilasi, dan alkohol
dapat memperlambat laju dan sedikit menurunkan waktu perpanjangan absorbs obat simetidin.
Efek Samping: Sakit kepala, rasa kantuk berlebihan, diare, juga alopesia; takikardia (sangat
jarang), nefritis interstitial, ginekomastia (pertumbuhan payudara pada pria)
Dosis: oral, 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam) atau 800 mg
sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum) paling sedikit selama 4 minggu (6
minggu pada tukak lambung, 8 minggu pada tukak akibat AINS); bila perlu dosis dapat
ditingkatkan sampai 4 x 400 mg sehari atau sampai maksimal 2,4 g sehari dalam dosis terbagi
(misal: stress ulcer); anak lebih 1 tahun, 25-30 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.
Pemeliharaan, 400 mg sebelum tidur malam atau 400 mg setelah makan pagi dan sebelum tidur
malam. Refluks esofagitis, 400 mg 4 kali sehari selama 4-8 minggu.
Sindrom Zollinger Ellison (tapi lihat keterangan di atas), 400 mg 4 kali sehari atau bisa lebih.
Profilaksis tukak karena stres, 200-400 mg setiap 4-6 jam.
Pengurangan asam lambung (profilaksis aspirasi asam; jangan menggunakan sirup), obstetrik
400 mg pada awal melahirkan, kemudian bila perlu sampai 400 mg setiap 4 jam (maksimal 2,4 g
sehari); prosedur bedah 400 mg 90-120 menit sebelum induksi anestesi umum.
Short bowel syndrome: 400 mg dua kali sehari (bersama sarapan dan menjelang tidur),
disesuaikan menurut respons.Untuk mengurangi degradasi suplemen enzim pankreatik, 0,8-1,6 g
sehari dalam 4 dosis terbagi menurut respons 1-1,5 jam sebelum makan.
Anak. Neonatus: 5 mg/kg bb 4 kali sehari; Usia 1 bulan-12 tahun: 5-10 mg/kg bb (maks. 400
mg) 4 kali sehari; Usia 12-18 tahun 400 mg 2-4 kali sehari.
Injeksi intramuskuler: 200 mg setiap 4-6 jam.
Injeksi intravena lambat (tetapi lihat peringatan di atas): 200 mg diberikan selama tidak kurang
dari 5 menit; dapat diulang setiap 4-6 jam; bila diperlukan dosis besar atau terdapat gangguan
kardiovaskuler, dosis bersangkutan harus diencerkan dan diberikan selama 10 menit (infus lebih
baik); maksimal 2,4 g sehari.
Infus Intravena: 400 mg dalam 100 mL natrium klorida 0,9 % infus intravena diberikan selama
0,5-1 jam (dapat diulang setiap 4-6 jam) atau dengan cara infus berkesinambungan pada laju
rata-rata 50-100 mg/jam selama 24 jam, maksimal 2,4 g sehari; Bayi di bawah satu tahun melalui
injeksi intravena lambat atau infus intravena, 20 mg/kg bb bobot badan sehari dalam dosis
terbagi pernah dilakukan: Anak lebih dari satu tahun, 25-30 mg/kg bb bobot badan sehari dalam
dosis terbagi.
Anak. (injeksi lambat atau infus intravena): Neonatus 5 mg/kg bb setiap 6 jam; Usia 1 bulan-12
tahun: 5-10 mg/kg bb (maks. 400 mg) setiap 6 jam; Usia 12-18 tahun: 200-400 mg setiap 6 jam.
Pemberian untuk injeksi intravena pada anak tidak melebihi kadar 10 mg/mL dengan natrium
klorida 0,9%, diberikan selama 10 menit; untuk infus intravena intermiten, diencerkan dengan
glukosa 5% atau natrium klorida 0,9%.
Penyimpanan : simpan di suhu ruangan, jauhkan dari lembab, panas serta cahaya matahari
langsung.
Contoh obat : cimetidine, cimexol, corsamet, gastricon, licomet, nulcer, ramet, sanmetidin,
selestidin, tidifar, ulcusan, ulsikur, xepamet.
Baratawidjaja, Karnen G., 2006, Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran Edisi
21, Jakarta: Salemba Medika.
Gunawijaya FA., 2017, Manfaat Penggunaan Antihistamin Generasi Ketiga, Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Hartono VC., dan Fitriyadi, 2018, Sistem Pakar Diagnosa Alergi pada Anak Menggunakan
Certainty Factor, Progresif, Vol. 14(1).
Hikmah N., dan I Dewa ARD., 2010, Seputar Reaksi Hipersensitivitas (Alergi), Stomatognatic
(J.K.G Unej), Vol. 7(2).
Rengganis, Iris. Yunihastuti, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV, Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tjay TH., 2007, Obat-obat Penting, Jakarta: PT. Gramedia.