Anda di halaman 1dari 4

Scenario 1

Apotek X adalah apotek 24 jam yang sudah 50 tahun berdiri dengan


omzet Rp. 300.000.000,- setiap bulannya. Jumlah kunjungan pasien
setiap harinya mencapai 500 orang baik melakukan penebusan
resep, pembelian obat bebas, pembelian OWA, maupun hanya
sekedar melakukan konseling cek gula darah. Selain itu, apotek ini
juga melayani permintaan obat dari Klinik Pratama sekitas. Karyawan
terdiri dari 3 apoteker, 5 tenaga SMA yang berperan sebagai asisten
apoteker, 1 orang petugas Gudang. Sering sekali terjadi complain
pelanggan akibat kesalahan pemberian obat pada penebusan resep
ataupun kesalahan yang baru disadari oleh apotekernya setelah
beberapa hari resep tersebut diambil berkaitan seperti kasus hari ini,
apoteker menyadari bahwa ada satu resep yang tiga hari lalu
ternyata pemberian obatnya salah

Istilah
1. klinik pratama
Klinik yg melakukan pemeriksaan oleh dokter

Rumusan Masalah
1. faktor yg dapat menyebabkan kesalahan pemberian resep obat
kepada pasien (4)
2. apakah rasional apotek buka 24 jam setiap hari dengan apoteker
berjumlah 3 orang (1)
4. bagaimana SOP apotek tersebut terkait kasus (8)
5. AA tamatan SMA, apakah boleh? (2)
6. bagaimana tindakan setelah terjadi medication error (6)
7. evaluasi mutu dari standar pelayanan apotek (7)
8. bagaimana pencegahan medication error (5)
9. apakah boleh melakukan pelayanan terhadap permintaan obat
dari suatu klinik pratama tanpa resep dokter (9)
10. terkait kasus ini, pada fase apa terjadi medication error (3)
11. apakah yang menerima resep adalah apoteker
Brain Storming
1. untuk apoteker 24 jam sudah cukup 3 apoteker, tapi belum
disesuaikan dengan beban kerja
Analisis :
3 orang apoteker tidak cukup untuk apotek 7 hari X 24 jam
Menurut undang-undang no. 13 th 2003 tentang ketenagakerjaan. 7
jam/ hari atau 40 jam / minggu (6 hari kerja) atau 8 jam/ hari atau 40
jam / minggu (5 hari kerja).

2. latar belakang SMA tidak boleh menjadi AA


Analisis:
Tidak sesuai dengan PP 51 th 2009 pasal 26 dan pasal 33
Pasal 26 : fasilitas pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh TTK yg
memiliki STRTTK
Pasal 33 : TTK sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi,
tenaga menegah/AA
UU no. 36 tahun 2014 : asisten apoteker disebut TTK, dan lulusan
Sekolah Menengah disebut asisten TTK

3. tahapan: penulisan resep (prescribing), penerjemahan resep


(transcribing), dispensing dan administrasi
Analisis:
Kesalahan terjadi pada tahan prescribing error dan transcribing error
Tidak mengkonfirmasi sediaan ctm 5 mg tablet, aturan pakai
Nevradin E dan kekuatan sediaan roxitromicin serta aturan pakainya
Pada penulisan resep: bentuk sediaan ctm tablet 5 mg, aturan pakai
nevradin, kekuatan sediaan roxitromisin dan aturan pakainya
Pada penerjemahan resep: salah penyerahan antara nevradin E
dengan Nifedipin.

4. SDM yg tidak kompeten, lingkungan kerja, gangguan sekitar,


beban kerja, sistem yg tidak memadai, penyimpanan
Analisis:
Kurang komunikasi antar SDM, latar belakang Pendidikan SDM tidak
sesuai dengan pekerjaan farmasi, gangguan sekitar

5. pada saat penyerahan obat menerapkan double checking,


keterangan lebih mengenai data pasien agar tidak salah pemberian,
pada saat terjadi kejanggalan pada resep seharusnya dikonfirmasi
dahulu
Analisis:
Perlunya data pasien yg lebih misal: no hp, alamat lengkap atau
Identifikasi 2 identitas
Tidak membuat asumsi dalam melayani resep
Melakukan skrinning resep

6. menghubungi pasien jika ada kontak pasien, dokumentasi


Analisis:
Jika ada alamat bisa langsung di kunjungi untuk menukar obatnya,
menghubungi pasien jika ada kontak pasien

7. yg perlu di evaluasi dari segi manajerial dan farmasi klinisnya


Analisis:
-Farmasi klinis, PIO diberikan langsung oleh apoteker, pelayanan
farmasi kliik zero effect dari ME, SOP untuk menjamin mutu, lama
waktu pelayanan, output pelayanan kefarmasian secara klinis

-Permenkes no. 35 th 2014; dari segi manajerial ada metode evaluasi


(audit, review, observasi) dan indikator evaluasi mutu (kesesuaian
proses terhadap standar, efektifitas dan efisiensi)

8. permenkes no.73 th 2016

9. apotek yg melakukan pelayanan permintaan obat dari klinik


pratama. tidak boleh, tapi ada pengecualian
Analisis:
Boleh apabila obat tersebut tidak tersedia di PBF dan obat tersebut
adalah obat cito
10. harus ada apoteker, berdasarkan kasus apakah layak ?
Analisis:
Layak tapi perlu evaluasi

LO :
- CAPA
- Standar pelayanan kefarmasian di apotek
- Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan apotek

Analisis Masalah
1.

Anda mungkin juga menyukai