PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat
oleh makhluk hidup untuk dijadikan sebagai sumber makanan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu sumber makanan yang dapat dikonsumsi adalah lipid. Kolesterol
merupakan salah satu jenis lipid yang banyak berpengaruh terhadap tubuh. Kolesterol
steroid (Kusmiati & Dhewantara, 2016). Kolestrol tersebut disentesis di hati dan
menjadi penting dalam pembentukan garam empedu dan hormon steroid seperti
testosteron pada pria dan progesteron serta estrogen pada wanita. Pada kadar normal
kolesterol berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh. Akan tetapi kadar kolesterol yang
penyakit jantung koroner yang terjadi pada manusia (Mazroatul et al., 2016). Penyakit
ini menjadi salah satu penyakit yang banyak menyababkan kematian di negara-negara
pada seseorang adalah dengan menggunakan obat-obatan yang diberikan oleh seorang
dokter. Selain itu untuk menurunkan kolesterol seseorang juga dapat menggunakan
obat-obatan tradisional seperti ekstrak daun gedi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1
ekstrak daun Gedi memiliki kandungan total flavonoid dan total fenol tertinggi,
Gedi (Abelmoschus manihot L.) merupakan salah satu tumbuhan dari famili
Malvaceae yang telah diteliti untuk berbagai aktivitas farmakologis seperti antiradang,
larvasida, antivirus dan penyembuhan luka. Di Indonesia, Gedi tidak hanya digunakan
sebagai makanan tetapi juga digunakan sebagai pengobatan rumahan untuk anti-
Sulawesi Utara yang biasa dikonsumsi sebagai daun segar dan dilaporkan merupakan
salah satu sumber antioksidan. Dilaporkan mengandung senyawa fenolik dengan efek
Daun Gedi diekstraksi dengan hexane, aseton dan metanol, secara berurutan, memiliki
aktivitas pembersihan radikal dengan IC 50 nilai 42,83 ± 0,48 µg / mL, tingkat aktivitas
pengkelat logam 48,07%, serta penghambatan oksidasi asam linoleat 38,66% ((Taroreh
et al., 2016c)
potensi dan masih perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang uji aktivitas antikolesterol ekstrak dari
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kandungan yang terdapat pada daun gedi
dengan parameter adalah uji kolesterol total, trigliserida, HDL terhadap mencit jantan
2
I.2 Rumusan Masalah
2. Apakah pemberian ekstrak daun etanol daun gedi (abelmoschus manihot) dapat
meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) pada mencit putih jantan
hiperkolesterol ?
4. Apakah ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
5. Apakah ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
1. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
hiperkolesterol.
2. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
3. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
terhadap peningkatan kadar HDL (high density lipoprotein) pada mencit putih
jantan hiperkolesterol.
4. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
3
5. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
1. Pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
2. Pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
3. Pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) pada mencit putih jantan
hiperkolesterol.
4. Pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
5. Pemberian ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
a. Untuk Masyarakat
Medik) dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL, VLDL, trigliserida, dan obat
pemberian dosis ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) dapat
4
mempengaruhi kadar kolesterol total, LDL, VLDL, trigliserida, HDL, pada darah
c. Untuk Peneliti
mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
sebagai obat penurun kadar kolesterol total, LDL, VLDL, trigliserida, dan peningkat
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan ilmu taksonomi, tumbuhan daun Gedi dikenal dengan nama ilmiah
(Abelmoschus manihot (L) Medik). Klasifikasi tanaman tersebut adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Eudicots
Ordo : malvales
Family : Malvaceae
Genus : Abelmoschus
Di Indonesia sendiri banyak terdapat daun gedi. Istilah daun gedi pada setiap
daerah tentunya berbeda-beda. Di daerah Sulawesi daun gedi dikenal dengan sebutan
gedi, Minahasa (Gidi), Sulawesi Utara (Nanting, Iyondong, Kuei, Maree), Ternate
(Degi), Jawa (Ki Dedi, Edi) serta sunda menyebut daun gedi dengan sebutan (Singa
hibiscus,yellow hibiscus, hindi disebut jungle bhindi,india disebut raan bhendi, Fillipina
6
II.1.3 Morfologi Tumbuhan
berwarna hijau, batang tua berwarna hijau hingga coklat pada bagian ujung hingga
tengah atas, tekstur batang kasar, terdapat bintil-bintil berwarna kecoklatan pada seluruh
batang, ruas ditumbuhi oleh satu percabangan yang dapat melakukan percabangan lagi.
Setiap percabangan atau tangkai ditumbuhi daun penumpu (stipula) bertipe bebas
(liberae). Duduk daun tersebar (sparsa), tangkai daun berwarna hijau hingga hijau
bulat (orbeicularis), panjang helaian ±45cm, lebar helaian ± 30cm, pangkal daun
berbentuk tombak, tepi daun berbagi menjari (palmatipartitus), ujung daun berbentuk
(palminerve), tulang daun berwarna hijau.Bentuk tepi daun mengalami perubahan, pada
daun muda tepi daun lebar dan pada daun tua menjadi memanjang. Warna permukaan
atas daun hijau tua, warna permukaan bawah daun hijau muda, tekstur permukaan daun
halus.(Lunga, 2016)
7
2.2 Kandungan Kimia Daun Gedi (Abelmoschus manihot (L) Medi k)
quercetin-3-oglikosida. (Guo et al., 2011). Selain itu seluruh bagian tanaman daun gedi
mengandung lendir dalam jumlah yang cukup banyak. Komponen lender yang
galakturonat. Daun gedi juga mengandung asam lemak seperti malvalat, asam sterkuliat
dan asam epoksial. Selanjutnya daun gedi juga terdapat kandungan senyawa flavonoid
yaitu kelompok flavon atau 3-OH yang tersubtitusi serta kerabatnya seperti glikosida
Broilers,” 2013)
dalam kelompok tanaman obat atau tanaman herbal. Tanaman gedi sudah digunakan
oleh masyarakat Sunda sebagai obat sakit perut, dan tanaman gedi bagi masyarakat
Manado digunakan sebagai pangan sayuran. Sedangkan bagi orang Filiphina, Taiwan,
Cina, Kora, India dan Jepang, tanaman gedi bukan hanya dimanfaatkan sebagai sayuran
melainkan sebagai bahan obat tradisional. Tanaman ini ternyata memiliki potensi anti-
inflamatori, anti bakteri, antiviral, anti oksidan, serta dapat mengeliminasi radikal bebas.
8
Potensi tanaman gedi sebagai obat adalah karena tanaman ini disamping mengandung
zat-zat makanan seperti protein dan asam lemak omega-6 dan omega9 dan polisakarida
yang ada dalam serat larut (musilasi), juga mengandung senyawa bioaktif seperti
kimiayang dihasilkan tanaman melalui reaksi biokimia jalur sekunder yang merupakan
hasil samping dari jalur primer metabolism karbohidrat, asam amino, dan lipid.
Senyawa bioaktif pada tanaman memiliki potensi farmakologi atau toksikologi pada
manusia dan hewan. Senyawa bioaktif tersebut antara lain adalah: glukosa, flavonoid,
tubuh. Su Liu (2018) menjelaskan bahwa total flavones yang diekstrak dari daun gedi
(Abelmoschus manihot (L) Medik telah terbukti efektif secara klinis dalam memperbaiki
peradangan ginjal dan cedera glomerulus pada penyakit ginjal kronis (Liu et al., 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TFA dapat digunakan untuk memperbaiki
melemahkan tekanan ER. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TFA memiliki nilai
total fenolat dan flavonoid tertinggi berturut-turut sebesar 297,43 ± 0,48 mg GEA/g
9
ekstrak dan 117,31 ± 0,38 mg ekstrak kuersetin quivalen/g, dan menunjukkan aktivitas
2.4.1 Defenisi
Lemak (Lipid) adalah substansi yang tampak seperti lilin serta tidak larut dalam
air. Lemak yang terdapat dalam zat makanan kita umumnya terdiri dari gabungan dari
tiga gugus asam lemak dengan gliserol dan dikenal sebagai trigliserida. Lipid adalah
suatu senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak atau sukar larut dalam air,
hal ini karena kekurangan atim-atom yang berpolarisasi (O, N, S, P). Lipid juga dapat
dikatakan suatu kelompok besar subtansi biologi yang dapat larut dengan baik dalam zat
pelarut organik seperti methanol, aseton, kloroform dan benzene/benzol. Jenis lipid
yang paling banyak ditemukan adalah lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen), tidak
larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka
susunan molekul lipid tersebut harus dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang
bersifat larut air. Lipoprotein bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesis menuju
10
diarahkan untuk memperbaiki kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar
2.4.3 Kolesterol
kekuningan menyerupai lilin, yang penting sekali sekali bagi tubuh asalkan tidak
berlebihan. Karena lemak merupakan salah satu gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh
selain karbohidrat, protein dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumbr energi yang
disintesis di dalam hati (liver). Bahkan, sekitar 70% kolesterol dalam darah merupakan
hasil sintesis di dalam hati sedangkan sisanya berasal dari asupan makanan. Kolesterol
normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Nmaun, kolesterol bisa
meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur,
dan junk food. Tubuh mengemas kolesterol dan lipid lainnya menjadi suatu partikel-
Kolesterol diabsorsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut kolesterol
eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh disebut
kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar dalam
lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya
membentuk sedikit kolesterol yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur
11
membrane dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol ini
(Guyton, 1987).
12
e. Membentuk struktur membrane sel
f. Membentuk vitamin D
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati dan
jaringan adipose harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan
disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%). Kolesterol
(14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%). Lipid diangkut di dalam
kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari
2.4.4 Lipoprotein
yang terbentuk dari lipid darah (kolestrol dan trigliserida), fosfolipid dan apoprotein.
bersifat hidrofobik yang mengandung ester kolesteril dan trigliserida (katzung et al.,
2002)
Lipoprotein hamper seluruhnya di bentuk dalam hati, yang sesuai dengan buku
bahwa Sebagian besar fosfolipid, kolesterol, trigliserida plasma (kecuali yang terdapat
13
dalam kilomikron) disintesis dalam hati/ lipoprotein dalam plasma disebut sebagai cara
zat lipid dapat ditranpor ke seluruh tubuh,terutama di hati ke bagian tubuh lainnya.
Khususnya lipid yang disintesis dari karbohidrat dalam hati di transport ke jaringan
adiposa dalam lipoprotein. Transport kolestrol dan fosfolipid dilakukan oleh lipoprotein
yaitu :
1. Kilomikron
terdapat pada inti kilomikron. Fosfolipid dan kolesterol bebas Bersama dengan
apo B48,A-1,ALL serta dengan protein lainnya yang baru disintesis membentuk
pada jaringan ekstra hepatis melalui jalur yang berhubungan dengan VLDL. Sisa
VLDL adalah lipoprotein berdensitas sangat rendah, VLDL disekresi dihati dan
dihidrolisis oleh lipase lipoprotein yang mengasilkan asam lemak bebas untuk
disimpan di dalam jaringan dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida
14
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolestrol terbesar pada manusia (70%
total). Ester kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan
kolestrol bebas untuk sintesis membran sel dengan suatu jalur yang melibatkan
pembentukan mevalonic acid oleh reductase HMG CoA. LDL diatur pada
tingkat transkripsional oleh kandungan kolesterol dalam sel. Produksi enzim
tersebut diatur pada tingkat transkripsional oleh kandungan dalam sel dan dapat
lebih banyak lagi kolesterol yang dikirim kehati dari VLDL sisa dan kilomikron
(katzung et al,. 2002)
4. High density lipoprotein (HDL)
HDL disekresikan oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid di dalam HDL
berasal dari permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama lipolisis. Pada
proses tersebut, kolesterol bebas dipindahkan dari sitosol ke membran sel oleh
suatu protein transporter, ABC1. Kolesterol tersebut kemudian disterifikasi oleh
lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), yang menyebabkan pembentukan
spesies HDL yang lebih besar. HDL dapat juga membawa ester kolesteril
langsung ke hati suatu reseptor pengait/ docking (katzung et al, 2002).
5. Trigliserida
Trigliserida terjadi bila karbohidrat yang masuk ke tubuh lebih banyak dari pada
yang dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam bentuk glokogen
maka kelebihannya dengan cepat diubah menjadi trigliserida dan kemudian di
simpan dalam jaringan adiposa (Guyton, 1989). Hanya Sebagian kecil
trigliserida yang ada dalam aliran darah (Anies, 2015). Peningkatan kadar
trigliserida secara epidemiologi sering dikaitkan dengan peningkatan terjadinya
penyakit coroner. Pasien tersebut cenderung mempunyai kolestrol yang kaya
dengan partikel VLDL yang berdiameter kecil (katzung et al., 2002).
2.4.5 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kelainan metabolism lemak yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida di atas batas normal.
Factor terjadinya hiperkolesterolemia yang paling umum dan sering terjadi
penyakit jantung coroner, obesitas, minuman berakohol tinggi serta tekanan
darah tinggi dan merokok.
15
2.5 Ekstraksi
1. Maserasi
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, terhadap
16
B. Ekstraksi Secara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
Indonesia, 2000).
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara erus-menerus dengan
3. Digesti
yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 96-98 ⁰C ) selama
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( ˃ 30 ⁰C ) dan temperature
17
6. Destilasi uap
Denstilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dan
bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial
senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan
atau memisah Sebagian. Density uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke
dalam air yang mendidih, namun melewati uap air sehingga senyawa kandungan
menguap ikut terdestilasi.destilasi uap air, dan bahan (simplisia) bercampur sempurna
atau sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap berlanjut ikut
18
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan November sampai bulan Januari
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah botol gelap maserasi, corong (Iwaki), Erlenmeyer
(Pyrex), gelas ukur (Iwaki), blender (Philips), krus porselen (Iwaki), lumpang dan
stamfer (Pyrex), microtube, tabung reaksi (Iwaki), rak tabung reaksi, erlemeyer (Iwaki),
sudip, gelas piala (Iwaki), batang pengaduk (Iwaki), kandang hewan, timbangan hewan
fotometer 5010 v5+ (riele), plat KLT Sillika Gel 60 F254 (Merek), sentrifus (NF 200),
mikrohematokrit (Marienfeld).
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik.
Makanan ternak (PT. Central Proteina Prima Tbk), kuning telur ayam 0,5 kg,
Propylthiourasil (PTU), etanol 70% (PT. Bratacem), air suling (PT. Bratachem), reagen
19
pereaksi kolesterol (PT Rajawali Nusindo), reagen pereaksi trigliserida (PT Rajawali
Phenol : 5 mmol/L
Peroxidase : >5kU/L
4-Chlorophenol : 5 mmol/L
ATP : 2 mmol/L
20
Larutan Pereaksi HDL
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan yang berumur
lebih kurang 2 – 3 bulan, dengan berat 20 – 30 gram dan belum pernah mengalami
Tumbuhan yang digunakan adalah daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
segar yang sudah masak berwarna hitam lebih kurang 2 kg. Diperoleh di jalan raya
Tumbuhan daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) yang terdiri dari akar,
Pada umunya proses pembuatan simplisia melalui beberapa tahap, antara lain
21
a. Pengumpulan Tumbuhan
Bagian yang dipetik adalah daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) yang
b. Sortasi Basah
Pisahkan daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) secara manual dari
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
c. Pencucian
Cuci daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) menggunakan air bersih
seperti PAM (Perusahaan Air Minum), air sumur atau air mata dari pengotor lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Lakukan pencucian sesingkat mungkin agar tidak
menghilangkan zat berkhasiat dari daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik).
d. Pengeringan
Daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) yang telah bersih dan bebas dari
sisa-sisa air cucian kemudian dikeringkan disinar matahari langsung sambil di bolak –
e. Sortasi Kering
Pisahkan secara manual benda – benda asing seperti bagian – bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotoran – pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia.
22
f. Penyiapan Serbuk Simplisia
Daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik) yang sudah kering kemudian
dihaluskan dengan cara diblender sehingga diperoleh serbuk daun gedi (Abelmoschus
Maserasi 200 gram serbuk kering daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik)
di masukkan ke dalam botol maserator dan menambahkan 2 liter pelarut etanol 70% LP.
Kemudian direndam selama 6 jam pertama sambil sekali – kali diaduk, kemudian
didiamkan hingga 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara filtrasi menggunakan kertas
saring. Proses penyarian diulangi sekurang – kurangnya dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Sumua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap
vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung rendemen
yang diperoleh yaitu presentase bobot (b/b) antara rendemen dengan bobot serbuk
Indonesia, 2008).
dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit
23
dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ratakan ekstrak di dalam botol timbang, dengan
ratakan dengan batang pengaduk, kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka
tutupnya, keringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kemudian didinginkan dalam
2000).
Penetapan kadar air dilakukan dengan alat moisture balance. Buka penutup alat
di moisture balance. Tempatkan pan kosong pada pan handler (Tanpa memiringkan
panel sampel). Tempatkan pan handler diruang sampel. Sampel ditimbang sebanyak
500 mg, kemudian letakkan pada pan handler yang sudah dialasi dengan kertas saring,
kemudian tepatkan spesiemen sampel di dalam panci sampel (glass fiber pad) dan tekan
tombol tare.
selanjutnya dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan diratakan.
24
Perlahan-lahan arang dipijarkan hingga habis, lalu didinginkan dan di timbang hingga
bobot tetap. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah di keringkan di udara
w 2−w 0
Kadar abu total = x 100 %
w 1−w 0
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, ditambah 25 ML asam sulfat
encer dan dididihkan selama 5 menit, kemudian bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan dan di saring menggunakan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dalam persen, lalu
dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan
w 2−w 0
Kadar abu tidak larut asam = x 100 %
w 1−w 0
25
3.3.5.2 Karakterisasi Spesifik Ekstrak Daun Gedi
a. Identitas
Ekstrak yang diperoleh memiliki identitas yang mendeskripsikan tata nama dan
senyawa identitas ekstrak. Deskripsi tata nama tumbuhan meliputi nama ekstrak, nama
latin tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan yang digunakan dan nama
b. Uji Organoleptis
panca indera untuk mendeskripsikan ekstrak dalam bentuk, warna, bau dan rasa
dengan 100ml air kloroform LP menggunakan botol khusus (gelap) yang kedap udara
sambil sekali – kali dikocok selama 6 jam pertama kemudian selama 18 jam. Maserat
disaring, kemudian 20 ml filtrate diuapkan hingga kring dalam cawan dangkal berdasar
rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Dalam
persen, kadar senyawa yang larut dalam air dihitung terhadap ekstrak awal
w 2−w 0 100
Kadar senyawa larut air = x x 100 %
w 1−w 0 20
26
W1 = Berat cawan + Ekstrak
dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan botol khusus (gelap) yang kedap udara
sambil sekali-kali dikocok selama dikocok selama 6 jam pertama kemudian selama 18
jam. Maserat disaring, kemudian 20 ml filtrate diuapkan hingga kring dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC hingga bobot
tetap. Dalam persen, kadar senyawa yang larut dalam etanol (95%) dihitung terhadap
w 2−w 0 100
Kadar senyawa larut air = x x 100 %
w 1−w 0 20
A. Pola Kromatogram
27
Ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut hexane, etil
asetat, etanol dan air. Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan pengocokan selama 15
menit atau dengan getaran ultrasonic atau dengan pemanasan kemudian disaring untuk
2. Uji KLT
Umumnya dibuat kromatogram dengan fase diam silica gel GF 254, untuk uji
(100 : 13,5 : 10), untuk uji antrakinon, senyawa fenolat, flavonoid kumarin dan steroid
metanol-air (64 : 50 : 10). Evaluasi dapat dilakukan dengan dokumentasi foto hasil
3. Penjenuhan Bejana
dan lebarnya sama dengan lebar bejana. Masukkan larutan pengembang ke dalam
bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 – 1 cm dari dasar bejana. Tutup kedap dan
biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus selalu tercelup ke
dalam larutan pengembang pda dasar bejana. Kecuali dinyatakan lain pada masing-
4. Prosedur KLT
Totolkan larutan uji dan larutan pembanding menurut cara yang tertera pada
masing-masing monografi dengan jarak 1,5 – 2 cm dari tepi bawah lempeng dan biarkan
28
mongering. Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak
di sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromografi. Larutan pengembang
dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolan jangan sampai
terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak
merambat sampai batas jarak rambat. Keluarkan dan keringkan di udara, amati bercak
B. Skrining Fitokimia
1. Alkaloid
panaskan di atas pemanas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes
filtrate pada kaca arloji, menambahkan 2 tetes Myaer LP dan terbentuk endapan
mengumpal bewarna putih yang larut dalam methanol P, maka ada kemungkinan
2. Fenol
Ekstrak ditambahkan dengan larutan garam besi (III) klorida dalam air atau
etanol akan memberikan warna hijau hingga biru hitam dengan penambahan larutan
brom (9,6 ml brom dan 30 ml kalium bromide dalam sejumlah air hingga 100 ml) akan
terbentuk endapan putih yang segera laut dan akan terjadi endapan kembali apabila
a. Uji Alkalin
29
Ekstrak diuji dengan penambahan beberapa tetes larutan NaOH sehingga terjadi
perubahan warna menjadi kuning cerah, dimana warna tersebut akan berkurang
Ekstrak diuji dengan penambahan beberapa tetes larutan timbal asetat terbentuk
4. Saponin
ml air panas, dinginkan kemudian kocok kuat – kuat selama 10 detik. Hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang
dari 10 menit, setinggi 1 -10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N,
5. Triterpenoid
Filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat lalu dikocok dan didiamkan,
6. Fitosterol
disaring. Filtrat ditambahkan beberapa tetes asam asetat anhidrat lalu dipanaskan
30
Hewan yang digunakan adalah mencit putih jantan umur 2 – 3 bulan dengan
kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Sebelum diperlakukan
mencit diaklamasi selama 7 hari (sebelum dan sesudah aklimatisasi berat badan hewan
di timbang) dengan diberi makan dan minum yang cukup. Mencit yang akan digunakan
adalah mencit putih jantan yang sehat, pertumbuhannya normal, tidak menunjukkan
kelainan yang berarti, deviasi bobot selama pemeliharaan tidak lebih dari 10% berat
masing hewan percobaan dan kemudian menimbang berat badan mencit. Selanjutnya
mencit dimasukkan dalam wadah yang cukup besar dan dilakukan aklimatisasi selama 7
mencit diberi makanan dan minuman yang sama, serta diamati tingkah lakunya. Setelah
aklimatisasi selesai selama 7 hari kemudian mencit ditimbang kembali berat badannya
dan masing-masing mencit dikelompokkan. Mencit yang digunakan adalah mencit yang
sehat dan selama aklimatisasi tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10%
dan secara visual menunjukkan perilaku yang normal. Masing-masing kelompok terdiri
dari 5 ekor mencit putih jantan dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok
positif.
31
Kelompok Perlakuan
Keterangan :
hari, kecuali mencit pada kelompok kontrol negative yang hanya diberikan suspense Na
CMC. Pada hari ke-15 mencit diukur kadar kolesterol total dengan alat fotometer
12jam. Selanjutnya mencit kelompok III, IV, V dan VI (pembanding) diberi perlakuan
untuk melihat pengaruh ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik
selama 14 hari atau sampai hari ke-28 dengan jarak waktu pemberian selama 1 jam
setelah pemberian makanan lemak tinggi. Kemudian pada hari ke-29 mencit di ukur
32
kadar kolesterol total, trigliserida, VLDL, LDL dan HDL dengan alat fotometer klinikal
5010v5+.
3.3.9 Dosis
Dosis ekstrak etanol daun gedi (Abelmoschus manihot (L) Medik diberikan pada
hewan percobaan adalah 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB yang diberikan
secara peroral.
= 0,052 mg /0,2 ml
= 0,26 mg / ml
2,6 mg
x 520 mg=67,6 mg
20 mg
sedian 0,26% untuk 1 ekor mencit ditimbang tablet atorvastatin yang telah digerus
33
sebanyak 67,6 mg dalam 10 ml air suling. Sediaan diberikan sebnayak 1% dari berat
badan.
MLT ini menginduksi kolesterol pada mencit diberikan setiap hari. Pembuatan
MLT dengan mencampurkan 100 g lemak kambing (10%) dan 50 g kuning telur (5%)
dalam 1000 g pakan standar. Sebelum dicampurkan dengan pakan stantdar, lemak
kambing dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair dan kuning telur diambil dari
pada mencit, sehingga dapat membantu peningkatan kolesterol. Dosis PTU untuk
manusia dewasa 1 x 100 mg, dikonversikan pada mencit (0,0026) dengan dosis 0,26
mg/20 g BB atau 13 mg/kg BB. Suspensi PTU dibuat dengan konsentrasi 0,13 %
dengan volume pemberian 0,2 cc/20 g BB atau 13 mg/kg BB. Suspensi PTU dibuat
dengan konsentrasi 0,13 % dengan volume pemberian 0,2 cc/20 g BB. Diberikan setiap
hari secara peroral. Suspensi PTU dibuat dengan cara menggerus PTU, kemudian
tambahkan Na CMC 0,5 % (Na CMC ditaburkan ke dalam air panas sebanyak 20x
beratnya di dalam lumpang gerus sampai homogen), digerus hingga terbentuk suspense
34
Serbuk Na CMC ditimbang sebanyak 50 mg ditaburkan di atas air panas
sebanyak 20 kalinya (1 ml) dalam lumpang panas dan dibiarkan selama 15 menit.
sebanyak 20 kalinya (1 ml) dalam lumpang panas dan dibiarkan selama 15 menit.
Kemudian gerus sampai homogen, tambahkan ekstrak daun gedi yang sudah ditimbang
sesuai dengan dosis (100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB) gerus homogen
3.3.11 Pengukuran Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, LDL dan VLDL
Darah diambil dari pleksus retroorbitalis pada mata dengan pipet mikrohematokrit.
Darah ditampung di dalam microtube dan didiamkan selama 15 menit dan disentrifus
tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1000 µL lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu 37oC. Serapan diukur pada panjang
gelombang 500 nm terhadap blangko menggunakan alat photometer 5010 v5+. Sebagai
blangko digunakan pereaksi kolesterol 1000 µL dan air suling. Pengukuran serapan
35
standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti
Serum darah dipepet dengan pipet mikro sebanyak 100 µL dimasukkan dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi HDL sebanyak 1000 µL lalu
dicampur dan dibiarkan selama 5 menit pada suhu 37oC. Serapan diukur pada panjang
gelombang 500 nm terhadap blangko menggunakan alat photometer 5010 v5+. Sebagai
blangko digunakan pereaksi kolesterol 1000 µL dan air suling. Pengukuran serapan
standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti
lalu dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu 37 oC. Serapan diukur pada
panjang gelombang 500 nm terhadap blangko menggunakan alat photometer 5010 v5+.
Sebagai blangko digunakan pereaksi kolesterol 1000 µL dan air suling. Pengukuran
serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah
Menuru t Marks et al., (2000) untuk mengukur kadar LDL dihitung dengan
rumus:
36
LDL (mg/dl) = Kolesterol Total – HDL + Trigliserida
Menurut Warrick et al., (1990) untuk mengukur kadar VLDL dihitung dengan
Trigliserida
rumus: VLDL =
5
menggunakan uji analisis varian (ANOVA) satu arah dengan faktor independent (dosis)
dan faktor dependent (kadar kolesterol) kemudian diuji dengan uji lanjut Ducan. Data
37
DAFTAR PUSTAKA
Guo, J., Xue, C., Duan, J. A., Qian, D., Tang, Y., & You, Y. (2011). Anticonvulsant,
antidepressant-like activity of Abelmoschus manihot ethanol extract and its potential
active components in vivo. Phytomedicine, 18(14), 1250–1254.
https://doi.org/10.1016/j.phymed.2011.06.012
Kb, A., Ak, D., Rn, S., & Ub, A. (n.d.). International Journal of Botany Studies International
Journal of Botany Studies Ethanobotanical Uses and Phytochemical analysis of
Abelmoschus manihot (L.) Medik. www.botanyjournals.com
Km, E., Cn, S., & Es, E. (2016). Evaluasi Aktivitas Anti Kolesterol Ekstrak Etil Asetat dan
N- Heksana Tetracarpidium conophorum ( Memikirkan . Arg .) Hutch dan Dalziel
( African Walnut ) Terhadap Tikus Hiperkolesterolemia. Jurnal Internasional
Penelitian Farmakognosi Dan Fitokimia, 8(8), 1372–1376.
Liu, S., Ye, L., Tao, J., Ge, C., Huang, L., & Yu, J. (2018). Total flavones of Abelmoschus
manihot improve diabetic nephropathy by inhibiting the iRhom2 / TACE signalling
pathway activity in rats. Pharmaceutical Biology, 0(0), 1–11.
https://doi.org/10.1080/13880209.2017.1412467
38
Mazroatul, C., Deni, G. D., Habibi, N. A., & Saputri, G. F. (2016). AKTIVITAS ANTI-
HIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK ETANOL Peperomia pellucid. ALCHEMY
Jurnal Penelitian Kimia, 12, 88–94.
Taroreh, M., Raharjo, S., Hastuti, P., & Murdiati, A. (2016a). Antioxidative Activities of
Various Fractions of Gedi ’ s Leaf Extracts ( Abelmoschus manihot L . Medik ). Italian
Oral Surgery, 9, 271–278. https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2016.02.112
Taroreh, M., Raharjo, S., Hastuti, P., & Murdiati, A. (2016b). Antioxidative Activities of
Various Fractions of Gedi’s Leaf Extracts (Abelmoschus Manihot L. Medik).
Agriculture and Agricultural Science Procedia, 9, 271–278.
https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2016.02.112
Taroreh, M., Raharjo, S., Hastuti, P., & Murdiati, A. (2016c). Antioxidative Activities of
Various Fractions of Gedi’s Leaf Extracts (Abelmoschus Manihot L. Medik).
Agriculture and Agricultural Science Procedia, 9, 271–278.
https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2016.02.112
The effects of native gedi leaves (Abelmoschus manihot L. Medik.) of Northern Sulawesi-
Indonesia as a Source of Feedstuff on the Performance of Broilers. (2013). International
Journal of Biosciences (IJB), 3(10), 82–91. https://doi.org/10.12692/ijb/3.10.82-91
39