HIPERTENSI
PENDAHULUAN
dikonsumsi setiap hari. Kolesterol dan lemak dalam darah umumnya berasal dari
menu makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan yang memiliki kadar
kolesterol tinggi misalnya: daging, kuning telur dan hati. Makanan tinggi
kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol total, hal ini diperburuk dengan
penyakit seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi dan stroke (Gunawan, 2007
: 373).
metabolisme tubuh terhadap lemak yang dikonsumsi. Kolesterol juga dibuat oleh
organ hati karena memang diperlukan untuk membentuk otak, membangun sel-sel
(Agustina, 2012).
mengandung bahan yang berkhasiat seperti : daun, batang, akar, buah / bagian lain
harganya mahal dan memiliki efek samping bila dikonsumsi, hal tersebut
Gnetaceae. Famili ini dikenal dengan nama tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.)
sering dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti susah buang
air kecil, digigit anjing, penyakit mata, anemia dan busung lapar (Hariana, 2008).
1. Adakah pengaruh ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air daun melinjo
2. Adakah perbedaan ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air daun melinjo
daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang dapat memberikan penurunan kadar
(Gnetum gnemon L.). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun yang
berwarna hijau sampai hijau tua yang dari daerah Gunungpati Semarang.
kolesterol 94%.
Liebermann-Burchard.
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air daun
in vitro.
2. Untuk mengetahui adanya perbedaan ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air
daun melinjo (Gnetum gnemon L.) terhadap penurunan kadar kolestrol secara
in vitro.
3. Untuk mengetahui konsentrasi maksimal ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan
air daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang dapat menurunkan kadar
daun melinjo (Gnetum gnemon L.) sebagai salah satu pilihan dalam
pengobatannya.
BAB II
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
berbentuk pohon yang berasal dari Asia Tropik dan Pasifik Barat. Melinjo
Batangnya kokoh dan daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul.
Tumbuhan ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun. Melinjo (Gnetum gnemon L.)
adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang kurang
baik.
dibedakan atas akar, batang, daun, dan bunga. Melinjo yang tumbuh dari biji
melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5 – 22 meter. Bentuk
percabangannya sangat khas. Pohon melinjo berdaun rimbun (Tim Penulis PS,
1999).
Batang : berdiri tegak, lurus, berkayu, cabang mendatar, yang makin keatas
dalam satu pohon terdapat bunga jantan saja atau bunga betina saja.
cm.
Buah : tidak terbungkus daging, tetapi hanya terbungkus kulit buah tipis
Biji : tidak besar dengan bentuk bulat atau lonjong untuk setiap buah.
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Adapun kandungan
kimia melinjo (Gnetum gnemon L.) terutama pada daunnya antara lain
1. Alkaloid
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh - tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar
atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Lenny, 2006).
terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa organik dan sering
semua alkaloid. Pereaksi lain yang sering digunakan seperti pereaksi Wagner
merupakan salah satu cara cepat untuk pemisahan alkaloid dengan silika gel
2. Flavonoid
ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak tumbuhan (Markham, 1988 : 1).
2’ 3’
8 1 1’
O B 4’
7 9
6’ 5’
A C
6 10 3
5 4
O
atau suatu gula flavonoid yang merupakan senyawa polar, sehingga flavonoid
larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan air. Gula
yang terikat pada flavonoid menyebabkan senyawa tersebut mudah larut dalam
air, maka campuran pelarut polar tersebut merupakan pelarut yang baik untuk
glikosida. Aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavonon, flavon, serta
flavonol cenderung mudah larut dalam eter dan kloroform (Markham, 1988 : 15).
Identifikasi flavonoid secara KLT dengan fase diam silika gel dapat
digunakan fase gerak seperti n-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan
4:1:5 (Markham, 1988 : 18). Identifikasi flavonoid pada sinar tampak setelah
diuapi ammonia kemudian disemprot dengan larutan AlCl3 1% dalam etanol, bila
mengandung flavonoid akan memberikan noda berwarna kuning pucat atau hijau
3. Tanin
golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin
dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat
mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan gelatin. Tanin
molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan
Secara kimia terdapat dua jenis tanin. Tanin terkondensasi dan tanin yang
terutama D-glukosa yang gugus hidroksilnya terikat dengan asam galat, digalat,
tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena
rasanya yang sepat. Salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai
penolak hewan pemakan tumbuhan (Harborne, 1996 : 103). Selain itu, digunakan
sebagai antifungi dengan cara menghambat DNA jamur (Robinson, 1995 : 72).
Tanin dari alam mudah dikenali melalui pengenalan gugus fenol,yang dapat
memberikan warna biru kehitaman dengan pereaksi besi (III) klorida. Tanin dapat
mengendapkan larutan gelatin 1% (Anonim, 2011). Tanin dapat larut di dalam air,
alkohol, gliserol, aseton dan sedikit alkalis. Tanin dipisahkan secara kualitatif
dengan KLT menggunakan fase gerak etil asetat : metanol : air (77:15:8) dan fase
diam silika gel GF 254 menggunakan deteksi FeCl 3 10%. Hasil positif jika
menimbulkan noda berwarna biru kehitaman, hijau, atau biru kehijauan (Trease
4. Saponin
busa bila dikocok dalam air, beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.
Saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan
sebagai bahan baku sintetis hormon steroid yang digunakan dalam bidang
saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air
yang apabila dikocok menimbulkan buih dan stabil. Saponin merupakan senyawa
pahit yang menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer
saponin banyak digunakan sebagai racun ikan (Harborne, 1987 : 151). Struktur
Kulit batang pohon melinjo dapat dijadikan tali untuk jala atau tali panjat.
Kayunya dapat digunakan untuk perkakas dapur, bahkan dapat diproses menjadi
kertas yang kualitasnya baik (Heyne, 1917). Menurut Grevost dalam Susilowati,
(2003) kayu melinjo digunakan juga sebagai bahan bangunan untuk pembuatan
rumah dan papan kayunya dapat dibuat peti kemas. Kulit batangnya banyak
mengandung serat dan dapat dipintal menjadi benang yang kuat. Manfaat lain
rumah, tanaman sela dipinggir tegakan hutan atau tanaman penghijauan di tanah-
tanah terbuka dan sebagai tanaman untuk konservasi tanah (Setiawan, 1993).
juga bermanfaat dalam kesehatan. Manfaat yang diperoleh dari daun belinjo
antara lain adalah sebagai peluruh air seni, penyakit mata seperti rabun senja,
dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumusan steroida, seperti banyak senyawa
alamiah lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002 : 536). Kolesterol adalah senyawa
lemak yang lunak seperti malam (wax).Sebagian besar kebutuhan kolesterol tubuh
dibuat oleh hati, tetapi tubuh juga mendapat tambahan kolesterol dari
dibutuhkan oleh tubuh sebagaimana zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Oleh karena itu, sebagai komponen lemak, kolesterol
menjadi salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi yang juga
tubuhnya. Dari jumlah itu, 25-40% atau 200-300 mg secara normal berasal dari
makanan dan selebihnya dari endogen (biosintesis) terutama oleh hati kemudian
seperti tetesan lilin panas, warna putih kehijauan, substansi berlemak, merupakan
bagian terbesar yang dibentuk oleh tubuh di hati. Sekitar dua pertiga kolesterol
diproduksi dengan cara ini, menggunakan substansi yang diperoleh dari lemak
pada makanan, sehingga makin banyak lemak yang dimakan, hati makin terpacu
dengan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang semakin menurun (Katzung,
2002 : 427). Batasan kadar kolesterol total dapat dilihat pada tabel 1.
benzene, karbon disulfida, aseton, dan alkohol panas, tetapi tidak larut dalam air,
asam atau basa. Pada kosentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk
kristal tak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan memiliki titik lebur 150° -
1990 : 309).
yang paling kecil yaitu kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL) (Karyadi,
2002).
1. Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar yang dibentuk dalam usus
8-14% phospholipid, dan 5-10% protein. VLDL disekresi oleh hati dan
terbanyak dibanding protein dan kolesterol. VLDL ini merupakan kolesterol yang
memiliki sifat seperti kolesterol LDL tetapi kandungan terbesar yang dimilikinya
bukanlah kolesterol tetapi trigliserida, sebagai salah satu jenis lemak yang ada
kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor resiko utama penyakit
kolesterol yang dibawa oleh LDL, ada kemungkinan terjadi kelebihan kolesterol
yang tidak dipergunakan oleh sistem tubuh. Kelebihan yang dibawa oleh LDL itu,
akan diambil oleh HDL untuk dibawa ke hati untuk selanjutnya diuraikan lalu
sedikit dari LDL dan membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh drah
arteri kembali ke hati, untuk di proses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol
dinding sel pada tubuh.Dinding-dinding sel itulah yang membentuk tubuh dengan
baik.Sel-sel saraf terdiri atas kolesterol, sel-sel di otak terdiri pula atas
2. Pembentuk Hormon-hormon
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh tubuh, dalam hal ini oleh
kelenjar endokrin. Hormon yang dihasilkan itu akan masuk ke peredaran darah,
kemudian mempengaruhi jaringan dan juga aktivitas organ-organ lain didalam
tubuh. Kolesterol merupakan bahan penting yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai
3. Pembentukan Vitamin D
kesehatan tulang dan mengontrol kadar kalsium di dalam darah (Syahrullah dkk,
2013).
4. Sumber Energi
Sebagai salah satu senyawa lemak, maka kolesterol itu merupakan salah
satu sumber energi yang memberikan kalori yang sangat tinggi bagi tubuh.Kalori
meningkatkan risiko empat kali lipat. Kadar kolesterol dapat mengendap di dalam
2013 : 19).
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Kadar kolesterol pada penerita hipertensi lebih tinggi daripada orang sehat.
Kadar kolesterol total merupakan faktor risiko terjdinya hipetensi sebesar 2,09
kali dari kolesterol normal. Hal ini diawali dari pembentukan arterosklerosis pada
perlemakan yang dapat menghambat aliran darah (Feryadi, dkk., 2014 : 209).
3. Stroke
2009 : 23)
4. Diabetes mellitus
Pasien dengan diabetes mellitus sering memiliki level kolesterol tidak sehat
termasuk di dalamnya kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi serta
kadar kolesterol HDL yang rendah. Kelainan lipid dapat berhubungan dengan
5. Gangguan ginjal
Kadar LDL yang tinggi serta HDL yang rendah menyebabkan peningkatan
kreatinin > 1,5 mg/dL dan penurunan kliren kreatinin sampai < 55 mL/min.
Penderita hiperkolesterol dengan rasio LDL/HDL > 4,4, terjadi penurunan fungsi
ginjal 20% lebih tinggi dibanding pada subyek dengan rasio 3,2. Hal ini terjadi
sehingga kerja ginjal menjadi lebih keras (Herliana dan Sitanggang, 2009 : 13).
Pada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester kolesterol
dengan asam asetat anhidrat dan sedikit asam sulfat pekat akan terjadi pewarnaan
yang khas untuk sterol tunggal. Pada reaksi ini larutan akan berubah warna
2. Metode Gravimetri
kelemahan yaitu harga digitonin yang cukup mahal (Schunack dkk, 1990).
3. Metode Enzimatik
sebagai hasil reaksi oksidasi kolesterol bebas dengan adanya enzim kolesterol
Pemisahan didasarkan atas kekuatan ikatan sampel dengan fase gerak atau fase
diam. Fase gerak pada FPLC adalah larutan buffer sedangkan fase diamnya adalah
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes
RI, 2000 : 1). Tujuan dari ekstraksi adalah untuk pemurnian, pemekatan atau
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan kemudian
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
kadar yang tinggi. Tujuan ekstraksi adalah pemurnian, pemekatan atau pemisahan
Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu yang pertama metode
ekstraksi cara dingin yang terdiri dari : maserasi dan perkolasi. Keuntungan dari
metode ekstraksi cara dingin adalah alat yang digunakan sederhana untuk proses
ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil terhadap panas tidak akan rusak.
membutuhkan waktu yang lama dan butuh penyari dengan volume yang cukup
banyak untuk proses ekstraksi. Metode yang kedua yaitu metode ekstraksi cara
panas yang terdiri dari : digesti, refluks, infusa, destilasi dan soxhletasi.
Keuntungan dari metode ekstraksi cara panas ini adalah proses ekstraksi tidak
membutuhkan waktu yang lama dan penyari yang digunakan relatif sedikit.
Sedangkan kelemahan dari ekstraksi cara panas adalah membutuhkan alat yang
rumit untuk proses ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil terhadap panas akan
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Departemen Kesehatan RI,
bahan (DepkesRI,2000:11).
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun
kelabu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun
melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Setelah cairan mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan kembali akan kembali kelabu. Cara ini lebih menguntungkan
karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut cair pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas cair mendidih, temperatur terukur 96-98o C
selama 15-20 menit (Departemen Kesehatan RI, 2000:11). Penyarian dengan cara
ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air (100oC) (Departemen Kesehatan RI, 2000: 11).
suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan
mentah obat, daya penyesuian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
(Ansel, 2005 : 607). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode maserasi cara cepat. Bahan obat mentah yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau
satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan diaduk kembali. Waktu
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang
masuk dalam cairan telah tercapai. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidaklah mengandung benzoin, stirak dan lain-
lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air etanol atau
pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
2.1.1.11 Remaserasi
Serbuk simplisia dimaserasikan dua kali dengan bahan pelarut yang sama,
artinya mula – mula dengan setengah bagian, kemudian dengan sisanya. Serbuk
simplisia mula – mula ditarik dengan sedikit bagian bahan pelarut (20%) dan
dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Koefisien distribusi (KD) atau koefisien
dari suatu senyawa terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur. C1 dan C2
adalah kadar senyawa terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2, dengan rumus
sebagai berikut :
KD = C2/C1
Pelarut pertama yang sering digunakan adalah air sedangkan sebagai pelarut
kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian
ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar akan terdapat dalam fasa
air, sedangkan senyawa organik nonpolar sebagian besar terdapat dalam fasa
organik. Hal ini yang disebut “like disolves like” yang berarti bahwa senyawa
polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa nonpolar mudah larut
Cairan pelarut adalah pelarut yang baik atau optimal untuk senyawa
kandungan yang berkhasiat atau yang aktif. Dengan demikian senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak
hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua
Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air
dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol,
penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik, namun demikian jika
dalam uji ada sisa pelarut dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol
sebenarnya pelarut yang lebih baik dari etanol (Depkes RI, 2000 : 9).
Prinsip dari kromatografi lapis tipis adalah suatu analit bergerak naik atau
melintasi fase diam (paling umum digunakan adalah gel silika), dibawah pengaruh
fase gerak (biasanya campuran pelarut organik), yang bergerak melalui fase diam
oleh kerja kapiler. Jarak pemindahan oleh analit tersebut ditentukan oleh afinitas
relatifnya untuk fase diam dibanding fase gerak (Watson, 2009 : 369).
kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada
kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)
pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat alumunium,
Fase diam yang sering digunakan pada KLT adalah silika dan serbuk
selulosa, mekanisme perpindahan solute dari fase diam ke fase gerak atau
kontrol kandungan air dalam silika antara 11-12% (Rohman, 2009 : 46).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana dalam fase gerak kromatografi lapis tipis adalah campuran dua pelarut
organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini mudah diatur sedemikian
rupa, sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Beberapa petunjuk dalam
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak
3. Pemisahan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan migrasi solute dan nilai Rf. Penambahan pelarut yang
sedikit polar kedalam pelarut non polar akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan.
4. Solute-solute ionic dan solute-solute polar lebih baik digunakan campuran
pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan
bercak menjadi jelas (Rohman, 2009 : 52). Untuk penentuannnya dapat dilakukan
secara kimia, fisika maupun biologi. Cara kimia yaitu dengan mereaksikan bercak
dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas.
gelombang emisi 254 nm atau 366 nm (Rohman dan Gandjar, 2007 : 362).
larutan yang sangat encer dengan pembanding blanko pelarut. Sinar ultraviolet
222).
keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi
dalam ikatan molekul, semakin panjang panjang gelombang (energi lebih rendah)
Hal ini perlu diperhatikan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan
agent atau penggunaan teknik ekstraksi (Rohman dan Ganjar, 2012 : 105)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
maksimum karena adanya penambahan gugus pada sistem kromofor induk (Mulja
Seri larutan baku dibuat dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbsi dengan
atau 15-70% jika dibaca sebagai transmitan. Ini berdasarkan anggapan bahwa
spektrofotometer.
Bagian Listrik
Penguat
Pembaca
Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah tampak (dari) spektrum itu
maupun daerah ultraviolet dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut
2. Monokromator
Ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu
3. Sampel
wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya
4. Detektor
mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik (Underwood dan
Day, 2002).
5. Penguat (Amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat
Merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
2.2 Hipotesis
2. Terdapat konsentrasi maksimal dari ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air
daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang dapat menurunkan kada kolesterol
secara in vitro
3. Ada perbedaan aktivitas penurunan kadar kolesterol dari ekstrak etanol, fraksi
etil asetat, dan air daun melinjo (Gnetum gnemon L.) secara in vitro.
BAB III
METODE PENELITIAN
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian ekstrak etanol,
fraksi etil asetat, dan air daun melinjo (Gnetum gnemon L.) terhadap penurunan
3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun melinjo (Gnetum
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak
1. Variabel bebas
Konsentrasi ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan air daun melinjo (Gnetum
gnemon L.) yaitu 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm.
2. Variabel terikat
Aktivitas penurunan kadar kolesterol oleh ekstrak etanol, fraksi etil asetat,
3. Variabel terkontrol
neraca analitik (Santorius 2402), rotary vacum evaporator, alat-alat gelas (iwaki
pirex), waterbath, ayakan 30/40, tabung reaksi, pipa kapiler, plat tetes, chamber,
lempeng Silika Gel GF 254, lampu UV 254 nm, kuvet, filler, vortex, stopwatch).
Tollens, asam klorida 2N, Etanol 70%, asam klorida 2N, asam klorida pekat,
serbuk magnesium, eter, silika gel GF 254, kertas saring, eluen n-butanol,
Daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang digunakan yaitu daun yang
berwarna hijau sampai hijau tua, yang diperoleh dari daerah Gunungpati,
Semarang. Daun melinjo tersebut dicuci bersih dan dibuang tangkainya, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung dengan ditutup dengan
kain hitam. Daun yang sudah kering kemudian diserbuk dan diayak dengan
Simplisia daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang sudah diayak ditimbang
24 jam pada suhu ruang. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dalam satu wadah.
1986:33).
3.5.4 Fraksinasi Ekstrak Daun Melinjo
n-heksan dan air dengan perbandingan 1:1 (100 mL: 100 mL) di dalam corong
pisah, kemudian dikocok lalu didiamkan hingga memisah menjadi dua fase yaitu
fraksi air dan fraksi n-heksana. Penambahan pelarut n-heksan diulang hingga tiga
kali hingga tersari sempurna. Fase n-heksana dipisahkan dari fraksi air
(100 mL: 100 mL), fraksinasi dengan pelarut etil asetat dilakukan tiga kali dan
1. Polifenol
dan FeCl3 5%. Adanya polifenol ditandai dengan terbentuknya warna biru sampai
2. Flavonoid
dan 1 mL HCl pekat, selanjutnya ditambah amyl alkohol, kocok dengan kuat dan
biarkan hingga memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau coklat dalam
3. Saponin
dalam tabung reaksi. Ditambah air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-
kuat selama 10 detik. Terbentuknya buih yang mantap setinggi 1-10 cm, tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N
4. Tanin
sebanyak 2 ml ditambah 2-3 tetes larutan FeCl3 10%, positif mengandung tanin
apabia berwarna hijau kehitaman atau biru tua (Depkes RI, 1986).
5. Alkaloid
Sampel serbuk dan ekstrak etanol ditambahkan aquadest dan larutan HCl
dan filtrat II ditambah pereaksi Meyer (Depkes RI, 1995) positif mengandung
alkaloid apabila berwarna merah kuning atau jingga dengan pereaksi dragendroff
dan endapan putih dengan pereaksi Mayer (Depkes RI, 1986 : 166).
6. Terpenoid
1. Identifikasi Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan dengan cara ekstrak etanol dan baku kafein
ditotolkan pada lempeng KLT lalu dielusi dengan eluen etil asetat : metanol : air
(100 : 13,5 : 10) hingga batas elusi (DepKes, 1987 : 54-62). Bila sudah kering
Dikatakan mengandung alkaloid apabila terbentuk warna cokelat atau jingga pada
2. Identifikasi Flavonoid
Uji flavonoid dipertegas dengan menggunakan uji KLT yaitu dengan cara
ekstrak etanol dan baku rutin ditotolkan pada lempeng KLT lalu dielusi dengan
eluen butanol : asam asetat : air (4:1:5). Setelah elusi selesai, lempeng
ammonia pekat. Terbentuknya noda warna biru, hijau kekuningan, lembayung dan
70).
3. Identifikasi Tanin
Uji tanin dilakukan dengan cara ekstrak etanol ditotolkan pada lempeng
KLT lalu dielusi dengan eluen butanol : asam asetat glasial : air (4 : 1 : 5). Setelah
kehitaman atau biru kehijauan menunjukkan adanya kandungan tanin (Sari dkk,
senyawa tanin.
4. Identifikasi Saponin
Uji saponin dilakukan dengan cara ekstrak etanol ditotolkan pada lempeng
KLT lalu dielusi dengan eluen kloroform : methanol : air (64 : 50 : 10) hingga
batas elusi. Setelah kering kemudian lempeng silika dideteksi dengan sinar UV
254 nm serta disemprot dengan anisaldehid : H2SO4(P) di oven pada suhu 110oC
selama 5-10 menit . Terbentuknya warna biru, ungu, atau kuning menunjukkan
5. Uji Terpenoid
Uji KLT pada terpenoid dilakukan dengan cara ekstrak etanol ditotolkan
pada lempeng silica GF 254 nm. Kemudian dielusi dengan eluen n-heksan –
dengan anisaldehida-asam sulfat LP, di oven pada suhu 110oC selama 5-10 menit.
6. Uji Polifenol
Uji KLT pada polifenol dilakukan dengan cara ekstrak etanol ditotolkan
pada lempeng silika gel GF 254 nm. Selanjutnya dielusi dengan kloroform : etil
asetat : asam formiat (0,5 : 9 : 0,5) hingga batas elusi. Setelah lempeng kering,
senyawa polifenol (Kusuma dan Nanik, 2012: 12). Kemudian dihitung nilai Rf
Sejumlah dari ekstrak etanol, fraksinasi etil asetat, dan air ditimbang.
Masing-masing campuran dibuat deret konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250
Penentuan λ maksimum dapat ditentukan dengan cara dipilih salah satu seri
kolesterol sebanyak 5,0 mL direaksikan dengan 2,0 mL asam asetat anhihdrat dan
Penentuan operating time dapat ditentukan dengan cara dipilih salah satu
seri konsentrasi kolesterol, kemudian diambil salah satu seri kolesterol sebanyak
5,0 ml direaksikan dengan 2,0 mL asam asetat anhidrat dan 0,1 mL H 2SO4
Dalam penelitian ini, Ekstrak etanol, etil asetat, dan air daun melinjo
konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm. Dari masing-masing konsentrasi
Larutan didiamkan di tempat gelap selama waktu Operating Time yang telah
ditentukan dan terbentuk perubahan warna menjadi biru hijau, kemudian diukur
pada panjang gelombang 659,0 nm. Sebagai kontrol digunakan larutan standar
Filtrat I Ampas
Dimaserasi kembali dengan 500 mL
etanol 70 % baru
Filtrat II Ampas
Gambar 1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon L.)
Ekstrak kental daun melinjo 10,0 gram
Analisis kualitatif
Fraksi air Fraksi etil asetat
Uji kualitatif
Gambar 4. Uji Penegasan dengan KLT Senyawa Aktif Daun Melinjo (Gnetum gnemon
L.)
Dipipet 5,0 mL konsentrasi larutan standar kolesterol 320
ppm
Ditambah 5,0 mL kloroform
p.a
sesudah penambahan ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan air daun melinjo,
C−B
A= ×100 %
C
Keterangan :
A : Persentase penurunan kolesterol
B : absorbansi sampel
C : absorbansi kontrol
Untuk mengetahui pengaruh antara ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan air
daun melinjo terhadap penurunan kadar kolesterol antara kelompok yang satu
dengan kelompokyang lain dilakukan uji anava dua jalan dengan program SPSS
versi 23.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D.C.2012. Uji Toksisitas Ekstrak Etil Asetat Teraktif Daun Dandang
Gendis (Cinacanthus nutans) Menggunakan Uji Letalitas Larva Udang.
Skripsi.Bogor : IPB
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta : UI Press
Handa, S.S., Khanuja, S.P.S., Longo, G., dan Rakesh, D.D. 2008. Extraction
Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy : Trieste
Heyne, K. 1917. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III Cetakan I.Badan Litbang
Hutan. Jakarta.
Hisada. H., Asahara. M., Kato. E., Sakan. F. 2005. Antibacterial and
Antioxidative Constituents of Melinjo Seeds and their Application to foods.
Japan: Science Links Japan
Inawati, S., Winarno, H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia inermis
Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan
Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia.
Volume 1 :98
Januarita, R. 2012. Perbedaan Efek Antikolesterol Antara Etanol dan Isolat
Flavonoid Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
Secara In Vitro. Skripsi. Semarang : Stifar Yayasan Pharmasi
Lenny, S. 2006. Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan
Metode Brine Shirmp. Jurnal. Medan: USU.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W. 2003. Biokimia
Harper. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Pasaribu, G., dan Wibowo, S. 2008. Potensi Sumberdaya Hutan Dalam Bidang
Farmasi. Makalah. Medan : Ekspose Hasil Penelitian.
Schunack, Walter; Mayer, Klaus and Haake; Manfred. 1990. Senyawa Obat, Buku
Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua. (Terjm. Joke R. Wattimena dan
Sriwoelan Soebito). Yogyakarta : GMU-Press
Syahrullah, R.R, Assa, Y., dan Tiho, M. 2013. Gambaran Kadar High Density
Lipoprotein (HDL) pada Laki-laki Berusia 40-59 Tahun. Laporan
Penelitian. Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
Tjay, T.H., dan Raharja, K.2002. Obat-obat penting, Khasiat Penggunaan dan
Efek Samping. Ed IV. Jakarta : gramedia
Underwood dan Day, Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh
Pudjaatmaka. Edisi V. Jakarta : Erlangga