PENDAHULUAN
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat
perubahan puskesmas harus mampu mengelola alat kesehatan, obat – obatan dengan
sebaik-baiknya.
wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu
kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka
1
keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
yang bermutu.
pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
2
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai
Oleh karena itu penting bagi seorang farmasis mengasah dan memperbarui
kemampuan atau Sumber Dayanya untuk menambah keilmuan tentang farmasi. Maka
ilmu yang telah di pelajari akan berguna dan akan berkembang pada saat melakukan
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengenal dunia kerja dan segala aspek
pekerjaan kefarmasian.
Belimbing
3
pelaporan.
2. Penyimpanan resep
3. Pemusnahan resep
meningkatkan keterampilan.
BAB II
4
2.1 Definisi Puskesmas
wilayah kerjanya.
wilayah kerja.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab
5
2.2 Puskesmas Belimbing
adalah dr. Juhesni, dilanjutkan oleh dr. Melinda Wilma, kemudian dilanjutkan lagi dr.
Yaumil Akbar, dilanjutkan lagi drg. Fajriah, dilanjutkan lagi dr. Weni Fitria Nazuli
Kota Padang. Jika ditinjau dari lokasi tempatnya, Puskesmas Belimbing terletak di
sekitar perumahan warga dan dekat dengan sekolah dasar sehingga lebih mudah
pengobatan.
1. Kelurahan Kuranji
2. Kelurahatan GunungSarik
Luas wilayah kerjanya lebih kurang 27,21 km2 batas-batas wilayah sebagai
berikut :
6
2.3.1 Visi
2.3.2 Misi
dari pukul 08.00 – 14.30 sedangkan untuk hari Jum’at pukul 08.00 – 11.30 dan Sabtu
1. Perencanaan
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
7
Perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas Belimbing dilakukan 3 bulan
Konsumsi.
5. Stok Pengaman
2. Pengadaan/Permintaan
LPLPO ( Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ) yang telah kita
Permintaan rutin
8
melakukan permintaan .
Permintaan Khusus
permintaan rutin.
Contoh : untuk obat-obat program, untuk vaksin, obat filariasisdan kalau ada
Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah
3. Penerimaan
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
9
LPLPO yang telah kita serahkan dikembalikan lagi oleh petugas GFK dengan
perbekalan farmasi yang kita rencanakan dan di isi pada kolom yang telah kita
mencocokan jumlah perbekalan farmasi yang kita terima dengan LPLPO yang telah
4. Penyimpanan
terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat
5. Pendistribusian
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmasdengan jenis, mutu, jumlah
Belimbing keImunisasi, Pustu, Poskeskel, IGD, Apotek, Gigi, KIA/KB dan Labor.
6. Pemusnahan
10
dan obat-obat rusak. Obat-obat ini dipisahkan dan dicatat ( Nama sediaan, Bentuk,
Jumlah, Tanggal Kadaluarsanya, Alasan obat rusak ). Dokumen dan Obat-obat ini di
a) Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
sesuai dengan fornas. Laporan ini dua tiap bulan dan diserahkan ke GFK.
Pemakaian obat terbanyak ini dapat dilihat seteah laporan LPLPO sudah
selesai dibuat. Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke GFK.
Untuk melihat ketersediaan obat dan vaksin yang wajib ada di Puskesmas.
11
e) Laporan pemantauan pemakaian obat generik
Laporan ini dibuat tiap bulan dan di serah kan ke Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Laporan ini dibuat tiap bulan dan di serah kan ke Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Pustu, IGD, P3K dan unit. Laporan ini juga diserahkan tiap bulan ke GF
KEPALA PUSKESMAS
Dr. VERSIANA
PJ UKP
12
KORDINATOR FARMASI
PELAKSANA
BETMAWATI
HJ.SUSFIRENI
KEPALA PUSKESMAS
13
PELAKSANA APOTEK
PELAKSANA
BETMAWATI
HJ.SUSFIRENI
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
A. Perencanaan Kebutuhan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam
14
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
1) Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer
B. Permintaan
15
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
C. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditanda tangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
16
D. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu
kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan
yang ditetapkan. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
perundang-undangan
E. Pendistribusian
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan
17
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat
per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yangsesuai dengan
oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
18
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
bila:
2. Relah kadaluwarsa
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
dari:
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
kadaluarsa.
G. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
19
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
H. Administrasi
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan
2.5.2 Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
20
Bahan Medis Habis Pakai
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
21
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
22
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
23
4. Perlengkapan
C. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
24
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.
25
b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal
pemberian Obat.
c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan
pasien.
d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah
terkait Obat yang mungkin terjadi.
2. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
a. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan obat baru.
b. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian obat.
3. Untuk semua pasien
a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
26
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga
27
efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
28
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar
prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
BAB III
29
2. Kelurahatan Gunung Sarik
3. Kelurahan Sei Sapih
Luas wilayah kerjanya lebih kurang 27,21 km2 batas-batas wilayah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecematan Koto Tangah
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kuranji
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecematan Pauh
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecematan Nanggalo
30
3.3.1 Kegiatan Managemen Kefarmasian
1. Perencanaan
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan;
2. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas Belimbing dilakukan 3 bulan
sekali. Metoda perencanaan yang di pakai di Puskesmas Belimbing adalah Metode
Konsumsi.
Data yang di perlukan yaitu :
1. Pemakaian perbekalan farmasi 3 bulan yang lalu
2. Pemakaian rata-rata perbulan
3. Sisa stok perbekalan farmasi
4. Lead Time ( waktu tunggu )
5. Stok Pengaman
2. Pengadaan/Permintaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Tujuan permintaan perbekalan farmasi adalah memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada :
a. Dinas Kesehatan Kota ( Gudang Farmasi Kota )
Permintaan perbekalan farmasi di GFK di lakukan dengan menggunakan
LPLPO ( Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ) yang telah kita
rencanakan, LPLPO di sini dibuat sesuai kondisi gudang farmasi puskesmas.
Permintaan di GFK ada 2 :
1. Permintaan rutin
Merupakan permintaan rutin yang dilakukan sekali 3 bulan (Amprah),
apabila ada kekosongan obat diantara 3 bulan maka puskesmas dapat
31
melakukan permintaan .
2. Permintaan Khusus
Merupakan permintaan perbekalan farmasi yang dilakukan diluar
permintaan rutin. Contoh : untuk obat-obat program, untuk vaksin, obat
filariasis dan kalau ada kejadian luar biasa.
Perbekalan farmasi yang di sediakan pada GFK hanya perbekalan farmasi
yang termasuk Daftar E-Catalog.
b. BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah )
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
Untuk pengadaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan di puskesmas
apabila di GFK tidak tersedia maka puskesmas dapat mengadaakannya dengan
menggunaan dana BLUD
3. Penerimaan
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan,khasiat, dan mutu.
LPLPO yang telah kita serahkan dikembalikan lagi oleh petugas GFK dengan
perbekalan farmasi yang kita rencanakan dan di isi pada kolom yang telah kita
sediakan jumlah obat yang dikirim ke Puskesmas.
Dilakukan pemeriksaan terhadap perbekalan farmasi yang di terima meliputi :
mencocokan jumlah perbekalan farmasi yang kita terima dengan LPLPO yang telah
disetujui dan keadaan perbekalan farmasi. Setelah selesai pemeriksaan LPLPO di
tanda tangani oleh petugas penerima ( Apoteker/Penanggung Jawab Gudang )
4. Penyimpanan
32
Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
5. Pendistribusian
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Pendistribusian perbekalan farmasi di lakukan oleh Gudang Farmasi Puskesmas
Belimbing ke Imunisasi, Pustu, Poskeskel, IGD, Apotek, Gigi, KIA/KB dan Labor.
6. Pemusnahan
Pemusnahan di lakukan untuk obat-obat yang telah lewat masa kadaluarsanya
dan obat-obat rusak. Obat-obat ini dipisahkan dan dicatat ( Nama sediaan, Bentuk,
Jumlah, Tanggal Kadaluarsanya, Alasan obat rusak ). Dokumen dan Obat-obat ini di
serahkan ke GFK untuk di musnahkan sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
7. Pelaporan dan pencatatan
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
Laporan-laporan yang ada di Apotek/Gudang Farmasi Puskesmas :
1. Laporan Kunjungan Pasien
Untuk melihat persentase peningkatan/penurunan kunjungan pasien.
Laporan ini dibuat tiap bulan.
2. Laporan persentase pemakaian obat berdasarkan fornas
33
Laporan ini untuk melihat persentase pemakaian perbekalan farmasi yang
sesuai dengan fornas. Laporan ini dua tiap bulan dan diserahkan ke GFK.
3. Laporan 10 Pemakaian obat terbanyak
Pemakaian obat terbanyak ini dapat dilihat seteah laporan LPLPO sudah
selesai dibuat. Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke GFK.
4. Laporan Indikator ketersediaan obat dan vaksin
Untuk melihat ketersediaan obat dan vaksin yang wajib ada di Puskesmas.
Laporan ini di serahkan ke GFK.
5. Laporan pemantauan pemakaian obat generik
Untuk melihat persentase peresepan/pemakaian obat generik di Puskesmas.
6. Laporan pemakaian sediaan psikotropika
Laporan ini dibuat taip bulan dan di serah kan ke Dinas Kesehatan Kota
Padang.
7. Laporan pemakaian sediaan narkotika
Laporan ini dibuat tiap bulan dan di serah kan ke Dinas Kesehatan Kota
Padang.
8. LPLPO (Lembar Pemakaian dan Permintaan Obat)
Pemakaian obat perbulan ini merupakan total pemakaian obat di Apotek,
Pustu, IGD, P3K dan unit.Laporan ini juga diserahkan tiap bulan ke GFK.
34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama Perbekalan Kerja farmasi di Puskesmas
Belimbing, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
2. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Belimbing berjalan cukup baik meliputi
penerimaan resep, peracikan/pengambilan obat, pemberian etiket, penyerahan
obat, dan pemberian informasi obat langsung oleh Apoteker.
5.2 Saran
1. Untuk mempermudah memanggil pasien sebaiknya perlu dibantu menggunakan
pengeras suara.
2. Hendaknya lebih sering dilakukan konseling Apoteker kepada pasien agar
memudahkan pelayanan obat ke pasien.
35
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
36
Lampiran 1. Struktur Organisasi Farmasi Puskesmas Belimbing
37
Lampiran 2. Alur Pelayanan Resep di Apotek
38
Lampiran 3. Alur Pengelolaan Obat di Puskesmas Belimbing
39
Lampiran 4. Contoh Faktur
40
Gambar 4. Contoh Faktur
41
Gambar 5. Contoh LPLPO
42
Lampiran 7. Penyimpanan Obat Narkotika
43
Lampiran 8. Surat Pesanan
44
Lampiran 9. Gudang Obat
45
Lampiran 10. Contoh Resep
46
47