IRA MELVIDAWATI
02 NIM: 22021051
AYU WANDIRA
05 NIM: 22021037
KASUS 1
Pengadaan Metformin di Puskesmas Logue Town dilakukan setiap 6
bulan dengan waktu tunggu 2 bulan. Penggunaan rata-rata
Metformin yaitu sebanyak 9000 tablet setiap bulannya. Sebagai
Apoteker, saudara berperan dalam pengadaan obat di Puskesmas
tersebut. Saudara harus memastikan bahwa tidak terjadi kekosongan
obat.
Jelaskan bagaimana saudara menentukan stok minimal yang harus
dimiliki Puskesmas saat akan melakukan pengadaan!
Perhitungan :
SS=LT x CA
= 2 x 9000
= 18000
= 18000 x 2
= 36000 tablet
• Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi Sediaan Farmasi. Metode ini sering
dijadikan perkiraan yang paling tepat dalam perencanaan Sediaan Farmasi. Klinik yang sudah
mapan biasanya menggunakan metode konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data dari
konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan. Perhitungan dengan metode
konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya ditambah
stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead time), dan memperhatikan sisa stok.
Buffer stock dapat mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan jum-
lah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa). Jumlah buffer stock bervariasi antara 10%
sampai 20% dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Klinik. Sedangkan stok lead time adalah
stok Obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu sejak Obat dipesansampai Obat diterima.
Kasus 2
Di negeri Wakanda didirikan sebuah RS baru. Sebagai
seorang apoteker di RS tersebut, saudara diminta untuk
berperan dalam pengaturan stock persediaan obat pada setiap
unit perawatan/pelayanan. Jelaskan sistem distribusi apa yang
akan saudara terapkan!
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP dapat dilakukan dengan salah
satu/kombinasi sistem di bawah ini.
a. Sistem distribusi sentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh
Instalasi Farmasi secara terpusat ke semua unit rawat inap di
rumah sakit secara keseluruhan.
b. b. Sistem distribusi desentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh
beberapa depo/satelit yang merupakan cabang pelayanan di
rumah sakit.
Distribusi Resep Individual
Kelemahan :
Keuntungan :
• Seluruh instruksi pengobatan • Kemungkinan terjadinya
dapat langsung dikaji atau
penundaan untuk mendapatkan
dimonitor oleh farmasis.
• Memungkinkan interaksi antara pengobatan yang dibutuhkan.
farmasis, dokter, perawat. • Bila obat berlebih, penderita
• Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dapat membuat profil farmasi tetap harus membayar sesuai
penderita.
jumlah yang tercantum dalam
• Memungkinkan pengawasan
terhadap sediaan farmasi & resep.
alkes dengan lebih teliti • Meningkatnya kebutuhan
Kasus 3
Sebagai apoteker di RS Khusus Kanker, saudara diminta untuk
menangani pengelolaan/pemusnahan produk/limbah sitotoksik di
RS tersebut. Bagaimana teknik pengelolaan/ pemusnahan produk/
limbah sitotoksik yang akan saudara terapkan?
Tata laksana pengolahan limbah
Sitotoksik
Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang dengan
cara penimbunan (landfill) atau dibuang ke saluran limbah umum.
Pengolahan dilaksanakan dengan cara dikembalikan keperusahaan
atau distributornya, atau dilakukan pengolahan dengan insinerasi.
Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan kedistributor.
Insinerasi pada suhu tinggi 1.000 oC s/d 1.200 °C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
Sebagai apoteker di STIFARM PADANG
Pengadaan Persentasi dana yang tersedia untuk pengadaan obat Perlu adanya pengusulan kenaikan anggaran pengadaan obat
55,26% kepada manajamen agar ketersediaan obat dapat terpenuhi
Anggaran obat untuk seluruh anggaran RS 40,38 % Sudah efisien 30 – 40 % (Hudyono dan Andayaningsih, 1990)
Jumlah item obat yang dipakai dibandingkan yang diren- Kurang efisien persentase terlalu tinggi perlunya dilakukan pe-
canakan 130,06 % mantauan pada jumlah item obat yang akan digunakan dengan
jumlah yang akan direncanakan.
Frekuensi pengadaan obat 4,5 kali dalam setahun dianali- Meningkatkan frekuensi pengadaan dengan metode EOQ agar
sis dengan EOQ 14,5 kali dapat menurunkan biaya penyimpanan dan resiko kerusakan
(Belum efisisen /sedang) kadaluarsa, walapun biaya pemesanan meningkat tetap dapat
melukan efisiensi biaya yang besar
Frekuensi kesalahan faktur/ketidakcocokan faktur 52 kali (t- Harus memilih supplier secara selektif (pabrikan, distributor)
inggi) yang memenuhi aspek mutu produk yang terjamin, aspek legal
dan harga yang sesuai
Rata – rata tertundanya pembayaran 60 kali (tinggi) Mengoptimalkan penggunaan SIM berbasis IT agar memu-
dahkan dalam melakukan penjumlahan dan penjadwalan jatuh
tempo pembayaran,
Meningkatkan ITOR agar profit margin dapat bertambah se-
hingga dapat membantu aliran kas di IFRS
Distribusi Kecocokan antara obat dan kartu Perlu adanya mekanisme bagi setiap pegawai untuk melakukan control kesesuaian obat
stok 33,77 % dengan kartu stock setiap hari atau minimal melakukan control setiap barang datan maupun
(Belum efisien < 100 % ) keluar. Selain itu dukungan SIM berbasis IT juga diperlukan untuk mengoptimalkan keco-
cokan data fisik obat dan kartu stok serta membantu dalam menyajikan data perencanaan
dan pengadaan obat selanjutnya
ITOR (iventrory Turn Over Ratio) Mengendalikan jumlah perseduaan, menyediakan data persediaan dan dukungan SIM
6,78 kali/tahun (dibawah range) berbasis IT
Nilai obat yang kadaluwarsa dan Penataan obat dengan metode FEFO/FIFO, kemudian perlu dilakukan control ED tiap bulan
rusak 3% dan didukung dengan adanya SIM Berbasis IT
Persentasi obat yang mati 3,13 % Melakukan kebijakan system penerapan satu pintu
Mengoptimalkan peran PFT dan formularium serta didukung SIM berbaris IT agar dapat di-
jadikan data dan bahan dalam seleksi obat dan evaluasi serta revisi formularium oleh PFT
Penggunaan Rata – rata waktu untuk melayani resep Menggunakan system e-prescribing agar proses pelayanan menjadi
74,15 menit (racikan) dan 39,54 (non lebih efisien, efektifdan cepat serta meminimalkan terjadinya medica-
tion eror.
racikan) Penataan rak obat berdasarkan kategore obat (fast.slow moving)
(waktu terlalu lama) Pengkategorian jalur pelayanan resep (jalur cepat/ < 2 item obat, regu-
lar / > item obat , dan racikan)
Persentasi resep obat dengan generik 84,06% Mengoptimalkan peran PFT dan formularium dengan menerapkan ke-
bijakan 1 generik + 2 branded generik agar penulis resep (dokter) mu-
dah mengingat obat yang tersedia di rumah sakit
Persentasi obat yang tidak dilayani 2,0 % untuk Melakukan koordinasi rutin kepada supplier atau distributor dan beker-
rawat inap, rawat jalan 1,22 % jasama dengan beberapa paotek di luar rumah sakit di dalam penye-
diaan obat –obatan cito
Jumlah item obat per lembar resep 4,1 untuk Mengoptimalkan peran PFT dan formularium sehingga peresepan
rawat inap dan 4,3 item untuk rawat jalan lebih rasional
Persentase obat yang dilabeli dengan lengkap Melakukan pemantauan pada setiap label obat untuk meminimalkan
57,15% adanya obat tanpa label
DAFTAR PUSTAKA
1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
7 TAHUN 2019 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBIK INDNESIA NOMOR 34
TAHUN 2021 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
DIKLINIK
Thank you