HASIL PENELITIAN
Judul
Nama mahasiswa
: Melky Batara
No.stambuk
: 10 12 128
Koordinator
Pembimbing utama
: Yusriadi, S.Si.,M.Si.,Apt
Indonesia kaya akan sumber daya alam dan memiliki ratusan bahkan ribuan
tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat, oleh karena itu masyarakat
cenderung untuk menggunakan tanaman obat sebagai upaya pemanfaatan sumber
daya alam dan juga sebagai obat karena selain aman, harganya pun terjangkau
serta mudah didapat dibanding pengobatan medis yang memiliki efek samping
terutama terhadap hati dan ginjal. Tanaman obat yang merupakan warisan nenek
moyang
kita
harus
dijaga
kelestariannya,
diteliti
dan
dikembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Plantae
Sub Kingdom :
Tracheobionta
Divisi
Magnoliophyta
Clasis
Magnoliopsida
Ordo
Malvales
Famili
Malvaceae
Genus
Abelmoschus
Spesies
karena bunganya sepintas mirip seperti bunga sepatu. Literatur lain banyak
menyebutkan bahwa nama latin gedi merah adalah Hibiscus manihot bukan
(Abelmoschus manihot. (L.) Medik) Gedi bukan satu genus dengan bunga sepatu,
melainkan dengan sayuran okra. Perbanyakan tanaman ini dengan stek batang
sama seperti singkong. Pertumbuhan tanaman gedi merah sangat pesat dalam
beberapa waktu jika tanpa pemangkasan atau pemetikan tajuknya akan menjadi
rimbun.(11)
Tanaman gedi merah dapat5 dilihat pada Gambar 2.1a
1
2
3
sepert flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik Salah satu senyawa tersebut
diduga sebagai kelompok flavon dan flavonol 3 OH tersubsitusi. Daun gedi
juga megandung asam kafeatasain P hidroksin benzoat dan empat asam fenolat
lain, dari empat fenolat itu tiga di antaranya diduga sebagai asam ferural, asam
siringat dan asam klorogenat.(11).
1. Flavonoid
Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana (C6-C3-C6) yang diketahui sebagai
antimutagenik dan antikarsinogenik. Senyawa ini juga memiliki sifat sebagai
antioksidan, antiperadangan, anti-alergi, dan dapat menghambat oksidasi dari
LDL (Low Density Lipoprotein). Flavonoid juga diketahui bertindak sebagai
penangkal radikal hidroksi dan superhidroksi dengan demikian melindungi lipid
membran sel pankreas terhadap reaksi yang merusak. Selain itu flavonoid juga
diketahui dapat mengurangi peroksidasi lipid tidak hanya dengan mencegah atau
memperlambat timbulnya sel nekrosis tetapi juga dengan meningkatkan
vaskularisasi. Dengan meningkatnya vaskularisasi maka kerusakan sel bisa
dicegah dan regenerasi sel dapat ditingkatkan(12).
10
11
12
Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat
dan tujuan ekstraksi. Ekstraksi dapat digolongkan menjadi ekstraksi dingin dan
ekstraksi panas.
2.2.3 Metode Ekstraksi
a.
1.
Maserasi
Proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali
Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna umumnya
1.
Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
3-5 kali sehingga didapat proses ekstraksi sempurna.(19)
13
2.
Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.(19)
3.
Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama 15-20
menit.(19)
5.
Dekok
Infus yang dilakukan pada waktu yang lebih lama yaitu 30 menit dengan
14
Diabetes melitus (DM) sering disebut sebagai The Great Imitator, karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul
secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan
seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun
berat badan yang menurun.(20)
2.3.1 Definisi
Diabetes
melitus
merupakan
suatu
sindrom
dengan
terganggunya
15
2.3.3 Etiologi
DM Tipe 1 dicirikan oleh defisiensi absolut fungsi sel pankreas. Sebagian
besar hal ini disebabkan oleh destruksi sel pankreas yang dimediasi oleh sistem
imun. Di samping itu, kerusakan pankreas oleh sebab yang tidak diketahui atau
proses idiopatik juga dapat terjadi, namun lebih jarang. Proses autoimun
diperantarai oleh makrofag dan sel limfosit T dengan autoantibodi yang
bersirkulasi terhadap antigen sel . Pengukuran autoantibodi yang lain adalah
16
2.3.4 Klasifikasi
Terdapat dua tipe utama diabetes melitus, diabetes gestasional, dan diabetes tipe
lain :
1.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 yang juga disebut diabetes melitus tergantung insulin atau
Diabetes tipe 2
17
Diabetes tipe 2 yang juga disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin
atau Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) adalah diabetes yang
ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Faktor risikio
terjadinya DM tipe 2 seperti obesitas, usia tua, dan kurang aktivitas fisik. Diabetes
tipe 2 lebih sering dijumpai dari tipe 1, dan kira-kira ditemukan sebanyak 90%
dari seluruh kasus diabetes melitus. Pada kebanyakan kasus, onset diabetes
melitus tipe 2 terjadi di atas umur 30, sering kali di antara usia 50 dan 60 tahun,
dan penyakit ini timbul secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, sindrom ini sering
disebut sebagai diabetes onset-dewasa. Akan tetapi, akhir-akhir ini dijumpai
peningkatan kasus yang terjadi pada individu yang berusia lebih muda, sebagian
berusia kurang dari 20 tahun dengan diabetes melitus tipe 2.(21)
3.
yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Pada kehamilan terjadi
resistensi insulin fisiologis akibat peningkatan hormon-hormon kehamilan (HPL,
progesteron, kortisol, prolaktin) yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga
kehamilan. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh
metaboliknya terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan memang merupakan
keadaan diabetogenik.Patofisiologipada DMG juga terjadi karena gangguan
sekresi sel beta pankreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal
diantaranya autoimun, kelainan genetik, dan resistensi insulin kronik. Resitensi
insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk menjaga
asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum kehamilan
pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita dengan DMG memiliki kedua
18
jenis resistensi insulin ini yaitu kronik dan fisiologis sehingga resistensi
insulinnya biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan normal. Kondisi ini akan
membaik segera setelah partus dan akan kembali ke kondisi awal setelah selesai
masa nifas, dimana konsentrasi HPL sudah kembali seperti awal.(21)
4.
mana etiologi tersebut telah diketahui meliputi : (a) defek genetik fungsi sel beta,
(b) defek genetik kerja insulin, (c) penyakit eksokrin pankreas, (d) endokrinopati,
(e) karena obat/zat kimia menyebabkan perubahan pankreas, (f) infeksi, (g) sebab
imunologi yang jarang, dan (h) sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
Terjadi hampir 1-2% dari kasus sindroma diabetes.(30)
2.3.5 Diagnosa Diabetes
Seseorang didiagnosa menderita diabetes melitus bila memenuhi sekurangkurangnya salah satu dari kriteria diagnostik berikut:(30)
1. Glukosa darah acak 200 mg/dL disertai dengan gejala diabetes yang
meliputi poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang
jelas. Acak didefinisikan sebagai waktu kapan pun tanpa memperhatikan
jangka waktu sejak terakhir makan.
2. Glukosa darah puasa 126 mg/dL. Puasa didefinisikan sebagai tidak adanya
asupan kalori selama minimal 8 jam.
3. Glukosa darah 2 jam 200 mg/dL selama Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO). Asupan glukosa yang direkomendasikan pada tes ini adalah 75
gram atau yang sebanding.
4. HbA1C 6,5%. Tes tersebut harus dilakukan di laboratorium yang
menggunakan
metode
yang
disertifikasi
oleh
NGSP
(National
19
Komplikasi Akut
Komplikasi akut pada pasien DM terbagi atas Diabetik Ketoasidosis,
diabetik
merupakan
keadaan
kegawatan
medis
yang
terjadi pada DM tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut,
namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan
kadar glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dL. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak
sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera ditangani.(33)
c.
Hipoglikemia
20
Hipoglikemia terjadi jika kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60
mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
berlebihan dan konsumsi makanan yang terlalu sedikit. Gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin seperti berkeringat, gemetar, sakit kepala dan
palpitasi.(33)
2.
Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik pada pasien DM dibagi atas komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita DM tipe 1, antara
21
Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal pengobatan diabetes
dimulai, terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan pada
sekresi insulin. Sulfonilurea sering digunakan sebagai terapi kombinasi karena
kemampuannya untuk meningkatkan atau mempertahankan sekresi insulin.
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
22
melepaskan insulin yang tersimpan, sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang
masih mampu mensekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada
diabetes tipe 1. Berdasarkan lama kerjanya, SU dibagi menjadi 3 golongan yaitu
SU generasi pertama adalah acetohexamide, tolbutamide, dan chlorpropamide.
SU generasi kedua adalah glibenclamide, glipizide, dan gliclazide. SU generasi
ketiga adalah glimepiride.(22)
b. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini
terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.(37)
2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin : Metformin dan tiazolidindion
a. Biguanid
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa hati.
Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan
glukosa darah dan juga diduga menghambat absorpsi glukosa di usus sesudah
asupan makanan. Metformin juga dapat menstimulasi produksi Glucagon like
peptide-1 (GLP-1) dari gastrointestinal yang dapat menekan fungsi sel alfa
pankreas sehingga menurunkan glukagon serum dan mengurangi hiperglikemia
saat puasa.(22)
b. Glitazon (Thiazolidinediones)
Tiazolidindion berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor
Gamma (PPAR-g), suatu reseptorinti di sel otot dan sel lemak.Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
23
dipakai
pada
penyandang
diabetes
gemuk.
Metformin
glukosa
Penghambat
glukosidase
alfa
(Acarbose).
Acarbose memperlambat pemecahan dan penyerapan karbohidrat kompleks
dengan menghambat enzim alfa glukosidase yang terdapat pada dinding enterosit
yang terletak pada bagian proksimal usus halus.(22)Obat ini bekerja dengan
24
25
26
1.
Sel penghasil insulin yang paling banyak sekitar 68% dan cenderung
terpusat pada bagian tengah pulau. Granul intrasel yang mengandung insulin
berisi suatu matriks kristalin.
2.
memicu hiperglikemia melalui efek glikogenolitiknya pada sel hati. Granula sel
berbentuk bulat dengan membran yang rapat dan bagian tengan yang padat.
3.
Sel penghasil polipeptida pankreas sekitar 2%, memiliki sejumlah efek pada
saluran cerna, misalnya stimulasi sekresi enzim lambung dan serta inhibisi
motilitas usus. Sel-sel ini memiliki granula kecil gelap dan tidak hanya terdapat di
islet, tetapi juga tersebar di pankreas eksokrin.(40)
2.4.1 Kematian Sel Pankreas
Neogenosis merupakan proliferasi dan diferensiasi sel progenitor pankreas,
proses yang menentukan jumlah sel pada saat kelahiran. Neogenesis sel
berhenti segera setelah lahir dan hanya sejumlah kecil siklus sel yang masih
dapat terus berkembang bila dibutuhkan sebagai mekanisme kompensasi terhadap
peningkatan kebutuhan akan insulin.(41)Terdapat penurunan yang signifikan
jumlah sel pankreas tikus perkilogram berat badan dengan pertambahan usia.
Kemampuan regenerasi sel pada usia dewasa terbatas disebabkan karena
kapasitas replikasi yang rendah.(42)
Insufisiensi insulin pada penderita diabetes terutama disebabkan tidak
terjadinya mitogenesis yang memadai setelah kematian sel pankreas. Apoptosis
merupakan bentuk utama kematian sel pankreas pada DM tipe 1. Dimana pada
27
mekanisme kematian sel ini melibatkan IL-1, nuklear faktor (NF)-Kb, dan Fas.
Respon imun yang terjadi pada lesiinsulitis DM tipe 1 menyebabkan
dilepaskannnya sitokin-sitokin seperti IL-1, TNF, IFN-, IFN-, IFN- dan
diinduksinya faktor-faktor transkripsi seperti; nuklear faktor (NF)-KB memicu
produksi nitric oxide (NO),
28
dan mempersiapkan sel-sel yang tersisa untuk bereplikasi. Perbaikan sel dari
jaringan yang rusak akibat reseksi bedah, luka atau berbagai jenis cedera kronik
lainnya secara umum dibagi menjadi 2 proses yaitu :
a.
Penyembuhan adalah suatu proses sel atau jaringan terhadap luka, proses
peradangan di organ internal dan nekrosis sel diorgan yang tidak mampu
melakukan regenerasi.(39)
Jaringan eksokrin pankreas terdiri dari asinar dan sel duktus, yang terdiri
dari sekitar 95% pankreas dewasa dan beberapa sel endokrin, yaitu pankreas dan
duodenum homeoboks 1 (Pdx1) yang mengekspresi sel pankreas. Melton dan
kawan-kawan dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa kombinasi spesifik
faktor transkripsi neeurogenin 3 (Ngn3), pankreas dan duodenum (Pdx1) dan
MafA dapat berpengaruh terhadap ukuran, bentuk dan ultrastruktur sel pankreas
tikus dewasa. Tiga faktor transkripsi tersebut sangan penting dalam regenerasi sel
pankreas.(46)
Regenerasi sel pankreas pada tikus dari jaringan asinar (lobus asinus) oleh
transduksi tiga gen, yaitu Pdx1, Ngn3, MafA dan dari sel oleh ekspresi gen Pax4
terbukti dapat meningkatkan jumlah sel pankreas secara in vivo.(47)
Hasil-hasil penelitian telah membuktikan adanya berbagai kemungkinan
mekanisme regenerasi sel pankreas dengan pemberian stimulus-stimulus
eksternal antara lain berupa obat-obatan, preparat hormonal, growth factor.(48)
2.4.3 Pulau-pulau pankreas
29
kumpulan
mengsekresikan
bermacam-macam
hormon
pankreas
jenis
sel
dengan
yang
metode
berbeda.
Setiap
pengecatan
sel
khusus
imunocythochemical dikenal dengan tiga jenis sel-sel yaitu selA, sel B dan sel D
(alfa, beta, dan delta). Sel A jumlahnya lebih kecil terletak ditepi menghasilkan
hormon glucagon. Sel B terletak ditengah, jumlah selnya lebih banyak dan
menghasilkan hormon insulin, sel D tersebar menghasilkan hormon somatostatin.
Pankreas seringkali terjadi infeksi atau radang dari parenkim pankreas yang
disebabkan oleh aktivasi dari enzim tripsinogen menjadi tripsin, tripsin
mengadakan self digestion (mencerna kelenjar sendiri), hal ini terjadi oleh karena
inflamasi yang terjadi akibat dari lolosnya enzim-enzim pankreas yang aktif
masuk ke jaringan interstitiel.
Gambar 2.2 Gambaran histologi jaringan pankreas tikus hasil pewarnaan HE,
perbesaran 400x.
Keterangan :
30
Histopatologi
Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi dan
31
32
mengaktifkan
kinase
lain
dengan
menghasilkan
produk
lipid
phosphatidylinositol dalam bilayer lipid membran sel. Lipid ini, pada gilirannya,
akan mengaktifkan molekul signaling kunci. Dengan cara ini, serin-treonin kinase
yang, disebut protein kinase B (atau Akt), dan phosphoinositide-dependent kinase
1 dibawa bersama-sama, hingga memungkinkan molekul kedua untuk
memfosforilasi dan mengaktifkan protein kinase B. Beberapa isoform protein
kinase C juga diaktifkan oleh insulin , dan phosphoinositide-dependent protein
kinase 1 dapat menyebabkan aktivasi protein kinase C karena molekul ini
memfosforilasi loop aktivasi protein kinase C.
Translokasi intraselular GLUT-4 ke membran plasma dirangsang oleh
ekspresi bentuk aktif protein kinase B atau isoform atipikal protein kinase C pada
percobaan kultur sel. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu atau kedua kinase
tersebut adalah mediator kimia dalam proses insulin merangsang translokasi
GLUT-4 in vivo. Isoform atipikal protein kinase C adalah kandidat yang baik:
33
34
Gambar 2.4 Jalur sinyal insulin dalam metabolism glukosa di sel otot dan
adipose
2.5
55
mg/kgBB,
dosis
tunggal
akan
menyebabkan
35
efektif dapat menginduksi hewan uji yang ditandai dengan polidipsia, poliuria,
polipagia dan hiperglikemia.
Streptozotocin menghasilkan efek sitotoksiknya melalui pemutusan spontan
menjadi gugus pengalkilasi dan pengkarbonilasi. Obat ini khususnya bermanfaat
pada pengobatan tumor sel pankreas fungsional yang ganas. Obat ini
mempengaruhi sel-sel pada semua tahap dalam siklus sel mamalia. Absorpsi dan
sekresi streptozotocin diberikan secara parenteral setelah pemberian infus
intraperitonial 200-1600 mg/hari, konsentrasi puncak dalam plasma adalah 30-40
g/ml. Waktu paruh obat tersebut mendekati 15 menit. Hanya 10-20% dosis yang
ditemukan kembali dalam urin.(51)
2.5.1 Uraian Hewan Uji
Klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus) menurut Myers dan Armitage
adalah sebagai berikut (52)
1.Kingdom : Animalia
2.Filum
: Chordata
3.Classis
: Mamali
4.Ordo
: Rodentia
5.Familia
:Muridae
6.Genus
: Rathus
7.Spesies
: Rattus norvegicus
Tikus putih (Gambar 2.6) atau yang lebih dikenal dengan tikus albino ini
lebih banyak dipilih karena tikus yang dilahirkan dari perkawinan antara tikus
albino jantan dan betina mempunyai tingkat kemiripan genetis yang besar, yaitu
98%, meskipun sudah lebih dari 20 generasi. Bahkan setelah terjadi perkawinan
36
tertutup di antara tikus albino ini, mereka masih mempunyai kemiripan genetis
yang sangat besar yaitu 99,5%. Lebih dari 90% hewan uji yang digunakan di
dalam berbagai penelitian adalah binatang pengerat, terutama mencit (Mus
Musculus L) dan tikus (Rattus norvegicus L.). Hal ini disebabkan karena secara
genetik, manusia dan kedua hewan uji tersebut mempunyai banyak sekali
kemiripan. Dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain adalah
tikus tidak mudah muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esophagus bermuara ke dalam lambung dan tidak memiliki kantung empedu.(53)
Penggunaan hewan coba tikus galur Wistar dikarenakan tikus telah
diketahui sifat-sifatnya dengan baik, mudah dipelihara, merupakan hewan yang
relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur
tikus antara lain galur Sprague-dawley yang berwarna albino berkepala kecil
dengan ekor lebih panjang daripada badannya dan galur Wistar yang ditandai
dengan kepala yang besar dan dengan ekor yang lebih pendek. Tikus galur Wistar
lebih besar daripada famili tikus umumnya, dimana tikus galur Wistar ini dapat
mencapai ukuran 40 cm, yang diukur dari hidung sampai ujung ekor dan berat
berkisar antara 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil
dari tikus jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan tikus
ini dapat hidup selama 4 tahun.(53)
37
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.I
berikut :
3.1.1 Alat yang digunakan
1
Batang pengaduk
Blender
Inkubator
Rak Tabung
Rotavapor
Sendok Tanduk
10 Sentrifuge
11 Spoit Injeksi
12 Spoit Oral
13 Stopwatch
14 Tabung Reaksi
15 Timbangan Analitik
16 Timbangan Digital
39
17 Wadah Maserasi
18 Water Bath
3.1.2 Bahan yang digunakan
39
19 Aluminium Foil
20 Aqua Destillata
21 Aqua Pro Injeksi
22 Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot(L.) Medik)
23 Etanol 96%
24 Eter
25 Glibenklamid
26 HCl
27 Kertas saring
28 Na-CMC
29 Pereaksi Dragendorf
30 Pereaksi FeCl3
31 Plate Sealer
32 Stik Glukometer
33 Streptozotocin
3.1.3 Skema Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pre and post test only
design dimana pembagian kelompok terbagi menjadi 6 kelompok yaitu, kelompok
I sebagai kontrol sehat, kelompok II sebagai kontrol sakit, kelompok III sebagai
kontrol positif (glibenklamid), dan kelompok IV, V, dan VI sebagai kelompok
40
perlakuan ekstrak gedi merah dengan dosis 150 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, da 450
mg/kg BB.
T
E
R
M
I
N
A
S
I
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI
0 1 7 14 21 28 Hari
-14
Keterangan :
A
= Pada hari ke-0 tikus diambil secara acak dan dibagi ke dalam 6 kelompok,
diukur kadar glukosa darah awal, kemudian hewan uji diinduksi dengan
STZ kecuali kelompok I (kontrol normal/sehat). Pada hari ke-7 diukur
kadar glukosa darah setelah induksi.
41
42
43
Langkah III
Hari ke-7 setelah induksi, tikus dipuasakan selama 16 jam kemudian
dilanjutkan pengambilan darah tikus melalui vena mata untuk mengetahui kadar
glukosa darah setelah induksi streptozotocin.
Langkah IV
Setelah mencapai kadar hiperglikemia di atas 200 mg/dL untuk kadar
glukosa darah, tikus diberikan perlakuan berdasarkan masing-masing kelompok
sebagai berikut :
Kelompok 1 : Diberikan larutan koloid Na-CMC 0,5% secara per oral sebagai
kontrol sehat.
Kelompok 2 : Diberikan larutan koloid Na-CMC 0,5% secara per oral sebagai
kontrol sakit.
Kelompok 3 : Diberikan glibenklamid secara per oral sebagai kontrol positif.
Kelompok 4 : Diberikan ekstrak daun gedi merah secara per oral dengan dosis
150 mg/kg BB.
Kelompok 5 : Diberikan ekstrak daun gedi merah secara per oral dengan dosis
300 mg/kg BB.
Kelompok 6 : Diberikan ekstrak daun gedi merah secara per oral dengan dosis
450 mg/kg BB.
Langkah V
Kemudian pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28, tikus dipuasakan selama 16
jam (tetap diberi minum) kemudian mengukur kembali kadar glukosa darah,
setelah perlakuan pada tikus dan mencatat semua data yang diperoleh.
44
3.2
Medik) yangdiambil pada pagi hari kemudian dilakukan sortasi basah, pencucian
dengan air bersih, selanjutnya dilakukan perajangan kemudian dikeringanginkan
tanpa terkena sinar matahari langsung hingga bahan tersebut mengering, lalu
dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda asing seperti tanaman yang
tidak diinginkan yang masih tertinggal pada simplisia kering. Simplisia kering
diblender dan diayak hingga menjadi serbuk.(55)
3.5
Medik)
Sebanyak 500 mg serbukdaun gedi merah (Abelmoschus manihot. (L.)
Medik) diekstraksi dengan metode maserasi, yaitu merendam serbuk daun gedi
merah kering dalam etanol (96%) dalam suatu bejana maserasi. Cairan penyari
ditambahkan hingga mencapai leher bejana, kemudian bejana ditutup rapat
danbiarkan selama 3 hari dan sesekali diaduk-aduk.
45
Uji Alkaloid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian dimasukkan dalam
Uji Flavonoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 1 ml etanol (95%)P, lalu
ditambahkan 0,1 gram serbuk magnesium P dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika
terjadi warna merah jingga menunjukkan adanya flavonoid dan jika terjadi warna
kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.(56)
46
3.
Uji Polifenol
Sebanyak 0,5 gramekstrak kental dipanaskan dengan 10 ml air selama 10
menit di atas penangas air. Disaring lalu dinginkan. Ditambahkan 3 tetes feri
klorida (FeCl3). Jika terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya polifenol.(56)
4.
Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gramekstrak kental dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
Uji Tanin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dipanaskan dalam 10 ml air selama 5
menit. Lalu saring dan diambil 1 ml filtrat, ditambahkan FeCl33-4 tetes. Jika
terbentuk warna biru hitam menandakan adanya tanin.(56)
3.8
Larutan koloid Na-CMC 0,5% dibuat dengan melarutkan 0,5 gram Na-CMC
sedikit demi sedikit ke dalam 10 ml air panas sambil diaduk hingga terbentuk
larutan koloid. Volume dicukupkan hingga 100 ml dengan air suling.
3.7
47
dalam buffer asam sitrat 10% hingga 120 ml, diaduk hingga homogen.
3.9
Sebelum diukur kadar glukosa darah, tikus dipuasakan 16 jam, kemudian diambil
darah melalui vena ekor dan diteteskan pada stik glukometer. Dalam waktu 10
detik kadar glukosa darah akan terukur secara otomatis dan hasilnya dapat dibaca
pada monitor glukometer.
3.10 Pengujian histopatologi sel pankreas
Pengujian histopatologi sel pankreas dilakukan 3 kali, yaitu 1 kali sebelum
diinduksi streptozotocin dan 4 kali setelah diinduksi streptozotocin, yaitu hari ke7, ke-14, ke-21, dan ke-28. Pengujian dilakukan dengan cara dislokasi cervical
dimana sebelumnya dilakukan anastesi dengan dietil eter menurut kelompoknya.
Jaringan sel pankreas diambil dan dibuat preparat kemudian dilakukan
pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.(56)
3.11 Analisis Data
Data hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus putih jantan, jumlah sel
pankreas dan diameter sel pulau Langerhans dirata-ratakan untuk tiap perlakuan.
Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik analisis One
Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah antara dosis ekstrak etanol yang digunakan terdapat perbedaan yang
signifikan.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Uji Efektivitas ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) terhadap kadar glukas darah dan histopatologi pankreas tikus putih jantan
(Rattus novergicus) diabetes induksi streptozotocin.
4.1.1 Hasil Determinasi
Hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor
menunjukkan bahwa daun gedi yang digunakan dalam penelitian adalah benar
spesies (Abelmoschus manihot (L.) Medik). Hasil determinasi dapat dilihat pada
Lampiran 5.
4.1.2 Hasil Ekstraksi
Pembuatan ekstrak etanol daun gedi merah dilakukan dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil ekstraksi dengan menggunakan serbuk
simplisia kering daun gedi merah sebanyak 500 gram dengan etanol 96%
sebanyak 3 liter. Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi simplisia daun
gedi merah yaitu 52 gram dengan nilai rendemen yaitu 10,4%.
4.1.3 Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol daun gedi merah. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, dan polifenol. Hasil uji penapisan fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dibawah ini:
49
52
49
Tabel 4.1 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etanol daun gedi merah
(Abelmoschus manihot (L.) Medik)
Pengujian
Pereaksi
Pengamatan
Hasil
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
50
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran kadar glukosa darah setiap kelompok sebelum
perlakuan, setelah induksi, dan selama perlakuan
Kelompok
Hewan Uji
Nomor
Kontrol Sehat
1
2
3
4
Kadar glukosa
darah awal
hari ke-1
(mg/dL)
Kadar glukosa
darah setelah
induksi hari ke-7
(mg/dL)
99
87
87
89
90,50
5,,74
75
76
89
77
79,25
6,55
77
77
81
78
78,25
1,89
89
82
94
90
88,75
4,99
94
90
90
84
89,50
4,12
98
97
97
90
95,50
3,70
83
98
86
85
88,00
6,78
420
424
435
467
436,50
21,30
387
402
364
352
376,25
22,49
427
407
406
451
422,75
21,17
552
506
494
436
497,00
47,74
433
447
370
383
408,25
37,48
Rerata
SD
Kontrol Sakit
1
2
3
4
Rerata
SD
Kontrol Positif
Rerata
SD
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
150 mg/kgBB
Rerata
SD
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
300 mg/kgBB
Rerata
SD
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
450 mg/kgBB
Rerata
SD
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Kadar
glukosa
darah hari
ke-14
(mg/dL)
95
89
84
94
90,50
5,07
398
409
423
453
420,75
23,81
314
315
268
255
288,00
31,06
301
290
298
347
309
25,76
371
368
369
331
359,75
19,21
242
265
223
238
242,00
17,38
Kadar
glukosa
darah hari
ke-21
(mg/dL)
92
89
90
97
92,00
3,56
345
335
325
397
357,25
27,40
270
228
251
239
247,00
17,98
237
238
277
257
252,25
18,89
221
248
232
258
239,75
16,46
141
136
144
166
146,75
13,25
Profil kadar glukosa darah pada tikus putih jantan sebelum perlakuan,
setelah induksi, dan selama perlakuan (hari ke-14, ke-21, dan ke-28) pemberian
ekstrak etanol daun gedi merah dengan variasi dosis dan glibenklamid adalah
sebagai berikut (Gambar 4.1):
Kadar
glukosa
darah hari
ke-28
(mg/dL)
88
98
97
98
95,25
4,86
329
316
308
379
333,00
31,86
155
150
156
134
148,75
10,18
145
147
141
118
137,75
13,40
104
102
105
102
103,25
1,50
98
84
98
87
91,75
7,32
51
Hari ke-1
300
Hari ke-7
200
Hari ke-14
100
Hari ke-21
Hari ke-28
0
Kontrol sehat,Kontrol sakit,Kontrol positif,Dosis 150 mg/kg BB,Dosis 300 mg/kg BB,Dosis 450 mg/kg BB
Kontrol Sakit
Rerata
SD
Kontrol Positif
Rerata
SD
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
150 mg/kg BB
Rerata
SD
Hari Ke-14
22
15
12
14
15,75a
4,35
73
87
96
97
88,25b
11,12
126
117
108
104
113,75b
9,81
Hari Ke-21
75
89
83
70
79,25a
8,42
117
174
113
113
129,25b
29,89
190
169
129
194
170,5b
29,76
Hari Ke-28
91
108
127
88
103,5a
17,97
232
252
208
218
227,5b
19,07
282
260
265
333
285
33,36b
52
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
300 mg/kg BB
Rerata
SD
Ekstrak Daun
Gedi Merah
Dosis
450 mg/kg BB
Rerata
SD
181
138
125
105
137,25b
32,17
191
182
147
145
166,25bc
23,68
331
258
262
178
257,25b
62,56
292
311
226
217
261,5b
46,98
448
404
389
334
393,75bc
47,05
335
363
272
296
316,5b
40,44
Kontrol Sakit
Kontrol Positif
Dosis300 mg/kg BB
Dosis450 mg/kg BB
No
Berat Badan
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
242,1 gram
303,0 gram
268,1 gram
287,6 gram
254,8 gram
271,0 gram
264,9 gram
258,6 gram
278,1 gram
229,0 gram
251,1 gram
248,3 gram
264,1 gram
270,8 gram
259,1 gram
277,3 gram
247,0 gram
258,0 gram
222,1 gram
264,0 gram
280,9 gram
264,5 gram
231,5 gram
232,4 gram
Volume
Pemberian
1,29 ml
1,61 ml
1,42 ml
1,53 ml
1,35 ml
1,44 ml
1,41 ml
1,37 ml
1,48 ml
1,22 ml
1,33 ml
1,32 ml
1,40 ml
1,44 ml
1,38 ml
1,47 ml
1,31 ml
1,37 ml
1,18 ml
1,40 ml
1,49 ml
1,41 ml
1,25 ml
1,23 ml
53
5
4.2
256,8 gram
1,36 ml
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) yang diperoleh dari Kota Palu Sulawesi Tengah. Sebelumnya dilakukan
determinasi tanaman di Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor untuk memastikan
jenis gedi yang digunakan. Hasilnya menunjukkan bahwa gedi yang digunakan
dalam penelitian iniadalah benar spesies Abelmoschus manihot (L.) Medik.
Ekstrak kental daun gedi merah diperoleh dari proses ekstraksi yang merupakan
penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam simplisia. Maserasi adalah
proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan
pada temperatur ruangan.(19)Metode maserasi dipilih sebagai metode dalam
mengekstraksi karena adanya sifat daun yang lunak dan mudah mengembang
dalam cairan pengekstraksi. Selain itu, maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana karena cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif ini akan larut dan adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dengan di luar sel
menyebabkan larutan yang terpekat keluar hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar sel. Cairan penyari yang
digunakan dalam proses maserasi ini adalah etanol 96%. Etanol dipertimbangkan
sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang sulit tumbuh dalam etanol
20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur
dengan air dalam segala perbandingan, memerlukan panas yang lebih sedikit
untuk proses pemekatan, dan zat pengganggu yang larut terbatas. Pelarut etanol
dipilih sebagai cairan penyari karena senyawa yang akan diekstraksi adalah
54
55
dosis 450 mg/kg BB. Selanjutnya tikus dipuasakan selama 16 jam untuk
menentukan kadar glukosa darah, awal. Setelah itu, semua kelompok tikus
diinduksi streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg BB secara intraperitoneal kecuali
kelompok sehat. Streptozotocin (STZ) sering digunakan sebagai induksi insulindependent dan non-insulin-dependent diabetes melitus pada hewan uji karena
selektif merusak sel beta pankreas. STZ bekerja langsung pada sel beta pankreas
dengan aksi sitotoksiknya dimediatori oleh reactive oxygen species (ROS)
sehingga dapat digunakan sebagai induksi diabetes melitus. STZ sebagai agen
diabetonik dapat memicu peningkatan produksi radikal bebas berlebih dan
menyebabkan stress oksidatif.(61) Kemudian mengukur kadar glukosa darah,
setelah induksi untuk melihat kenaikannya. Setelah itu, tikus diberi perlakuan
sesuai kelompok yang telah ditentukan.
Hasil pengukuran kadar glukosa darah awal yaitu berkisar antara 78,25
95,50 mg/dL, kadar glukosa darah setelah induksi STZ yaitu 78,25 497,00
mg/dL, kemudian kadar glukosa darah setelah perlakuan hari ke-14 yaitu 90,50
420,75 mg/dL, kadar glukosa darah setelah perlakuan hari ke-21 yaitu 92,00
357,25 mg/dL, serta kadar glukosa darah setelah perlakuan hari ke-28 yaitu 95,25
333,00 mg/dL.
Berdasarkan hasil selisih penurunan kadar glukosa darah tikus putih dapat
dilihat pada Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa penurunan kadar glukosa darah
pada hari ke-14 pada pemberian suspensi glibenklamid sebagai kontrol (+) adalah
88,25 mg/dl sedangkan pada pemberian ekstrak daun gedi merah (Abelmoschus
manihot (L.) Medik) pada dosis 150 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, dan 450 mg/kg
BB secara berturut-turut adalah 113,75 mg/dl, 137,25 mg/dl, dan 166,25 mg/dl
56
serta pada pemberian Na-CMC sebagai kontrol (-) adalah 15,75 mg/dl. Hasil
selisih penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-21 (Tabel 4.4) pada pemberian
glibenklamid sebagai kontrol (+) sebesar 192,25 mg/dl sedangkan pada pemberian
ekstrak daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) pada dosis 150
mg/kg BB, 300 mg/kg BB, dan 450 mg/kg BB secara berturut-turut adalah 170,5
mg/dl, 257,25 mg/dl, dan 261,5 mg/dl serta pada pemberian Na-CMC sebagai
kontrol (-) sebesar 79,25 mg/dl. Hasil selisih penurunan kadar glukosa darah pada
hari ke-28 (Tabel 4.4) pada pemberian glibenklamid sebagai kontrol (+) sebesar
227,5 mg/dl sedangkan pada pemberian ekstrak daun gedi merah (Abelmoschus
manihot (L.) Medik) pada dosis 150 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, dan 450 mg/kg
BB secara berturut-turut adalah 285 mg/dl, 393,75 mg/dl, dan 316,5 mg/dl serta
pada pemberian Na-CMC sebagai kontrol (-) sebesar 103,5 mg/dl.
Penentuan adanya perbedaan yang signifikan antara dosis ekstrak daun gedi
merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dilakukan dengan uji One Way Anova
pada taraf signifikan 95%. Jika analisis uji One Way Anova diperoleh nilai p<0,05,
maka menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara masingmasing perlakuan. Dosis yang paling efektif diantara ketiga dosis ekstrak daun
gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dapat diketahui dengan melakukan
uji lanjut yaitu menggunakan uji lanjut Duncan.
Berdasarkan hasil uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan (Lampiran 3), pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 diperoleh hasil terdapat
perbedaan yang signifikan antara kontrol negatif dengan kontrol positif dan ketiga
variasi dosis ekstrak daun gedi merah. Hal ini dikarenakan kontrol negatif hanya
diberikan suspensi Na-CMC 0,5% yang tidak memiliki kandungan zat aktif dalam
57
menurunkan kadar glukosa darah. Tetapi terdapat perbedaan yang tidak signifikan
antara kontrol positif dengan ketiga variasi dosis ekstrak daun gedi merah. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga variasi dosis ekstrak daun gedi merah (Abelmoschus
manihot (L.) Medik) mampu menurunkan kadar glukosa darah yang sebanding
dengan kontrol positif.
Efek penurunan kadar glukosa darah disebabkan adanya senyawa bioaktif
yang terkandung dalam ekstrak daun gedi merah seperti alkaloid, flavonoid,
saponin, polifenol, dan tanin. Alkaloid terbukti mempunyai kemampuan
meregenerasi sel pankreas yang rusak. Adanya perbaikan pada jaringan
pankreas, maka akan terjadi peningkatan jumlah insulin di dalam tubuh sehingga
glukosa darah akan masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan kadar glukosa
darah dalam tubuh.(62) Flavonoid pada esktrak daun gedi merah dapat bersifat
antioksidan. Flavonoid diketahui bertindak sebagai penangkal radikal hidroksi dan
superhidroksi dengan demikian melindungi lipid membrane sel pankreas
terhadap reaksi yang merusak. Selain itu flavonoid juga diketahui dapat
mengurangi peroksidasi lipid. Dan mengembalikan sensitivitas reseptor insulin
pada sel. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. (63)
Antioksidan pada polifenol mampu mengurangi stress oksidatif dengan cara
mencegah
terjadinya
rantai
pengubahan
superoksida
menjadi
hidrogen
58
yaitu alkaloid dan flavonoid.(65) Selain itu senyawa saponin yang terdapat di dalam
ekstrak daun gedi merah dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase, yaitu enzim dalam pencernaan
yang bertanggung jawab terhadap pengubahan karbohidrat menjadi glukosa. (66)
Tanin diketahui dapat memacu metabolisme glukosa dan lemak sehingga
timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindar. Selain itu, tanin
juga berfungsi sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat mengerutkan
membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan dan
sebagai akibatnya menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa
darah tidak terlalu tinggi.(66)
DAFTAR PUSTAKA
1. Manurung, Sondang. 2010. Efek Antihiperglikemia Dari Ekstrak Kulit Manggis
(Garcinia Mangostana L.) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus
Norvegicus L.) Yang Diinduksi Sukrosa. FMIPA UNSRAT
2. Mustika Sari Kamilia, Ariayani Dahlena. 2008. The Study Potency Of Bijai
(Mangifera Caesia) And Kasturi (Mangifera Kasturi) As Antidiabetic By
Phytochemistry Screening On Roots And Stem. Sains dan terapan Kimia, Volume.
2 No. 2, Hal 64
3. WHO.2000. Prevalence Of Diabetes In The Who South-East Asian Region.
http://www.who.int/diabetes/fact/world-figures/en/indexs5.html
4. IDF.2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. International Diabetes Federation.
Hal 13
5. Anonim.2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
6. Evacuasiany Endang, DarsonoLusiana,Rosnaeni.2005. Studi Efektivitas
Antidiabetik Ekstrak Airdan Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica Charantia
59
13.
Shao-Yu Z., Nai-Ning S., Wen-Yuan G., Wei J., Hong-Quan D., Pei-Gen X., 2006,
60
Progress in the treatment of chronic glomerulonephritis
with traditional Chinese
medicine, AsianJournal of Pharmacodynamic andPharmacokinetics 6 (4): 317
325.
14.
15.
Ikewuchi , Jude C. et al. 2012. Alteration of Blood Pressure Indices and Pulse
Rates by an Aqueous Extract of the Leaves of Chromolaena odorata (L) King and
Robinson (Asteraceae). Department of Biochemistry, Faculty of Science,
University of Port Harcourt, P.M.B. 5323, Port Harcourt, Nigeria.
16.
Chapagain, B.P., dan Wiesman, Z. 2005. Larvicidal Activity of the Fruit Mesocarp
Extract of Balanites aegyptiaca and its Saponin Fractions against Aedes aegypti.
Dengue Bulletin, 29.
17.
18.
60
19.
20.
Waspadji, Sarwono dkk. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kedua. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. Hal 375, 423.
21.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit EGC.
Jakarta. Hal 1022 1024.
22.
Sudoyo, Aru., Bambang S., Idrus A., Marcellus S., Siti S.Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi V. Hal 1874, 1880.
23.
Karen, G.B. dan Iris R., Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
24.
Brennan, F.M. dan B. McInnes. 2008. Evidence that Cytokine Play a Role in
Rheumatoid Arthritis. Vol. 118(11):3537-3545. The Journal of Clinical
Investigation.
25.
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 66-67.
26.
27.
Power, C.A. 2007. Chapter 338: Diabetes Melitus. In: (Fauci A.S., Kasper D.L.,
Long D.L., Loscalzo J., Braunwauld E.,Hauser SL., and Jameson J.L eds).
Harrisons Internal Medicine. 17th Ed. New York: The McGraw-Hill Comp, p.
2277-2285.
28.
Triplitt C.L., Reasner C.A. and Isley W.C. 2008. Chapter 77: Diabetes Mellitus. In
(Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Wells BG and Posey LM Eds). Pharmacotherapy
A Pathophysiologic Approach. 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.,
p. 1205-1223.
29.
Doshi, S. and Harvey, B. 2008. Eye Essential: Diabetes and the Eye. 2nd Ed.
Philadelphia: Buttenworth Heinemann Elsevier. p. 1-170.
30.
Suprapti, Budi dan Wenny Putri N. 2013. Farmakoterapi Diabetes Mellitus. Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). Surabaya.
31.
32.
Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FK UI. 2007. Hidup Sehat dengan Diabetes.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 176-178.
61
33.
34.
35.
36.
Yamada, H., et al. 2004. Lymphocyte and plasma vitamin C levels in type 2
diabetic patients within and without diabetes complication. Diabetes Care, 27,
2491-2492.
37.
38.
39.
Kumar, V., Abbas, A.K. and Fauto, N. 2010. Robbyn & Cotran Dasar Patologis
Penyakit. Edisi 7, Diterjemahkan oleh Brahm, U.P. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1213-1231.
40.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W.2009. Biokimia Harper.
Edisi 27, (Harpers llustradet Biochemistry) Diterjemahkan oleh Brahm, U.P.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 166-174.
41.
Cnop, M., Nils, W., Jean, C.J., Anne, J., Sigurd, L., and Decio, L. E. 2005.
Mechanism of Pancreatic Cell Death in Type 1 and Type 2 Diabetes, Many
Differences, Few Similarities. J. Diab. 54:97-107
42.
Bouwen, L., Iise, R. 2005. Regulation of Pancreatic Beta Cell Mass. J. Physiol.
85:65-70
43.
Maedler, K., Spinas, G. A., Lehmann, R., Sergeev, P., Weber, M. And Fontana, A.
2001. Glucose Induced Beta Cell Apoptosis Via Up Regulation of the Fas
Receptor in Human Islets. J. Diab. 50:83-90
44.
45.
Johnson, J. D., Zhiqiang, H., Kenichi, O., Honggang, Y., Yang , Z, and Hong, W.
2004. RyR2 and Calfain-10 Deliniate a Novel Apoptosis Pathway in Pancreatic
Islets. The J. Biol. Chem. 279(23):498-502.
62
46.
Ersin Akinci, Anannya Banga, Katie Tungatt, Joanna Segal, Daniel Eberhard,
James R. Dutton, and Jonathan M. W. Slack, 2013. Reprogramming of Varios
Cell Types to a Beta-Like State by Pdx1,Ngn3 and MafA, Plos One, Vol. 8.
November 2013, 1-10.
47.
48.
Guz, Y., Nasir, I., Teitelman, G. 2001. Regeneration of Pancreatic Cells from
Intraislet Precursor Cell in al Experimental Model of Diabetes. J. Endocrinol ;
142(11):56-58
49.
50.
Wilcox, Gisela. 2005. Insulin And Insulin Resistance. Clin Biochem Rev Volume
26. Hal 24.
51.
52.
53.
54.
http://kimia.student journal.ub.ac.id/index.php/jikub/article/viewFile/2682
55.
56.
57.
58.
59.
63
61.
62.
63.
Widhafni, Septya. Bodhi, Widdhi, Suadewi, Sri. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak
Etanol Tunas Pisang Goroho (Musa acuminate L.) Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi
Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3 no. 2. Hal. 62-66
64.
Lugasi, A., J. Hovari, K.V. Sagi and L. Biro. The Role of Antioxidant
Phytonutrients In The Prevention of Disease. Acta Biologica Szegediensis. 2003;
47: Hal. 119-125
65.
66.
Malanggi, L., Sangi, M dan Pacdonk, J. 2012. Penuntun kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill. Journal MIPA
UNSTRAT. Hal 22-23.
64
LAMPIRAN 1
Filtrat
Ampas
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Polifenol
Uji Saponin
- Uji Tanin
Kelompok 3
Diberikan suspensi glibenklamid sebagai kontrol
positif
65
LAMPIRAN 2
Skema Kerja Efektivitas Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot
(L.) Medik) Terhadap Kadar Glukosa, 8-Hidroksideoksiguanosin,
Malondialdehid, dan Insulin Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Diabetes
Yang Diinduksi Streptozotocin
Pengolahan data, pembahasan, dan kesimpulan.
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN
Kelompok 1 Kelompok
Kelompok 4
Ke
dosis x BB2maks tikus
Diberikan larutan
koloid Na-CMC
0,5% sebagai
kontrol
sehat
Diberikan
larutan koloid
Na-CMC
0,5%
sebagai
kontrol
sakitDiberi
ekstrak
daun
Diberi
gedi
ekstrak
merah
daun
dengan
gedi
ekstra
me
do
1 Diberi
0,09mg
2,5 ml
0,036 mg
ml
Jadi untuk larutan stok 100 ml = 0,036 mg/ ml x 100 ml=3,6 mg /100 ml
3,6 mg
x 160 mg=115,2 mg
5 mg
67
1
Volume maksimal
2
150
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
30 mg
2,5 ml
= 12 mg/ml
= 1200 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 1,2 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
150
BB 0,2 kg
kg
=
12 mg/ml
=
2,5 ml
68
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
= 24 mg/ml
= 2400 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 2,4 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
300
BB 0,2 kg
kg
=
24 mg/ml
= 2,5 ml
3) Pembuatan larutan Stok Dosis 450 mg/kg BB
Dosis BBTi kus
= 1 Volume maksimal
2
450
=
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
= 36 mg/ml
= 3600 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 3,6 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
450
BB 0,2 kg
kg
=
36 mg/ml
= 2,5 ml
69
Lampiran 3
ANOVA
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_14
Sum of Squares
df
Mean Square
Sig.
Between Groups
52446.000
13111.500
35.734
.000
Within Groups
5503.750
15
366.917
Total
57949.750
19
df1
df2
Sig.
3.193
15
.044
70
Descriptives
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_14
95% Confidence Interval
for Mean
Std.
Kontrol
Sakit
Kontrol
Positif
Dosis
150
Dosis
300
Dosis
450
Total
Lower
Mean
Deviation
Std. Error
Bound
15.7500
4.34933
2.17466
8.8292
22.6708
12.00
22.00
88.2500
11.11680
5.55840
70.5607
105.9393
73.00
97.00
1.1375E2
9.81071
4.90535
98.1390
129.3610
104.00
126.00
1.3725E2
32.17012
16.08506
86.0602
188.4398
105.00
181.00
1.6625E2
23.68368
11.84184 128.5640
203.9360
145.00
191.00
20
1.0425E2
55.22669
12.34906
130.0969
12.00
191.00
78.4031
Kelompok_Perla
kuan
Kontrol Sakit
15.7500
Kontrol Positif
88.2500
Dosis 150
1.1375E2
Dosis 300
Dosis 450
Sig.
1.1375E2
1.3725E2
1.6625E2
1.000
.079
.103
1.000
71
Oneway
Descriptives
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_21
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Upper
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Bound
Bound
Kontrol Sakit
79.2500
8.42120
4.21060
65.8500
92.6500
70.00
89.00
Kontrol Positif
1.2925E2
29.89286
14.94643
81.6838
176.8162
113.00
174.00
Dosis 150
1.7050E2
29.76015
129.00
194.00
Dosis 300
2.5725E2
62.56397
178.00
331.00
Dosis 450
2.6150E2
46.97872
217.00
311.00
20 1.7955E2
81.30998
70.00
331.00
Total
Minimum Maximum
df1
df2
Sig.
1.637
15
.217
ANOVA
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_21
Sum of Squares
df
Mean Square
Sig.
Between Groups
101700.700
25425.175
15.948
.000
Within Groups
23914.250
15
1594.283
Total
125614.950
19
72
Kelompok_P
erlakuan
Kontrol Sakit
79.2500
1.2925E2
Kontrol
Positif
1.2925E2
Dosis 150
Dosis 300
2.5725E2
Dosis 450
2.6150E2
Sig.
1.7050E2
.097
.165
.882
Oneway
73
Descriptives
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_28
95% Confidence Interval
for Mean
Kontrol
Sakit
Kontrol
Positif
Dosis 150
Dosis 300
Dosis 450
Total
Mean
1.0350E2
17.97220
8.98610
74.9022
132.0978
88.00
127.00
2.2750E2
19.07005
9.53502
197.1553
257.8447
208.00
252.00
2.8500E2
33.35666
16.67833
231.9221
338.0779
260.00
333.00
3.9375E2
47.04873
23.52437
318.8850
468.6150
334.00
448.00
3.1650E2
40.43513
20.21757
252.1587
380.8413
272.00
363.00
20 2.6525E2
103.97665
23.24989
216.5874
313.9126
88.00
448.00
df1
df2
Sig.
1.066
15
.407
ANOVA
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_28
Sum of Squares
df
Mean Square
Sig.
Between Groups
188468.000
47117.000
41.712
.000
Within Groups
16943.750
15
1129.583
Total
205411.750
19
Maximum
74
Selisih_Penurunan_Kadar_Glukosa_Darah_28
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Kelompok_Per
lakuan
Kontrol Sakit
4 1.0350E2
Kontrol Positif
Dosis 150
2.8500E2
Dosis 450
3.1650E2
Dosis 300
Sig.
2.2750E2
3.9375E2
1.000
1.000
.205
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
1.000
75
76
LANJUTAN LAMPIRAN 6
Uji Penapisan Fitokimia
77
LANJUTAN LAMPIRAN 6
Pengambilan Sampel Darah, Pengumpulan Sampel, dan Proses Sentrifuge
78
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas ekstrak daun gedi merah
(Abelmoschus
manihot
(L.)
Medik)
terhadap
kadar
glukosa
darah,
kadar
insulin
tikus
putih
diabetes
yang
diinduksi
streptozotocin.
2 Dosis ekstrak daun gedi merah yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa
darah, 8-Hidroksideoksiguanosin, dan malondialdehid serta meningkatkan
5.2
117
79
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
OBrien, J. A., Patrick, A.R. and Caro, J.J. 2003. Cost Of Managing
Complication Resulting from Type 2 Diabetes Melitus in Canada. BMC
Healh Serv Res. 3:7
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. 2013. Situasi dan Analisis
Diabetes. Riset Kesehatan Dasar. Hal.3
9.
10.
11.
12.
13.
118
80
14.
15.
16.
17.
Utami, T.S., Arbianti, R., Hermansyah, H., Reza, A., Rini. 2009.
Perbandingan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Simpur (Dillenia
indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi dengan Uji ANOVA. Seminar
Nasional Teknik Kimia Indonesia-SNTKI 2009. pp:1-4.
18.
Bambang Setiawan dan Eko Suhartono, 2005. Stres Oksidatif dan Peran
Antioksidan pada Diabetes Melitus. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 55,
No 2, hal 87-90.
19.
20.
21.
22.
23.
Liu, Y., Xianyin L., Xiaomei L., Yuying Z., Jingrong C. 2006. Interactions
Between Thrombin with Flavonoids from Abelmoschus manihot (L.)
Medicus by CZE. Chromatographia2006 (64): 45.
24.
Lin-lin W., Xin-bo Y., Zheng-ming H., He-zhi L., Guang-xia W. 2007. In
vivo and in vitro antiviral activity of hyperoside extracted from
Abelmoschus manihot (L) medic. Acta Pharmacol Sin28 (3):404-409.
25.
81
Morris, R. 2006. Plants For A Future. Edible, Medicinal and Useful Plants
or A Heathier Word. (Online).
27.
28.
29.
30.
Ochse, J.J and R.C. 1980. Vegetable of the Dutch East Indies. Asher &
CO.B.V. Bakhuizen van den Brink Amsterdam, 464-473 PP.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
82
39.
Shao-Yu Z., Nai-Ning S., Wen-Yuan G., Wei J., Hong-Quan D., Pei-Gen
X., 2006, Progress in the treatment of chronic glomerulonephritis with
traditional Chinese medicine, Asian Journal of Pharmacodynamic and
Pharmacokinetics 6 (4): 317 325.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penerbit EGC. Jakarta. Hal 1022 1024.
47.
48.
49.
83
50.
Wilcox, Gisela. Insulin and Insulin Resistance. 2005. Clin Biochem Rev.
2005 May; 26(2): 1939.
51.
52.
Waspadji, Sarwono dkk. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kedua. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 375, 423.
53.
Sudoyo, Aru., Bambang S., Idrus A., Marcellus S., Siti S.Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Hal 1874, 1880.
54.
55.
Brennan, F.M. dan B. McInnes. 2008. Evidence that Cytokine Play a Role
in Rheumatoid Arthritis. Vol. 118(11):3537-3545. The Journal of Clinical
Investigation.
56.
57.
58.
Power, C.A. 2007. Chapter 338: Diabetes Melitus. In: (Fauci A.S., Kasper
D.L., Long D.L., Loscalzo J., Braunwauld E.,Hauser SL., and Jameson J.L
eds). Harrisons Internal Medicine. 17th Ed. New York: The McGraw-Hill
Comp, p. 2277-2285.
59.
Triplitt C.L., Reasner C.A. and Isley W.C. 2008. Chapter 77: Diabetes
Mellitus. In (Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Wells BG and Posey LM Eds).
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. 7th ed. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc., p. 1205-1223.
60.
Doshi, S. and Harvey, B. 2008. Eye Essential: Diabetes and the Eye. 2nd
Ed. Philadelphia: Buttenworth Heinemann Elsevier. p. 1-170.
61.
62.
84
63.
64.
Price, Sylvia dan Wilson, L. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Brahm U. Pendit, et al., Penerjemah. Jakarta: EGC, 12591273.
65.
Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FK UI. 2007. Hidup Sehat dengan
Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 176-178
66.
67.
68.
69.
Funk, J.L. and Feingold, K.R. 1995. Disorder of the Endocrine Pancrease.
In: McPee, S.J., (Ed), A Lange Medical Book Pathophysiology of Disease
An Introduction to Clinical Medicine, 1st ed. Stamford: Appleton & Lange,
p.367-392.
70.
71.
Katzung B.G., Masters S.B., and Trevor A.J., (Eds). 2009. Chapter 41:
Pancreatic Hormon and Antidiabetic Drugs In: Basic & Clinical
Pharmacology. 11th ed. China: The McGraw-Hill Companies.
72.
73.
74.
75.
85
76.
77.
78.
79.
80.
Borchman, D. dan Yappert, M.C. 2011. Lipid and the Ocular Lens.
Journal of Lipid Research, 20: 1-55
81.
82.
Kasai, H. 1997. Analysis of a form of oxidative DNA damage, 8-hydroxy2deoxyguanosine, as a marker of cellular oxidative stress during
carcinogenesis. Mutation Research. 387 : 147-163
83.
84.
85.
86.
87.
88.
86
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
Lugasi, A., J. Hovari, K.V. Sagi and L. Biro. The Role of Antioxidant
Phytonutrients In The Prevention of Disease. Acta Biologica Szegediensis.
2003; 47: Hal. 119-125
98.
99.
87
Nomor sambuk
: 10 12 126
Program studi
: Farmasi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil ciplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
88
Pengeluaran
Daun Gedi Merah
Etanol 96%
Eter
Na-CMC
Glibenklamid
Streptozotocin
Aluminium foil
Aquades
Aqua pro injeksi
Kertas label
Kertas perkamen
Kertas saring
Tissue
Benang godam
Sendok tanduk
Batang pengaduk
Masker
Spoit oral
Spoit injeksi
Glukometer (Nesco)
Stik Glukosa
Vacum tube
Elisa kit MDA
Elisa kit 8-OHdG
Elisa kit Insulin
Pemeriksaan kadar MDA, 8-OHdG,
27.
dan Insulin
Biaya pemeliharaan hewan uji
Total
Biaya (Rp)
20.000
10.000
15.000
50.000
400.000
98.000
300.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
120 x @10.000 x 3 = 3.600.000
89
LAMPIRAN 1
Filtrat
Ampas
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Polifenol
Uji Saponin
- Uji Tanin
Kelompok 3
Diberikan suspensi glibenklamid sebagai kontrol
positif
90
LAMPIRAN 2
Skema Kerja Efektivitas Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot
(L.) Medik) Terhadap Kadar Glukosa, 8-Hidroksideoksiguanosin,
Malondialdehid, dan Insulin Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Diabetes
Yang Diinduksi Streptozotocin
Pengolahan data, pembahasan, dan kesimpulan.
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN
Kelompok 1 Kelompok
Kelompok 4
Ke
dosis x BB2maks tikus
Diberikan larutan
koloid Na-CMC
0,5% sebagai
kontrol
sehat
Diberikan
larutan koloid
Na-CMC
0,5%
sebagai
kontrol
sakitDiberi
ekstrak
daun
Diberi
gedi
ekstrak
merah
daun
dengan
gedi
ekstra
me
do
1 Diberi
0,09mg
2,5 ml
0,036 mg
ml
Jadi untuk larutan stok 100 ml = 0,036 mg/ ml x 100 ml=3,6 mg /100 ml
3,6 mg
x 160 mg=115,2 mg
5 mg
92
200 g
x 40 mg
1000 g
1
x 40 mg
5
= 8 mg / 200 g BB tikus
Jadi untuk membuat dosis STZ 8 mg pada tikus dengan BB 200 g
dengan volume maksimal 3 ml secara intraperitoneal dalam 100 ml Na
CMC yaitu dengan menimbang STZ sebanyak :
8 mg x 100 ml
Bobot yang ditimbang =
3 ml
=
800 mg
3
= 266,6 mg / 100 ml
= 0,266 g / 100 ml
Jadi STZ ditimbang sebanyak 0,266 gram dan dilarutkan dalam aqua
pro injeksi hingga 100 ml.
93
Volume pemberian =
=
dosis x BB
stok
8 mg/200 g x 200 g
2,66 mg/ml
= 3 ml
8. Perhitungan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus
manihot (L.) Medik)
1) Pembuatan Larutan Stok Dosis 150 mg/kg BB
Dosis BBTikus
1
Volume maksimal
2
150
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
30 mg
2,5 ml
= 12 mg/ml
= 1200 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 1,2 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
150
BB 0,2 kg
kg
=
12 mg/ml
= 2,5 ml
Jika Jika berat badan 180 g maka volume pemberiannya yaitu,
mg
150
BB 0,18 kg
kg
Vol. Pemberian =
12 mg/ml
= 2,25 ml
2) Pembuatan Larutan Stok Dosis 300 mg/kg BB
Dosis BBTikus
= 1 Volume maksimal
2
94
300
=
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
= 24 mg/ml
= 2400 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 2,4 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
300
BB 0,2 kg
kg
=
24 mg/ml
= 2,5 ml
3) Pembuatan larutan Stok Dosis 450 mg/kg BB
Dosis BBTikus
= 1 Volume maksimal
2
450
=
mg
BB 0,2 kg
kg
1
5 ml
2
= 36 mg/ml
= 3600 mg/100 ml
Ditimbang ekstrak sebanyak 3,6 gram disuspensikan dalam Na CMC
0,5% hingga 100 ml.
Volume pemberian untuk 200 g BB tikus
mg
450
BB 0,2 kg
kg
=
36 mg/ml
= 2,5 ml
LAMPIRAN 4
HASIL STATISTIK ONEWAY ANOVA
SELISIH PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH HARI KE-14
SECARA STATISTIK
Oneway
95
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
2.5000
60.00833
30.00417
-92.9866
97.9866
-62.00
78.00
kontrol positif
257.0000
62.52999
31.26500
157.5008
356.4992
173.00
324.00
dosis 1
209.5000
43.64631
21.82315
140.0490
278.9510
166.00
268.00
dosis 2
218.0000
54.10484
27.05242
131.9071
304.0929
162.00
292.00
dosis 3
276.2500
45.48535
22.74267
203.8727
348.6273
218.00
325.00
20
192.6500
111.47116
24.92571
140.4799
244.8201
-62.00
325.00
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
192853.800
48213.450
43236.750
15
2882.450
236090.550
19
Sig.
16.727 .000
kontrol negatif
dosis 1
209.5000
dosis 2
218.0000
kontrol positif
257.0000
dosis 3
276.2500
Sig.
2.5000
1.000 .125
LANJUTAN LAMPIRAN 4
SELISIH PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH HARI KE-21
SECARA STATISTIK
Oneway
96
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
105.5000
51.60426
25.80213
23.3861
187.6139
45.00
168.00
kontrol positif
247.7500
28.53507
14.26753
202.3443
293.1557
207.00
268.00
dosis 1
214.0000
45.26220
22.63110
141.9777
286.0223
174.00
278.00
dosis 2
227.0000
50.60303
25.30152
146.4793
307.5207
193.00
302.00
dosis 3
287.2500
52.99292
26.49646
202.9264
371.5736
227.00
344.00
20
216.3000
74.81985
16.73023
181.2832
251.3168
45.00
344.00
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
73677.700
18419.425
Within Groups
32684.500
15
2178.967
106362.200
19
Total
Sig.
8.453 .001
kontrol negatif
dosis 1
214.0000
dosis 2
227.0000
kontrol positif
247.7500
dosis 3
287.2500
Sig.
105.5000
1.000 .058
LANJUTAN LAMPIRAN 4
SELISIH PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH HARI KE-28
SECARA STATISTIK
Oneway
97
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
117.0000
100.25634
50.12817
-42.5302
276.5302
7.00
218.00
kontrol positif
261.5000
41.62131
20.81065
195.2712
327.7288
204.00
303.00
dosis 1
238.2500
24.93157
12.46579
198.5783
277.9217
210.00
268.00
dosis 2
250.2500
56.84115
28.42058
159.8030
340.6970
212.00
334.00
dosis 3
301.2500
43.02228
21.51114
232.7920
369.7080
257.00
357.00
20
233.6500
82.54458
18.45753
195.0179
272.2821
7.00
357.00
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_glukosa_darah
Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
76997.300
19249.325
Within Groups
52461.250
15
3497.417
129458.550
19
Total
Sig.
5.504 .006
kontrol negatif
dosis 1
238.2500
dosis 2
250.2500
kontrol positif
261.5000
dosis 3
301.2500
Sig.
117.0000
1.000 .185
LANJUTAN LAMPIRAN 4
SELISIH PENURUNAN KADAR MDA HARI KE-14 SECARA STATISTIK
Oneway
98
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_MDA
95% Confidence Interval for
Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-88.2700
113.78549
56.89275
-269.3281
92.7881
-235.38
12.42
kontrol positif
1.3458E2
87.11467
43.55734
-4.0339
273.2039
42.29
248.68
dosis 1
2.7452E2
40.83009
20.41505
209.5552
339.4948
250.58
335.63
dosis 2
3.9231E2
109.17181
54.58590
218.5908
566.0242
242.98
475.38
dosis 3
2.6951E2
220.22819
1.10114E2
-80.9197
619.9447
69.29
564.75
20
1.9653E2
203.47162
45.49764
101.3044
291.7596
-235.38
564.75
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_MDA
Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
538746.871
134686.718
Within Groups
247866.427
15
16524.428
Total
786613.299
19
Sig.
8.151
.001
kontrol negatif
kontrol positif
1.3458E2
dosis 3
2.6951E2
2.6951E2
dosis 1
2.7452E2
2.7452E2
dosis 2
Sig.
-88.2700
3.9231E2
1.000
.164
.219
LANJUTAN LAMPIRAN 4
SELISIH PENURUNAN KADAR MDA HARI KE-21 SECARA STATISTIK
99
Oneway
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_MDA
95% Confidence Interval for
Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
45.2850
117.91881
58.95941
-142.3501
232.9201
-79.69
200.51
kontrol positif
4 1.8332E2
84.85388
42.42694
48.3035
318.3465
123.46
308.59
dosis 1
4 3.8733E2
26.68243
13.34122
344.8723
429.7877
360.00
419.67
dosis 2
4 5.2891E2
58.02272
29.01136
436.5804
621.2346
473.30
600.48
dosis 3
4 4.1476E2
177.13203
88.56601
132.9009
696.6141
269.47
665.08
20 3.1192E2
201.77957
45.11928
217.4853
406.3567
-79.69
665.08
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_MDA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
603906.768
150976.692
Within Groups
169678.116
15
11311.874
Total
773584.883
19
F
13.347
Sig.
.000
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
45.2850
kontrol positif
183.3250
dosis 1
387.3300
dosis 3
414.7575
dosis 2
528.9075
Sig.
.086
.093
LANJUTAN LAMPIRAN 4
SELISIH PENURUNAN KADAR MDA HARI KE-28 SECARA STATISTIK
100
Oneway
Descriptives
selisih_penurunan_kadar_MDA
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
2.1903E2
168.36120
84.18060
-48.8677
486.9327
-8.97
375.08
kontrol positif
2.2301E2
79.21857
39.60928
96.9581
349.0669
170.34
339.13
dosis 1
4.5262E2
23.22821
11.61410
415.6562
489.5788
431.63
485.83
dosis 2
5.1165E2
64.91484
32.45742
408.3535
614.9415
442.29
596.39
dosis 3
4.6116E2
154.25366
77.12683
215.7130
706.6170
305.62
662.54
20
3.7350E2
163.45785
36.55029
296.9944
449.9956
-8.97
662.54
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_MDA
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
318144.636
79536.159
Within Groups
189506.260
15
12633.751
Total
507650.896
19
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
219.0325
kontrol positif
223.0125
dosis 1
452.6175
dosis 3
461.1650
dosis 2
511.6475
Sig.
.961
.493
LANJUTAN LAMPIRAN 4
Sig.
6.296
.004
101
Mean
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-1.8250
.37749
.18875
-2.4257
-1.2243
-2.30
-1.40
kontrol positif
.8925
.71383
.35692
-.2434
2.0284
-.10
1.60
dosis 1
.6375
.59634
.29817
-.3114
1.5864
.05
1.40
dosis 2
1.4750
.65000
.32500
.4407
2.5093
.60
2.10
dosis 3
.2125
.21360
.10680
-.1274
.5524
-.05
.45
20
.2785
1.25433
.28048
-.3085
.8655
-2.30
2.10
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_8OHdG
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
25.466
6.367
4.427
15
.295
29.894
19
21.570
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
dosis 3
.2125
dosis 1
.6375
.6375
kontrol positif
.8925
.8925
dosis 2
Sig.
-1.8250
1.4750
1.000
.113
.055
LANJUTAN LAMPIRAN 4
Sig.
.000
102
Std.
N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-3.7950
1.35707
.67853
-5.9544
-1.6356
-5.83
-3.07
kontrol positif
1.0125
.42146
.21073
.3419
1.6831
.58
1.59
dosis 1
.6625
.76190
.38095
-.5499
1.8749
.11
1.75
dosis 2
1.1825
.93543
.46771
-.3060
2.6710
.19
2.03
dosis 3
1.4425
.63179
.31589
.4372
2.4478
.95
2.37
20
.1010
2.16185
.48341
-.9108
1.1128
-5.83
2.37
Sig.
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_8OHdG
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
77.177
19.294
Within Groups
11.622
15
.775
Total
88.799
19
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
dosis 1
.6625
kontrol positif
1.0125
dosis 2
1.1825
dosis 3
1.4425
Sig.
-3.7950
1.000
.266
LANJUTAN LAMPIRAN 4
24.903
.000
103
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-1.2800
.80519
.40260
-2.5612
.0012
-1.89
-.10
kontrol positif
1.1300
.74936
.37468
-.0624
2.3224
.01
1.59
dosis 1
1.0875
.58648
.29324
.1543
2.0207
.50
1.75
dosis 2
1.6475
.86739
.43369
.2673
3.0277
.60
2.50
dosis 3
1.3500
.70062
.35031
.2352
2.4648
.78
2.37
20
.7870
1.26787
.28351
.1936
1.3804
-1.89
2.50
Total
ANOVA
selisih_penurunan_kadar_8OHdG
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
df
Mean Square
22.151
5.538
8.391
15
.559
30.543
19
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
dosis 1
1.0875
kontrol positif
1.1300
dosis 3
1.3500
dosis 2
1.6475
Sig.
-1.2800
1.000
.345
LANJUTAN LAMPIRAN 4
Sig.
9.899
.000
104
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-.6825
.46707
.23354
-1.4257
.0607
-1.28
-.25
kontrol positif
2.1450
.72689
.36344
.9884
3.3016
1.25
3.03
dosis 1
2.1675
2.62919
1.31459
-2.0161
6.3511
-.91
5.42
dosis 2
2.1725
.48424
.24212
1.4020
2.9430
1.45
2.48
dosis 3
3.3850
.75531
.37766
2.1831
4.5869
2.73
4.47
20
1.8375
1.80111
.40274
.9946
2.6804
-1.28
5.42
Total
ANOVA
peningkatan_kadar_insulin
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
36.243
9.061
Within Groups
25.392
15
1.693
Total
61.636
19
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
kontrol positif
2.1450
dosis 1
2.1675
dosis 2
2.1725
dosis 3
3.3850
Sig.
-.6825
1.000
.233
LANJUTAN LAMPIRAN 4
Sig.
5.352
.007
105
Std.
N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-.5475
.40861
.20430
-1.1977
.1027
-1.09
-.10
kontrol positif
2.3125
.43138
.21569
1.6261
2.9989
1.81
2.86
dosis 1
1.5625
.92439
.46219
.0916
3.0334
.45
2.41
dosis 2
2.6450
.97845
.48923
1.0881
4.2019
1.47
3.86
dosis 3
1.7400
.83263
.41631
.4151
3.0649
.84
2.66
20
1.5425
1.32661
.29664
.9216
2.1634
-1.09
3.86
Total
ANOVA
peningkatan_kadar_insulin
Sum of Squares
Between Groups
Mean Square
24.864
6.216
8.575
15
.572
33.438
19
Within Groups
Total
df
F
10.874
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
dosis 1
1.5625
dosis 3
1.7400
kontrol positif
2.3125
dosis 2
2.6450
Sig.
-.5475
1.000
.081
LANJUTAN LAMPIRAN 4
Sig.
.000
106
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol negatif
-.4350
.61071
.30535
-1.4068
.5368
-1.19
.30
kontrol positif
2.5175
.21407
.10703
2.1769
2.8581
2.29
2.71
dosis 1
2.0025
2.00643
1.00321
-1.1902
5.1952
-.92
3.35
dosis 2
2.5300
1.49155
.74578
.1566
4.9034
1.19
4.64
dosis 3
4.1125
1.00357
.50179
2.5156
5.7094
3.14
5.52
20
2.1455
1.86898
.41792
1.2708
3.0202
-1.19
5.52
Total
ANOVA
peningkatan_kadar_insulin
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
43.339
10.835
Within Groups
23.029
15
1.535
Total
66.368
19
7.057
kelompok_perlaku
an
kontrol negatif
dosis 1
2.0025
kontrol positif
2.5175
2.5175
dosis 2
2.5300
2.5300
dosis 3
Sig.
-.4350
4.1125
1.000
.577
Sig.
.104
.002
107
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pengambilan Sampel Tanaman Gedi Merah
108
LANJUTAN LAMPIRAN 6
Uji Penapisan Fitokimia
109
LANJUTAN LAMPIRAN 6
Pengambilan Sampel Darah, Pengumpulan Sampel, dan Proses Sentrifuge
110
LAMPIRAN 6
SURAT-SURAT PENELITIAN
1.
111
2.
112
3.
113
4.
114
5.